Jenis Media: Internasional

  • Netanyahu Hadiahi Pager Emas ke Trump, Simbol Serangan ke Hizbullah    
        Netanyahu Hadiahi Pager Emas ke Trump, Simbol Serangan ke Hizbullah

    Netanyahu Hadiahi Pager Emas ke Trump, Simbol Serangan ke Hizbullah Netanyahu Hadiahi Pager Emas ke Trump, Simbol Serangan ke Hizbullah

    Washington DC

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memberikan hadiah yang tidak biasa untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pertemuan di Gedung Putih pekan ini. Hadiah Netanyahu itu berupa pager emas, yang disebut menyimbolkan perang Israel melawan Hizbullah di Lebanon.

    Hadiah khusus untuk Trump itu, seperti dilansir AFP dan Middle East Eye, Jumat (7/2/2025), diungkapkan oleh kantor PM Israel dalam pernyataannya.

    Disebutkan bahwa hadiah pager emas itu menyimbolkan “titik balik dalam perang” melawan Hizbullah, ketika Israel melancarkan operasi mematikan terhadap kelompok yang didukung Iran di Lebanon tersebut dengan menggunakan ribuan pager yang meledak massal pada September tahun lalu.

    “(Hadiah itu) Melambangkan keputusan Perdana Menteri yang membawa titik balik dalam perang dan titik awal untuk menghancurkan tekad organisasi teroris Hizbullah,” sebut kantor PM Israel dalam pernyataannya pada Kamis (6/3) waktu setempat.

    “Operasi strategis ini menunjukkan kekuatan, keunggulan teknologi, dan kecerdikan Israel dalam menghadapi musuh-musuhnya,” imbuh pernyataan itu.

    Trump, menurut laporan Middle East Eye, mengatakan “operasi yang hebat” saat menerima hadiah dari Netanyahu tersebut.

    Foto yang beredar online dan dipublikasikan Reuters menunjukkan sebuah pager emas yang dipasang pada alas kayu dengan plakat emas mencantumkan tulisan dalam bahasa Inggris berbunyi: “Kepada Presiden Donald J Trump, sahabat terhebat dan sekutu terhebat kami. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu”.

    Para pejabat Gedung Putih tidak bisa dimintai tanggapan terkait laporan hadiah Netanyahu untuk Trump tersebut.

    Lihat Video ‘Netanyahu Sebut AS Tak Perlu Kirim Pasukan untuk Relokasi Warga Gaza’:

    Middle East Eye melaporkan bahwa Netanyahu sebenarnya memberikan dua pager sebagai hadiah kepada Trump, yang terdiri atas satu pager emas dan satu lagi pager biasa.

    Menurut laporan Channel 12 News, Trump membalas dengan memberikan hadiah kepada Netanyahu sebuah foto mereka berdua dari kunjungan ini, dengan tulisan berbunyi: “Untuk Bibi, pemimpin yang hebat”. Bibi merupakan panggilan akrab untuk Netanyahu.

    Hadiah pager itu mengingatkan serangan mengejutkan Israel terhadap Hizbullah pada 17 September 2024, ketika ribuan pager meledak secara serentak di Lebanon. Ledakan pager massal itu menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 3.000 orang lainnya.

    Sehari kemudian, alat komunikasi lainnya seperti walkie-talkie juga meledak massal di Lebanon. Sedikitnya 20 orang tewas akibat ledakan walkie-talkie massal itu.

    Rentetan ledakan alat komunikasi itu telah diakui oleh Israel sebagai operasi militer mereka, yang diklaim menargetkan para anggota Hizbullah yang tersebar di Lebanon. Namun kenyataannya, banyak individu yang tidak terafiliasi dengan Hizbullah juga menjadi korban luka.

    Perang antara Israel dan Hizbullah diakhiri dengan gencatan senjata pada November tahun lalu. Namun demikian, pasukan Israel masih beroperasi di beberapa wilayah Lebanon hingga kini dan baru-baru ini, serangan udara kembali mengguncang Lebanon.

    Lihat Video ‘Netanyahu Sebut AS Tak Perlu Kirim Pasukan untuk Relokasi Warga Gaza’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rencana Trump untuk Gaza, Cerminan Kebijakan Pro-Netanyahu

    Rencana Trump untuk Gaza, Cerminan Kebijakan Pro-Netanyahu

    Jakarta

    Dua minggu setelah dilantik kembali sebagai presiden, Donald Trump menerima tamu internasional pertamanya, yakni Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Keduanya bekerja sama erat selama masa jabatan pertama Trump, termasuk ketika Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat pada 2017.

    Sejak itu, banyak hal berubah di Timur Tengah. Pada 7 Oktober 2023, Hamas, yang diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh AS, Jerman, dan beberapa negara lainnya, melancarkan serangan teror ke Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang.

    Sebagai tanggapan, Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang datanya dianggap kredibel oleh PBB, serangan ini telah menewaskan setidaknya 47.000 warga Palestina yang sebagian besar adalah warga sipil. Pada pertengahan Januari 2024, sekitar 90% populasi Gaza telah mengungsi, dan tahap pertama dari gencatan senjata mulai berlaku.

    Di tengah ketidakjelasan gencatan senjata tahap kedua dan ketiga, Trump memanfaatkan kunjungan Netanyahu ke Washington untuk mempresentasikan visinya bagi masa depan Gaza yang kontroversial.

    Apa yang ingin dilakukan Trump?

    Kesepakatan gencatan senjata saat ini tidak mencakup rencana jangka panjang untuk rekonstruksi Gaza yang hancur akibat lebih dari 15 bulan serangan Israel. Di sinilah rencana Trump muncul. Dia ingin AS terlibat dalam rekonstruksi dan pengembangan ekonomi wilayah pesisir Palestina tersebut.

    Trump mengaitkan rencananya dengan ambisi menguasai Gaza secara politik. Dalam konferensi pers di Gedung Putih bersama Netanyahu, Trump menyatakan bahwa AS harus memiliki “kepemilikan jangka panjang” atas Gaza, yang ia bayangkan bisa menjadi “Riviera di Timur Tengah.”

    Di media sosialnya, Truth Social, Trump kembali menyatakan niatnya untuk mengambil alih Gaza dari Israel setelah perang berakhir.

    “Palestina … akan direlokasi ke komunitas baru yang lebih aman dan indah, dengan rumah-rumah modern di kawasan sekitar. Mereka akhirnya bisa hidup bahagia, aman, dan bebas,” tulis Trump.

    Ia juga menegaskan bahwa pasukan AS tidak perlu dikerahkan, lalu menutup pernyataannya dengan, “Stabilitas kawasan akan terwujud!!!”

    Pilihan kata Trump mengingatkan pada pernyataan Jared Kushner, menantunya sekaligus mantan penasihat Timur Tengah, dalam wawancara dengan Harvard University pada Februari 2024.

    “Properti di tepi pantai Gaza bisa sangat bernilai jika orang-orang lebih fokus membangun mata pencaharian,” kata Kushner. “Situasinya memang tidak menguntungkan, tetapi jika saya jadi Israel, saya akan mencoba memindahkan penduduk keluar dan membersihkan area tersebut.”

    Bagaimana nasib warga Palestina di Gaza?

    “Saya rasa orang-orang seharusnya tidak kembali ke Gaza,” kata Trump saat duduk di samping Netanyahu di Kantor Oval. “Gaza tidak bisa dihuni saat ini. Kita perlu lokasi lain … area yang indah untuk merelokasi mereka secara permanen, dengan rumah-rumah yang layak agar mereka bisa bahagia, tidak ditembak, tidak dibunuh, dan tidak ditikam sampai mati.”

    Saat ditanya lebih lanjut oleh wartawan, Trump tampak mengoreksi pernyataannya, dengan mengatakan bahwa “Riviera” barunya akan dihuni oleh “orang-orang dari seluruh dunia … termasuk warga Palestina, banyak orang akan tinggal di sana.”

    Pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza akan melanggar hukum kemanusiaan internasional, yang melarang deportasi atau pemindahan penduduk sipil dari wilayah pendudukan, kecuali dalam keadaan darurat keamanan.

    Trump tampaknya berasumsi bahwa sekitar 1,8 juta warga Palestina akan secara sukarela meninggalkan Gaza. “Satu-satunya alasan mereka ingin kembali ke Gaza adalah karena mereka tidak punya alternatif,” katanya.

    Ia mengusulkan agar Mesir atau Yordania menampung warga Gaza yang tersisa, tetapi kedua negara ini telah secara tegas menolak ide tersebut.

    Apa efek dari kebijakan Trump di Gaza?

    Selama masa kepresidenan pertamanya, Trump membuat keputusan yang berdampak luas di Timur Tengah. Pada 2019, ia mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki, membatalkan kebijakan AS selama setengah abad. Pada 2017, ia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

    Di sisi lain, Trump berupaya memperkuat hubungan diplomatik Israel dengan negara-negara tetangga. Sebelumnya, Israel hanya menandatangani perjanjian damai dengan Mesir (1979) dan Yordania (1994). Namun, pada 2020, di bawah kepemimpinan Trump, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel. Maroko menyusul kemudian.

    Salah satu elemen penting dari kebijakan Trump adalah upaya melibatkan Arab Saudi. Meski tidak berbatasan langsung dengan Israel, wilayah barat laut Saudi hanya terpisah beberapa kilometer dari ujung selatan Israel.

    Pada 2023, di bawah kepemimpinan Joe Biden, kesepakatan antara Saudi dan Israel hampir tercapai. Namun, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober dan respons militer Israel yang besar-besaran, prospek normalisasi hubungan ini menjadi tidak pasti.

    Trump juga pernah menggagas “NATO Arab,” aliansi pertahanan yang melibatkan AS, Israel, Mesir, Yordania, dan enam negara Teluk Sunni sebagai benteng melawan Iran. Meski memiliki kepentingan serupa, Raja Salman dari Arab Saudi menegaskan bahwa negaranya tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa penyelesaian dua negara.

    Kebijakan Trump dan Solusi Dua Negara

    Solusi dua negara adalah konsep yang banyak didukung oleh kekuatan dunia, termasuk Jerman dan sebagian besar negara Uni Eropa. Saat Irlandia, Spanyol, dan Norwegia mengakui Palestina sebagai negara pada 2024, mereka juga menegaskan komitmen pada solusi ini.

    Lebih dari 140 negara telah mengakui Palestina sebagai negara sejak 1988, tetapi AS, Jerman, dan negara G7 lainnya belum melakukannya. PBB juga belum mengakuinya sebagai negara penuh, meskipun memberikan status pengamat non-anggota.

    Solusi ini bertujuan menciptakan dua negara merdeka, yakni Israel dan Palestina, dengan perbatasan yang diakui dan dihormati. Namun, sejak berdirinya Israel pada 1948, prinsip-prinsip ini terus dilanggar.

    Perjanjian Oslo 1993 membuka jalan bagi otonomi Palestina dengan menyerahkan sebagian kendali atas Tepi Barat yang diduduki.

    Pada masa kepresidenan pertamanya, Trump awalnya menjauh dari solusi dua negara, tetapi pada 2020 ia meluncurkan rencana yang dikritik sebagai terlalu berpihak pada Israel. Israel terus memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat, yang semakin mengikis kemungkinan solusi dua negara.

    Sejak serangan 7 Oktober, pemerintahan sayap kanan Netanyahu semakin menolak solusi ini. Pada Juli 2024, Parlemen Israel bahkan mengesahkan resolusi yang menolak pembentukan negara Palestina, dengan alasan bahwa itu akan dianggap sebagai hadiah bagi Hamas.

    Artikel ini diterjemahkan dari DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Siapa Pria Indonesia Pertama yang Jadi Sopir Bus di Jepang?

    Siapa Pria Indonesia Pertama yang Jadi Sopir Bus di Jepang?

    PIKIRAN RAKYAT – Dalam sebuah pencapaian yang membanggakan, seorang pria Indonesia bernama Iyus telah berhasil menjadi orang asing pertama yang memenuhi syarat sebagai pekerja terampil khusus di sektor transportasi bus di Jepang.

    Prestasi ini menjadi tonggak sejarah baru bagi tenaga kerja Indonesia di kancah internasional.

    “Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bahwa saya bisa menjadi pengemudi profesional. Saya ingin mengemudi dengan aman untuk memberikan layanan yang nyaman kepada pelanggan kami,” kata Iyus dikutip Pikiran-Rakyat.com dari NHK World Japan.

    Peluang Baru di Negeri Sakura

    Kesempatan emas ini terbuka lebar setelah pemerintah Jepang merevisi undang-undang imigrasi pada tahun lalu.

    Revisi tersebut memungkinkan masuknya lebih banyak pekerja asing, termasuk di sektor transportasi.

    Iyus, yang telah mengikuti serangkaian tes yang ketat, berhasil lolos dan terpilih untuk menjadi sopir bus di sebuah perusahaan di Tokyo mulai April mendatang.

    “Iyus akan menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan wisatawan internasional karena Jepang melihat lonjakan jumlah pengunjung luar negeri,” ucap kepala unit bus dan kereta api Ryobi Group, Ogami Shinji.

    Ilustrasi sopir bus. planet_fox/Pixabay

    Tantangan dan Kesempatan

    Menjadi sopir bus di negara asing tentu bukanlah hal yang mudah. Iyus harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perbedaan budaya hingga adaptasi dengan sistem transportasi di Jepang.

    Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar yang menanti, seperti menjadi sopir bus di Jepang membuka peluang karir yang menjanjikan dengan gaji yang kompetitif dan benefit yang menarik.

    Bekerja di Jepang akan memberikan pengalaman yang berharga dan memperluas jaringan profesional.

    Keberhasilan Iyus menjadi inspirasi bagi tenaga kerja Indonesia lainnya untuk meraih prestasi di kancah internasional.

    Dampak Positif bagi Kedua Negara

    Keberhasilan Iyus menjadi sopir bus di Jepang tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga memiliki dampak positif bagi kedua negara.

    – Membuka peluang kerja bagi tenaga kerja Indonesia di sektor transportasi Jepang.

    Ilustrasi berjabat tangan Pexels/Oleg Magni

    – Membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja di sektor transportasi dan meningkatkan pelayanan kepada wisatawan asing.

    Mari kita memberikan dukungan kepada Iyus dan tenaga kerja Indonesia lainnya yang berjuang meraih prestasi di kancah internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Trump Jatuhkan Sanksi ke ICC karena Selidiki AS-Israel    
        Trump Jatuhkan Sanksi ke ICC karena Selidiki AS-Israel

    Trump Jatuhkan Sanksi ke ICC karena Selidiki AS-Israel Trump Jatuhkan Sanksi ke ICC karena Selidiki AS-Israel

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menjatuhkan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) karena melakukan penyelidikan menargetkan AS dan sekutu dekatnya, Israel. Trump menyebut penyelidikan semacam itu “tidak berdasar”.

    Perintah eksekutif Trump itu, seperti dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), menyebut ICC yang berkantor di Den Hague telah “menyalahgunakan kekuasaannya” dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang berkunjung ke Gedung Putih pada Selasa (4/2).

    Perintah eksekutif Trump yang diumumkan Gedung Putih itu juga menyebut ICC terlibat dalam “tindakan tidak sah dan tidak berdasar yang menargetkan Amerika dan sekutu dekat kami, Israel”. Hal ini tampaknya merujuk pada penyelidikan ICC atas dugaan kejahatan perang oleh personel militer AS di Afghanistan dan pasukan Israel di Jalur Gaza.

    Dalam penjatuhan sanksi, Trump memerintahkan pembekuan aset-aset dan larangan perjalanan terhadap para pejabat ICC, para pegawainya dan anggota keluarga mereka, ke AS. Sanksi itu juga berlaku untuk siapa pun yang dianggap membantu penyelidikan ICC terhadap AS dan Israel.

    Langkah Trump menjatuhkan sanksi untuk ICC itu menjadi bentuk dukungan setelah Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih, yang diwarnai pengumuman mengejutkan soal rencana AS mengambil alih Jalur Gaza setelah merelokasi warganya ke negara-negara lainnya di Timur Tengah.

    Baik AS maupun Israel bukanlah anggota ICC.

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberlakukan sanksi finansial dan larangan visa terhadap jaksa ICC saat itu, Fatou Bensouda, dan para pejabat senior ICC serta staf lainnya pada tahun 2020 lalu. Sanksi itu diberlakukan setelah Bensouda menyelidiki tuduhan kejahatan perang terhadap tentara AS di Afghanistan.

    Saksikan juga Blak-blakan, Zulhas: Swasembada Pangan Bukan Angan-angan

    Mantan Presiden AS Joe Biden mencabut sanksi tersebut segera setelah dia menjabat pada tahun 2021 lalu.

    Mahkamah Pidana Internasional Kutuk Sanksi AS

    ICC, dalam tanggapannya pada Jumat (7/2), mengutuk sanksi yang dijatuhkan Trump terhadap institusi mereka. ICC bersumpah akan terus memberikan “keadilan dan harapan” di seluruh dunia.

    “ICC mengutuk dikeluarkannya perintah eksekutif oleh AS yang berupaya menjatuhkan sanksi terhadap para pejabatnya dan merugikan kinerja peradilan yang independen dan tidak memihak,” tegas ICC dalam pernyataannya.

    “Pengadilan berdiri teguh dengan para personelnya dan bersumpah untuk terus memberikan keadilan dan harapan bagi jutaan korban tidak bersalah dari kekejaman di seluruh dunia,” imbuh pernyataan tersebut.

    Saksikan juga Blak-blakan, Zulhas: Swasembada Pangan Bukan Angan-angan

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Jika Bukan karena Israel, Iran Mungkin Sudah Punya Senjata Nuklir 10 Tahun Lalu, Kata Netanyahu – Halaman all

    Jika Bukan karena Israel, Iran Mungkin Sudah Punya Senjata Nuklir 10 Tahun Lalu, Kata Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim Iran mungkin sudah memiliki senjata nuklir sepuluh tahun lalu jika tidak direcoki Israel.

    Pernyataan itu disampaikan Netanyahu beberapa hari setelah The New York Times melaporkan para ilmuwan Iran sedang mengupayakan metode yang lebih cepat untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Menurut intelijen Amerika Serikat (AS), ilmuwan Negeri Mullah itu ditugasi mencari cara baru untuk membuat bom atom.

    Laporan The New York Times juga menyebutkan bahwa persoalan nuklir Iran turut menjadi bahasan saat Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih minggu ini.

    Netanyahu menyebut ambisi nuklir Iran tetap menjadi ancaman bagi Israel.

    “Iran mungkin sudah punya senjata nuklir sepuluh tahun lalu jika kami tidak mengambil berbagai langkah untuk menahan mereka. Kami menahan mereka,” kata Netanyahu kepada Fox News hari Kamis, (6/2/2025).

    Perdana menteri sayap kanan itu mengklaim upaya Iran membuat senjata nuklir belum sepenuhnya dihentikan. Dia lalu mengutip pernyataan Presiden AS Donald Trump.

    “Presiden [Trump] mengatakan sesuatu yang sangat sederhana, yang saya katakan juga: Iran tak boleh punya senjata nuklir,” kata Netanyahu.

    WAWANCARA NETANYAHU – Tangkapan layar YouTube Fox News yang diambil pada Kamis (6/2/2025) memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam wawancara dengan wartawan Fox News. (Tangkapan layar YouTube Fox News)

    Russa Today melaporkan Israel dan Barat sudah lama menuding aktivitas penganiayaan uranium Iran sebagai upaya rahasia untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Di sisi lain, Iran membantah tudingan itu dan mengklaim aktivitas nuklirnya hanya ditujukan untuk keperluan damai. Selama puluhan tahun Iran dijatuhi sanksi karena program nuklirnya.

    Pada tahun 2015 Iran mencapai kesepakatan nuklir bernama Rencana Komprehensif Aksi Gabungan (JCPA). Kesepakatan itu membatasi program nuklir Iran. Sebagai gantinya, sebagai sanksi terhadap Iran akan dicabut.

    Namun, tiga tahun kemudian AS menarik diri dari kesepakatan itu. Sejak itu Iran mulai meningkatkan kemampuan pengayaan uraniumnya.

    Iran disebut bisa buat satu bom nuklir dalam seminggu

    Iran diyakini sudah memiliki cukup uranium untuk membuat beberapa senjata nuklir.

    Pada bulan Januari 2024 Direktur Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Grossi mengatakan Iran tidak punya masalah teknis dalam pembuatan bom nuklir.

    Grossi menyebut Iran bisa membuat bom senjata nuklir jika negara itu memang menginginkannya.

    Selama beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras di Iran mendesak Iran untuk mencontoh Korea Utara.

    Kelompok itu percaya bahwa kekuatan nuklir yang dimiliki Iran akan mampu dipertahankan meski nantinya ada tekanan dari negara lain.

    Sementara itu, ekonom Richard W. Rahn dalam tulisannya di Washington Times pada bulan Februari 2024 mengatakan Iran barangkali sudah memiliki lima senjata nuklir.

    Kata Rahn, bisa jadi jumlah senjata nuklir Iran sudah meningkat menjadi selusin pada bulan Mei 2024.

    Pada bulan Oktober 2023 beberapa intelijen memperkirakan Iran sudah memiliki cukup uranium yang weapon-grade untuk membuat satu bom dalam sepekan.

    Uranium itu bahkan cukup untuk membuat lima bom nuklir dalam enam pekan.

    Adapun saat ini sudah bulan April 2024 atau sudah hampir enam bulan sejak data intelijen itu diungkapkan.

    Pakar nuklir bernama David Albert pada bulan Januari lalu menyebutkan bahwa Iran butuh waktu sekitar satu minggu untuk mengayakan uranium guna membuat senjata atom pertamanya.

    “Kenyataan yang mengecewakan ialah bahwa Iran sudah tahu cara membuat senjata nuklir, meski ada beberapa pekerjaan yang belum selesai yang terkait dengan pembuatan senjata nuklir,” kata Albright dikutip dari Iran International.

    “Iran bisa dengan cepat membuat uranium yang cukup weapon-grade (memenuhi standar untuk senjata) untuk membuat banyak senjata nuklir, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Iran tahun 2003,” katanya menambahkan.

    Albert menyebut Iran bisa memiliki cukup uranium weapon-grade untuk membuat enam senjata nuklir dalam satu bulan.

    “Setelah lima bulan menghasilkan uranium weapon-grade, Iran bisa punya cukup uranium untuk membuat 12 senjata nuklir.” 

    Di sisi lain, Israel yang menjadi musuh besar Iran berusaha menggagalkan proyek nuklir Iran.

    Jika Iran memiliki banyak senjata nuklir, itu bisa berarti kiamat bagi negara Zionis.

    (*)

  • Negara Palestina Bisa Berdiri di Wilayah Arab Saudi

    Negara Palestina Bisa Berdiri di Wilayah Arab Saudi

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Israel penjajah, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Negara Palestina bisa berdiri di wilayah Arab Saudi. Menurutnya, Arab Saudi memiliki cukup tanah untuk menyediakan negara Palestina.

    “Saudi dapat menciptakan negara Palestina di Arab Saudi; mereka memiliki banyak tanah di sana,” katanya dalam wawancara Channel 14 pada Kamis 6 Februari 2025.

    Ketika ditanyai tentang negara Palestina sebagai syarat normalisasi dengan Arab Saudi, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya akan menolak hal itu.

    “Kami tidak akan membuat kesepakatan yang akan membahayakan Negara Israel,” ucapnya.

    “Terutama bukan negara Palestina. Setelah 7 Oktober? Tahukah Anda apa itu? Ada sebuah negara Palestina, yang disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina, dan lihat apa yang kami dapatkan? pembantaian terbesar sejak Holocaust,” tutur Benjamin Netanyahu menambagkan.

    Wawancara itu dilakukan selama kunjungan Benjamin Netanyahu ke Washington, yang dimulai dengan konferensi pers bersama dengan Presiden AS Donald Trump, dengan presiden AS itu mengumumkan rencananya agar negaranya menguasai Jalur Gaza.

    Selain itu, keduanya membahas potensi normalisasi dengan Arab Saudi.

    “Saya pikir perdamaian antara Israel dan Arab Saudi tidak hanya layak, saya pikir itu akan terjadi,” ucap Benjamin Netanyahu.

    Respons Arab Saudi

    Akan tetapi, tak lama setelah konferensi pers, kementerian luar negeri Saudi menyatakan tidak akan membahas hubungan dengan Israel penjajah tanpa pembentukan negara Palestina.

    “Tidak akan ada normalisasi hubungan dengan Israel tanpa solusi dua negara yang adil dan komprehensif bagi rakyat Palestina,” ucap pernyataan tersebut, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Jerusalem Post.

    Pernyataan tersebut sejalan dengan posisi Arab Saudi selama ini, yang selalu mendukung kemerdekaan Palestina dengan batas-batas yang jelas berdasarkan kesepakatan internasional. Riyadh juga menekankan pentingnya solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian di Timur Tengah.

    Awal pekan ini, pejabat Israel penjajah yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa mereka khawatir Benjamin Netanyahu akan bersedia mengakhiri perang di Gaza dan menunda aneksasi Tepi Barat demi memajukan kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi.

    Para pejabat khawatir bahwa perdana menteri akan menggunakan penundaan aneksasi sebagai kompromi dalam upaya untuk mempengaruhi Riyadh dari menuntut jalan menuju negara Palestina.

    Trump Mau Ambil Alih Gaza

    Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) akan mengambil alih dan memiliki Gaza, setelah menyingkirkan warga Palestina dari Tanah Airnya. Rencana itu akan dilakukan, setelah warga Palestina ‘direlokasi’ ke negara lain saat Gaza dibangun kembali.

    Presiden AS yang baru dilantik itu menyatakan niatnya untuk menjadikan Gaza sebagai “Riviera Timur Tengah”.

    Dalam pengumuman mengejutkan yang membalikkan kebijakan AS selama beberapa dekade terhadap konflik Israel-Palestina, Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya akan mempelopori pembangunan di Gaza untuk memasok pekerjaan dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi orang-orang di daerah tersebut.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan dengannya. Kami akan memilikinya,” kata Donald Trump di Gedung Putih setelah pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Dia menambahkan bahwa pemerintahannya akan bertanggung jawab untuk membersihkan bangunan yang hancur dan membongkar bom berbahaya yang tidak meledak serta senjata lainnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Rentetan Penembakan Guncang Ibu Kota Belgia    
        Rentetan Penembakan Guncang Ibu Kota Belgia

    Rentetan Penembakan Guncang Ibu Kota Belgia Rentetan Penembakan Guncang Ibu Kota Belgia

    Brussels

    Penembakan mematikan terjadi di Brussels, ibu kota Belgia, dan menewaskan sedikitnya satu orang. Ini menjadi insiden penembakan keempat dalam sepekan terakhir yang melanda Brussels.

    Wali Kota distrik setempat, Fabrice Cumps, seperti dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), menyalahkan “perang antar geng” sebagai penyebab meningkatkan insiden kekerasan di ibu kota Belgia beberapa waktu terakhir.

    Kantor kejaksaan Brussels mengonfirmasi kepada AFP bahwa penembakan mematikan yang terjadi distrik kelas pekerja, Anderlecht, pertama kali dilaporkan oleh Cumps.

    “Ini mungkin sebuah pembalasan,” kata Cumps saat berbicara kepada stasiun televisi RTBF, sembari menuding “mafia” telah melancarkan “perang wilayah”.

    Brussels mengalami peningkatan aksi kejahatan bersenjata terkait perselisihan antar geng narkoba yang saling bermusuhan dan bersaing.

    Penembakan yang menewaskan satu orang di Anderlecht terjadi setelah tiga insiden penembakan lainnya terjadi sepekan ini.

    Satu orang terluka pada bagian kaki dalam penembakan di dekat stasiun metro Clemenceau pada Kamis (6/2) waktu setempat. Stasiun Clemenceau juga terletak di area distrik Anderlecht.

    Pada hari yang sama sebelum penembakan di dekat stasiun terjadi, dua pria bersenjata mendalangi penembakan menggunakan senapan otomatis ketika para penumpang hendak berangkat kerja. Penembakan itu memicu perburuan besar-besaran di dekat Clemencau.

    Lihat juga Video ‘Pameran Cahaya di Kebun Binatang Belgia Sambut Musim Dingin’:

    Insiden penembakan lainnya mengguncang Brussels pada Selasa (4/2) tengah malam hingga Rabu (5/2) dini hari waktu setempat di area Saint-Josse-ten-Noode, sebelah utara pusat kota Brussels. Sedikitnya dua orang mengalami luka-luka dalam penembakan itu.

    Sejauh ini belum ada penangkapan yang dilakukan terkait rentetan penembakan mengerikan tersebut.

    Awal pekan ini, jaksa wilayah Brussels Julien Moinil mengatakan kepada radio lokal bahwa rentetan kekerasan bersenjata tampaknya terkait dengan perang wilayah antara geng narkoba yang bersaing.

    Salah satu insiden tersebut meninggalkan lubang peluru di kamar tidur anak di dekat lokasi kejadian.

    Laporan media lokal, yang mengutip data kepolisian, menyebut ada 89 insiden penembakan, yang menewaskan total sembilan orang, di wilayah Brussels sepanjang tahun lalu. Belgia yang terletak di pantai barat laut daratan Eropa telah menjadi pusat bagi geng kriminal yang menyelundupkan narkotika ke benua itu.

    Lihat juga Video ‘Pameran Cahaya di Kebun Binatang Belgia Sambut Musim Dingin’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rencana Trump Pindah Paksa Warga Gaza ke Yordania akan Jadi Deklarasi Perang Yordania dengan Israel? – Halaman all

    Rencana Trump Pindah Paksa Warga Gaza ke Yordania akan Jadi Deklarasi Perang Yordania dengan Israel? – Halaman all

    Apakah Yordania Mengatakan akan Berperang karena Rencana Donald Trump di Gaza?

    TRIBUNNEWS.COM- Laporan minggu ini yang menunjukkan bahwa perang antara Yordania dan Israel dapat dipicu oleh rencana pembersihan etnis di Gaza oleh Presiden AS Donald Trump.

    Laporan menunjukkan bahwa Yordania telah menyatakan kesediaannya untuk berperang dengan Israel atas rencana pembersihan etnis Donald Trump di Jalur Gaza.

    Hal ini terjadi setelah Donald Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia ingin melihat AS “memiliki” Gaza dan bahwa negara-negara seperti Mesir dan Yordania, harus dan akan menyerap populasi Palestina yang mengungsi, sambil mengklaim “semua orang menyukai” rencananya.

    Baik Mesir maupun Yordania dengan tegas menolak gagasan tersebut dan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap pembentukan negara Palestina di masa depan.

    Komentar keras dari Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyusul pengumuman Donald Trump menunjukkan bahwa Amman akan mengambil sikap tegas terhadap Israel jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara paksa mengusir penduduk Gaza.

    Akan tetapi, akankah kerajaan itu bertindak sejauh terlibat dalam perang dengan Israel sebagai respons terhadap pembersihan etnis lebih lanjut di tanah Palestina?

    Beberapa media telah mengklaim demikian, khususnya setelah laporan berbahasa Arab mengutip pernyataan Safadi: 

    “Jika ada upaya untuk memindahkan warga Palestina secara paksa ke Yordania, kami akan menghadapinya dengan segala kemampuan kami. Ini adalah pernyataan perang terhadap Yordania, dan kami akan menanggapinya.”

    Beberapa pengamat urusan Yordania-Palestina mengatakan komentar Safadi menekankan betapa seriusnya situasi.

    “Dia mengatakan komentar-komentar ini untuk menekankan implikasi dari rencana Trump – inilah yang dimaksud Safadi. Ini adalah garis merah bagi Yordania, mereka juga khawatir hal ini akan memicu perang saudara karena telah mengobarkan ketakutan dan kekhawatiran masyarakat akan masa depan tentang lebih banyak pengungsi di negara ini,” katanya kepada TNA .

    “Jadi, Yordania mengirim pesan kepada Trump, Amerika dan Israel, agar mereka tidak mencoba. Bukannya mereka ingin berperang, tetapi mereka harus menghentikan hal ini terjadi,” tambahnya.

    Adoni mengatakan urgensi dalam retorika tersebut digunakan karena rencana Trump telah menjadi “bahaya strategis bagi kelangsungan hidup Yordania dan tahta Hashemite, inilah sebabnya dia mengatakan mereka akan berperang”.

    Ia juga mencatat bahwa hari Jumat akan terlihat banyak aktivitas di seluruh Yordania untuk mengekspresikan penolakan terhadap rencana Trump melalui protes massa yang akan menandai salah satu momen langka di mana opini publik dan sikap resmi cocok.

    Faktor lain yang perlu dipertimbangkan, kata Adoni, adalah jika Yordania mau menerima pengungsi Palestina, “mereka akan dituduh tunduk kepada Israel dan mereka tidak mampu melakukan itu”.

    Ia mengatakan banyak yang percaya bahwa tindakan tersebut akan menjadi “akhir bagi Yordania” dan penggunaan kata “pemindahan” oleh Israel berarti “pengusiran”.

    Deklarasi perang?

    Komentar dari Safadi muncul menyusul perang brutal di Gaza yang menyebabkan seluruh penduduk mengungsi, dan serangan mengerikan di Tepi Barat di mana 70 warga Palestina, termasuk 10 anak-anak, tewas dan sekitar 26.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    Dalam wawancara sebelumnya, Safadi mengatakan Israel terus menggusur dan berupaya memindahkan penduduk ke Yordania, sebuah situasi yang tidak akan diterima kerajaan tersebut, di mana lebih dari separuh penduduknya lahir di Palestina.

    “Mengusir warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania berarti memindahkan krisis yang telah diciptakan oleh pendudukan dan semakin memburuk,” kata Safadi.

    Pada bulan September tahun lalu, ia juga memperingatkan bahwa setiap upaya Israel untuk mengusir warga Palestina di Tepi Barat ke negaranya akan ditafsirkan sebagai “deklarasi perang” dalam sebuah konferensi pers.

    Beberapa laporan menunjukkan bahwa Yordania akan menutup perbatasannya jika warga Palestina mulai menyeberang ke negara itu, yang merupakan hasil yang lebih mungkin terjadi jika terjadi program pembersihan etnis massal.

    Perkembangan terkini terjadi saat Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Raja Yordania Abdullah di Amman, di mana ia menekankan perlunya mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara, yang mengarah pada pembentukan negara Palestina merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    Separuh dari 11 juta penduduk Yordania adalah warga Palestina, dan sejak berdirinya Israel pada tahun 1948 selama Nakba, banyak warga Palestina yang mencari perlindungan di sana.

    Menurut angka PBB, 2,2 juta warga Palestina terdaftar sebagai pengungsi di Yordania.

    SUMBER: NEW ARAB

  • Tegang! 6 Balon Udara-Pesawat-Kapal Militer China Dekati Taiwan    
        Tegang! 6 Balon Udara-Pesawat-Kapal Militer China Dekati Taiwan

    Tegang! 6 Balon Udara-Pesawat-Kapal Militer China Dekati Taiwan Tegang! 6 Balon Udara-Pesawat-Kapal Militer China Dekati Taiwan

    Taipei

    Taiwan mendeteksi enam balon udara China yang mengudara di lepas pantai pulau tersebut. Sejumlah pesawat militer dan kapal perang Beijing juga terdeteksi di dekat wilayah Taiwan.

    Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), menyebut enam balon udara China itu terdeteksi dalam waktu 24 jam terakhir, atau hingga Jumat (7/2) pagi sekitar pukul 06.00 waktu setempat.

    Selain mendeteksi balon udara, Taipei juga mendeteksi sembilan pesawat militer China, bersama dengan enam kapal perang dan dua kapal resmi pada periode waktu yang sama di dekat wilayah Taiwan.

    Balon-balon udara China itu, menurut data yang dirilis Kementerian Pertahanan Taiwan, terdeteksi mengudara di ketinggian 16.000 kaki (4.877 meter) hingga 20.000 kaki (6.096 meter). Salah satu balon udara itu bahkan terdeteksi mengudara langsung di atas wilayah Taiwan.

    Insiden ini terjadi saat China mempertahankan tekanan militer untuk mendorong klaim kedaulatannya atas Taiwan.

    Meskipun Taiwan menyebut negaranya berdaulat, China bersikeras mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya dan mengancam akan menggunakan kekerasan untuk menguasainya.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing meningkatkan pengerahan jet tempur dan kapal perang ke sekitar Taipei. China juga berupaya menghapus Taiwan dari panggung internasional dengan memburu sekutu-sekutu diplomatiknya dan menghalangi negara itu dari forum global.

    Balon-balon udara China secara rutin terdeteksi di perairan dekat Taiwan. Namun dalam insiden terbaru pada Jumat (7/2), jumlah balon yang terdeteksi mencetak rekor tertinggi dalam sehari yang pernah tercatat oleh militer Taipei sejauh ini.

    Tahun lalu, Taiwan mendeteksi rekor delapan balon udara China dalam waktu kurang dari sebulan, setelah pilpres yang dimenangkan oleh Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik yang kini berkuasa.

    Beijing menganggap Lai sebagai “separatis” dan telah melakukan beberapa kali latihan militer besar-besaran sejak dia berkuasa pada Mei tahun lalu.

    Taiwan menggambarkan balon-balon udara China sebagai bentuk pelecehan “zona abu-abu” — sebuah taktik yang tidak termasuk dalam aksi perang, tetapi dapat melemahkan kekuatan Angkatan Bersenjata Taipei.

    Balon udara China menjadi topik yang sarat politik pada awal tahun 2023 ketika Amerika Serikat (AS) menembak jatuh objek yang disebutnya balon mata-mata. Balon udara berukuran besar, dan membawa muatan elektronik dalam jumlah besar itu, mengudara di atas instalasi militer AS yang sensitif dan memicu kekhawatiran bahwa Beijing sedang mengumpulkan data intelijen penting.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kabar Australia: Pelaku Ujaran Kebencian di Australia Bisa Dipenjara 2 Tahun

    Kabar Australia: Pelaku Ujaran Kebencian di Australia Bisa Dipenjara 2 Tahun

    Kami sudah merangkum berita-berita yang banyak dibicarakan di Australia pada pekan ini.

    Mari memulai Kabar Australia dengan ujaran kebencian yang kini bisa dijerat hukum.

    Penyebar ujaran kebencian bisa dipenjara dua tahun

    Warga Australia yang terbukti bersalah melakukan ujaran kebencian, termasuk serangan antisemit di New South Wales bisa dijatuhkan hukuman dua tahun penjara berdasarkan undang-undang yang baru.

    Amandemen terhadap pasal 93Z dari Undang-Undang Kejahatan negara bagian akan memberikan polisi kewenangan tambahan untuk menanggapi serangan dan protes bermotif rasial di luar tempat ibadah.

    “Kami melakukan ini untuk mengirim pesan kepada para kriminal,” ujar Jaksa Agung NSW Michael Daley.

    Perdana Menteri NSW Chris Minns mengatakan undang-undang untuk meningkatkan hukuman terkait “serangan rasis” juga akan diperkenalkan.

    Undang-undang tersebut juga akan memberatkan pelanggaran yang dimotivasi oleh kebencian atau prasangka.

    “Paket reformasi ini … akan mengirimkan pesan kepada … yang melakukan kejahatan ini atau yang berniat melakukannya bahwa mereka tidak punya tempat di NSW,” kata Jaksa Agung Michael.

    Baca artikel selengkapnya di sini

    Warga tinggal berdesakan di tengah krisis rumah

    Di tengah krisis tempat tinggal Australia, tiga orang tua dan tujuh anak hidup berdesakan dalam sebuah rumah dengan empat kamar tidur.

    Ibu asal Perth, Rebecca Nickels, dan keempat anaknya, tinggal serumah dengan saudara perempuannya, saudara iparnya, dan ketiga anak mereka.

    Karena keterbatasan ruangan mereka terpaksa menumpuk ranjang anak-anaknya “seperti permainan Tetris.”

    “Banyak tekanan ketika menempatkan dua keluarga dalam satu rumah, terutama kalau kamar mandinya cuma satu, yang membuat situasinya sangat sulit,” kata Rebecca.

    “Kepadatan hunian berdampak nyata bagi kondisi mental, fisik, dan kesejahteraan kami.”

    Simak laporan selengkapnya di sini

    Bayi tabung kanguru pertama

    Peneliti Universitas Queensland berhasil membuat embrio kanguru pertama melalui proses fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung.

    Peneliti utama Dr Andres Gambini mengatakan “pencapaian yang luar biasa” ini menjadi salah satu cara yang digunakan untuk melestarikan beberapa spesies langka paling ikonik di Australia.

    “Tujuan utama kami adalah untuk mendukung pelestarian spesies marsupial yang terancam punah seperti koala, Tasmanian devil, wombat hidung berbulu utara, dan possum Leadbeater,” katanya.

    Mereka berhasil membuat embrio menggunakan sperma dan sel telur dari kanguru yang telah mati.

    Dr Gambini mengatakan momentum ini penting untuk melestarikan genetika spesies yang terancam.

    “Di masa mendatang, secara potensial, kita dapat mentransfer embrio ini ke hewan betina untuk kemudian memperkenalkan kembali genetika yang mungkin akan hilang,” katanya.

    Laporan selengkapnya bisa dibaca di sini