Jenis Media: Internasional

  • AS Kerahkan Sistem Rudalnya di Filipina, China Berang!    
        AS Kerahkan Sistem Rudalnya di Filipina, China Berang!

    AS Kerahkan Sistem Rudalnya di Filipina, China Berang! AS Kerahkan Sistem Rudalnya di Filipina, China Berang!

    Beijing

    Pemerintah China merasa keberatan dengan pengerahan sistem rudal jarak menengah “Typhon” buatan Amerika Serikat (AS) di wilayah Filipina. Beijing mendesak Manila untuk segera menarik sistem rudal tersebut.

    Kementerian Pertahanan China dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/2/2025), menuduh Filipina telah melanggar “janji” mereka dengan mengerahkan sistem rudal AS tersebut.

    Sistem rudal Typhon ini menjadi bagian dari upaya AS untuk mengumpulkan berbagai senjata anti-kapal di kawasan Asia. Senjata ini menuai kritikan tajam dari China ketika pertama kali dikerahkan pada April 2024 saat latihan militer.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang, menuding Filipina tidak hanya “menyerahkan keamanan dan pertahanan nasional mereka kepada pihak lainnya, namun juga menimbulkan risiko konfrontasi geopolitik dan perlombaan senjata ke kawasan tersebut”.

    Sistem rudal AS itu, sebut Zhang, merupakan “senjata ofensif strategis”. Dia menyebut pihak Filipina telah “berulang kali mengingkari janjinya dan mengikuti keinginan AS dalam memperkenalkan sistem ini”.

    Pernyataan China itu dirilis setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina, Jonathan Malaya, mengatakan dalam konferensi pers bahwa rudal Typhon hanya dimaksudkan untuk pertahanan, dan bahwa Manila tidak pernah berjanji untuk menarik pengerahan rudal AS tersebut.

    “(Filipina) Mematuhi konstitusi pasifisnya yang menolak perang sebagai instrumen kebijakan nasional,” sebut Malaya.

    Tonton juga Video Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal AS, Warga: Sudah Telat

    Kedutaan Besar Filipina dan Kedutaan Besar AS di Beijing belum memberikan komentar mereka.

    Militer AS memindahkan sistem peluncur rudal Typhon — yang dapat menembakkan rudal multiguna dengan jarak ribuan kilometer — dari lapangan terbang Laoag di Filipina ke lokasi lainnya di Pulau Luzon.

    Rudal jelajah Tomahawk pada peluncur itu dapat mencapai target di China dan Rusia dari wilayah Filipina. Sedangkan rudal SM-6 yang juga bisa dimuatkan pada peluncur itu dapat menyerang target udara atau laut yang jaraknya lebih dari 200 kilometer.

    Tonton juga Video Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal AS, Warga: Sudah Telat

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Ingin Tahu Rencana Negara-negara Arab Soal Gaza Menjelang Kunjungan Menlu Marco Rubio ke Timteng – Halaman all

    AS Ingin Tahu Rencana Negara-negara Arab Soal Gaza Menjelang Kunjungan Menlu Marco Rubio ke Timteng – Halaman all

    AS Ingin Tahu Rencana Negara-negara Arab Soal Gaza Menjelang Kunjungan Menlu Marco Rubio

    TRIBUNNEWS.COM-  Amerika Serikat “sangat ingin” mendengarkan usulan Arab untuk membangun kembali Gaza, kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio.

    Menlu AS, Marco Rubio mengatakan bahwa negara-negara Arab harus menjamin bahwa Hamas tidak memiliki peran di Gaza.

    Mesir diperkirakan akan mengajukan proposal yang difokuskan pada pembangunan kembali Gaza sambil menjamin bahwa warga Palestina tidak akan terusir dari tanah air mereka dalam proses tersebut. 

    Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump bersikeras untuk mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut dan menempatkan mereka di negara lain, terutama Mesir dan Yordania. 

    Namun, proposal ini telah ditolak secara internasional dan menghadapi pertentangan dari pemerintah Arab. 

    Rubio diperkirakan akan segera mengunjungi Timur Tengah dan bertemu dengan pejabat senior di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan wilayah yang diduduki Israel. 

    “Semoga saja mereka punya rencana yang benar-benar bagus untuk memperkenalkan presiden,” kata Rubio dalam acara radio yang dipandu Clay Travis dan Buck Sexton.

    “Saat ini satu-satunya rencana — mereka tidak menyukainya — tetapi satu-satunya rencana adalah rencana Trump,” kata diplomat tinggi tersebut, seraya menambahkan jika negara-negara Arab memiliki rencana yang lebih baik “sekaranglah saatnya untuk menyampaikannya.”

    Rubio juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah Arab dengan mengatakan bahwa “tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki sejarah melakukan sesuatu untuk Gaza.”

    Meskipun Mesir telah menyelenggarakan perundingan antara faksi-faksi Palestina untuk menguraikan tata kelola di Jalur Gaza setelah perang Israel di wilayah tersebut, Rubio mengatakan bahwa rencana apa pun seharusnya tidak memiliki peran apa pun bagi Hamas di masa mendatang. 

    Para pemimpin Palestina telah menegaskan dalam beberapa kesempatan bahwa isu-isu seperti tata kelola seharusnya diselesaikan oleh warga Palestina, bukan kekuatan asing. 

    Rubio juga mengatakan bahwa jika negara-negara Arab tidak dapat memastikan bahwa Hamas disingkirkan di Gaza, “maka Israel harus melakukannya, dan kemudian kita akan kembali ke tempat kita sebelumnya, jadi itu tidak menyelesaikan masalah.”

     

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Serangan Drone Rusia Rusak Pelindung Pembangkit Nuklir Chernobyl    
        Serangan Drone Rusia Rusak Pelindung Pembangkit Nuklir Chernobyl

    Serangan Drone Rusia Rusak Pelindung Pembangkit Nuklir Chernobyl Serangan Drone Rusia Rusak Pelindung Pembangkit Nuklir Chernobyl

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa serangan drone Rusia memicu kerusakan para struktur pelindung yang dibangun untuk menangkal radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl. Namun Zelensky menyebut “tingkat radiasi tidak meningkat” akibat kerusakan itu.

    Angkatan Udara Ukraina, seperti dilansir AFP, Jumat (14/2/2025), melaporkan bahwa Rusia meluncurkan lebih dari 100 drone ke berbagai wilayah Ukraina dalam semalam — termasuk drone-drone tempur — yang menargetkan wilayah utara negara itu, yang menjadi lokasi PLTN Chernobyl.

    “Tadi malam, sebuah drone tempur Rusia dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi menghantam penutup yang melindungi dunia dari radiasi pada unit daya ke-4 pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang hancur,” kata Zelensky dalam pernyataan via media sosial.

    Reaktor nomor 4 di Chernobyl meledak pada 26 April 1986 silam, yang memicu bencana nuklir terburuk di dunia dengan ratusan orang tewas dan kontaminasi radioaktif menyebar di Eropa.

    Gedung yang menampung reaktor nomor 4 di Chernobyl kini dibungkus semacam sarkofagus, atau struktur pelindung dari beton dan baja berukuran raksasa, untuk membatasi kontaminasi radioaktif. Sarkofagus yang asli, dibangun era Uni Soviet, memburuk selama beberapa tahun ini. Yang baru dibangun menutupi yang lama dan selesai dibangun tahun 2019 lalu.

    Tiga reaktor nuklir lainnya di Chernobyl dimatikan secara bertahap usai bencana nuklir itu, dengan reaktor terakhir dimatikan tahun 2000.

    Pernyataan Zelensky itu disampaikan menjelang pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance di Jerman untuk membahas perang Ukraina, terutama ketika pemerintahan baru AS di bawah Presiden Donald Trump bertekad segera mengakhiri perang yang berlangsung hampir tiga tahun tersebut.

    Zelensky menyebut serangan drone Rusia itu menjadi bukti bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “jelas tidak mempersiapkan perundingan — dia bersiap untuk terus menipu dunia”.

    Lihat juga Video: Drone Rusia Serang Bus di Kherson Ukraina, 1 Tewas dan 9 Luka-luka

    Rekaman CCTV yang diposting oleh Zelensky menunjukkan ledakan terjadi di bagian samping struktur pelindung Chernobyl. Rekaman video CCTV itu tercatat diambil pukul 02.00 waktu setempat.

    Video CCTV itu juga menunjukkan kobaran api kecil dan sebuah lubang di bagian atap struktur pelindung itu, serta menunjukkan momen ketika para petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api.

    Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan adanya “ledakan” di lokasi itu, dan menyebut “tingkat radiasi di dalam dan di luar tetap normal dan stabil”. IAEA yang mengerahkan tim ke Chernobyl sejak Rusia menginvasi Ukraina, telah berulang kali memperingatkan bahaya pertempuran di sekitar PLTN setelah serangan besar-besaran militer Moskow ke Kyiv pada Februari 2022.

    “Satu-satunya negara di dunia yang menyerang lokasi semacam itu, menduduki pembangkit listrik tenaga nuklir, dan mengobarkan perang tanpa mempedulikan konsekuensinya adalah Rusia saat ini,” sebut Zelensky dalam pernyataan.

    Belum ada tanggapan dari Rusia terkait hal tersebut.

    Lihat juga Video: Drone Rusia Serang Bus di Kherson Ukraina, 1 Tewas dan 9 Luka-luka

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ledakan Bom di Dekat Tambang Pakistan, 11 Orang Tewas    
        Ledakan Bom di Dekat Tambang Pakistan, 11 Orang Tewas

    Ledakan Bom di Dekat Tambang Pakistan, 11 Orang Tewas Ledakan Bom di Dekat Tambang Pakistan, 11 Orang Tewas

    Islamabad

    Ledakan bom mengguncang sebuah kendaraan yang mengangkut para pekerja tambang di dekat area tambang batu bara di Pakistan bagian barat daya. Sedikitnya 11 orang tewas dan enam orang lainnya mengalami luka-luka.

    Para pejabat setempat, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/2/2025), melaporkan bahwa truk yang mengangkut para pekerja ke sebuah area tambang di daerah Harnai, Provinsi Balochistan, yang menjadi lokasi militer Pakistan memerangi pemberontakan separatis.

    “Sebuah peledak rakitan ditanam di pinggir jalan dan meledak ketika truk pengangkut pekerja tambang batu bara mencapai lokasi,” tutur seorang pejabat paramiliter setempat.

    Pejabat yang enggan disebut namanya itu menyebut peledak tersebut kemungkinan diledakkan dari jarak jauh.

    Wakil Komisioner wilayah setempat, Hazrat Wali Agha, menyebut sebanyak 17 pekerja tambang ada di dalam truk ketika ledakan mengguncang.

    Sebanyak 11 orang dipastikan tewas akibat ledakan itu.

    Lihat juga Video Detik-detik Ledakan di Stasiun Kereta Pakistan, 24 Orang Tewas

    Sedangkan di antara enam orang yang mengalami luka-luka, menurut dokter di rumah sakit setempat, dua korban luka di antaranya berada dalam kondisi kritis.

    Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

    Balochistan yang merupakan wilayah kaya mineral terletak di perbatasan dengan Iran dan Afghanistan. Wilayah ini menjadi lokasi pemberontakan selama satu dekade oleh sekelompok separatis etnis Baloch. Sejumlah militan Islamis juga beroperasi di area tersebut.

    Lihat juga Video Detik-detik Ledakan di Stasiun Kereta Pakistan, 24 Orang Tewas

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS-India Pererat Kerja Sama Militer, Trump Siap Kirim Jet Siluman F-35 untuk Perkuat Keamanan – Halaman all

    AS-India Pererat Kerja Sama Militer, Trump Siap Kirim Jet Siluman F-35 untuk Perkuat Keamanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan rencana untuk secara drastis meningkatkan penjualan senjata ke India tahun ini, termasuk jet tempur supersonik F-35.

    Keputusan ini diambil setelah pertemuan Trump dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, di Washington pada hari Kamis (13/2/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin membahas berbagai isu, termasuk perdagangan dan imigrasi, dengan keamanan sebagai agenda utama. 

    “Mulai tahun ini, kami akan meningkatkan penjualan militer ke India hingga miliaran dolar,” kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Modi, dikutip dari Al Jazeera.

    Trump juga menjelaskan bahwa pihaknya akan menjual jet F-13 kepada India.

    “Kami juga membuka jalan untuk akhirnya menyediakan jet tempur siluman F-35 bagi India,” tambahnya.

    Ini menjadi sebuah langkah yang akan menempatkan India di antara kelompok negara elit yang mengoperasikan pesawat canggih tersebut.

    Penjualan ini menjadi bagian dari strategi AS untuk memperkuat aliansi QUAD, yang terdiri dari Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat, guna menciptakan Indo-Pasifik yang stabil dan makmur, dikutip dari Newsweek.

    Keputusan ini mencerminkan pergeseran strategi pertahanan India, yang sebelumnya mengandalkan teknologi pertahanan campuran dari Barat dan Rusia.

    Dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, India mulai mengadopsi lebih banyak peralatan militer canggih dari Amerika Serikat.

    Selain itu, hubungan AS dan India semakin erat melalui berbagai perjanjian, termasuk kesepakatan berbagi teknologi dan fasilitas pelabuhan.

    Langkah ini sejalan dengan upaya India untuk memodernisasi militernya dalam dekade mendatang, dikutip dari The Economic Times India.

    Dengan upaya India untuk memodernisasi militernya, Layanan Penelitian kongres AS telah mempredisksi biaya yang akan dihabiskan India.

    Total lebih dari 200 miliar USD yang akan digelontorkan India untuk langkah ini.

    Trump Puji Modi

    Setelah pertemuannya dengan Modi, Trump sempat melontarkan pujian untuk Perdana Menteri India.

    Ia menyebut Modi sebagai negosiator yang tangguh, bahkan mengalahkan dirinya.

    Mendengar pujian dari Trump, Modi menganggap Presiden AS ini sebagai teman.

    Modi kemudian menjelaskan bahwa ia akan menggunakan slogan AS “Make America Great Again” dengan versi India.

    Secara strategis, AS melihat India sebagai mitra penting dalam membendung pengaruh China di kawasan.

    Kedua negara juga terlibat dalam kerja sama Quad bersama Jepang dan Australia untuk memperkuat keamanan regional.

    Di sisi lain, India tetap menjalin hubungan ekonomi dengan Rusia dan China melalui aliansi BRICS serta Organisasi Kerjasama Shanghai.

     Namun, dengan perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan sanksi internasional terhadap Rusia, India mulai beralih ke Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan modernisasi militernya.

    Penambahan F-35 ke persenjataan India merupakan kemenangan strategis bagi New Delhi. 

    Sejauh ini, hanya segelintir negara seperti Israel, Jepang, dan anggota NATO yang mendapatkan akses ke jet tempur canggih tersebut. 

    Dengan kesepakatan ini, India semakin memperkuat posisinya sebagai kekuatan militer yang diperhitungkan di kawasan Indo-Pasifik.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Narendra Modi

  • 4 Ribu WNI di AS Terancam Dideportasi Buntut Kebijakan Trump

    4 Ribu WNI di AS Terancam Dideportasi Buntut Kebijakan Trump

    Jakarta

    Sebanyak 4.276 Warga Negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat (AS) masuk daftar pemerintahan Presiden Donald Trump untuk segera dideportasi. Di antara mereka adalah WNI yang mengalami masalah dokumen imigrasi, status legal yang kadaluarsa, juga terkena kasus kriminal.

    Lebih dari 4.000 WNI tersebut menerima final order removal atau perintah akhir pemindahan.

    Mereka dilaporkan tidak memiliki izin legal untuk tinggal sehingga harus angkat kaki dari negara tersebut.

    Final order removal ini umumnya diberikan kepada mereka yang memiliki catatan kriminal, pelanggaran imigrasi, serta status legal yang kadaluarsa.

    Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menjelaskan, di antara 4.276 orang ini, ada yang tidak memiliki dokumen imigrasi yang sah, dan berstatus belum dihukum.

    Judha menambahkan 4.276 orang ini merupakan bagian dari dari keseluruhan 1,4 juta orang yang masuk daftar final order removal.

    Getty ImagesSejumlah warga El Salvador yang dideportasi dari Amerika Serikat (AS) membawa barang-barang pribadi mereka saat tiba di kantor Imigrasi di San Salvadir, El Salvador, 12 Februari 2025.

    Judha menyebutkan contoh kasus WNI berinisial BK di New York yang ditangkap akhir Januari 2025 lalu.

    Ini terjadi saat BK melakukan pelaporan tahunan di kantor Immigration and Custom Enforcement (ICE).

    BK diketahui masuk daftar deportasi sejak 2009 silam.

    Selain itu, Judha mengungkap ada WNI lain, berinisial TRN yang ditahan di Atlanta, Georgia pada 29 Januari.

    “Saat ini hanya dua WNI yang kami dapat informasi ditahan. Kami akan terus monitor,” kata Judha kepada media, Kamis (13/02), di Jakarta

    Apa yang harus dilakukan ribuan WNI yang terancam dideportasi dari AS?

    Judha mengatakan WNI di AS yang masuk daftar ini bisa melapor ke perwakilan diplomatik Indonesia di negeri tersebut.

    Ia mengimbau agar para WNI mengetahui hak mereka sesuai hukum AS.

    Judha mengatakan perwakilan diplomatik Indonesia di AS bakal memberikan pendampingan hukum.

    Sebelum pengumuman daftar deportasi dari Kemenlu, Menteri Koordinator (Menko) bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Imigrasi Yusril Ihza Mahendra juga sempat menyinggung perihal rencana Presiden AS Donald Trump yang akan melakukan deportasi besar-besaran para imigran.

    Ia mengatakan pemerintah Indonesia mengantisipasi kebijakan presiden baru AS tersebut.

    “Oleh karena kita harus bertindak melindungi warga negara kita yang ada di luar negeri. Saya kira itu normalnya kita akan lakukan,” kata Yusril, seperti dikutip dari detikcom.

    Baca juga:

    Apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia?

    Akhir Januari lalu, pemerintah Indonesia juga berencana membentuk tim khusus untuk mengantisipasi isu deportasi WNI dari AS, pasca Trump terpilih.

    Menteri HAM Natalius Pigai mengatakan kementeriannya bakal bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri untuk memastikan perlindungan yang bisa diberikan para WNI yang terimbas deportasi.

    Ia sempat menyebut bahwa pada masa kampanye menjelang pemilihan presiden AS, pihaknya mendengar ada sejumlah WNI yang mengaku resah di negara itu.

    Salah satu penyebabnya karena mereka mengalami masalah dokumen imigrasi, katanya.

    “Misalnya saja ada yang menetap dengan bekal visa turis atau menggunakan modus pencari suaka politik, tetapi ternyata dokumennya palsu. Ini kejadiannya ada yang terkait WNI kita juga,” kata Pigai, seperti dikutip dari Antara.

    Apakah pemerintah Indonesia perlu mengakomodasi pemulangan ribuan WNI?

    Dengan kondisi ini, pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana mengimbau pemerintah Indonesia perlu memastikan akomodasi para WNI sekiranya kebijakan deportasi sudah final dan siap dieksekusi pemerintahan Trump.

    “Siapa tahu mereka tidak punya uang. Kalau mereka tidak punya uang, ya kita bisa pick up mereka dalam satu pesawat untuk kembali ke Indonesia,” kata Hikmahanto kepada wartawan Johanes Hutabarat yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Jumat (14/02).

    Hikmahanto mengatakan kebijakan ini tak terhindarkan karena umumnya mereka yang masuk daftar tersebut “visanya expired ataukah mungkin mereka sudah tidak sesuai dengan izin tinggalnya.”

    Apa perbedaan kebijakan imigran pemerintahan Trump dan Biden?

    Hikmahanto mengatakan isu imigran yang mengalami masalah terkait dokumen keimigrasian ini sudah lama terdengar, namun menurutnya belum ditindak secara masif.

    Pergantian rezim di AS ikut mengubah kebijakan terkait imigran, katanya.

    Getty ImagesMereka yang masuk daftar deportasi ini adalah yang masa tinggalnya sudah kadaluarsa, mengalami masalah dokumen keimigrasian, dan punya catatan kriminal.

    Dia menilai pemerintahan Trump lebih keras dalam mengambil kebijakan bagi para imigran, dibanding Joe Biden.

    Dugaan Hikmawanto, AS di bawah Biden lebih kendur dalam menindak para imigran.

    Alasannya, menurutnya, kehadiran tenaga kerja para imigran ini memang dibutuhkan untuk mendongkrak kegiatan ekonomi di AS.

    “Banyak yang tahu tapi dianggap oleh pemerintah Amerika tidak terjadi, sehingga ya mereka enggak mengalami deportasi,” kata Hikmahanto.

    Berita ini akan diperbarui.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mesin Bermasalah, Pesawat Menlu AS Terpaksa Putar Balik    
        Mesin Bermasalah, Pesawat Menlu AS Terpaksa Putar Balik

    Mesin Bermasalah, Pesawat Menlu AS Terpaksa Putar Balik Mesin Bermasalah, Pesawat Menlu AS Terpaksa Putar Balik

    Washington DC

    Pesawat yang ditumpangi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio terpaksa terbang berbalik arah saat mengudara ke Jerman, karena mengalami masalah mesin. Rubio akhirnya melanjutkan penerbangan ke Eropa pada Jumat (14/2) waktu setempat dengan menggunakan pesawat pengganti.

    Insiden itu, seperti dilansir AFP, Jumat (14/2/2025), terjadi ketika Rubio dalam penerbangan ke Jerman untuk menghadiri Konferensi Keamanan Munich.

    Pesawat yang ditumpangi Rubio itu, menurut laporan reporter AFP yang menjadi bagian rombongan Menlu AS, tiba-tiba berbalik arah ke Pangkalan Udara Andrews di luar Washington DC.

    “Pesawat yang ditumpangi Menlu Rubio mengalami masalah mekanis,” ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, dalam penjelasannya.

    Tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Bruce soal masalah mekanis yang terjadi, maupun soal jenis pesawat itu. Namun diketahui bahwa masalah mekanis terjadi secara berkala pada pesawat yang ditumpangi Menlu AS, yang menggunakan armada pesawat yang menuai untuk para pejabat tingginya.

    Tak lama usai insiden itu, menurut Bruce, Rubio terbang ke Eropa menggunakan pesawat kedua yang berukuran lebih kecil. Penerbangan ini dilakukan tanpa membawa awak media di dalamnya.

    Rubio dijadwalkan akan bergabung dengan Wakil Presiden AS JD Vance, yang juga menghadiri Konferensi Keamanan Munich. Rubio akan mendampingi Vance dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Jumat (14/2) waktu setempat.

    Tonton juga Video: Menlu AS Diolok-olok Wartawan saat Konpers soal Gencatan Senjata di Gaza

    Pertemuan antara Vance dan Zelensky itu digelar setelah Presiden AS Donald Trump melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump mengatakan dirinya akan mengupayakan diplomasi untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    Sementara itu, Rubio dijadwalkan akan melanjutkan kunjungan luar negerinya ke Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk membahas gencatan senjata Gaza, antara Israel dan Hamas, yang rapuh.

    Dia juga akan melakukan diskusi membahas usulan kontroversial Trump yang memicu kemarahan di kawasan Timur Tengah, untuk memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza, yang hancur akibat gempuran militer Israel selama 16 bulan terakhir.

    Tonton juga Video: Menlu AS Diolok-olok Wartawan saat Konpers soal Gencatan Senjata di Gaza

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Jatuhkan Sanksi Ekonomi kepada Kepala Jaksa ICC Karim Khan, Asetnya di AS Dibekukan – Halaman all

    AS Jatuhkan Sanksi Ekonomi kepada Kepala Jaksa ICC Karim Khan, Asetnya di AS Dibekukan – Halaman all

    Departemen Keuangan AS Jatuhkan Sanksi kepada Kepala Jaksa ICC Karim Khan, Jatuhkan Sanksi Ekonomi

    TRIBUNNEWS.COM- Departemen Keuangan AS mengumumkan pada 13 Februari bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan, membekukan semua asetnya di AS dan melarangnya memasuki negara tersebut.

    Puluhan negara telah memperingatkan bahwa tindakan Washington terhadap ICC ‘mengancam akan mengikis supremasi hukum internasional’.

    Khan secara resmi ditambahkan ke dalam daftar Orang yang Ditunjuk Khusus dan daftar orang yang diblokir oleh Departemen Keuangan atas keputusannya untuk mengeluarkan “surat perintah penangkapan menargetkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant.”

    “ICC tidak memiliki yurisdiksi atas Amerika Serikat atau Israel, karena tidak ada satu pun negara yang menjadi pihak dalam Statuta Roma atau anggota ICC,” demikian bunyi pernyataan dari pejabat AS.

    Pengumuman hari Kamis menyusul perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump minggu lalu yang menjatuhkan sanksi terhadap ICC.

    Sejak menjabat, Trump menuduh ICC melakukan “tindakan tidak sah dan tidak berdasar yang menargetkan Amerika dan sekutu dekat kita, Israel,” dengan mengklaim bahwa tindakan pengadilan tersebut menciptakan “preseden berbahaya” yang dapat membuat warga AS rentan terhadap “pelecehan, penyiksaan, dan kemungkinan penangkapan.”

    ICC memiliki yurisdiksi internasional untuk mengadili genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang di negara-negara anggota atau jika Dewan Keamanan PBB (DK PBB) merujuk suatu situasi. 

    Baik AS maupun Israel tidak mengakui yurisdiksi pengadilan yang berpusat di Den Haag tersebut.

    Hampir 80 negara baru-baru ini memperingatkan bahwa keputusan Trump dapat “meningkatkan risiko impunitas atas kejahatan paling serius dan mengancam untuk mengikis aturan hukum internasional.”

    Pada bulan November, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan Gallant karena menggunakan kelaparan sebagai senjata perang terhadap warga sipil Palestina di Gaza. 

    Gallant dan Netanyahu memberlakukan “pengepungan total” di jalur tersebut sebagai tanggapan atas Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, yang bertujuan untuk mengakhiri blokade Israel terhadap Gaza.

    “Kami tetap sangat prihatin dengan tindakan tergesa-gesa Jaksa Penuntut Umum untuk meminta surat perintah penangkapan dan kesalahan proses yang meresahkan yang menyebabkan keputusan ini. Amerika Serikat telah menegaskan bahwa ICC tidak memiliki yurisdiksi atas masalah ini. Dalam koordinasi dengan mitra, termasuk Israel, kami sedang membahas langkah selanjutnya,” kata pejabat AS dari Gedung Putih Biden saat itu.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Kebakaran di Lokasi Pembangunan Hotel Mewah Korsel, 6 Orang Tewas    
        Kebakaran di Lokasi Pembangunan Hotel Mewah Korsel, 6 Orang Tewas

    Kebakaran di Lokasi Pembangunan Hotel Mewah Korsel, 6 Orang Tewas Kebakaran di Lokasi Pembangunan Hotel Mewah Korsel, 6 Orang Tewas

    Seoul

    Sebuah lokasi pembangunan hotel mewah di Busan, sebuah kota pelabuhan di Korea Selatan (Korsel), dilanda kebakaran hebat. Sedikitnya enam orang tewas dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden ini.

    Dinas Pemadam Kebakaran Nasional Korsel, seperti dilansir AFP dan kantor berita Yonhap, Jumat (14/2/2025), melaporkan kebakaran itu mulai terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat, tepatnya di lokasi pembangunan Banyan Tree Hotel.

    Sekitar 100 pekerja bangunan ada di lokasi ketika kobaran api mulai muncul dan menjadi kebakaran hebat.

    Laporan kantor berita Yonhap menyebut para petugas pemadam menyelamatkan korban yang terjebak di dalam bangunan yang masih dalam proses pembangunan itu dengan menggunakan sejumlah helikopter. Namun enam orang di antaranya dinyatakan tewas.

    Sebanyak 14 orang lainnya berhasil diselamatkan dari bagian atap bangunan setengah jadi itu, sedangkan para pekerja bangunan yang ada di lokasi itu telah dievakuasi dari lokasi kebakaran.

    “Kami sedang melakukan pencarian di bagian dalam gedung. Polisi dan pemerintah setempat sedang menentukan jumlah pasti para pekerja (yang berada di dalam gedung),” ucap salah satu petugas pemadam kebakaran setempat, seperti dikutip Yonhap.

    Penyebab kebakaran ini belum diketahui secara jelas.

    Lihat juga Video ‘Sebuah Hotel di Turki Kebakaran, 76 Orang Tewas’:

    Namun, menurut seorang pejabat dinas pemadam kebakaran setempat, diyakini api mulai berkobar di lantai pertama lokasi pembangunan hotel mewah tersebut, yang menjadi tempat para pekerja bangunan menyimpan bahan insulasi.

    Presiden sementara Korsel, Choi Sang Mok, telah memerintahkan jajaran pejabat terkait untuk “memobilisasi sepenuhnya semua personel dan peralatan yang tersedia untuk memadamkan api”.

    “Pastikan operasi pencarian dan penyelamatan menyeluruh untuk mencegah jatuhnya korban jiwa dengan tetap memprioritaskan keselamatan para petugas pemadam kebakaran,” ucap Choi dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video ‘Sebuah Hotel di Turki Kebakaran, 76 Orang Tewas’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Korea Utara Tolak Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Kedaulatan Tidak Bisa Jadi Bahan Negosiasi – Halaman all

    Korea Utara Tolak Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Kedaulatan Tidak Bisa Jadi Bahan Negosiasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korea Utara menolak dengan tegas usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk “mengambil alih” Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina ke negara lain.

    Usulan tersebut dianggap sebagai bentuk “pengusiran paksa warga Gaza”, menurut laporan dari Anadolu.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, Pyongyang menegaskan kedaulatan nasional tidak bisa menjadi bahan negosiasi, apalagi dengan Amerika Serikat.

    “Pada saat darah dan air mata masih tertumpah di Jalur Gaza dan kekhawatiran tumbuh di dalam dan luar negeri tentang keadaan yang rapuh ini, dunia dikejutkan oleh retorika keterlaluan yang menginjak-injak harapan Palestina akan perdamaian dan kehidupan yang stabil di kawasan tersebut,” ungkap Korea Utara.

    Kekhawatiran mengenai kondisi Gaza semakin meningkat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

    Usulan Trump dipandang sebagai tindakan yang menghancurkan harapan rakyat Palestina akan perdamaian, dianggap sangat tidak dapat diterima.

    KCNA juga mengkritik retorika keras tersebut yang dianggap merusak harapan rakyat Gaza untuk kehidupan yang lebih stabil.

    Selain itu, Korea Utara menilai usulan Trump sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, Middle East Monitor melaporkan.

    Hal ini tidak hanya menghambat upaya penyelesaian solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel, tetapi juga dianggap sebagai tindakan sembrono yang sama sekali tidak bisa diterima oleh dunia internasional.

    Meski tidak secara langsung menyebut nama Trump, KCNA mengecam kebijakan Washington yang dinilai mendukung “kekejaman tidak manusiawi” Israel, dengan mengutip pembelaan AS terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri dan penyediaan teknologi senjata canggih yang digunakan oleh Israel.

    Usulan Trump ini pertama kali disampaikan pada 4 Februari, dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Trump menyatakan AS berencana untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

    Ia menggambarkan rencananya sebagai suatu “pembangunan kembali luar biasa” yang dapat mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Usulan tersebut langsung mendapatkan penolakan luas, tidak hanya dari Palestina, tetapi juga dari banyak negara Arab dan masyarakat internasional, termasuk negara-negara besar seperti Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris.

    Bahkan, banyak pihak menilai rencana ini sebagai bentuk penindasan terhadap warga Palestina yang sudah lama menderita akibat konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

    Vatikan Tolak Relokasi Warga Gaza

    Menteri Luar Negeri Vatikan Pietro Parolin menjelaskan bahwa penduduk Palestina harus tetap berada di tanah mereka.

    “Ini adalah salah satu poin mendasar dari Tahta Suci: tidak ada deportasi,” katanya, seperti dikutip dari kantor berita ANSA.

    Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan resmi di Italia pada Kamis (13/2/2025).

    Parolin menambahkan memindahkan warga Palestina akan menciptakan ketegangan regional dan dianggap tidak masuk akal.

    Parolin juga mencatat bahwa negara-negara tetangga, termasuk Yordania, menolak usulan Trump tersebut.

    Paus Fransiskus juga turut bersuara mengenai isu ini.

    Ia mengkritik rencana Trump untuk deportasi massal migran yang tidak berdokumen di Amerika Serikat.

    Dia menekankan pentingnya martabat manusia, mengatakan bahwa memulangkan orang-orang yang melarikan diri dari negara mereka dalam keadaan sulit adalah tindakan yang merusak martabat para migran.

    Kepala perbatasan Trump, Tom Homan, menanggapi pernyataan Paus dengan mengharapkan agar pemimpin gereja tersebut tetap berpegang pada nilai-nilai Gereja Katolik.

    Ia berharap agar masalah penegakan hukum perbatasan diserahkan kepada timnya.

    Prancis Tolak Relokasi Warga Gaza

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak usulan pengusiran warga Palestina dari Gaza.

    Macron menegaskan bahwa pengusiran hingga dua juta warga Palestina dari Gaza, seperti yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tidaklah tepat.

    Ia menyatakan, “Bagi saya, solusi di Gaza bukanlah solusi real estat. Ini adalah solusi politik.”

    Pernyataan ini menggambarkan keyakinan Macron bahwa masalah yang dihadapi di Gaza harus diselesaikan melalui pendekatan politik yang komprehensif, bukan dengan pemindahan paksa penduduk.

    Macron mengaitkan usulan Trump untuk membeli Greenland—wilayah otonomi di dalam Kerajaan Denmark—dengan apa yang ia sebut sebagai “ketidakpastian strategis ekstrem” yang sedang dialami dunia saat ini.

    Usulan tersebut, menurut Macron, mencerminkan sikap yang tidak bijaksana dan berbahaya dalam menangani isu-isu geopolitik.

    China Tolak Relokasi Warga Gaza

    Sebelumnya, Beijing telah menegaskan penentangannya terhadap rencana Trump yang ingin memindahkan warga Gaza ke tempat lain.

    Penolakan tegas ini disampaikan oleh pemerintah China dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (5/2/2025).

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan Gaza adalah wilayah Palestina dan merupakan bagian integral dari negara Palestina.

    China menyatakan mereka dengan tegas menolak setiap upaya pemindahan paksa warga Gaza.

    “Gaza adalah milik Palestina dan bagian dari wilayah yang tidak terpisahkan,” ujar Guo Jiakun, menanggapi pertanyaan tentang rencana Trump yang mengusulkan relokasi penduduk Gaza.

    China lebih lanjut menekankan bahwa pemerintah Palestina memiliki hak penuh untuk mengatur wilayah mereka tanpa adanya intervensi dari pihak luar.

    Beijing menganggap bahwa pemindahan paksa warga Gaza bertentangan dengan prinsip dasar mengenai hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina.

    Sebelumnya, penolakan telah disuarakan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.

    Jian mengatakan pemerintah meyakini warga Palestina yang berhak memerintah negara itu.

    “Itu adalah prinsip dasar pemerintah pasca konflik di Gaza,” kata Lin saat konferensi pers pada Rabu (5/2/2025), dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami menentang pemindahan paksa warga Gaza,” imbuhnya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)