Jenis Media: Internasional

  • Ancaman AS Tak Mempan, Afrika Selatan Terus Seret Israel ke Pengadilan atas Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    Ancaman AS Tak Mempan, Afrika Selatan Terus Seret Israel ke Pengadilan atas Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Afrika Selatan bersikeras menolak mencabut gugatan kasus dugaan genosida oleh Israel di Jalur Gaza.

    Meski Amerika Serikat (AS) sudah menyampaikan ancaman berupa penghentian bantuan, Afrika Selatan tetap kokoh dalam pendiriannya.

    Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Ronald Lamola mengatakan “tidak ada kemungkinan” negaranya bakal mencabut gugatan yang diajukan di Mahkamah Internasional pada bulan Desember 2023 itu.

    “Teguh pada prinsip kami terkadang ada konsekuensinya, tetapi kami tetap tegas bahwa ini penting bagi dunia dan supremasi hukum,” kata Lamola kepada Financial Times, dikutip dari TRT World.

    Afrika Selatan menjadi negara pertama yang menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kasus dugaan genosida di Gaza.

    Tekanan AS

    Pekan lalu Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menghentikan pengiriman bantuan ke Afrika Selatan.

    Langkah itu diambil sebagai balasan atas gugatan kasus genosida dan  undang-undang pertanahan yang menurut AS merampas tanah minoritas warga kulit putih di Afrika Selatan.

    AS juga menuding Afrika Selatan bekerja sama dengan Iran untuk mengembangkan rencana dagang, militer, dan nuklir dengan Iran.

    “AS tidak bisa mendukung pelanggaran hak oleh pemerintah Afrika Selatan di negaranya atau kebijakan luar negerinya yang mengganggu AS, yang memberikan ancaman keamanan nasional kepada negara kita, sekutu kita, rekan kita di Afrika, dan kepentingan kita,” demikian perintah itu.

    Sementara itu, Lamola membantah tudingan AS mengenai kerja sama nuklir dengan Iran.

    “Meski kami punya hubungan baik dengan Iran, kami tidak punya program nuklir apa pun dengan Iran, tidak punya pula perdagangan untuk dibicarakan,” ujar Lamola.

    Mengenai undang-undang bidang pertanahan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan undang-undang itu ditujukan untuk menangani ketidakadlian apartheid pada masa lalu.

    Ramaphosa lalu menganggap tudingan AS adalah kebohongan dan misinformasi. Dia menyebut Afrika Selatan hanya menerima dana pencegahan HIV/AIDS dari AS.

    Afrika Selatan menjadi pelopor dalam gugatan kasus genosida Israel. Negara itu menuding Israel telah melanggar Konvensi Genosida 1948.

    Setelah Afrika Selatan, beberapa negara lain yang turut menggugat Israel adalah Nikaragua, Kolombia, Kuba, Libya, Meksiko, Spanyol, Belize, dan Turki.

    Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan eks Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas kejahatan perang di Gaza.

    BBC melaporkan Trump membela Israel dengan cara menjatuhkan sanksi kepada para staf ICC.

    Puluhan negara, termasuk Inggris, Jerman, dan Prancis, kemudian bereaksi dengan cara mengungkapkan dukungannya kepada ICC. Menurut banyak negara itu, ICC adalah pilar penting dalam sistem pengadilan internasional.

    Adapun AS dan Israel tidak mengakui otoritas ICC yang punya kekuasaan untuk mengadili para individu atas kejahatan genosida, kemanusiaan, dan kejahatan perang.

    Saat ini ICC memiliki 125 anggota di seluruh dunia. ICC pekan lalu meminta para anggotanya untuk bersatu demi keadilan dan hak dasar umat manusia.

    ICC juga berjanji untuk terus menghadirkan keadilan dan harapan kepada jutaan korban kejabatan di seluruh dunia.

    (*)

  • Jet Tempur AS Jatuh ke Laut di California    
        Jet Tempur AS Jatuh ke Laut di California

    Jet Tempur AS Jatuh ke Laut di California Jet Tempur AS Jatuh ke Laut di California

    Jakarta

    Sebuah jet tempur militer Amerika Serikat jatuh di Pelabuhan San Diego, California, AS. Kedua pilot dilaporkan berhasil keluar dengan selamat.

    Jet tersebut, EA-18G Growler, jatuh ke laut sekitar pukul 10:15 pagi hari Rabu (12/2) waktu setempat, demikian The War Zone melaporkan, dilansir New York Post, Kamis (13/2/2025).

    Jet tersebut jatuh ke laut di lepas pantai Shelter Island, sebuah kawasan yang terletak tepat di seberang teluk dari Pangkalan Udara Angkatan Laut North Island, menurut konfirmasi dari Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan San Diego.

    Kedua pilot selamat setelah keluar dari pesawat menggunakan kursi lontar. Mereka telah dibawa ke rumah sakit terdekat, tetapi masih belum jelas apakah mereka mengalami cedera.

    Jet Growler dilaporkan masih berada di dalam air, sementara rekaman langsung dari pelabuhan menunjukkan sejumlah kapal tanggap darurat berpatroli di area tersebut.

    Kedua pilot dijemput oleh kapal penangkap ikan sewaan yang melihat mereka melontarkan diri dari pesawat yang jatuh, NBC San Diego melaporkan.

    Mereka dalam keadaan sadar saat kapal mencapai mereka.

    Latihan militer berbasis udara yang ekstensif telah berlangsung di California Selatan minggu ini, menurut The War Zone, meskipun tidak jelas apakah penerbangan ini merupakan bagian dari latihan militer tersebut.

    Insiden ini merupakan kecelakaan terbaru Growler senilai US$ 67 juta dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya pada bulan Oktober, Growler EA-18G Angkatan Laut lainnya jatuh di dekat Gunung Rainier di Washington – menewaskan kedua pilot.

    Growler – yang dioperasikan oleh dua pilot – telah diterbangkan oleh Angkatan Laut AS selama 15 tahun terakhir, dan telah digunakan untuk operasi di seluruh dunia.

    “Pesawat EA-18G Growler yang kami terbangkan merupakan teknologi paling canggih dalam Serangan Elektronik di udara dan menjadi garis pertahanan pertama Angkatan Laut di lingkungan yang tidak bersahabat,” kata Angkatan Laut AS tentang jet tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ancaman Besar Bos NATO kepada Putin: Kami Bisa Hancurkan Rusia, Jangan Menyerang – Halaman all

    Ancaman Besar Bos NATO kepada Putin: Kami Bisa Hancurkan Rusia, Jangan Menyerang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte menyampaikan ancaman keras kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Rutte mengklaim NATO bisa menghancurkan Rusia jika negara terbesar di dunia itu nekat menyerang salah satu anggota NATO.

    Dalam beberapa tahun belakangan para pejabat Eropa memang sudah menuding Rusia punya rencana agresif terhadap NATO.

    Di lain pihak, Putin berulang kali membantah tudingan itu dan menyebutnya tidak masuk akal. Dia mengatakan tudingan itu adalah dalih NATO untuk meningkatkan anggaran militer.

    “Saat ini jika Putin menyerang NATO, balasannya akan menghancurkanleburkan. Dia akan kalah. Jadi, jangan biarkan dia mencobanya, dan dia paham. [Kekuatan] penangkisan dan pertahanan [NATO] sangat kuat,” kata Rutte dalam konferensi pers di Kota Brussels, Belgia, hari Rabu, (12/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    Lalu, Rutte mengatakan NATO perlu menggelontorkan dana lebih banyak dalam hal pertahanan agar bisa membela diri untuk periode lima tahun ke depan.

    Dia mendesak anggota NATO untuk membuat sejumlah keputusan sulit tahun ini perihal anggaran pertahanan.

    Setiap anggota NATO diwajibkan menggelontorkan dana senilai 2 persen produk domestik bruto (PDB) untuk keperluan pertahanan. Namun, Rutte mengimbau agar dana itu ditingkatkan atau lebih dari 2 persen.

    Dia mengklaim negara-negara Barat sudah punya pabrikan senjata yang fantastis. Namun, produksi pabrikan itu belum mencukupi sehingga perlu segera ditangani.

    Barat menduga Rusia akan menyerang

    Muncul dugaan mengenai rencana serangan Rusia setelah ada laporan dari Dinas Intelijen Pertahanan Denmark hari Selasa kemarin.

    Menurut laporan itu, dalam waktu lima tahun berakhirnya perang di Ukraina, Rusia akan siap menggelar operasi militer besar di Eropa. Hal itu didasarkan pada asumsi bahwa anggaran pertahanan tetap pada level saat ini.

    “Rusia tampaknya akan lebih suka menggunakan kekuatan militer jika Rusia memandang NATO lemah secara militer atau terpecah belah secara politik,” demikian pernyataan dinas intelijen itu.

    “Ini terutama benar jika memperkirakan bahwa Amerika Serikat tidak bisa atau tidak akan membantu negara-negara NATO dalam suatu perang.”

    Menurut laporan itu, Rusia tak akan punya cukup kemampuan untuk mengobarkan perang dengan banyak negara dalam waktu bersamaan.

    Dikutip dari Politico, Dinas Intelijen Denmark menyampaikan tiga skenario mengenai rencana perang Rusia jika konflik di Ukraina sudah rampung.

    Pertama, dalam waktu enam bulan, Rusia akan mengobarkan perang dengan negara-negara tetangganya.

    Kedua, dalam waktu dua tahun, Rusia bisa mengobarkan perang regional di kawasan Laut Baltik.

    Ketiga, dalam waktu lima tahun, Rusia bisa melancarkan serangan besar ke Eropa.

    Adapun bulan lalu Rutte meminta para anggota NATO untuk “bergeser ke paradigma masa perang” demi mencegah perang meletus.

    Dia juga menyindir anggota NATO yang enggan menggelontor dana lebih banyak untuk pertahanan.

    Kata dia, anggota yang enggan itu lebih baik “mengikuti kursus bahasa Rusia atau pindah ke Selandia Baru”.

    Akhir tahun kemarin Rutte menyarankan anggota NATO di Eropa untuk mengalihkan dana kesejahteraan masyarakat ke dana militer.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mendesak para anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanannya hingga 5 persen PDB atau lebih dari dua kali target.

    Trump menyebut AS bisa saja keluar dari NATO jika para anggota NATO tidak membayar dengan cara mereka.

    Tahun lalu dia pernah mengaku bakal “mendorong” Rusia untuk menyerang negara NATO mana pun yang tidak memenuhi kewajiban anggarannya.

    (*)

  • Granat Meledak di Bar Prancis, 12 Orang Luka-luka

    Granat Meledak di Bar Prancis, 12 Orang Luka-luka

    Jakarta

    Sebuah granat meledak di sebuah bar di kota Grenoble, Prancis tenggara. Sebanyak 12 orang luka-luka dalam ledakan yang terjadi pada Rabu (12/2) malam waktu setempat itu.

    “Seseorang datang dan melemparkan granat, tampaknya tanpa mengatakan sepatah kata pun, dan melarikan diri,” kata jaksa penuntut Francois Touret-de-Courcy kepada wartawan di tempat kejadian, dilansir kantor berita AFP, Kamis (13/2/2025). Para petugas darurat telah menutup area tersebut.

    Dua orang dalam kondisi kritis, katanya. Dia menambahkan bahwa banyak orang berada di bar tersebut ketika granat meledak, tak lama setelah pukul 20.00 waktu setempat (1900 GMT). Bar tersebut berada di kawasan Desa Olimpiade, yang dibangun ketika kota yang indah itu menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 1968.

    Touret-de-Courcy mengatakan para penyelidik belum mengidentifikasi motif, tetapi tidak yakin itu adalah “serangan teroris.”

    “Tidak ada yang membuat kami berpikir bahwa ini terkait dengan terorisme,” katanya. Menurutnya, insiden ini “tindakan kekerasan ekstrem” yang “mungkin terkait dengan pembalasan dendam.”

    Dia mengatakan bahwa para penyidik sedang menyelidiki kemungkinan adanya hubungan dengan perdagangan narkoba. Dia menambahkan bahwa beberapa laporan menunjukkan tersangka juga membawa senapan serbu Kalashnikov.

    “Saya mengutuk dengan sekeras-kerasnya tindakan kriminal kekerasan luar biasa ini,” tulis Wali Kota Eric Piolle dalam postingan di media sosial X.

    Wakil Wali Kota Chloe Pantel mengatakan kepada AFP bahwa bar tersebut adalah “tempat berkumpulnya penduduk setempat dan orang-orang dari luar kawasan, khususnya untuk menonton pertandingan sepak bola.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Usai Telepon Putin, Trump Sebut Nego Akhiri Perang Ukraina Segera Dimulai

    Usai Telepon Putin, Trump Sebut Nego Akhiri Perang Ukraina Segera Dimulai

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina segera dimulai. Hal itu disampaikan Trump usai mengadakan pembicaraan telepon yang panjang bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Dilansir CNN, Kamis (13/2/2025) pejabat pemerintahan Trump mengatakan pihaknya berharap dilakukan “pertukaran” tahanan. Hal itu dapat menjadi pertanda dimulainya kembali upaya untuk mengakhiri perang, yang akan memasuki tahun keempat.

    Trump mengatakan pihaknya akan segera memulai negosiasi dengan mengirimkan tim. Trump juga akan memberitahu Zelensky terkait hal itu.

    “Kami membahas Ukraina, Timur Tengah, Energi, Kecerdasan Buatan, kekuatan Dolar, dan berbagai subjek lainnya,” kata Trump melalui akun Truth Socialnya.

    “Kami sepakat untuk bekerja sama, dengan sangat erat, termasuk saling mengunjungi negara masing-masing. Kami juga sepakat agar tim kami masing-masing segera memulai negosiasi, dan kami akan mulai dengan menelepon Presiden Zelenskyy, dari Ukraina, untuk memberi tahu dia tentang pembicaraan tersebut, sesuatu yang akan saya lakukan sekarang,” tulis Trump.

    Adapun pembicaraan antara Trump dan Putin itu bersikap bernada mendamaikan. Trump menyebut Putin bicara menggunakan akal sehatnya.

    “Presiden Putin bahkan menggunakan motto kampanye saya yang sangat kuat, ‘akal sehat.’ Kami berdua sangat percaya akan hal itu,” tulis Trump, yang menunjukkan bahwa mantan agen KGB di ujung telepon itu telah memilih kata-katanya dengan hati-hati untuk menarik perhatian pemimpin AS tersebut.

    Kremlin mengatakan pembicaraan Trump dan Putin itu berlangsung selama hampir 90 menit.

    Trump telah mengisyaratkan selama berminggu-minggu keinginannya untuk berbicara dengan Putin saat ia berupaya menyelesaikan konflik Ukraina.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya langsung menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky usai menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dalam misi perdamaian. Trump menyebut Zelensky dan Putin sama-sama ingin berdamai.

    “Saya baru saja berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelensky dari Ukraina. Percakapan berjalan dengan sangat baik. Dia, seperti Presiden Putin, ingin menciptakan perdamaian,” kata Trump di Truth Social, dilansir AFP, Kamis (13/2/2025

    Trump juga menambahkan bahwa Zelensky akan bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio di Munich pada hari Jumat.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Telepon Putin soal Akhiri Perang, Rusia Ogah Tukar Wilayah dengan Ukraina – Halaman all

    Donald Trump Telepon Putin soal Akhiri Perang, Rusia Ogah Tukar Wilayah dengan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia melakukan panggilan telepon selama hampir 90 menit dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (12/2/2025).

    Kedua presiden itu membahas usulan Donald Trump untuk menengahi negosiasi yang akan mengakhiri perang Rusia dan Ukraina, serta isu-isu Timur Tengah, energi, kecerdasan buatan, dan dolar.

    “Ia (Putin) ingin ini (perang Rusia-Ukraina) berakhir. Ia tidak ingin mengakhirinya dan kemudian kembali bertempur enam bulan kemudian,” kata Donald Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Rabu.

    Donald Trump mengatakan baik Putin maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menginginkan perdamaian.

    “Saya rasa kita sedang menuju perdamaian. Saya rasa Presiden Putin menginginkan perdamaian, Presiden Zelensky menginginkan perdamaian, dan saya menginginkan perdamaian. Saya hanya ingin melihat orang-orang berhenti terbunuh,” imbuhnya, seperti diberitakan Reuters.

    Presiden AS mengatakan dia dan Putin sepakat untuk memulai negosiasi guna mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    “Kami sepakat untuk bekerja sama dengan sangat erat, termasuk saling mengunjungi negara masing-masing,” kata Donald Trump. 

    Dalam kesempatan itu, Donald Trump meramalkan gencatan senjata Rusia-Ukraina dapat terjadi dalam waktu dekat dan Ukraina perlu mengadakan pemilihan umum.

    Donald Trump juga mengatakan tidak praktis untuk memberikan Ukraina keanggotaan di NATO, yang menjadi titik kritis utama bagi Kyiv dalam setiap perundingan untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

    Presiden AS mengatakan akan menelepon Zelensky dan memberitahu tentang percakapannya dengan Putin.

    “Kami akan mulai dengan menelepon Presiden Zelensky, dari Ukraina, untuk memberitahunya tentang percakapan tersebut,” ujarnya.

    Sementara itu, pemerintah Rusia di Kremlin juga mengonfirmasi panggilan telepon tersebut.

    “Trump berbicara mendukung penghentian permusuhan dengan cepat dan penyelesaian masalah secara damai selama panggilan telepon selama 1,5 jam,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, tanpa memberikan rincian lebih lanjut pada Rabu.

    Kremlin mengatakan Putin setuju dengan Donald Trump untuk penyelesaian jangka panjang yang dapat dicapai melalui negosiasi damai.

    “Namun, Putin menyebutkan perlunya mengatasi akar penyebab konflik,” kata Kremlin, menggunakan istilah konflik untuk menyebut perang Rusia-Ukraina.

    Putin Tolak Usulan Zelensky soal Tukar Wilayah

    Pada hari yang sama, Kremlin mengeluarkan pernyataan yang menolak usulan Zelensky yang berencana menukar wilayah Rusia di Kursk yang diduduki Ukraina dengan wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

    “Ini tidak mungkin. Rusia tidak pernah membahas dan tidak akan pernah membahas masalah pertukaran wilayahnya,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti diberitakan RBC Rusia pada Rabu.

    Ia menekankan pasukan Ukraina akan diusir dari wilayah Rusia.

    Sebelumnya, Zelensky mengatakan dalam wawancara dengan The Guardian, bahwa ia bermaksud mengusulkan pertukaran wilayah yang diduduki Rusia dan Ukraina.

    “Kami akan menukar satu wilayah dengan wilayah lain. Saya tidak tahu (wilayah mana yang akan ditukar), kita lihat saja nanti. Tapi semua wilayah kita penting, tidak ada prioritas” kata Zelensky kepada The Guardian, Selasa (11/2/2025).

    Zelensky menganggap usulan tersebut adalah upaya untuk membangun posisi yang kuat bagi Ukraina sebelum berunding dengan Rusia.

    Ia juga berharap AS dan sekutunya di Eropa akan memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina jika Ukraina menyepakati untuk berdamai dengan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Jadwal Masih Digodok, Israel Diklaim Akan Lancarkan Serangan Besar ke Iran Beberapa Bulan Lagi – Halaman all

    Jadwal Masih Digodok, Israel Diklaim Akan Lancarkan Serangan Besar ke Iran Beberapa Bulan Lagi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) menyebutkan Israel akan melancarkan serangan besar ke fasilitas nuklir Iran tahun ini atau beberapa bulan lagi.

    Menurut laporan itu, menjelang lengsernya Presiden AS Joe Biden, Israel mulai mempertimbangkan menyerang Iran karena Iran mulai melemah. Keputusan rencana penyerangan itu dibuat Israel sekitar September 2024.

    Israel disebut mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump agar mendukung serangan tersebut.

    Menurut Israel, Trump akan lebih bersedia membantu Israel jika dibandingkan dengan pendahulunya itu.

    Negara Zionis itu juga khawatir terlambat menghentikan kemajuan program nuklir Iran.

    Narasumber yang didapatkan The Wall Street Journal dari militer AS, misi itu akan rumit.

    Oleh karena itu, Israel barangkali akan membutuhkan bantuan AS dan senjata canggih untuk menyerang fasilitas nuklir Iran yang punya pertahanan kuat.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum bersedia buka suara tentang rencana serangan. Militer Israel juga memilih bungkam.

    Meski demikian, para pejabat Israel sudah menyampaikan pesan bahwa mungkin akan ada serangan yang lebih besar terhadap Iran.

    Para pejabat Trump disebut sudah mempertimbangkan kemungkinan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Bahkan, mereka juga mempertimbangkan pasukan AS untuk ikut andil dalam serangan itu.

    Terlepas dari pertimbangan itu, Trump sudah mengaku lebih menyukai solusi diplomatik perihal program nuklir Iran.

    Menurut laporan intelijen, jadwal dan metode serangan Israel terhadap Iran akan bergantung pada sejumlah faktor.

    Faktor itu di antaranya perundingan antara AS-Israel dan nasib gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.

    Pakar Israel mengatakan serangan Iran akan menargetkan beberapa area fasilitas nuklir Iran. Beberapa bagian fasilitas itu diamankan di dalam tanah.

    Serangan harus menyeluruh agar Iran tidak bisa membangun kembali fasilitas nuklirnya dengan cepat.

    Sementara itu, eks penasihat keamanan Netanyahu yang bernama Yaakov Amidror mengklaim Israel akan tertarik kepada perjanjian baru yang akan membuat Iran menghentikan program nuklirnya.

    “Jika perjanjian bagus tidak bisa dicapai, Israel akan terpaksa mengambil tindakan terhadap proyek nuklir Iran,” kata Amidror.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan Israel agar tidak menyerang Iran lagi.

    Meski demikian, Aragchi mengatakan Iran sudah siap menghadapi berbagai skenario jika Israel nekat menyerang. Dia berujar serangan Israel bisa memicu “kobaran api yang lebih besar”.

    “Saya berharap Israel menahan diri agar tidak mengambil tindakan sembrono seperti itu karena tindakan itu bisa memicu perang berskala besar,” kata Araghci sekitar sebulan lalu dikutip dari The Times of Israel.

    Dia mengatakan Iran akan lebih suka menempuh jalur diplomasi. Iran juga akan berkonsultasi dengan para sekutunya, termasuk Tiongkok.

    Tahun lalu Israel sudah dua kali melancarkan serangan langsung terhadap Iran.

    Pada bulan April 2024 Israel menyerang sistem pertahanan di dekat fasilitas nuklir Iran. Lalu, pada bulan Oktober jet tempur Israel menyerang fasilitas militer dan sistem pertahanan yang melindungi kota-kota penting di Iran.

    Iran membantah berusaha membuat senjata nuklir. Namun, Israel berulang kali menuding Iran berusaha membuatnya. Senjata nuklir Iran akan menjadi ancaman besar bagi Israel.

    Saat ini hanya ada sedikit kemungkinan tercapainya perjanjian nuklir lantaran minggu lalu Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menolak adanya perundingan.

    Sementara itu, Trump memberlakukan tekanan maksimal kepada Iran pada bulan-bulan pertamanya menjabat. Dia memilih perjanjian ketimbang serangan terhadap Iran.

    Trump turut berkata bahwa laporan apa pun mengenai rencana serangan AS dan Israel terhadap Iran adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan.

    (*)

  • Amerika Serikat Dilanda Musim Flu Tertinggi Sejak 2009, Angka Kematian Mingguan Lampaui Covid-19

    Amerika Serikat Dilanda Musim Flu Tertinggi Sejak 2009, Angka Kematian Mingguan Lampaui Covid-19

    PIKIRAN RAKYAT – Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 melanda, angka kematian mingguan akibat influenza di Amerika Serikat (AS) melampaui angka kematian akibat Covid-19 pada minggu yang berakhir pada 25 Januari 2025, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

    Pada minggu tersebut, sekitar 1,7% dari seluruh kematian di AS disebabkan oleh flu, sementara sekitar 1,5% disebabkan oleh Covid-19. Bahkan, tingkat rawat inap akibat flu tiga kali lebih tinggi daripada rawat inap akibat Covid-19 selama gelombang infeksi flu musim ini.

    Data awal dari CDC menunjukkan bahwa kematian akibat influenza mungkin mencapai 2% dari total kematian pada minggu yang berakhir pada 1 Februari, sementara kematian akibat Covid-19 secara nasional tetap sekitar 1,5%. Di 22 negara bagian, tingkat kematian akibat influenza telah melampaui kematian akibat Covid-19 selama lima minggu pertama tahun 2025.

    Kesenjangan antara kematian akibat flu dan Covid-19 paling signifikan di California, Hawaii, Washington, Oregon, dan Wyoming, di mana persentase kematian mingguan akibat flu setidaknya dua kali lipat dari Covid-19.

    Tingkat yang ‘Sangat Tinggi’

    Pejabat kesehatan menggunakan persentase kematian mingguan sebagai indikator awal tren kematian akibat flu dan Covid-19. Data CDC memperkirakan bahwa antara 13.000 dan 65.000 kematian akibat flu telah terjadi musim ini, melebihi kisaran kematian akibat influenza untuk sepanjang musim lalu. Jumlah ini juga lebih tinggi dari perkiraan kematian akibat Covid-19, yaitu antara 18.000 dan 31.000 kematian.

    Gelombang Covid-19 musim dingin ini lebih kecil dari gelombang sebelumnya, dengan tingkat rawat inap dan kunjungan gawat darurat yang lebih rendah. Tidak ada varian virus baru yang sangat bermutasi yang menyebabkan lonjakan besar infeksi, dan tingkat vaksinasi pada orang dewasa yang lebih tua lebih tinggi dari musim sebelumnya.

    Sebaliknya, aktivitas influenza meningkat ke beberapa tingkat tertinggi sejak puncak pandemi flu babi pada tahun 2009. Tingkatnya “sangat tinggi” di 33 negara bagian dan Distrik Columbia.

    Ketertinggalan Vaksinasi Flu

    Vaksinasi influenza tertinggal di beberapa kelompok usia, terutama pada anak-anak. Kurang dari 45% anak-anak di AS yang mendapatkan suntikan vaksin flu, dibandingkan dengan lebih dari 58% pada saat yang sama di tahun 2020.

    Juru bicara CDC, Paul Prince, mengimbau siapa pun yang belum divaksinasi flu untuk segera melakukannya.

    “Yang terpenting, siapa pun yang belum divaksinasi flu musim ini harus segera divaksinasi. Aktivitas flu tetap tinggi dan terus meningkat di seluruh negeri,” tegasnya.

    Beberapa faktor dapat memengaruhi aktivitas flu, termasuk jenis virus flu yang beredar dan tingkat kekebalan masyarakat.

    “Meskipun aktivitas flu dan tingkat keparahan musim flu tidak dapat diprediksi dan dapat bervariasi dari musim ke musim, aktivitas flu diperkirakan akan meningkat dan meningkat pada saat ini,” tandasnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Menentang Trump, Mesir-Yordania Ajak Negara Arab Rekonstruksi Jalur Gaza Tanpa Usir Penduduknya – Halaman all

    Menentang Trump, Mesir-Yordania Ajak Negara Arab Rekonstruksi Jalur Gaza Tanpa Usir Penduduknya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi membahas upaya membangun kembali Jalur Gaza melalui panggilan telepon dengan Raja Yordania Abdullah II pada hari Rabu (12/2/2025). 

    Panggilan telepon tersebut dilakukan setelah Raja Abdullah II melakukan kunjungan ke Gedung Putih untuk menemui Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Kedua pemimpin menekankan keinginan mereka untuk melakukan koordinasi bersama pada semua isu regional, dengan cara yang melayani kepentingan rakyat Mesir dan Yordania serta mendukung kepentingan rakyat Arab,” kata juru bicara resmi kepresidenan Mesir, Mohamed El-Shenawy, Rabu (12/2/2025).

    Al-Shennawy menegaskan Presiden El-Sisi dan Raja Abdullah II menekankan pentingnya penerapan penuh perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, terus membebaskan tahanan, dan memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan dalam rangka upaya mengakhiri penderitaan kemanusiaan di Jalur Gaza.

    “Kedua pemimpin menekankan pentingnya memulai proses rekonstruksi Jalur Gaza segera dan tidak menggusur rakyat Palestina dari tanah mereka,” katanya.

    Mereka juga menekankan perlunya menghentikan praktik yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Selain itu, Mesir dan Yordania menyatakan keinginan mereka untuk bekerja sama erat dengan Presiden AS Donald Trump, dengan tujuan mencapai perdamaian abadi di kawasan Timur Tengah.

    Juru bicara tersebut juga mengungkapkan harapan kedua negara untuk mendirikan negara Palestina di perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sesuai dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang relevan.

    Dalam panggilan telepon tersebut, Presiden El-Sisi dan Raja Abdullah II membahas cara-cara untuk meningkatkan koordinasi dan konsultasi antara negara-negara Arab.

    Rencananya mereka akan mempersiapkan pertemuan puncak darurat Arab yang akan dihadiri oleh perwakilan dari Mesir, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Yordania yang dijadwalkan akan diselenggarakan di Mesir pada 27 Februari 2025.

    Sebelumnya, Mesir dikabarkan akan mengusulkan untuk merekonstruksi Jalur Gaza selama lima tahun tanpa mengusir penduduknya seperti keinginan Donald Trump.

    “Usulan Mesir mengenai Gaza membayangkan rekonstruksi dimulai dari Rafah dan selatan dan berakhir di utara Jalur Gaza, dengan partisipasi negara-negara Arab, Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata sumber Mesir kepada Al Arabiya, Rabu.

    Usulan tersebut akan mencakup pekerjaan dalam dua tahap untuk menyingkirkan puing-puing dan membangun kompleks perumahan.

    Rincian usulan Mesir diperkirakan akan diumumkan minggu depan.

    Donald Trump Ingin Usir Warga Gaza dan AS Menduduki Jalur Gaza

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan ingin menggusur warga Palestina dari Jalur Gaza dan memindahkan mereka secara permanen ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

    “Saya pikir akan ada sebidang tanah di Yordania dan Mesir tepat warga Palestina dapat tinggal,” kata Donald Trump setelah bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II di Washington, Selasa (11/2/2025).

    “Saya yakin 99 persen bahwa kita akan mampu mencapai sesuatu dengan Mesir juga,” lanjutnya.

    Selain itu, Donald Trump menyatakan rencananya agar AS mengambil alih Jalur Gaza dan mengungkapkan kemungkinan untuk membeli wilayah tersebut.

    “Kami akan mengelola Jalur Gaza dengan sangat baik dan kami tidak akan membelinya,” ujarnya pada hari Selasa.

    Pernyataan Donald Trump memicu kemarahan dari negara-negara Arab dan internasional.

    Sementara itu sekutu Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung rencana AS untuk mengusir penduduk Gaza dan menduduki Jalur Gaza.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Perancang Perang Ini Akui Israel Gagal Total di Gaza: Kesalahan Serius

    Perancang Perang Ini Akui Israel Gagal Total di Gaza: Kesalahan Serius

    PIKIRAN RAKYAT – Giora Eiland, seorang pensiunan mayor jenderal Israel dan mantan kepala Dewan Keamanan Nasional, yang dikenal karena merancang rencana perang untuk mengurangi populasi Palestina di Gaza utara, baru-baru ini menyatakan bahwa perang Israel di wilayah tersebut telah mengalami “kegagalan total”.

    Rencana Eiland telah dikritik oleh warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia sebagai bagian dari proyek pembersihan etnis yang bertujuan untuk membangun kembali permukiman Yahudi di Gaza.

    Dalam komentarnya, Eiland mengakui bahwa Israel belum mencapai tiga setengah dari empat tujuan perang mereka.

    “Kami belum menghancurkan kekuatan militer Hamas; kami belum menggulingkan kekuasaan Hamas; kami tidak berhasil mengembalikan penduduk dengan selamat ke rumah mereka di Israel, dan mengenai pengembalian para korban penculikan, tujuan keempat kami telah berhasil sebagian,” tulisnya.

    Eiland mengklaim bahwa Hamas, sebaliknya, telah mencapai semua tujuannya, terutama mempertahankan kekuasaan mereka di Gaza.

    Alasan Kegagalan Israel

    Ia juga menyoroti kesalahan Israel dalam memperlakukan Hamas sebagai organisasi teroris murni, bukan sebagai entitas yang telah membangun kekuasaan negara di Gaza.

    Rencana Jenderal, yang diterbitkan pada akhir September 2024 oleh Forum Komandan dan Prajurit Cadangan, sebuah LSM Israel, telah menimbulkan kontroversi. Eiland sendiri, dalam sebuah wawancara pada Oktober 2023, menyerukan tekanan yang lebih kuat pada Hamas, termasuk penghentian bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    “Fakta bahwa kita hancur saat menghadapi bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah kesalahan serius. Gaza harus dihancurkan sepenuhnya: kekacauan yang mengerikan, krisis kemanusiaan yang parah, teriakan minta ampun,” tambahnya.

    Kelompok hak asasi manusia Israel, seperti Gisha, B’Tselem, Physicians for Human Rights-Israel, dan Yesh Din, telah menyatakan keprihatinan mereka bahwa Rencana Jenderal sedang dilaksanakan selama perang Gaza. Namun, para ahli Israel lainnya percaya bahwa rencana tersebut tidak relevan dengan situasi saat ini.

    Pembebasan Tawanan Tertunda

    Komentar Eiland muncul setelah Hamas menunda pembebasan tawanan Israel tahap berikutnya, menuduh Israel tidak mematuhi ketentuan kesepakatan gencatan senjata. Hamas menuntut agar Israel menghentikan serangannya terhadap warga Palestina yang kembali ke rumah mereka di Gaza dan mengizinkan bantuan kemanusiaan pada tingkat yang disepakati sebelumnya.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menanggapi dengan mengatakan bahwa tindakan Hamas merupakan pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata. Ia memerintahkan militer untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan skenario di Gaza.

    Sementara itu, Forum Sandera dan Keluarga Hilang meminta negara-negara penengah untuk melakukan intervensi dan memulihkan pelaksanaan kesepakatan, serta meminta pemerintah untuk menahan diri dari tindakan yang dapat membahayakan perjanjian yang telah ditandatangani.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News