Jenis Media: Internasional

  • dari Sakit Paru-Paru Kronis hingga Ancaman Sepsis

    dari Sakit Paru-Paru Kronis hingga Ancaman Sepsis

    PIKIRAN RAKYAT – Paus Fransiskus masih dalam kondisi kritis pada Minggu 23 Februari 2025. Tes darah menunjukkan tanda-tanda gagal ginjal dini, tetapi tetap waspada dan “berorientasi baik,” serta menghadiri Misa, menurut laporan Vatikan.

    Paus berusia 88 tahun ini tengah berjuang melawan pneumonia dan infeksi paru-paru yang kompleks. Dalam pembaruan terbaru, Vatikan menegaskan bahwa Paus Fransiskus tidak mengalami krisis pernapasan lagi sejak Sabtu malam.

    Akan tetapi, Paus Fransiskus masih menerima aliran oksigen tambahan dalam jumlah tinggi. Tes darah juga mengindikasikan gagal ginjal awal yang masih dalam kendali, sementara jumlah trombositnya yang sempat menurun kini telah stabil.

    “Kompleksitas gambaran klinis, dan menunggu terapi obat yang diperlukan untuk memberikan beberapa umpan balik, menentukan bahwa prognosis tetap dicadangkan,” tutur tim medis Vatikan.

    Seiring dengan memburuknya kondisi Paus Fransiskus, doa-doa dari berbagai penjuru dunia terus mengalir. Di New York, Kardinal Timothy Dolan mengungkapkan kekhawatirannya secara lebih terang-terangan.

    “Sebagai Bapa Suci kita, Paus Fransiskus dalam kesehatan yang sangat, sangat rapuh, dan mungkin hampir mati,” ujarnya di Katedral St. Patrick.

    Sepsis: Ancaman Utama yang Mengintai

    Dokter telah memperingatkan bahwa sepsis merupakan ancaman utama bagi Paus Fransiskus. Sepsis adalah kondisi berbahaya yang terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi.

    Infeksi darah yang serius ini dapat berkembang sebagai komplikasi dari pneumonia.  Beruntung, hingga Jumat 21 Februari 2025 lalu belum ada bukti sepsis, dan Paus Fransiskus masih merespons obat-obatan yang diberikan.

    Selain itu, Paus juga mengalami trombositopenia, suatu kondisi di mana jumlah trombosit dalam darah menurun drastis. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan internal.

    Riwayat Penyakit Paus Fransiskus yang Mengkhawatirkan

    Paus Fransiskus telah mengalami berbagai masalah kesehatan serius sejak muda, termasuk:

    Penyakit Paru-Paru Kronis (1957 – Sekarang)

    Pada usia 21 tahun, Jorge Bergoglio (nama asli Paus Fransiskus) menjalani operasi untuk mengangkat sebagian paru-parunya akibat infeksi pernapasan parah. Kondisi ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, bronkitis, dan pneumonia.

    Pada tahun 2023, ia harus menjalani perawatan intensif karena bronkitis yang berulang. Pada akhir 2023 dan awal 2024, ia kembali menderita gejala influenza yang menghambat aktivitasnya.

    Linu Panggul yang Menyakitkan (2020 – 2021)

    Pada Desember 2020, Paus Fransiskus mengalami nyeri luar biasa akibat linu panggul, yang menyebabkan pembatalan beberapa perayaan akhir tahun. Kondisi ini berlanjut hingga Januari 2021, memaksanya kembali membatalkan beberapa agenda penting.

    Penyempitan Usus Besar (2021 – 2023)

    Pada Juli 2021, Paus Fransiskus menjalani operasi besar untuk mengangkat 13 inci usus besarnya akibat stenosis divertikular. Operasi ini bertujuan untuk mengatasi peradangan dan penyempitan pada usus besar.

    Akan tetapi, pada awal 2023, ia mengungkapkan bahwa penyakit ini telah kambuh. Pada Juni 2023, Paus kembali menjalani operasi perut untuk memperbaiki hernia akibat operasi sebelumnya.

    Masalah Lutut dan Mobilitas (2022 – Sekarang)

    Sejak awal 2022, Paus Fransiskus mulai sering terlihat menggunakan kursi roda atau tongkat karena nyeri lutut kronis. Ia bahkan membatalkan beberapa perjalanan penting, termasuk kunjungan ke Lebanon dan beberapa negara Afrika, sebelum akhirnya menjadwal ulang kunjungannya ke Kongo dan Sudan Selatan pada 2023.

    Bronkitis, Flu, dan Infeksi Paru-paru (2023 – 2024)

    Pada 2023, Paus dirawat karena bronkitis dan harus menghabiskan beberapa hari di rumah sakit. Pada akhir tahun, ia mengalami gejala flu yang memaksanya membatalkan kehadirannya di Konferensi Iklim COP28.

    Pada Februari 2024, ia kembali mengalami gejala seperti flu yang membutuhkan pemeriksaan diagnostik di rumah sakit. Beberapa bulan kemudian, ia terjatuh di kediamannya dan mengalami hematoma besar di dagunya.

    Masa Depan Kepemimpinan Paus Fransiskus

    Kesehatan yang semakin memburuk membuat spekulasi tentang masa depan kepemimpinan Paus Fransiskus semakin kuat. Pada Desember 2023, ia telah merevisi upacara pemakaman kepausan agar lebih sederhana, menekankan bahwa dirinya hanya seorang uskup biasa.

    Paus Fransiskus juga mengangkat 21 kardinal baru yang sebagian besar berusia di bawah 80 tahun, memastikan bahwa mereka dapat berpartisipasi dalam pemilihan Paus berikutnya. Selain itu, dia memperpanjang masa jabatan Dekan Dewan Kardinal saat ini, Kardinal Giovanni Battista Re (91), dan Wakil Dekan Kardinal Leonardo Sandri (81), menandakan bahwa ia sedang menyiapkan transisi kepemimpinan yang mulus.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Siapa Paus Fransiskus? Diisukan Meninggal, Kondisi Terbarunya Diungkap Vatikan

    Siapa Paus Fransiskus? Diisukan Meninggal, Kondisi Terbarunya Diungkap Vatikan

    PIKIRAN RAKYAT – Paus Fransiskus diisukan meninggal dunia, simak profil sang pemimpin. Vatikan sudah mengungkap kondisi terbarunya yakni tengah kritis. Perawatan intensif sedang dilakukan karena ia sedang mengidap pneumonia bilateral yang disebabkan komplikasi bronkiektasis dan bronkitis asma.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis, tetapi sejak tadi malam dia tidak mengalami krisis pernapasan lebih lanjut. Ada kompleksitas klinis, dan sedang menanti terapi farmakologis untuk menunjukkan beberapa efek, mengharuskan prognosis tetap dijaga,” kata Vatikan dalam pernyataannya pada Minggu, 23 Februari 2025.

    Diketahui Paus Fransiskus sedang dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma sejak 14 Februari 2025. Pria 88 tahun itu bahkan sampai harus mendapat transfusi darah pada Sabtu 22 Februari 2025. Kondisi kesehatannya sedang dipantau tim medis.

    Penyakit pneumonia ganda yang diderita sang Paus adalah kondisi kesehatan yang menyerang dua paru-paru secara bersamaan. Dilansir dari laman Healthline, gejalanya adalah sesak napas, nyeri dada, perubahan kemampuan berpikir, suhu tubuh lebih rendah, detak jantung cepat, dan lainnya.

    Sang Paus adalah pemimpin tertinggi Gereta Katolik di seluruh dunia. Ia tercatat terakhir kali datang ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Selama kunjungannya di sini, ia menggunakan mobil sederhana Toyota Innova Zenix

    Profil Paus Fransiskus Nama lengkap: Jorge Mario Bergoglio TTL: Buenos Aires, Argentina, 17 Desember 1936 Kewarganegraan: Argentina dan Vatikan Riwayat pendidikan Paus Fransiskus Kolese Maksimum San José Fakultas Filsafat dan Teologi San Miguel Institut Teologi dan Filsafat Milltown
    Sekolah Pascasarjana Filsafat dan Teologi Sankt Georgen

    Paus Fransiskus Kritis Sakit Apa? Perlu Transfusi Darah dengan Ancaman Terbesar Komplikasi Infeksi

    Habib Jafar Ungkap Terima Kasih Paus Fransiskus Percaya ke Indonesia: Nggak Pakai Mobil Anti Peluru

    Jabatan Paus Fransiskus Pemimpin tertinggi Gereja Katolik seluruh dunia (2013 – sekarang) Uskup Agung Buenos Aires (1998-2013) Kardinal-Imam Gereja San Roberto Bellarmino (2001–2013) Ordinaris Katolik Timur di Argentina (1998–2013) Uskup Auksilier Buenos Aires (1992-1997) Uskup Tituler Auca (1992-1997)

    Demikian profil Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang sedang kritis. Vatikan sudah menjelaskan kondisi terbarunya kepada publik bahwa sang pemimpin sedang dirawat intensif karena pneumonia ganda pada paru-parunya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Presiden Lebanon Tegaskan Negaranya Bukan Medan Perang untuk Pihak Luar

    Presiden Lebanon Tegaskan Negaranya Bukan Medan Perang untuk Pihak Luar

    Beirut

    Presiden Lebanon Joseph Aoun menegaskan kepada delegasi Iran yang sedang berkunjung ke Beirut, bahwa negaranya bukan medan pertempuran bagi pihak-pihak luar. Aoun mengatakan bahwa Lebanon “lelah” dengan konflik eksternal yang terjadi di wilayahnya.

    Delegasi tingkat tinggi Iran berada di Beirut untuk menghadiri pemakaman pemimpin Hizbullah, mendiang Hassan Nasrallah, pada akhir pekan. Teheran selama ini mendukung Hizbullah dalam pertempuran dengan Israel yang berkecamuk di Lebanon tahun lalu, dan diakhiri dengan gencatan senjata pada November lalu.

    “Lebanon sudah lelah dengan perang yang dilakukan pihak-pihak lain di wilayahnya,” kata Aoun kepada para pejabat Iran di Beirut, seperti dilansir AFP, Senin (24/2/2025).

    “Negara-negara lainnya tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lainnya,” tegasnya.

    “Cara terbaik untuk menghadapi kerugian atau agresi adalah persatuan rakyat Lebanon,” cetus Aoun, yang merupakan mantan panglima militer Lebanon yang dianggap dekat dengan Barat.

    Kelompok Hizbullah yang sudah lama menjadi kekuatan dominan di Lebanon, mengalami kerugian besar dalam perang melawan Israel, ditambah lagi dengan jatuhnya sekutu mereka, Bashar al-Assad, di Suriah pada Desember lalu — yang sejak lama digunakan sebagai jalur utama senjata Hizbullah dari Iran.

    Melemahnya Hizbullah memungkinkan parlemen Lebanon yang terpecah untuk memilih Aoun, yang dipandang sebagai kandidat pilihan Washington, setelah lebih dari dua tahun kepresidenan negara itu vakum, yang diikuti dengan persetujuan untuk perdana menteri dan pemerintahan baru.

    Aoun, dalam pertemuan dengan delegasi Iran, mengatakan bahwa Lebanon menginginkan “hubungan terbaik dengan Teheran, demi kepentingan negara dan rakyat”.

    Sementara itu, dalam pertemuan dengan Aoun, ketua parlemen Iran Mohammed Bagher Ghalibaf menyampaikan undangan dari Presiden Masoud Pezeshkian kepada Aoun untuk mengunjungi Iran.

    Ghalibaf didampingi oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dan wakil komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Ali Fadavi.

    Delegasi itu mendarat di Beirut saat penerbangan reguler antara kedua negara sedang ditangguhkan. Larangan bagi pesawat maskapai Iran mendarat di Lebanon, yang memicu protes dari pendukung Hizbullah, diberlakukan setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa Israel mungkin menargetkan satu-satunya bandara internasional di Beirut untuk menggagalkan apa yang diyakini sebagai dugaan pengiriman senjata dari Iran.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Benjamin Netanyahu Melanggar Kesepakatan, Tolak Pembebasan 600 Warga Palestina – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Melanggar Kesepakatan, Tolak Pembebasan 600 Warga Palestina – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Melanggar Kesepakatan, Tolak Pembebasan 600 Warga Palestina

    TRIBUNNEWS.COM- Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa pihak berwenang tidak akan membebaskan tahanan yang dijadwalkan dibebaskan pada hari Sabtu.

    Pemerintah Israel telah menunda pembebasan tahanan Palestina yang akan dibebaskan pada hari Sabtu berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

    Minggu pagi, setelah berjam-jam menunda, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pembebasan tahanan Palestina akan ditunda tanpa batas waktu. 

    Netanyahu merujuk pada acara perayaan yang diselenggarakan oleh Perlawanan sebelum menyerahkan tawanan Israel kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC), sebagai alasan di balik keputusan tersebut. 

    “Mengingat pelanggaran berulang kali oleh Hamas — termasuk upacara yang merendahkan sandera kami dan penggunaan sinis sandera kami untuk tujuan propaganda — telah diputuskan untuk menunda pembebasan teroris yang direncanakan kemarin hingga pembebasan sandera berikutnya dijamin, dan tanpa upacara yang merendahkan martabat,” kata Netanyahu.

    Para tawanan menuntut pemerintah Israel berunding untuk membebaskan mereka
    Dalam sebuah video yang beredar luas, tawanan Israel Omer Shem Tov terlihat mencium dahi dua pejuang Brigade Al-Qassam selama acara di kamp pengungsi al-Nuseirat. Rekaman itu dengan cepat menjadi viral di berbagai platform media sosial.

    Dua tawanan Israel lainnya, Eviatar David dan Guy Gilboa-Dalal, juga terlihat dalam upacara tersebut. Kedua tawanan tersebut tidak dijadwalkan untuk dibebaskan pada tahap pertama perjanjian gencatan senjata. Selain itu, status keduanya tidak diketahui selama berbulan-bulan. 

    Baik David maupun Gilbao-Dalal terkejut melihat rekan tawanannya dibebaskan dan mendesak pemerintah Israel untuk menjamin pembebasan mereka. 

    “Netanyahu berhenti! Kau telah menghabisi kami, kau telah membunuh kami!” kata Gilboa-Dalal.

    “Kembalikan kami ke rumah kami, tolong!” kedua tawanan itu mendesak. 

    Gilboa-Dalal juga menuntut agar pemerintah Israel melanjutkan negosiasi dengan Perlawanan Palestina dan mencapai kesepakatan yang akan menjamin pembebasan mereka.

    “Tekanan militer akan membunuh kita semua,” imbuhnya.

    “Anda telah memulai kesepakatan, lanjutkan saja,” kata David. 

    Kedua tawanan itu kemudian mendesak warga Israel untuk melakukan protes hingga mereka dibebaskan. 

    Kerangka kesepakatan tersebut menyatakan bahwa tidak akan ada lagi tawanan Israel yang masih hidup yang dibebaskan pada tahap perjanjian gencatan senjata ini. 

    Pembebasan di masa mendatang bergantung pada tahap-tahap berikutnya, yang bertujuan untuk menetapkan kondisi bagi gencatan senjata yang langgeng dan mengakhiri perang di Gaza—suatu hasil yang secara aktif dicegah oleh Netanyahu.
     
    Media Israel melaporkan bahwa 63 warga Israel masih berada di Jalur Gaza hingga saat ini, dengan sedikitnya 24 di antaranya diperkirakan masih hidup. 

    Kelompok Tahanan Palestina mengecam tindakan Israel

    Menanggapi keputusan Netanyahu, Kelompok Tahanan Palestina mengatakan bahwa penundaan tersebut merupakan “terorisme terorganisasi” yang dilakukan oleh otoritas Israel terhadap tahanan Palestina. 

    Putaran pertukaran terakhir ini akan menyaksikan pembebasan 602 warga Palestina termasuk Nael al-Barghouti, tahanan Palestina yang paling lama menjalani hukuman. 

    “Pendudukan tidak menyisakan alat apa pun dalam kampanye tanpa henti berupa penghinaan, pelecehan, dan penyiksaan terhadap tahanan dan keluarga mereka,” organisasi Palestina tersebut menggarisbawahi.

    Kelompok tersebut juga menunjukkan banyak contoh di mana pasukan pendudukan Israel menyerbu rumah-rumah tahanan yang dibebaskan dan meneror mereka beserta keluarga mereka. 

    Perlu dicatat juga bahwa otoritas Israel secara brutal menghentikan perayaan apa pun yang terkait dengan pembebasan tahanan. 

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Pilu Warga Korut Bertahun-tahun Kerja Paksa di Kapal China

    Pilu Warga Korut Bertahun-tahun Kerja Paksa di Kapal China

    Pyongyang

    Laporan terbaru menyebut sejumlah warga Korea Utara (Korut) bertahun-tahun menjalani kerja paksa di kapal-kapal penangkap ikan berbendera China, tanpa menyentuh daratan selama satu dekade. Warga Korut juga disebut menghadapi penganiayaan verbal dan fisik serta mengalami kondisi yang keras.

    Environmental Justice Foundation (EJF) yang berbasis di London, Inggris, seperti dilansir AFP, Senin (24/2/2024), menuduh adanya pelanggaran luas terhadap para pekerja Korut di laut, yang juga merupakan pelanggaran terhadap sanksi-sanksi yang dijeratkan terhadap Pyongyang.

    “Warga Korea Utara yang berada di kapal tersebut dipaksa bekerja selama 10 tahun di laut — dalam beberapa kasus tanpa pernah menginjakkan kaki di daratan,” sebut laporan EJF tersebut.

    “Hal ini merupakan kerja paksa dalam skala yang jauh melebihi apa yang terjadi dalam industri perikanan global yang sudah penuh dengan penganiayaan,” imbuh laporan tersebut.

    Laporan EJF ini didasarkan pada wawancara dengan lebih dari selusin awak kapal asal Indonesia dan Filipina yang pernah bekerja di kapal-kapal pencari tuna berbendera China di Samudra Hindia antara tahun 2019 hingga tahun 2024.

    “Mereka tidak berkomunikasi dengan istri mereka atau orang lain saat berada di laut karena mereka tidak diperbolehkan membawa telepon seluler,” tutur salah satu awak kapal yang dikutip EJF dalam laporannya.

    Beberapa awak kapal lainnya mengatakan bahwa sejumlah warga Korut telah bekerja di kapal tersebut selama “tujuh tahun, atau delapan tahun”, dan warga-warga Korut itu “tidak diberi izin untuk pulang oleh pemerintah mereka”.

    Laporan EJF itu juga menyebut bahwa kapal-kapal yang membawa warga Korut terlibat dalam penangkapan perburuan sirip hiu dan penangkapan hewan laut besar, seperti lumba-lumba, dan berpotensi memasok pasar-pasar di Uni Eropa, Inggris, Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan.

    “Dampak dari situasi ini terasa di seluruh dunia: ikan yang ditangkap oleh tenaga kerja ilegal ini mencapai pasar makanan laut di seluruh dunia,” sebut CEO dan pendiri EJF, Steve Trent, dalam pernyataannya.

    “China menanggung beban terberat, namun ketika produk-produk yang tercemar oleh perbudakan modern berakhir di piring kita, jelas bahwa negara-negara pemegang bendera asal kapal itu dan regulatornya harus mengambil tanggung jawab penuh,” tegasnya.

    Saat dimintai tanggapan, otoritas China mengatakan pihaknya “tidak mengetahui” mengenai kasus spesifik tersebut.

    “China selalu mengharuskan aktivitas penangkapan ikan di lepas pantainya untuk mematuhi undang-undang dan peraturan setempat, serta ketentuan hukum internasional yang relevan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.

    “Kerja sama antara China dan Korea Utara dilakukan sesuai dengan kerangka hukum internasional,” sebut Lin.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Siapa Kandidat Pengganti Paus Fransiskus? Ada yang Berasal dari Negara Tetangga

    Siapa Kandidat Pengganti Paus Fransiskus? Ada yang Berasal dari Negara Tetangga

    PIKIRAN RAKYAT – Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Pransiskus, dikabarkan meninggal. Akan tetapi, hal itu dikonfirmasi merupakan hoaks. Saat ini Paus Fransiskus yang merupakan paus tertua dalam lebih dari satu abad memang tengah mengalami penurunan kesehatan. Spekulasi pun beredar tentang siapa yang selanjutnya akan terpilih sebagai pemimpin umat Katolik dunia.

    Paus berusia 88 tahun itu menderita pneumonia di kedua paru-parunya selama akhir pekan dan akan tetap dirawat di rumah sakit saat ia berjuang melawan infeksi.

    Secara teknis, setiap pria Katolik Roma dapat dipilih sebagai pewaris Santo Petrus, meskipun selalu salah satu dari 253 kardinal dari seluruh dunia akan mengenakan tiara kepausan.

    Setelah kematian atau pengunduran diri seorang paus, sebuah konklaf diadakan di Kapel Sistina Vatikan, tempat para kardinal mengambil bagian dalam putaran pemungutan suara untuk menentukan kepala Gereja berikutnya. Hanya 138 dari 253 kardinal yang dapat bertindak sebagai elektor dalam konklaf berikutnya dan tidak ada kardinal yang berusia di atas 80 tahun yang dapat berpartisipasi dalam pemungutan suara.

    Jumlah tersebut dinaikkan pada bulan Desember tahun lalu oleh Paus Fransiskus dari 120, yang menurut peraturan Paulus VI adalah jumlah maksimum kardinal yang boleh mengambil bagian sebagai pemilih dalam sebuah konklaf.

    Berikut adalah para calon terdepan untuk menjadi paus berikutnya, dilansir dari New York Post.

    Kandidat Pengganti Paus Fransiskus

    Kardinal Pietro Parolin, 70, Italia

    Sekretaris negara Vatikan, Pietro Parolin bertugas di Vatikan milik Paus Fransiskus selama 11 tahun dan telah menjadi favorit sebagai paus berikutnya.

    Parolin dianggap sebagai seorang yang moderat secara politik. Ia menghabiskan kariernya dengan berpartisipasi dalam sayap diplomatik Takhta Suci, menghabiskan sebagian kariernya di Nunsiatur Nigeria dan Meksiko. Ia diangkat menjadi kardinal pada tahun 2014 oleh Paus Fransiskus. Parolin akan dianggap sebagai perpanjangan dari warisan Fransiskus.

    Kardinal Fridolin Ambongo Besungu, 65 

    Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, Fridolin Ambongo Besungu menjadi berita utama ketika ia menolak deklarasi kontroversial Paus Fransiskus.

    Kapusin yang konservatif itu menyatakan doktrin Fiducia supplicans yang memungkinkan para pendeta memberkati pasangan yang tidak menikah dan pasangan sesama jenis batal demi hukum di benua Afrika. Besungu berhasil memperoleh restu eksplisit dari Paus Fransiskus dalam pertemuan darurat pada tahun 2023 tak lama setelah ajaran tersebut dirilis.

    Kepausan Besungu akan dipandang sebagai teguran keras terhadap prinsip-prinsip Paus Fransiskus yang condong ke kiri. Paus saat ini mengangkat Besungu sebagai kardinal pada tahun 2019.

    Kardinal Wim Eijk, 71, Belanda

    Willem Jacobus Eijk, mantan dokter medis, secara luas dipandang sebagai salah satu kandidat terdepan yang paling konservatif.

    Pada tahun 2015, Eijk membantu menulis “Sebelas Kardinal Berbicara tentang Pernikahan dan Keluarga: Esai dari Sudut Pandang Pastoral,” yang dengan tegas menentang dukungan Fransiskus terhadap pernikahan sipil ulang jika tidak menerima pembatalan pernikahan pertama. Eijk menulis bahwa hal itu adalah suatu bentuk perzinahan yang terstruktur dan dilembagakan.

    Eijk juga mengkritik ketidakmampuan paus saat ini untuk melawan usulan Konferensi Uskup Jerman yang mengizinkan kaum Protestan menerima Ekaristi di gereja-gereja Katolik. Dalam sebuah tajuk rencana, Eijk menyebut keputusan paus tentang masalah tersebut sama sekali tidak dapat dipahami. Eijk diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

    Kardinal Luis Antonio Tagle, 67, Filipina

    Luis Antonio Tagle menjabat sebagai wakil prefek untuk Bagian Evangelisasi Pertama dari Departemen Evangelisasi dan sebagai presiden Komisi Antardepartemen untuk Para Religius yang Ditahbiskan.

    Tagle dianggap condong ke kiri secara politik dan telah mengkritik perlakuan Gereja terhadap kaum LGBT dan umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi. Dalam sebuah wawancara tahun 2015, ia mengatakan sikap keras Gereja terhadap kaum gay, orang yang bercerai, dan ibu tunggal telah merusak tujuannya untuk menyebarkan Injil.

    Tagle adalah orang Filipina ketujuh yang diangkat menjadi kardinal dan akan menjadi paus pertama yang berasal dari benua Asia jika terpilih. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

    Kardinal Raymond Burke, 76, Amerika Serikat

    Raymond Burke dianggap sebagai tokoh konservatif terkemuka di gereja tersebut, pendukung Misa Latin dan kritikus publik terhadap kecenderungan liberal Paus Fransiskus.

    Warga asli Wisconsin dan mantan uskup agung St. Louis itu menentang kesediaan Fransiskus untuk mengizinkan pasangan yang bercerai dan menikah lagi untuk menerima Ekaristi. Burke juga menentang bahasa baru Gereja seputar kontrasepsi buatan, kaum gay, dan pernikahan sipil sebagai hal yang tidak dapat diterima.

    Burke diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2010.

    Kardinal Matteo Zuppi, 69, Italia

    Presiden Konferensi Episkopal Italia, Matteo Zuppi lahir di Roma dan menjabat posisi penting sebagai Uskup Agung Bologna, Italia menjadikannya orang dalam di Vatikan di bawah Fransiskus.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina dari Penjara Israel, Meski ada Rekomendasi – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina dari Penjara Israel, Meski ada Rekomendasi – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina

    TRIBUNNEWS.COM- Hamas menekankan bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam negosiasi lebih lanjut dengan “Israel” kecuali 600 tahanan Palestina, yang pembebasannya ditunda oleh Netanyahu pada hari Sabtu, dibebaskan.

    Utusan Gedung Putih Steve Witkoff akan mengunjungi Timur Tengah pada hari Rabu untuk berdiskusi dengan pejabat Israel, Qatar, dan Mesir mengenai potensi perpanjangan fase pertama perjanjian tahanan Gaza dan gencatan senjata, Axios melaporkan pada hari Minggu.

    Tahap awal kesepakatan dijadwalkan berakhir pada hari Sabtu. Berdasarkan kesepakatan tersebut, gencatan senjata tetap berlaku selama negosiasi untuk tahap kedua masih berlangsung.

    AS dan “Israel” berupaya memperpanjang fase ini dengan mengamankan pembebasan tawanan tambahan sebagai imbalan perpanjangan gencatan senjata selama satu hingga dua minggu.

    Pejabat Hamas Mahmoud Mardawi menyatakan di saluran Telegramnya bahwa kelompok itu tidak akan terlibat dalam negosiasi lebih lanjut dengan “Israel” kecuali 600 tahanan Palestina, yang pembebasannya ditunda oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Sabtu, dibebaskan.

    Jika tahap pertama berakhir tanpa perpanjangan, perang di Gaza diperkirakan akan berlanjut.

    “Kami berharap memiliki waktu yang tepat untuk menyelesaikannya — untuk memulai fase kedua dan menyelesaikannya serta membebaskan lebih banyak sandera dan memajukan diskusi,” kata Witkoff dalam sebuah wawancara di acara State of the Union di CNN pada hari Minggu.

    Netanyahu mengadakan konsultasi keamanan pada hari Sabtu untuk menentukan langkah selanjutnya dalam negosiasi tawanan dan gencatan senjata. Menurut pejabat Israel, meskipun ada rekomendasi dari kepala keamanan, perdana menteri Israel memilih untuk menunda pembebasan 600 tahanan Palestina , dengan alasan dugaan pelanggaran perjanjian oleh Hamas.

     

     

    Pejabat keamanan dilaporkan menyarankan Netanyahu untuk menggunakan semua jalur diplomatik untuk merundingkan tahap kedua kesepakatan atau memperpanjang tahap pertama.

    Pada hari Sabtu, Witkoff bertemu di Miami dengan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, yang memimpin tim negosiasi “Israel”. Itu adalah pertemuan kedua mereka dalam 48 jam untuk membahas tahap selanjutnya dari perjanjian tersebut.

    Seorang pejabat Israel mengungkapkan bahwa Witkoff berusaha melibatkan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Hassan Mahmoud Rashad dalam negosiasi, tetapi konflik penjadwalan menghalangi partisipasi mereka.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Serangan Drone Ukraina Hantam Rusia, Kilang Minyak Terbakar

    Serangan Drone Ukraina Hantam Rusia, Kilang Minyak Terbakar

    Moskow

    Serangan drone Ukraina menghantam wilayah Ryazan di Rusia semalam. Drone itu berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia, namun serpihannya memicu kebakaran pada sebuah kilang minyak di wilayah tersebut.

    Militer Kyiv menyerang sejumlah lokasi infrastruktur energi Rusia dalam rentetan serangan drone jarak jauh, yang diklaim sebagai pembalasan atas serangan rudal Moskow terhadap Ukraina.

    Serangan-serangan rudal Rusia disebut telah melumpuhkan jaringan energi Ukraina dan memutus aliran listrik untuk jutaan orang di berbagai area selama perang berkecamuk tiga tahun terakhir.

    Gubernur wilayah Ryazan, Pavel Malkov, seperti dilansir AFP, Senin (24/2/2025), mengatakan bahwa drone yang menyerang wilayahnya itu berhasil ditembak jatuh, namun serpihannya berjatuhan dan memicu kebakaran.

    “Kebakaran terjadi di dalam wilayah sebuah perusahaan karena puing-puing yang berjatuhan,” tutur Malkov dalam pernyataan via Telegram.

    Kementerian Pertahanan Rusia, dalam pernyataan terpisah, melaporkan bahwa pasukan pertahanan udara telah menembak jatuh sedikitnya 22 drone Ukraina dalam semalam.

    Dua drone di antaranya, menurut Kementerian Pertahanan Rusia, ditembak jatuh di wilayah Ryazan, sebelah tenggara Moskow.

    Laporan sejumlah akun Telegram, termasuk akun Baza yang dikenal dekat dengan pasukan keamanan Rusia, menyebut kebakaran itu melanda sebuah kilang minyak di wilayah Rusia.

    Sementara laporan media lokal Rusia menyebut ini menjadi momen ketiga kalinya kilang minyak itu, yang dimiliki raksasa minyak Rusia Rosneft, diserang sepanjang tahun ini.

    Sebelumnya, Angkatan Udara Ukraina melaporkan sedikitnya 267 drone Rusia menghujani wilayahnya dalam semalam.

    Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ignat, menyebut serangan ratusan drone, yang terdeteksi di wilayah udara Ukraina antara Sabtu (22/2) hingga Minggu (23/2) waktu setempat itu, sebagai “rekor untuk serangan tunggal” sejak sejak Moskow melancarkan invasi terhadap Kyiv pada Februari 2022.

    Lihat juga Video ‘Intelijen Militer Ukraina: 50% Amunisi Rusia Dipasok oleh Korut’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mantan Dokter Bedah Prancis Diadili Atas Pelecehan Hampir 300 Pasien

    Mantan Dokter Bedah Prancis Diadili Atas Pelecehan Hampir 300 Pasien

    Jakarta

    Seorang mantan dokter bedah akan diadili di Prancis pada hari Senin (24/2) waktu setempat atas tuduhan memperkosa atau melakukan kekerasan seksual terhadap hampir 300 mantan pasien, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (24/2/2025), Joel Le Scouarnec (74) saat ini telah berada di penjara setelah pengadilan pada tahun 2020 memutuskan pria itu bersalah atas pelecehan terhadap empat anak, termasuk dua keponakannya.

    Dalam persidangan terbaru, yang akan berlangsung selama empat bulan, ia menghadapi tuduhan bahwa ia juga menyerang atau memperkosa 299 pasien, banyak di antaranya saat tersadar dari anestesi atau selama pemeriksaan pascaoperasi, di belasan rumah sakit antara tahun 1989 dan 2014.

    Secara total, 256 dari 299 korban berusia di bawah usia 15 tahun, dengan yang termuda berusia satu tahun dan yang tertua berusia 70 tahun.

    Persidangan ini kemungkinan akan menjadi kejutan baru bagi Prancis.

    Persidangan ini terjadi hanya dua bulan setelah pria Prancis, Dominique Pelicot dihukum karena meminta belasan orang asing untuk memperkosa istrinya yang dibius, Gisele Pelicot, yang kini telah menceraikannya.

    Dalam kasus ini, Le Scouarnec adalah satu-satunya terdakwa yang dituduh melakukan kejahatan terhadap ratusan korban.

    Lihat juga Video ‘Remaja Perempuan di Garut Dilecehkan Kakak Kelas Pakai Terong’:

    Persidangan di kota Vannes di wilayah barat Brittany akan diadakan secara terbuka. Namun, kesaksian selama tujuh hari dari para korban yang menjadi sasaran saat masih di bawah umur, akan diadakan secara tertutup.

    Jika terbukti bersalah, Le Scouarnec akan menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara — hukum Prancis tidak memperbolehkan hukuman digabungkan meskipun ada beberapa korban.

    Lihat juga Video ‘Remaja Perempuan di Garut Dilecehkan Kakak Kelas Pakai Terong’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kemunculan Perdana Dokter Palestina yang Ditahan Israel Menuai Kecaman Keluarga

    Kemunculan Perdana Dokter Palestina yang Ditahan Israel Menuai Kecaman Keluarga

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Desember 2024, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, Dr. Husam Abu Safiya ditangkap pasukan Israel. Setelah ditahan berbulan-bulan, dia muncul untuk pertama kalinya.

    Dalam kemunculan perdananya sejak ditahan, dia masih bertanya-tanya perihal alasan dia ditahan oleh Israel. Dalam tayangan di Channel 13 Israel, Abu Safiya terlihat dalam keadaan diborgol baik kaki ataupun tangannya saat berada di Penjara Ofer di Tepi Barat. 

    “Saya tidak tahu mengapa saya ada di sini…saya tidak tahu,” ujarnya.

    Abu Safiya merupakan dokter yang terus bekerja saat Israel melakukan genosida di Gaza. Menjadi dokter terkemuka berkat peran kemanusiaannya, Abu Safiya dipaksa keluar dan ditangkap saat pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan. Dalam kondisi rumah sakit yang hancur serta dalam todongan senjata, dia lalu masuk ke tank yang dipenuhi pasukan penjajah.

    Selama genosida, Abu Safiya juga harus kehilangan putranya, Ibrahim yang meninggal dunia dalam serangan pada 26 Oktober 2024. Lalu, pada 24 November 2024 Abu Safiya juga terluka imbas serangan Israel yang menargetkan rumah sakit.

    Kendati dalam kondisi terluka, Abu Safiya tetap bertahan  dan menolak pergi. Dia memilih untuk merawat para pasien di rumah sakit.

    “Saya awalnya seorang dokter anak dan bekerja sebagai dokter pengganti sementara di Rumah Sakit Kamal Adwan,” katanya dilaporkan Anadolu Agency.

    Lebih lanjut, dia membantah soal pernah berurusan dengan tawanan Israel di rumah sakit. Dia juga membantah soal merawat para militan Palestina selama genosida berlangsung.

    “Pada akhirnya, saya menyampaikan pesan kemanusiaan, dan mereka yang menerima perawatan di fasilitas kami adalah warga sipil biasa,” tuturnya.

    Keluarga Soal kemunculan Abu Safiya

    Kemunculan Abu Safiya untuk pertama kali tersebut ditanggapi oleh keluarganya. Dalam unggahan di X, keluarga mengecam tindakan pasukan Israel dalam membelenggu Abu Safiya dengan borgol.

    “Rekaman yang disiarkan oleh media Israel terhadap ayah kami, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan itu merupakan bentuk lain dari terorisme psikologis, yang menambah penyiksaan yang telah dialaminya selama dua bulan terakhir,” kata keluarganya.

    “Kami, keluarga Dr. Husam Abu Safiya, menolak media mana pun yang menerbitkan video tersebut tanpa membahas terorisme psikologis yang terlibat dan mengungkap manipulasi pernyataannya,” ujar pihak keluarga.

    “Melihat ayah kami diborgol dan tidak bisa bergerak seharusnya mendorong tindakan segera dan berkelanjutan untuk memastikan pembebasannya segera,” kata salah satu anggota keluarganya.

    Di tengah kemunculan pertamanya, Abu Safiya dilaporkan menjadi salah satu tahanan yang masuk dalam tahanan Palestina yang akan dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News