Jenis Media: Internasional

  • VIDEO Israel dan Arab Saudi Memanas, Netanyahu Diejek agar Warganya Dipindahkan ke Alaska – Halaman all

    VIDEO Israel dan Arab Saudi Memanas, Netanyahu Diejek agar Warganya Dipindahkan ke Alaska – Halaman all

    Usulan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu agar mendirikan negara Palestina di tanah Arab Saudi mendapat kritikan keras.

    Tayang: Senin, 10 Februari 2025 08:39 WIB

    TRIBUNNEWS.COM – Usulan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar mendirikan negara Palestina di tanah Arab Saudi mendapat kritikan keras.

    Membalas pernyataan Netanyahu, seorang pejabat Arab Saudi meminta agar warga Israel dipindahkan ke Alaska.

    Hal ini disampaikan oleh seorang anggota Dewan Syura Arab Saudi paling berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun.

    Ia mengejek dengan mengusulkan agar Presiden AS, Donald Trump memindahkan warga Israel ke Alaska.

     

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pulang dari AS, Netanyahu: Trump akan Wujudkan Rencana Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    Pulang dari AS, Netanyahu: Trump akan Wujudkan Rencana Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memuji usulan sekutunya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk merebut Jalur Gaza dan menggusur penduduknya.

    Ia menyebut usulan tersebut “revolusioner” setelah ia pulang ke Israel dari kunjungannya ke Washington pekan lalu.

    “Kami sepakat untuk memastikan Jalur Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel… Presiden Trump telah muncul dengan visi yang sama sekali berbeda dan jauh lebih baik bagi Israel, sebuah pendekatan yang revolusioner dan kreatif,” kata Netanyahu dalam pertemuan kabinet Israel, Minggu (9/2/2025).

    “Donald Trump bertekad untuk melaksanakan rencananya,” tambahnya.

    Netanyahu juga menekankan kunjungan tersebut menghasilkan prestasi yang luar biasa.

    “Kunjungan ini dan diskusi yang kita adakan menghasilkan pencapaian yang luar biasa yang dapat menjamin keamanan Israel selama beberapa generasi,” katanya.

    Dalam rapat tersebut, Netanyahu juga membahas laporan yang mengatakan pasukan Israel menembaki beberapa warga Palestina yang mendekati pagar perbatasan Jalur Gaza.

    “Tidak seorang pun akan mendekati batas pagar perbatasan dan tidak seorang pun akan melanggarnya. Ini adalah bagian dari perjanjian dan kami akan melaksanakannya dengan tegas,” katanya.

    Netanyahu: Usulan Trump Bukan Tentang Pengusiran Warga Gaza

    Sementara itu, dalam wawancara dengan Fox News yang dirilis pada Minggu, Netanyahu mengatakan rencana Donald Trump bukan tentang evakuasi paksa atau pembersihan etnis terhadap penduduk Jalur Gaza.

    “Semua orang menggambarkan Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia karena orang-orang tidak diizinkan meninggalkannya… Jumlah mereka meningkat, kepadatan penduduk meningkat, penderitaan mereka meningkat, dan mereka berulang kali berada di bawah kendali militan,” kata Netanyahu.

    “Mengapa kalian memenjarakan mereka? Yang dikatakan Presiden Trump hanyalah, ‘Saya ingin membuka gerbang dan memberi mereka pilihan untuk pindah sementara, sementara kami membangun kembali tempat itu dan menyingkirkan militan.’” lanjutnya, merujuk pada Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza.

    Dalam wawancara itu, Netanyahu menegaskan Donald Trump tidak ingin mengirim tentara AS ke Jalur Gaza untuk menyingkirkan Hamas, melainkan menggunakan tentara Israel.

    “Trump tidak pernah mengatakan bahwa ia ingin pasukan Amerika melakukan tugas itu, tetapi kami akan melakukannya. Hamas menyerang kami. Kami akan menghadapi mereka,” jelas Netanyahu.

    Ia juga membantah pendanaan untuk rencana yang diusulkan Donald Trump akan berasal dari uang pembayar pajak Amerika.

    “Trump telah mengatakan bahwa ia akan mendapatkan pendanaan independen, dan saya yakin ia akan melakukannya,” klaimnya.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS sedang mempertimbangkan untuk merebut Jalur Gaza dan memindahkan penduduknya ke tempat lain yang lebih aman, termasuk Yordania dan Mesir.

    Kedua negara tersebut menentang usulan Donald Trump untuk menggusur warga Palestina, sebuah usulan yang telah diucapkan lebih dari satu kali dan selama bertahun-tahun.

    Perdana Menteri Israel kembali untuk menegaskan bahwa usulan Presiden AS itu bagus dan merupakan ide baru yang belum pernah diajukan sebelumnya.

    Sementara itu, banyak negara mengecam pernyataan Donald Trump dan menentang usulan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Ejek Usulan Netanyahu, Pejabat Arab Saudi Sebut Israel Bisa Ditempatkan di Alaska dan Greenland

    Ejek Usulan Netanyahu, Pejabat Arab Saudi Sebut Israel Bisa Ditempatkan di Alaska dan Greenland

    PIKIRAN RAKYAT – Seorang anggota Dewan Syura Saudi yang berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun, mengejek usulan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi.

    Ia malah mengusulkan agar Presiden AS Donald Trump menempatkan warga Israel di Alaska dan kemudian di Greenland setelah mencaploknya.

    Dalam surat kabar Saudi Okaz, Al-Saadoun mengkritik pendekatan Trump terhadap kebijakan Timur Tengah, dengan menyatakan bahwa keputusan yang gegabah berasal dari mengabaikan saran ahli dan mengabaikan dialog.

    Ia memperingatkan bahwa Zionis dan sekutu mereka akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik.

    Tak Jatuh dalam Tekanan

    Menyindir pemerintahan Trump, Al-Saadoun mengatakan bahwa kebijakan luar negeri resmi Amerika Serikat akan mengupayakan pendudukan ilegal atas tanah kedaulatan dan pembersihan etnis penduduknya, yang merupakan pendekatan Israel dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini tentu saja dirumuskan dan disetujui oleh entitas Zionis, dan diserahkan kepada sekutu mereka untuk dibaca dari podium Gedung Putih,” katanya.

    “Kaum Zionis dan para pendukungnya harus menyadari betul bahwa mereka tidak akan mampu memikat para pemimpin dan pemerintah Saudi ke dalam perangkap manuver media dan tekanan politik palsu,” tulisnya.

    Dewan Syura Saudi adalah majelis konsultatif yang memberi nasihat kepada raja tentang masalah legislatif dan kebijakan tetapi tidak memiliki kewenangan legislatif. Para anggotanya ditunjuk oleh raja dan membahas undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial.

    Seruan Israel untuk Negara Palestina di Arab Saudi

    Pada hari Kamis, Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel bahwa Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi karena mereka memiliki banyak tanah di sana.

    Pernyataan itu muncul setelah Riyadh menegaskan kembali bahwa mereka hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalur yang jelas menuju negara Palestina.

    Para pejabat Palestina dan Mesir telah mengecam saran Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, menyebutnya sebagai serangan terhadap kedaulatan Kerajaan.

    Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam usulan tersebut sebagai rasis dan antiperdamaian, dan menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan stabilitas Arab Saudi.

    Hussein Al-Sheikh, sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan pernyataan Netanyahu mengabaikan hukum dan konvensi internasional, dan menekankan bahwa negara Palestina hanya akan berdiri di tanah Palestina.

    Mesir juga mengecam komentar tersebut sebagai tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima, dan Kementerian Luar Negerinya menyatakan bahwa pernyataan Netanyahu melanggar kedaulatan Saudi dan melanggar hukum internasional serta Piagam PBB.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pasukan Israel Mundur Dari Poros Netzarim, Zionis Nangis usai Merasa Sia-sia: Hamas Belum Kalah – Halaman all

    Pasukan Israel Mundur Dari Poros Netzarim, Zionis Nangis usai Merasa Sia-sia: Hamas Belum Kalah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Pendudukan Israel (IOF) mundur dari Poros Netzarim di barat daya Kota Gaza, Minggu (9/2/2025).

    Mundurnya IOF dari lokasi tersebut yang menunjukkan bahwa kembalinya penduduk Jalur Gaza melalui penyeberangan dari selatan ke utara akan terus berlanjut.

    Hal ini pun sesuai dengan perjanjian gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina.

    Pasukan Israel telah sepenuhnya ditarik dari Poros Netzarim, dimulai dari titik pantai di barat, melewati daerah al-Maghraqa yang hancur, dan meluas ke Jalan Salah al-Din.

    Mengutip Al Mayadeen, bahwa penarikan pasukan tersebut meninggalkan kerusakan wilayah besar. 

    Ia juga mengamati peningkatan pergerakan kendaraan zionis Israel ke arah utara pada Minggu pagi.

    Kendaraan itu terus menjalani pemeriksaan melalui perangkat pemindai keamanan.

    Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth sebelumnya mengindikasikan bahwa Poros Netzarim adalah elemen penting dalam ambisi para pemukim untuk kembali ke pemukiman di Jalur Gaza utara.

    Sekitar dua minggu yang lalu, saat penduduk terlantar di Gaza selatan mulai kembali ke rumah mereka di utara, Saluran 14 Israel melaporkan bahwa para pasukan Israel mundur dari Netzarim sambil menangis.

    Hal itu dianggap mengekspresikan rasa sia-sia atas upaya mereka di Gaza selama setahun terakhir.

    Termasuk menunjukkan pasukan zionis Israel tidak bisa mengalahkan pasukan Hamas dan Pejuang Palestina lainnya. 

    Dalam konteks ini, Menteri Kepolisian Israel yang mengundurkan diri Itamar Ben-Gvir menganggap bahwa dibukanya Poros Netzarim dan masuknya puluhan ribu warga Gaza ke Jalur Gaza utara merupakan gambaran kemenangan Hamas.

    Hal itu menjadi bagian tambahan yang memalukan dari kesepakatan tersebut.

    Diketahui penarikan pasukan ini menyusul mundurnya pasukan pendudukan Israel baru-baru ini dari bagian utara koridor tersebut. 

    Mereka telah memutus akses ribuan warga Palestina yang mengungsi dari rumah mereka. 

    Dan warga Palestina pun telah mulai kembali ke Gaza utara dengan menggunakan:

    – Jalan pesisir yang telah diblokir selama berbulan-bulan oleh pasukan pendudukan.

    – Jalan Salah a-Din, tempat kendaraan kini diizinkan lewat untuk pertama kalinya sejak invasi.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Israel Klaim Serang Terowongan Hizbullah di Perbatasan Suriah-Lebanon

    Israel Klaim Serang Terowongan Hizbullah di Perbatasan Suriah-Lebanon

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan telah melaksanakan serangan udara dengan menargetkan terowongan di perbatasan antara Suriah, dan Lebanon. Mereka mengklaim telah menyerang terowongan yang digunakan oleh kelompok militan Lebanon Hizbullah untuk menyelundupkan senjata.

    Pesawat Israel “melakukan serangan berdasarkan intelijen yang tepat pada terowongan bawah tanah yang melintasi wilayah Suriah ke wilayah Lebanon yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyelundupkan senjata,” kata militer sehari setelah menyerang depot senjata yang digunakan oleh kelompok militan Palestina Hamas di Suriah selatan, dilansir AFP, Senin (10/2/2025).

    Dalam serangannya pada hari Minggu (9/2), militer mengatakan juga menyerang “beberapa lokasi Hizbullah lainnya” di Lebanon.

    Kantor Berita Nasional resmi Lebanon pada hari Minggu melaporkan “pesawat tempur Israel yang bermusuhan” melancarkan beberapa serangan di perbatasan Lebanon-Suriah, termasuk satu serangan yang menargetkan sebuah penyeberangan.

    Diketahui, gencatan senjata Israel-Hizbullah yang rapuh telah berlaku sejak 27 November, setelah lebih dari setahun permusuhan termasuk dua bulan perang habis-habisan.

    Meskipun ada gencatan senjata, Israel terus menyerang Lebanon, dan kedua belah pihak telah berulang kali menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata.

    Berdasarkan kesepakatan tersebut, militer Lebanon akan dikerahkan di selatan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB saat tentara Israel mundur selama periode 60 hari.

    Israel telah melakukan ratusan serangan di Suriah sejak perang saudara meletus pada tahun 2011, terutama terhadap target yang terkait dengan Iran.

    Lihat juga Video: Israel Klaim Temukan Terowongan Hizbullah Dekat Pos PBB

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Libya Temukan Kuburan Massal Berisi Jenazah 28 Migran

    Libya Temukan Kuburan Massal Berisi Jenazah 28 Migran

    Jakarta

    Pihak berwenang Libya telah menemukan kuburan massal yang berisi jasad 28 migran sub-Sahara di distrik tenggara Kufra, dekat lokasi tempat mereka diduga ditahan dan disiksa, kata kantor jaksa agung pada hari Minggu.

    Dilansir AFP, Senin (10/2/2025), dikatakan bahwa kuburan tersebut ditemukan setelah penggerebekan di lokasi perdagangan manusia, tempat pihak berwenang membebaskan 76 migran sub-Sahara yang telah ditahan dan disiksa. Laporan mengatakan operasi tersebut berlangsung Sabtu malam.

    Penggerebekan tersebut menargetkan “sekelompok geng yang anggotanya dengan sengaja merampas kebebasan imigran ilegal, menyiksa mereka, dan menjadikan mereka sasaran perlakuan yang kejam, memalukan, dan tidak manusiawi,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Mayat-mayat itu telah “dikubur di sekitar tempat penahanan” dan tiga orang telah ditangkap, “satu warga Libya dan dua warga negara asing”, tambahnya.

    Foto-foto yang diunggah bersama dengan pernyataan tersebut di media sosial menunjukkan para migran kurus kering dengan bekas luka di wajah, anggota badan, dan punggung mereka.

    Libya telah berjuang untuk pulih dari kekacauan yang terjadi setelah pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 yang menggulingkan diktator lama Moamer Kadhafi.

    Libya masih terpecah antara pemerintah Dbeibah yang diakui PBB dan otoritas saingan di timur yang didukung oleh orang kuat militer Khalifa Haftar.

    Penyelundup dan pedagang manusia telah memanfaatkan ketidakstabilan tersebut sejak saat itu.

    Libya telah lama dikritik atas perlakuan terhadap para migran dan pengungsi, dengan tuduhan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia mulai dari pemerasan hingga perbudakan.

    Terletak sekitar 300 kilometer (186 mil) dari Italia, tempat ini merupakan titik keberangkatan utama bagi para migran, terutama dari negara-negara Afrika sub-Sahara, yang mengambil risiko menempuh perjalanan berbahaya di Laut Mediterania untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.

    Bulan lalu, pihak berwenang menangkap dua orang yang dituduh menyiksa dan menahan 263 migran ilegal untuk memeras uang tebusan di El Wahat, Libya timur.

    Jaksa penuntut mengatakan pada saat itu para migran telah ditahan untuk “memaksa keluarga mereka membayar $17.000 sebagai imbalan atas pembebasan migran Somalia dan membayar $10.000 sebagai imbalan atas pembebasan migran Eritrea”.

    Pada bulan Maret tahun lalu, sebuah kuburan massal yang berisi “sedikitnya 65 jenazah migran” ditemukan di Libya barat daya, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    “Biaya dari tindakan yang tidak memadai terbukti dari meningkatnya kematian manusia dan kondisi yang mengganggu yang dialami para migran,” kata IOM.

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Palestina Sebut Israel Bunuh 2 Wanita dalam Penyerbuan di Tepi Barat

    Palestina Sebut Israel Bunuh 2 Wanita dalam Penyerbuan di Tepi Barat

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki menembak mati dua wanita, termasuk satu orang yang sedang hamil delapan bulan. Militer Israel mengatakan telah menargetkan teroris dalam penyerbuan itu.

    Dilansir AFP, Minggu (9/2/2025), Pasukan Israel melancarkan operasi di kamp pengungsi Nur Shams, di pinggiran Tulkarem di Tepi Barat utara, pada dini hari Minggu, sebagai bagian dari serangan yang sedang berlangsung di kamp-kamp terdekat, kata militer.

    Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan perempuan bernama Sundus Jamal Muhammad Shalabi yang berusia 23 tahun tewas dalam insiden sebelum fajar. Sementara itu suaminya Yazan Abu Shola terluka kritis.

    Calon ibu itu meninggal saat tiba di rumah sakit setempat, kata kementerian tersebut.

    “Tim medis tidak dapat menyelamatkan nyawa bayi tersebut karena pendudukan (Israel) mencegah pemindahan korban luka ke rumah sakit,” tambahnya.

    Murad Alyan, anggota komite rakyat di kamp Nur Shams, mengatakan kepada AFP bahwa pasangan itu berusaha meninggalkan kamp sebelum pasukan pendudukan maju ke dalamnya. Mereka ditembak saat berada di dalam mobil mereka.

    Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk apa yang digambarkannya sebagai kejahatan eksekusi yang dilakukan oleh pasukan pendudukan, menuduh pasukan Israel sengaja menargetkan warga sipil yang tidak berdaya.

    Kementerian kesehatan kemudian mengatakan seorang wanita kedua, Rahaf Fouad Abdullah al-Ashqar yang berusia 21 tahun tewas dalam insiden terpisah di Nur Shams.

    Seorang sumber di komite rakyat kamp tersebut mengatakan bahwa dia terbunuh dan ayahnya terluka ketika “pasukan Israel menggunakan bahan peledak untuk membuka pintu rumah keluarga mereka”.

    Militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa mereka sedang menyelidiki kedua insiden tersebut.

    Rekaman AFP dari Nur Shams menunjukkan buldoser tentara membersihkan jalan di depan bangunan kosong di kamp yang padat penduduk itu. Diketahui kamp tersebut dihuni sekitar 13.000 orang.

    Militer Israel sebelumnya menyatakan pasukannya “memperluas operasi di Samaria utara”, menggunakan istilah alkitabiah untuk wilayah utara Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak 1967.

    “Tim tempur Brigade Efraim memulai operasi di Nur Shams,” kata militer dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa tentara telah “menargetkan beberapa teroris dan menangkap individu tambahan di daerah itu”.

    Kementerian kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 70 warga Palestina telah tewas oleh tembakan Israel di Tepi Barat tahun ini.

    Kekerasan di sana telah meningkat sejak pecahnya perang pada Oktober 2023 di Jalur Gaza, yang dipisahkan dari Jalur Gaza oleh wilayah Israel.

    Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 886 warga Palestina termasuk militan telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim di Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai.

    Setidaknya 32 warga Israel, termasuk beberapa tentara, telah tewas dalam serangan atau konfrontasi Palestina selama operasi Israel di Tepi Barat selama periode yang sama, menurut angka resmi Israel.

    (aik/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Arab Saudi Sarankan Warga Israel Pindah ke Alaska – Halaman all

    Arab Saudi Sarankan Warga Israel Pindah ke Alaska – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Salah satu anggota Dewan Syura Arab Saudi yang berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun, mengejek pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang mengusulkan pendirian negara Palestina di tanah Arab Saudi.

    Usulan Netanyahu tersebut muncul di tengah ketegangan hubungan antara Saudi dan Israel, terutama terkait isu Palestina.

    Yousef bin Trad Al-Saadoun menanggapi usulan Netanyahu dengan menyarankan agar Presiden AS, Donald Trump, memindahkan warga Israel ke Alaska atau Greenland.

    Menurutnya, keputusan itu mencerminkan pendekatan yang gegabah dan tidak mempertimbangkan saran dari para ahli.

    “Zionis dan sekutu mereka akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik,” ungkap Al-Saadoun, seperti dilansir oleh Middle East Eye.

    Al-Saadoun juga mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggapnya berupaya melakukan pendudukan ilegal dan pembersihan etnis.

    Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini dirumuskan oleh entitas Zionis dan disetujui oleh sekutu mereka,” tegasnya.

    Sebelumnya, Netanyahu menyatakan bahwa Arab Saudi memiliki banyak tanah untuk didirikan negara Palestina.

    Namun, Riyadh menegaskan bahwa mereka hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalan yang jelas menuju negara Palestina.

    Mesir dan Yordania juga mengecam pernyataan Netanyahu, dengan Mesir menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Saudi.

    Situasi di Gaza

    Dalam perkembangan lain, diskusi mengenai nasib warga Palestina di Gaza semakin mendesak setelah Trump mengusulkan untuk mengambil alih Jalur Gaza.

    Negara-negara Arab secara terbuka mengutuk komentar tersebut, terutama saat gencatan senjata sedang berlangsung.

    Di sisi lain, Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel pada 8 Desember 2023, sementara Israel juga membebaskan puluhan warga Palestina.

    Kondisi para sandera yang lemah menjadi sorotan, dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pemandangan tersebut sangat mengejutkan.

    “Gambar para sandera mengingatkan pada penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust,” ungkap Forum Keluarga Sandera, menekankan pentingnya upaya untuk membebaskan semua sandera.

    Ketegangan antara Arab Saudi dan Israel terkait isu Palestina semakin meningkat, dengan pernyataan-pernyataan yang saling mengejek dari kedua belah pihak.

    Sementara itu, situasi di Gaza terus berkembang, dengan pembebasan sandera dan reaksi internasional yang semakin kompleks. (*)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gencatan Senjata Gaza: Israel Mundur, Warga Palestina Kembali – Halaman all

    Gencatan Senjata Gaza: Israel Mundur, Warga Palestina Kembali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel mulai menarik pasukannya dari koridor utama Gaza pada Minggu (9/2/2025).

    Penarikan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati dengan Hamas.

    Penarikan Pasukan dan Gencatan Senjata

    Penarikan pasukan Israel dari Koridor Netzarim, yang memisahkan Gaza utara dan selatan, merupakan langkah awal dalam proses gencatan senjata.

    Namun, belum ada informasi jelas mengenai jumlah pasukan yang ditarik.

    Dalam kesepakatan ini, Israel juga mulai memperbolehkan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang berlangsung selama 42 hari telah melewati titik tengah.

    Kedua belah pihak diharapkan memulai perundingan untuk memperpanjang kesepakatan ini, yang diharapkan dapat menghasilkan pembebasan lebih banyak sandera Israel.

    Namun, situasi saat ini menunjukkan bahwa kesepakatan tersebut mulai rapuh dan perpanjangan tidak dijamin.

    Delegasi Israel ke Qatar

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengirim delegasi ke Qatar untuk merundingkan perpanjangan gencatan senjata.

    Namun, misi ini melibatkan pejabat tingkat rendah, yang menimbulkan spekulasi bahwa tidak akan ada terobosan signifikan dalam perundingan tersebut.

    Netanyahu dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan menteri kabinet utama minggu ini untuk membahas tahap kedua dari kesepakatan, tetapi waktu pertemuan tersebut belum jelas.

    Pembebasan Sandera dan Tahanan

    Pada Sabtu (8/2/2025), Hamas telah menyerahkan tiga sandera Israel.

    Ketiga sandera tersebut, Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, dan Or Levy, yang terlihat dalam kondisi lemah dan kurus saat dibawa ke podium oleh Hamas.

    Di sisi lain, Israel telah membebaskan 183 tahanan Palestina, termasuk beberapa yang terlibat dalam serangan yang menewaskan banyak orang.

    Kerumunan di Gaza menyambut kedatangan para tahanan yang dibebaskan dengan sukacita, meskipun beberapa di antara mereka mengeluhkan perlakuan buruk selama ditahan.

    Layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa enam dari 42 tahanan yang dibebaskan di Tepi Barat dalam kondisi kesehatan buruk dan harus dirawat di rumah sakit.

    “Pendudukan telah mempermalukan kami selama lebih dari setahun,” kata seorang tahanan bernama Eyad Abu Shkaidem, menyoroti kondisi yang dialami oleh para tahanan selama konflik ini.

    Kondisi para sandera dan tahanan ini menimbulkan keprihatinan dari Presiden Israel, Isaac Herzog.

    Ia menyebut upacara pembebasan sandera sebagai “sinis dan kejam”.

    Forum Keluarga Sandera bahkan membandingkan gambar para sandera dengan para penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust, menyerukan agar semua sandera dikeluarkan dari “neraka” yang mereka alami. (*)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ejek Pernyataan Netanyahu, Arab Saudi Minta Warga Israel Dipindah ke Alaska – Halaman all

    Ejek Pernyataan Netanyahu, Arab Saudi Minta Warga Israel Dipindah ke Alaska – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Salah seorang anggota Dewan Syura Arab Saudi paling berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun mengejek pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Diketahui sebelumnya, Benjamin Netanyahu mengusulkan pendirian negara Palestina di tanah Arab Saudi.

    Menanggapi itu, Yousef bin Trad Al-Saadoun membalas dengan mengusulkan agar Presiden AS, Donald Trump memindahkan warga Israel ke Alaska.

    Tak hanya itu, Yousef bin Trad Al-Saadoun juga mengusulkan agar warga Israel dipindahkan ke Greenland setelah Trump “mencaploknya”.

    Mengutip Middle East Eye, Al-Saadoun mengkritik pendekatan Trump terhadap kebijakan Timur Tengah, dengan alasan bahwa keputusan yang gegabah berasal dari mengabaikan saran ahli dan mengabaikan dialog.

    Dia memperingatkan bahwa “Zionis dan sekutu mereka” akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik.

    Menyindir pemerintahan Trump, Al-Saadoun mengatakan “kebijakan luar negeri resmi Amerika Serikat akan mengupayakan pendudukan ilegal atas tanah kedaulatan dan pembersihan etnis penduduknya, yang merupakan pendekatan Israel dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan”.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini tentu saja dirumuskan dan disetujui oleh entitas Zionis, dan diserahkan kepada sekutu mereka untuk dibacakan dari podium Gedung Putih,” kata Al-Saadoun.

    “Kaum Zionis dan para pendukungnya mesti menyadari betul bahwa mereka tidak akan mampu memikat para pemimpin dan pemerintah Saudi ke dalam perangkap manuver media dan tekanan politik palsu,” lanjutnya.

    Dewan Syura Saudi adalah majelis konsultatif yang memberi nasihat kepada raja tentang masalah legislatif dan kebijakan, tetapi tidak memiliki kewenangan legislatif.

    Anggotanya ditunjuk oleh raja dan membahas undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial.

    Sebelumnya, Netanyahu sambil bercanda mengatakan bahwa Saudi bisa mendirikan negara Palestina di Arab Saudi.

    Karena, lanjut Netanyahu, di Arab Saudi memiliki banyak tanah.

    Pernyataan itu muncul setelah Riyadh menegaskan kembali bahwa pihaknya hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalan yang jelas menuju negara Palestina. 

    Dikutip dari Reuters, Mesir dan Yordania juga mengecam Israel terkait pernyataan tersebut.

    Bahkan, Mesir menganggap gagasan tersebut sebagai “pelanggaran langsung terhadap kedaulatan Saudi”.

    Saudi mengatakan pihaknya menghargai penolakan negara-negara “persaudaraan” terhadap pernyataan Netanyahu.

    “Pola pikir ekstremis pendudukan ini tidak memahami apa arti wilayah Palestina bagi saudara-saudara Palestina dan hubungan sadar, historis, dan hukumnya dengan tanah itu,” katanya

    Diskusi tentang nasib warga Palestina di Gaza telah berubah drastis akibat usulan mengejutkan dari Presiden AS, Donald Trump tentang “mengambil alih Jalur Gaza” dari Israel.

    Trump mengatakan pada saat itu, ia akan menciptakan “Riviera Timur Tengah” setelah menempatkan warga Palestina di tempat lain.

    Negara-negara Arab secara terbuka mengutuk komentar Trump, yang muncul selama gencatan senjata di Gaza.

    Pembebasan Sandera

    Hamas telah menyerahkan tiga sandera Israel pada Sabtu (8/2/2025) kemarin.

    Sementara Israel mulai membebaskan puluhan warga Palestina dalam tahap terakhir gencatan senjata.

    Dalam pembebasan tersebut, tampak ketiga sandera Israel berpenampilan kurus kering.

    Ohad Ben Ami dan Eli Sharabi, yang disandera dari Kibbutz Be’eri selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, dan Or Levy, yang diculik hari itu dari festival musik Nova, dibawa ke podium Hamas oleh orang-orang bersenjata.

    Ketiga pria itu tampak kurus, lemah dan pucat, dalam kondisi yang lebih buruk daripada 18 sandera lainnya yang telah dibebaskan.

    “Dia tampak seperti tengkorak, sungguh mengerikan melihatnya,” kata ibu mertua Ohad Ben Ami, Michal Cohen, kepada Channel 13 News.

    Dikutip dari Reuters, Hamas kembali memamerkan para pejuangnya selama pembebasan para sandera dengan mengerahkan puluhan militannya di Gaza tengah.

    Para sandera kemudian dibawa dengan mobil Komite Palang Merah Internasional (ICRC) ke pasukan Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemandangan para sandera yang lemah itu mengejutkan dan akan ditangani.

    Sementara itu, Presiden Israel Isaac Herzog menggambarkan upacara pembebasan itu sebagai sesuatu yang sinis dan kejam.

    “Inilah gambaran kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.

    Forum Keluarga Sandera mengatakan gambar para sandera mengingatkan pada gambar para penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust.

    “Kita harus mengeluarkan semua sandera dari neraka,” katanya.

    Di sisi lain, Israel membebaskan 183 tahanan Palestina, beberapa di antaranya dihukum karena terlibat dalam serangan yang menewaskan puluhan orang, serta 111 orang yang ditahan di Gaza selama perang.

    Kerumunan massa yang bersorak menyambut bus-bus saat mereka tiba di Gaza, memeluk para tahanan yang dibebaskan, beberapa dari mereka menangis kegirangan dan merobek gelang yang diberikan penjara dari pergelangan tangan mereka.

    Layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan enam dari 42 tahanan yang dibebaskan di Tepi Barat dalam kondisi kesehatan yang buruk dan dibawa ke rumah sakit.

    Beberapa tahanan mengeluhkan perlakuan buruk.

    “Pendudukan telah mempermalukan kami selama lebih dari setahun,” kata seorang tahanan bernama Eyad Abu Shkaidem. (*)