Jenis Media: Internasional

  • 150 Ribu Warga Kanada Gelar Petisi Desak Pemerintah Depak Elon Musk, Cabut Kewarganegaraannya – Halaman all

    150 Ribu Warga Kanada Gelar Petisi Desak Pemerintah Depak Elon Musk, Cabut Kewarganegaraannya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 150 ribu warga Kanada kompak menandatangani petisi yang berisi desakan agar pemerintah mendepak bos Tesla, Elon Musk, dari negara itu.

    Petisi yang diinisiasi oleh Qualia Reed, seorang penulis asal Nanaimo, British Columbia dan disponsori oleh Charlie Angus, anggota parlemen Kanada dari partai New Democrat ditujukan kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.

    Adapun petisi tersebut berisi desakan agar Justin Trudeau mencabut kewarganegaraan Elon Musk usai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) AS itu merilis kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan Kanada.

    Para warga Kanada juga menuding Musk menggunakan kekayaan dan kekuasaannya untuk mempengaruhi pemilu Kanada.

    Tak hanya itu, Musk disebut masuk dalam jajaran pemerintah yang berupaya “menghapus kedaulatan Kanada.”

    Ini karena Musk sering kali menyuarakan pandangan politik yang dapat dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sebagian besar warga Kanada. 

    Misalnya, tindakannya yang mendukung kebijakan atau keputusan yang dipandang kontroversial, baik di dalam atau luar negeri.

    Mengutip dari The Guardian, bulan lalu Musk secara terang-terangan melontarkan cuitan di media sosial X, mendukung Pemimpin Konservatif Pierre Poilevre dan menyebut PM Kanada “alat yang tidak dapat ditoleransi.”

    Musk juga merupakan orang dalam pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang belakangan mengancam untuk mengenakan tarif impor tinggi ke produk-produk Kanada.

    Serta mengolok negara Amerika Utara itu dengan menyebutnya sebagai negara bagian ke-51 AS.

    Hal ini membuat beberapa pihak mengecam Elon Musk, menyebutnya sebagai warga negara yang tidak mencerminkan nilai-nilai positif warga negara Kanada.

    “Upaya Elon Musk untuk menyerang kedaulatan Kanada harus diatasi,” bunyi petisi tersebut.

    “Kami, masyarakat Kanada yang bertandatangan di bawah ini, mendesak Perdana Menteri untuk mencabut status kewarganegaraan ganda Elon Musk dan mencabut paspor Kanada nya segera,” lanjut petisi.

    PM Trudeau hingga kini belum memberikan respon apapun terkait munculnya petisi ini.

    Akan tetapi jika petisi elektronik telah ditandatangani 500 atau lebih orang maka petisi tersebut berpotensi mendapat sertifikasi guna dipresentasikan ke House of Commons. 

    Langkah ini membuka pintu untuk ditanggapi secara resmi oleh pemerintah.

    Asal Usul Kewarganegaraan Elon Musk

    Sebagai informasi, Elon Musk memiliki kewarganegaraan ganda, yaitu kewarganegaraan dari tiga negara yaitu Afrika, Kanada, dan Amerika Serikat.

    Musk lahir dan dibesarkan di Afrika Selatan, tepatnya di wilayah Pretoria pada 28 Juni 1971. Sehingga dia otomatis memperoleh kewarganegaraan Afrika Selatan.

    Kemudian saat masih muda Musk bermigrasi ke Kanada, meskipun dia tidak pernah tinggal di Kanada untuk waktu yang lama.

    Namun Ibunya, Maye Musk, adalah warga negara Kanada. Karena itu, Elon Musk berhak mendapatkan kewarganegaraan Kanada melalui kelahiran ibunya.

    Kemudian di tahun 2002, Elon Musk memutuskan untuk pindah menjadi warga negara Amerika Serikat, untuk mengembangkan bisnisnya, termasuk perusahaan-perusahaan seperti Tesla dan SpaceX.

    Hal tersebut yang membuat Musk mendapatkan kewarganegaraan melalui proses naturalisasi.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Jet Israel Mondar-mandir di Langit Lebanon saat Pemakaman Nasrallah, Menlu Iran: Aksi Teror – Halaman all

    Jet Israel Mondar-mandir di Langit Lebanon saat Pemakaman Nasrallah, Menlu Iran: Aksi Teror – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam aksi jet tempur Israel yang terbang rendah di atas stadion Lebanon selama upacara pemakaman pemimpin Hizbullah yang gugur.

    Araghchi menyebut, tindakan tersebut sebagai “teror” yang bertujuan menakut-nakuti para pelayat.

    Pada Minggu (23/2/2025), ratusan ribu orang memadati Stadion Olahraga Camille Chamoun di Beirut serta jalan-jalan di sekitarnya untuk menghadiri pemakaman Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine, PressTV melaporkan.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan jet tempur Israel terbang rendah untuk “mengirimkan pesan yang jelas” kepada Hizbullah.

    Araghchi, yang hadir dalam pemakaman tersebut, menyatakan melalui akun X pada hari yang sama bahwa dirinya menjadi saksi pelanggaran Israel terhadap kedaulatan Lebanon.

    “Saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran kedaulatan Lebanon oleh jet-jet tempur Israel yang terbang rendah di atas kepala kami.”

    “Upaya menyedihkan ini bertujuan menakut-nakuti orang-orang yang berkumpul untuk berkabung. Jika itu bukan tindakan teror, lalu apa?” ujar Araghchi.

    Ia juga menambahkan, “Pelanggaran ini justru membuat orang-orang di stadion semakin berani berteriak menentang Israel dengan lebih keras.”

    “Orang-orang Israel tidak pernah belajar dari kesalahan mereka.”

    PEMAKAMAN HASSAN NASRALLAH – Postingan Menlu Iran Abbas Araghchi yang mengecam kehadiran jet tempur Israel yang terbang rendah di tengah pemakaman Hassan Nasrallah. Araghchi menyebut aksi tersebut sebagai aksi teror. (Tangkap layar X Abbas Araghchi)

    Diplomat Iran itu, juga merasa terhormat bisa bergabung dengan para pelayat di Beirut.

    Beberapa jam sebelum dan selama pemakaman, militer Israel melancarkan serangkaian serangan di Lebanon Selatan dan Timur, melanggar gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang disepakati sejak November 2024.

    Dalam pidato yang ditayangkan melalui televisi di acara pemakaman, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, menegaskan bahwa “perlawanan masih kuat dalam jumlah dan senjata” serta menyatakan bahwa “kemenangan tak terelakkan akan segera tiba.”

    Qassem juga bersumpah untuk mengikuti jejak Nasrallah meskipun semua harus gugur.

    Sumber keamanan Lebanon mengungkapkan kepada Reuters bahwa sekitar satu juta orang hadir dalam upacara pemakaman Hassan Nasrallah.

    Butuh waktu lima bulan hingga Hizbullah dapat mengistirahatkan Nasrallah, yang telah memimpin kelompok tersebut selama lebih dari tiga dekade.

    Pria berusia 64 tahun itu, tewas pada 27 September 2024 dalam serangan bom penghancur bunker Israel di pinggiran selatan Beirut, saat ia menghadiri sebuah pertemuan jauh di bawah tanah.

    Seminggu kemudian, sepupunya dan penerus singkatnya, Hashem Safieddine, tewas dalam serangan serupa di lokasi yang berdekatan.

    Pembunuhan keduanya terjadi di tengah meningkatnya bentrokan perbatasan yang berkembang menjadi kampanye pengeboman dan invasi besar-besaran oleh Israel, sebelum gencatan senjata dicapai pada akhir November.

    Menurut Middle East Eye, Nasrallah dan Safieddine dikenal secara internasional sebagai pemimpin kelompok bersenjata non-negara paling kuat di dunia.

    Mereka dipuji oleh pendukungnya karena perlawanan keras terhadap Israel dan Amerika Serikat, namun juga dicerca oleh lawan politik di dalam negeri serta warga Suriah yang menjadi korban dukungan Hizbullah terhadap Bashar al-Assad.

    Namun, pada hari Minggu di Beirut, banyak warga Lebanon menyatakan ikatan pribadi dengan Nasrallah, seorang tokoh yang telah mendominasi politik negara tersebut.

    “Saya merasa Sayyed adalah jiwa rakyat Lebanon,” kata Hoda, seorang wanita Iran yang terbang dari Swedia untuk menghadiri pemakaman.

    Upacara pemakaman dipimpin oleh tokoh-tokoh Hizbullah yang kurang terkenal, yang menyampaikan pidato, puisi, dan doa. 

    Sebagian besar tokoh senior Hizbullah baru-baru ini tewas dalam serangan Israel.

    Naim Qassem, yang kini menjadi sekretaris jenderal Hizbullah, menyampaikan pidatonya.

    Sebelumnya dikenal sebagai wajah publik Hizbullah, Qassem kini berpidato melalui video, sama seperti Nasrallah yang terpaksa melakukan hal serupa karena takut dibunuh.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab ‘Pancingan’ Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri merespons aksi Israel yang belum membebaskan sebanyak 602 tahanan Palestina sebagai bagian dari putaran ketujuh pertukaran pembebasan sandera-tahanan di tahap pertama gencatan senjata.

    Abu Zuhri menyatakan kalau hal ini membuktikan kalau Perdana Menteri Pendudukan Israel Benjamin Netanyahu berusaha untuk mengulur-ulur dalam negosiasi tahap dua perjanjian gencatan senjata.

    Dengan kata lain, aksi Israel mengulur pembebasan ratusan tahanan Palestina dianggap sebagai ‘pancingan’ bagi Hamas untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza.

    Membalas ‘pancingan’ perang dari Israel, dia mewanti-wanti kalau Hamas punya ‘Kartu As’, pengaruh yang memungkinkan gerakan pembebasan Palestina itu untuk memaksa Netanyahu untuk mematuhi perjanjian tersebut.

    Ia menegaskan kalau dengan tidak menepati pembebasan ratusan tahanan Palestina tersebut, Netanyahu tidak hanya merusak kesepakatan tersebut tetapi juga mempermainkan nasib para tawanan Israel.

    Sementara itu, pemimpin Hamas Basem Naim mengatakan kepada Reuters kalau mengadakan pembicaraan dengan pendudukan melalui mediator mengenai langkah selanjutnya dalam perjanjian gencatan senjata bergantung pada pembebasan tahanan Palestina seperti yang telah disepakati sebelumnya.

    Naim menegaskan, “Tidak akan ada pembicaraan dengan pihak musuh melalui mediator sebelum pembebasan tahanan yang disepakati dalam kesepakatan pertukaran tahanan.”

    Pemerintah Pendudukan Israel telah mengumumkan penundaan pembebasan ratusan tahanan Palestina yang dijadwalkan dibebaskan pada gelombang ketujuh.

    Israel mengaitkan keputusannya dengan kondisi Hamas yang masih mengendalikan Jalur Gaza.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), (atas, kiri-kanan): sandera Israel, Omer Shem Tov cium kening Al-Qassam dan Al-Qassam pamer senjata. (bawah, kiri-kanan): 3 tentara Israel dibebaskan dan 2 sandera (Tal Shoham dan Avera Mengistu) dibebaskan. Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel pertukaran tahanan gelombang ke-7, dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Hamas Minta Mesir-Qatar Tekan Israel Agar Patuhi Kesepakatan

    Kepala Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, Raed Abu Al-Hummus, pada Senin menyerukan intervensi Mesir-Qatar yang mendesak untuk menekan otoritas Israel agar menghentikan pelanggaran perjanjian pertukaran tahanan.

    Dia meminta kedua negara mediator itu untuk menekan Israel agar memastikan pembebasan kelompok tahanan ketujuh, yang seharusnya dilakukan pada Sabtu malam.

    Abu Al-Hummus mengecam keterlambatan Israel dalam melaksanakan perjanjian tersebut, dan menyatakan bahwa penundaan yang disengaja tersebut mencerminkan kebijakan sistematis yang bertujuan untuk menciptakan ketegangan dan kecemasan di kalangan tahanan politik dan keluarga mereka.

    Ia menambahkan, “Israel berupaya menghindari komitmennya tetapi tidak akan berhasil dalam mematahkan keinginan rakyat Palestina, yang tetap teguh dalam tuntutan mereka untuk pembebasan semua tahanan politik.”

    Abu Al-Hummus menekankan perlunya mengendalikan tim negosiasi Pendudukan Israel dan memaksa mereka untuk menegakkan ketentuan perjanjian, sambil memperingatkan terhadap pelanggaran berulang yang mengungkap kelemahan sistem ‘Israel’.

    Ia juga mencatat bahwa Israel tidak hanya menunda pembebasan tetapi juga mengintensifkan tindakan lapangannya dengan memperketat cengkeramannya di Tepi Barat.

    Israel dilaporkan mendirikan lebih dari 900 pos pemeriksaan dan gerbang besi, serta mencegah warga mencapai Ramallah dan Al-Bireh pada hari pembebasan tahanan—yang semakin menunjukkan kebijakan represifnya.

    Abu Al-Hummus menegaskan, berbagai upaya tengah dilakukan dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan terlaksananya kesepakatan tersebut, seraya menyoroti tekanan signifikan dari Mesir untuk memaksa Israel merilis gelombang ketujuh dalam beberapa jam atau hari mendatang.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Alasan Israel Tunda Pembebasan Ratusan Tahanan

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengumumkan keputusan untuk menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas menjamin kalau tidak akan ada upacara yang diadakan untuk penyerahan sandera Israel di masa mendatang.

    Menurut kantor Netanyahu, upacara yang diadakan Hamas selama pertukaran tawanan dipandang sebagai “ritual yang memalukan.”

    Komisi Urusan Tahanan Palestina dan Klub Tahanan Palestina mengonfirmasi kalau pembebasan tahanan Palestina oleh otoritas “Israel” telah ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Radio Angkatan Darat Israel, melaporkan kalau para tahanan yang dijadwalkan untuk dibebaskan diturunkan dari bus dan dikembalikan ke sel mereka.

    Sumber yang dekat dengan kantor Netanyahu mengatakan kepada media Ibrani bahwa penundaan pembebasan akan terus berlanjut hingga tawanan yang tersisa dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.

    Sebelumnya, sumber-sumber Israel telah mengindikasikan bahwa pembebasan tahanan Palestina diharapkan akan segera terjadi, dengan penundaan yang disebabkan oleh pertukaran jenazah sandera Israel Shiri Bipas.

    Komisi Urusan Tahanan Palestina telah bersiap menerima tahanan Palestina yang dibebaskan, dan Bulan Sabit Merah Palestina juga telah siap memindahkan tahanan Kazem Zawahira dari rumah sakit Hadassah Israel ke sebuah rumah sakit di Tepi Barat sebagai bagian dari perjanjian pertukaran.

    Pernyataan kantor Netanyahu telah menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas memastikan bahwa tidak ada upacara pertukaran yang akan dilakukan di masa mendatang.

    Pasukan IDF Siap Perang Lagi di Gaza

    Pada hari Minggu, tentara Israel mengumumkan kalau mereka telah memutuskan untuk “meningkatkan kesiapan operasional di wilayah sekitar Gaza.

    Tentara Pendudukan menyatakan bahwa setelah melakukan penilaian situasi, mereka telah mengambil keputusan ini untuk meningkatkan kesiapannya di wilayah tersebut.

    Langkah ini sejalan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menekankan “kesiapan negaranya untuk melanjutkan pertempuran melawan Hamas kapan saja.”

    Keputusan untuk meningkatkan operasi militer bertepatan dengan pembatasan yang terus dilakukan oleh pasukan Israel di Gaza, di samping pelanggaran yang sering terjadi yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi yang dapat mengancam gencatan senjata yang rapuh.

    Dalam perkembangan terkait, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengindikasikan bahwa militer “Israel” telah memperluas operasinya di Tepi Barat utara, khususnya di sekitar kota Qabatia, sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai “Operasi Tembok Besi.”

    Israel Katz juga mengklaim bahwa militer tidak akan mengizinkan warga sipil kembali ke kamp pengungsian dan tidak akan mengizinkan terorisme menyebar.

     

    (oln/rntv/*)

  • Netanyahu Siaga, Kerahkan Tentara IDF ke Perbatasan Gaza, Setop Pertukaran Sandera Lanjutan – Halaman all

    Netanyahu Siaga, Kerahkan Tentara IDF ke Perbatasan Gaza, Setop Pertukaran Sandera Lanjutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mulai meningkatkan kesiapan operasionalnya dengan mengerahkan pasukan pertahanan Israel (IDF) di sekitar Gaza.

    Hal itu diketahui publik usai Netanyahu sesumbar, mengatakan bahwa Israel siap untuk melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza kapan saja.

    “Setelah penilaian situasional, diputuskan untuk meningkatkan kesiapan operasional di area sekitar Jalur Gaza,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Anadolu.

    “Di Gaza, kami telah melenyapkan sebagian besar pasukan terorganisir Hamas, namun tidak ada keraguan-kami akan menyelesaikan tujuan perang sepenuhnya-baik melalui negosiasi atau dengan cara lain,” tambahnya.

    Pengerahan pasukan dilakukan Netanyahu sebagai tanggapan atas sikap Hamas yang menangguhkan semua perundingan gencatan senjata lanjutan dengan Israel.

    Kesepakatan gencatan senjata di Gaza dimulai pada 19 Januari dan berakhir pada awal Maret.

    Israel sebelumnya diperkirakan akan membebaskan lebih dari 600 tahanan Palestina pada hari Sabtu (22/2/2025) sebagai imbalan atas enam sandera Israel yang dibebaskan oleh militan Hamas di Gaza.

    Namun, Netanyahu secara mengejutkan menunda pembebasan tahanan Palestina.

    Israel Stop Pertukaran Sandera

    Israel mengumumkan akan menangguhkan pembebasan lebih dari 600 tahanan Palestina yang dijadwalkan dibebaskan kemarin sebagai bagian dari pertukaran tahanan ketujuh antara Hamas dan Israel.

    Mengutip dari sumber terdekat Netanyahu, penundaan ini disinyalir karena upacara serah terima yang ‘merendahkan martabat’.

    Di mana pada akhir pekan kemarin, setelah Hamas menggelar upacara serah terima tawanan Israel di Gaza, seorang tentara Israel mencium kepala dua pejuang Hamas.

    Tindakan tersebut sontak memicu amarah Netanyahu, hingga pimpinan tertinggi Israel ini menangguhkan pembebasan ratusan tahanan Palestina.

    Tak dirinci sampai kapan penangguhan akan dilakukan, Dinas Penjara Israel mengatakan bahwa mereka belum menerima instruksi dari pemerintah Israel untuk membebaskan tawanan Palestina

    Namun menurut informasi yang beredar penangguhan bakal dilakukan hingga mendapat jaminan bahwa tawanan Israel yang tersisa akan dibebaskan “tanpa ritual yang merendahkan martabat”.

    Mengacu pada upacara serah terima yang diselenggarakan oleh Hamas sepanjang fase pertama gencatan senjata yang sering kali meliputi pengambilan foto tawanan Israel di depan podium dan penerimaan plakat dan kenang-kenangan dari Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas.

    Hamas Kecam Netanyahu

    Merespon keputusan Netanyahu yang secara mendadak menunda pembebasan sandera lanjutan, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Netanyahu didasarkan pada “dalih yang buruk,”.

    Hamas bersikeras bahwa upacara tersebut tidak merendahkan atau menghina tawanan Israel, tetapi justru mencerminkan “perlakuan manusiawi” mereka. 

    Hamas menuding penundaan pembebasan sandera merupakan dalih untuk menghindari kewajiban Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza.

    “Keputusan Netanyahu mencerminkan upaya yang disengaja untuk mengganggu perjanjian, merupakan pelanggaran yang jelas terhadap ketentuannya, dan menunjukkan kurangnya keandalan pendudukan dalam melaksanakan kewajibannya,” kata anggota Hamas bidang politik, Ezzat El Rashq, dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya.

    “Upacara penyerahan tahanan tidak termasuk penghinaan terhadap mereka, tetapi justru mencerminkan perlakuan manusiawi yang mulia terhadap mereka”, imbuhnya.

    Sementara itu, keluarga tahanan Palestina mengaku kecewa dan marah atas tindakan Netanyahu yang membatalkan pembebasan tahanan dari penjara Israel.

    “Keluarga para tawanan perang berada dalam keadaan marah, sedih, dan dendam, dan para mediator harus melakukan bagian mereka saat mereka mulai menyelesaikannya sehingga keluarga para tawanan perang dapat bersukacita atas pembebasan tawanan perang mereka yang seharusnya dibebaskan hari ini,” kata salah satu warga, Bassam al-Khatib.

    “Anda telah menerima tawanan perang Anda, jadi mengapa menunda penyerahan tawanan perang Palestina kami? Ini adalah sesuatu yang menyakitkan hati, kurangnya komitmen dan mengabaikan semua standar dan hukum internasional, dan mengabaikan negara-negara yang mensponsori perjanjian ini,” tambahnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Rusia Gila-gilaan: Kirim 267 Drone ke Ukraina dalam Semalam

    Rusia Gila-gilaan: Kirim 267 Drone ke Ukraina dalam Semalam

    Jakarta

    Rusia melakukan serangan gila-gilaan ke Ukraina. Dalam semalam, Rusia bisa mengirim 267 drone ke Ukraina.

    Jumlah drone tersebut mencetak “rekor” sebagai yang terbanyak sejak Moskow melancarkan invasi terhadap Kyiv pada Februari 2022.

    Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ignat, dalam pernyataannya, seperti AFP, Senin (24/2/2025), mengatakan bahwa sedikitnya 267 drone itu terdeteksi di wilayah udara Ukraina antara Sabtu (22/2) hingga Minggu (23/2) waktu setempat.

    Ignat menyebut rentetan ratusan drone itu sebagai “rekor untuk serangan tunggal” sejak invasi dimulai hampir tiga tahun lalu.

    Disebutkan oleh Ignat dalam pernyataannya via Facebook bahwa 138 drone di antaranya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Ukraina, sedangkan 119 drone lainnya “hilang” tanpa menyebabkan kerusakan.

    Ignat tidak menjelaskan lebih lanjut soal apa yang terjadi pada 10 drone lainnya. Namun pernyataan terpisah dari Angkatan Bersenjata Ukraina via Telegram menyebut beberapa wilayah, termasuk Kyiv, telah “dihantam” serangan.

    Serangan rudal Rusia pada Sabtu (22/2) malam menghantam pusat kota Kryvyi Rig, yang ada di bagian tengah Ukraina. Laporan otoritas regional pada Minggu (23/2) menyebut serangan rudal Moskow itu menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai lima orang lainnya.

    Dalam upaya mencegat serangan Rusia setiap harinya, Ukraina selama konflik berkecamuk berusaha mengganggu logistik Moskow, terutama dengan secara langsung menyerang pangkalan militer dan lokasi industri di wilayah Rusia sendiri.

    Bagaimana tanggapan Ukraina? Baca halaman selanjutnya>>

    Balasan Ukraina

    Foto: Sumy Ukraina Membara Diserang Drone Rusia (REUTERS)

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa 20 drone Ukraina yang diluncurkan ke negara itu “hancur” dalam semalam.

    Rusia melancarkan invasi besar-besaran terhadap Ukraina, negara tetangganya, sejak 24 Februari 2022 lalu. Kremlin mengklaim tujuannya adalah untuk melindungi diri dari ancaman ekspansi aliansi militer Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

    Serangan drone Ukraina menghantam wilayah Ryazan di Rusia semalam. Drone itu berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia, namun serpihannya memicu kebakaran pada sebuah kilang minyak di wilayah tersebut.

    Militer Kyiv menyerang sejumlah lokasi infrastruktur energi Rusia dalam rentetan serangan drone jarak jauh, yang diklaim sebagai pembalasan atas serangan rudal Moskow terhadap Ukraina.

    Serangan Rusia Lumpuhkan Jaringan Energi Ukraina

    Foto: Serangan drone Rusia di Ukraina (REUTERS)

    Serangan-serangan rudal Rusia disebut telah melumpuhkan jaringan energi Ukraina dan memutus aliran listrik untuk jutaan orang di berbagai area selama perang berkecamuk tiga tahun terakhir.

    Gubernur wilayah Ryazan, Pavel Malkov, seperti dilansir AFP, Senin (24/2/2025), mengatakan bahwa drone yang menyerang wilayahnya itu berhasil ditembak jatuh, namun serpihannya berjatuhan dan memicu kebakaran.

    “Kebakaran terjadi di dalam wilayah sebuah perusahaan karena puing-puing yang berjatuhan,” tutur Malkov dalam pernyataan via Telegram.

    Lihat juga Video ‘Intelijen Militer Ukraina: 50% Amunisi Rusia Dipasok oleh Korut’:

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari ini mengatakan dia “sangat prihatin” atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki

    Tayang: Senin, 24 Februari 2025 18:47 WIB

    Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English

    TEPI BARAT – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (6/2/2025) yang menunjukkan tank-tank Israel menyerbu kota Jenin, Tepi Barat pada Rabu (5/2/2025) 

    Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari ini mengatakan dia “sangat prihatin” atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki dan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza.

    Guterres, saat berpidato di hadapan sidang ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, mengatakan: “Saya sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki oleh pemukim Israel dan pelanggaran lainnya, serta seruan untuk aneksasi.”

    “Di Wilayah Palestina yang Diduduki, pelanggaran hak asasi manusia telah meroket,” katanya.

    Menggambarkan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina Hamas sebagai “bersifat genting”, ia mendesak: “Kita harus menghindari dengan segala cara dimulainya kembali permusuhan. Orang-orang di Gaza sudah terlalu menderita.”

    “Sudah saatnya untuk gencatan senjata permanen, pembebasan bermartabat semua sandera yang tersisa, kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi dua negara, diakhirinya pendudukan, dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka, dengan Gaza sebagai bagian integralnya,” tambahnya.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Rusia Sebut Ledakan di Konsulatnya di Prancis sebagai Serangan Teroris

    Rusia Sebut Ledakan di Konsulatnya di Prancis sebagai Serangan Teroris

    Paris

    Konsulat Jenderal Rusia yang ada di kota pelabuhan Marseille, Prancis bagian selatan, diguncang ledakan. Otoritas Moskow menuntut penyelidikan penuh oleh otoritas Paris terhadap ledakan tersebut, yang menurut mereka tampak seperti serangan terorisme.

    Laporan media lokal Prancis, seperti dilansir Reuters, Senin (24/2/2025), menyebut ledakan terdengar di dekat Konsulat Rusia itu dan para petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi.

    “Ledakan di area Konsulat Jenderal Rusia di Marseille memiliki ciri khas serangan teroris,” sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataannya.

    “Kami menuntut (dari Prancis) tindakan menyeluruh dan cepat untuk melakukan penyelidikan, serta langkah-langkah untuk memperkuat keamanan misi-misi luar negeri Rusia,” tegasnya.

    Seorang sumber keamanan Prancis, yang dikutip Reuters, menyebut ada dua proyektil yang dilemparkan ke dinding perimeter Konsulat Rusia di Marseille pada Senin (24/2) waktu setempat.

    Salah satu proyektil itu meledak. Namun belum diketahui secara pasti apakah proyektil itu berhasil menembus dinding Konsulat Rusia.

    Televisi terkemuka BFM TV melaporkan bahwa proyektil yang dilemparkan ke Konsulat Rusia itu merupakan bom molotov. Disebutkan bahwa bom molotov itu mendarat di area taman yang ada di kompleks Konsulat Rusia di Marseille.

    Lihat juga Video ‘Intelijen Militer Ukraina: 50% Amunisi Rusia Dipasok oleh Korut’:

    Laporan kantor berita Rusia, TASS, menyebut sejauh ini tidak ada korban jiwa akibat ledakan itu. Level kerusakan yang dipicu oleh ledakan itu belum diketahui secara jelas.

    Para staf Konsulat Rusia dilaporkan tetap berada di dalam gedung saat insiden ini terjadi, dengan pihak kepolisian setempat memasang garis keamanan di sekitar konsulat tersebut.

    Belum ada penangkapan tersangka terkait ledakan tersebut.

    Insiden yang terjadi di Prancis bagian selatan ini terjadi saat peringatan tiga tahun perang antara Rusia dan Ukraina, yang dimulai oleh invasi Moskow ke Kyiv pada Februari 2022.

    Lihat juga Video ‘Intelijen Militer Ukraina: 50% Amunisi Rusia Dipasok oleh Korut’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • DBD Melonjak, Warga Filipina Jadi Pemburu Nyamuk Bayaran

    DBD Melonjak, Warga Filipina Jadi Pemburu Nyamuk Bayaran

    Jakarta

    Salah satu wilayah terpadat di ibu kota Filipina, Manila, menawarkan imbalan uang tunai bagi setiap warga yang berhasil menangkap nyamuk. Langkah itu ditempuh guna mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah (DBD), namun kebijakan tersebut menuai kritik masyarakat.

    Carlito Cernal, kepala kampung Barangay Addition Hills di Manila, berjanji memberikan imbalan sebesar satu peso (Rp281) untuk setiap lima nyamuk.

    Imbalan tersebut berlaku untuk semua nyamuk dalam keadaan hidup atau mati serta larvanya, kata Cernal. Nyamuk yang ditangkap dalam keadaan hidup akan dimusnahkan menggunakan sinar ultraviolet.

    Sebanyak 21 orang telah mendapat imbalan setelah berhasil menangkap 700 nyamuk dan larva, ungkap Cernal kepada BBC.

    Program tersebut, yang akan berlangsung setidaknya selama sebulan, dimulai setelah dua siswa di lingkungan tersebut meninggal akibat penyakit DBD.

    Cernal mengatakan pemburuan nyamuk yang diganjar imbalan bakal melengkapi berbagai tindakan pencegahan seperti membersihkan jalan serta menguras, menutup, dan mengubur tempat nyamuk bersarang.

    Ejekan

    Pemburuan nyamuk dengan imbalan yang dicetuskan Carlito Cernal menuai ejekan di media sosial.

    Salah salah satu komentar di media sosial mengatakan,”Budidaya nyamuk akan segera dimulai.”

    Ada pula komentar yang mengatakan “Apakah seekor nyamuk akan ditolak jika hanya memiliki satu sayap?”

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Cernal mengaku dirinya menyadari bahwa langkahnya telah dikritik di media sosial, tetapi dia menegaskan: “Ini adalah salah satu daerah terbesar dan terpadat. Kita harus melakukan sesuatu untuk membantu pemerintah setempat.”

    Barangay Addition Hills dihuni hampir 70.000 orang. Mereka berdesakan di lahan seluas 162 hektare di jantung ibu kota, Metro Manila.

    Ia menyebut fakta bahwa otoritas kesehatan setempat mencatat 44 kasus demam berdarah baru-baru ini.

    Pemerintah Filipina menggencarkan pengasapan di berbagai tempat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti. (Getty Images)

    Departemen Kesehatan Filipina (DOH) mengatakan kepada BBC bahwa mereka tetap “menghargai niat baik pemerintah daerah untuk memerangi demam berdarah”.

    Namun, mereka menolak berkomentar lebih lanjut ketika ditanya apakah menangkap nyamuk dengan imbalan uang tunai merupakan cara efektif menghentikan demam berdarah.

    “Kami mendesak semua pihak terkait untuk berkonsultasi dan berkoordinasi dengan petugas kesehatan setempat atau kantor regional DOH di wilayah mereka untuk menjalankan praktik berbasis bukti yang diketahui berhasil,” katanya.

    Lonjakan 40% kasus DBD

    Departemen Kesehatan Filipina baru-baru ini melaporkan peningkatan kasus DBD saat musim hujan berlangsung. Mereka mencatat terdapat 28.234 kasus pada 1 Februari 2025, melonjak 40% dari tahun sebelumnya.

    Demam berdarah merupakan penyakit endemik di negara-negara tropis, terutama di daerah perkotaan dengan sanitasi buruk sehingga nyamuk berkembang biak.

    Dalam kasus yang parah, demam berdarah menyebabkan pendarahan internal yang dapat menyebabkan kematian. Gejalanya meliputi sakit kepala, mual, nyeri sendi dan otot.

    Depkes Filipina telah menyarankan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar, membersihkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, dan mengenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Warga Suriah di Quneitra Menyerukan Persatuan dan Perlawanan terhadap Pendudukan Israel – Halaman all

    Warga Suriah di Quneitra Menyerukan Persatuan dan Perlawanan terhadap Pendudukan Israel – Halaman all

    Warga Suriah di Quneitra Menyerukan Persatuan dan Perlawanan terhadap Pendudukan Israel

    TRIBUNNEWS.COM- Para peserta sesi dialog yang diadakan di Kegubernuran Quneitra, Suriah selatan pada tanggal 22 Februari telah menyerukan untuk menjaga persatuan negara, membebaskan Dataran Tinggi Golan yang diduduki dari Israel, dan melawan serangan Israel ke wilayah Suriah tambahan.

    Seruan itu disampaikan dalam sesi dialog yang digelar sebagai persiapan konferensi nasional untuk membentuk masa depan politik negara ini.

    Sesi dialog tersebut diselenggarakan oleh Komite Persiapan Konferensi Dialog Nasional Suriah, yang bertugas mengumpulkan masukan dari warga Suriah untuk membantu membentuk masa depan negara tersebut, termasuk konstitusi baru.

    Hasil dialog nasional akan berupa rekomendasi tidak mengikat kepada pemerintahan baru Suriah, yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan pemimpinnya, mantan komandan Al-Qaeda Ahmad al-Sharaa.

    Para peserta dialog di Quneitra juga menyerukan penunjukan seorang gubernur untuk mengawasi pemerintahan lokal, penyediaan layanan penting bagi warga, dan pembentukan komite khusus untuk urusan rakyat Quneitra dan Golan.

    Ahmad al-Sharaa, yang mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden Suriah akhir bulan lalu, telah menyatakan bahwa diperlukan waktu tiga tahun untuk merancang konstitusi baru dan empat hingga lima tahun untuk menyelenggarakan pemilihan presiden.

    Sebagian warga Suriah khawatir bahwa Sharaa mungkin tidak akan melepaskan kekuasaan dan akan memaksakan rezim agama fundamentalis di negara tersebut berdasarkan doktrin Salafisme.  

    Banyak pula yang khawatir negara itu mungkin terbagi menjadi kantong-kantong etnis yang diperintah secara terpisah oleh Sunni, Druze, dan Kurdi.

    Awal minggu ini, surat kabar Israel Haaretz mengungkap citra satelit yang menunjukkan tentara Israel telah mendirikan 7 pos militer baru di wilayah yang didudukinya secara ilegal di Suriah selatan.

    Tentara Israel menduduki wilayah tambahan di Suriah setelah runtuhnya pemerintahan Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember.

    Militer Israel mendirikan pos-pos baru untuk dijadikan pusat operasional bagi pasukan di wilayah tersebut.

    Militer membangun tempat tinggal, pusat komando, klinik, kamar mandi, dan toilet di pos terdepan.

    Pada tanggal 9 Januari, pejabat Israel mengatakan bahwa mereka berencana untuk menduduki “zona kendali” sepanjang 15 km dan “lingkup pengaruh” sejauh 60 km di wilayah Suriah dalam “jangka panjang”.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Geger Penikaman di Swiss, Polisi Tangkap Pria Australia

    Geger Penikaman di Swiss, Polisi Tangkap Pria Australia

    Bern

    Kepolisian Swiss menangkap seorang pria Australia yang dicurigai melakukan penikaman terhadap seorang pria berusia 41 tahun di sebuah toko di pusat kota Zurich. Korban mengalami luka-luka dalam insiden penikaman ini.

    Pria Australia berusia 28 tahun yang identitasnya tidak diungkap ke publik, seperti dilansir Reuters, Senin (24/2/2025), ditangkap di lokasi kejadian pada Sabtu (22/2) waktu setempat.

    Motif di balik penikaman ini masih diselidiki lebih lanjut oleh kepolisian setempat.

    Korban yang mengalami luka-luka telah dilarikan ke rumah sakit setempat. Identitas korban juga tidak diungkap ke publik.

    Insiden di Zurich ini terjadi saat marak serangan penikaman beberapa waktu terakhir yang memicu kekhawatiran di negara-negara Eropa.

    Serangan serupa terjadi di Mulhouse, Prancis, pada Sabtu (22/2) waktu setempat yang memakan korban jiwa. Seorang pria asal Aljazair telah ditangkap terkait penikaman di Prancis tersebut.

    Di Jerman, seorang pengungsi asal Suriah ditahan terkait serangan penikaman yang terjadi di area tugu peringatan Holocaust di Berlin.

    Aksi penyerangan lainnya terjadi di Ceko pada Kamis (20/2) waktu setempat, dengan seorang remaja menyerang dua wanita dengan pisau di sebuah pusat perbelanjaan di kota Hradex Kralove. Kedua korban tewas dalam insiden penikaman brutal itu.

    Pada Sabtu (16/2) pekan lalu, seorang pencari suaka asal Suriah ditangkap karena dicurigai melakukan aksi penikaman di Austria bagian selatan.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu