Jenis Media: Internasional

  • Mengapa Trump Bakal Tolak Orang Diabetes-Obesitas Masuk AS?

    Mengapa Trump Bakal Tolak Orang Diabetes-Obesitas Masuk AS?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan tidak biasa bagi warga asing yang ingin tinggal di AS. Trump memerintahkan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS untuk menolak visa bagi warga negara asing yang dinilai bisa menjadi “beban” terkait kesehatannya, seperti orang yang memiliki diabetes dan dalam kondisi obesitas.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Minggu (16/11/2025), aturan baru ini akan diterapkan mulai Januari 2026 mendatang. Tidak hanya diabetes dan obesitas, tetapi aturan ini juga berlaku untuk beberapa penyakit.

    Menurut laporan Politico, aturan baru ini mewajibkan kesehatan imigran dan kondisi medis tertentu — termasuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik dan neurologis, serta gangguan mental — untuk dipertimbangkan, karena kondisi-kondisi ini mungkin memerlukan perawatan medis senilai ratusan ribu dolar.

    Imigran yang mengajukan visa untuk tinggal permanen di Amerika Serikat harus menjalani pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang disetujui pemerintah. Semua pemohon visa akan dites untuk penyakit menular, seperti TBC, dan diwajibkan untuk mengisi formulir tentang riwayat penggunaan narkoba atau alkohol, masalah kesehatan mental, atau kekerasan.

    Mereka juga harus menunjukkan apakah mereka telah menerima vaksinasi untuk melindungi dari penyakit menular seperti campak, polio, dan hepatitis B.

    Arahan baru ini tidak hanya memperluas daftar kondisi medis yang perlu dipertimbangkan secara signifikan, tetapi juga memberikan wewenang yang lebih besar kepada petugas imigrasi untuk menerima atau menolak visa hanya berdasarkan status kesehatan pemohon dan kemampuan mereka untuk membayar perawatan medis tanpa bantuan pemerintah.

    “Apakah pemohon memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk menutupi biaya perawatan tersebut selama masa hidupnya tanpa mencari bantuan tunai publik atau perawatan jangka panjang dengan biaya pemerintah?” demikian isi surat kawat tersebut.

    “Apakah ada tanggungan yang memiliki disabilitas, kondisi medis kronis, atau kebutuhan khusus lainnya dan memerlukan perawatan sehingga pemohon tidak dapat mempertahankan pekerjaannya?” adalah pertanyaan lain yang disertakan dalam surat kawat tersebut.

    Dilaporkan bahwa sekitar 10% populasi dunia menderita diabetes, dan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dalam konteks ini, langkah Washington ini akan menghambat kedatangan lebih banyak imigran ke Amerika Serikat.

    Diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, rencana untuk mencegah lebih banyak warga negara asing datang ke AS telah mencakup jaminan hingga US$15.000 untuk pelancong dari negara tertentu, biaya US$100.000 untuk pekerja visa H-1B, dan penolakan visa berdasarkan temuan “pandangan anti-Amerika”.

    Tonton juga video “Trump Yakin Thailand-Kamboja Akan Baik-baik Saja Meski Ada Konflik”

    (yld/gbr)

  • Banjir Rendam Kamp Pengungsi di Gaza

    Banjir Rendam Kamp Pengungsi di Gaza

    Jakarta

    Banjir merendam kamp pengungsi di Gaza, Palestina. Warga Gaza terbangun di pagi hari dan mendapati air sudah tinggi.

    Dilansir kantor berita CNN, Minggu (16/11/2025), hujan lebat melanda Gaza hingga membuat tempat berlindung dan barang-barang warga Gaza di pengungsian basah pada Jumat (14/11). Tidak ada cara untuk mengeringkannya.

    Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Basal mengatakan para pejabat di Gaza telah menerima ratusan permohonan bantuan. Namun, katanya, sumber dayanya tidak ada.

    “Ratusan permohonan bantuan, namun sumber dayanya tidak ada,” ujarnya.

    Mahmoud mengatakan kasur para pengungsi basah kuyup. Kata dia, tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan para pengungsi karena semuanya telah dihancurkan oleh Israel.

    “Seluruh pusat penampungan telah menyaksikan ketinggian air naik hingga lebih dari 10 sentimeter (3,94 inci). Kasur basah kuyup, selimut basah kuyup, dan tidak ada pilihan tersisa – karena semua pilihan telah dihancurkan oleh Israel,” ujarnya.

    “Kami dan anak-anak kecil kami kebanjiran karena hujan,” kata Raed Al-Alayan.

    “Tenda kami kebanjiran. Tidak ada atap yang melindungi kami dari hujan,” imbuhnya.

    Badai biasa terjadi di Gaza saat ini, tetapi dengan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari tempat berlindung permanen, bahkan curah hujan normal pun dapat membanjiri penduduk dan memperburuk kondisi yang sudah buruk.

    Seorang perempuan memandu CNN berkeliling dan masuk ke tenda-tenda keluarganya yang basah kuyup, tempat ia mengaku mengungsi bersama 20 anak, termasuk bayi yang baru lahir. Ia mulai meratap dan menjerit kesakitan saat menggambarkan kondisi yang dialaminya.

    “Kita harus ke mana?” tanyanya beberapa kali. “Putraku yang terbunuh membangun tenda-tenda ini untuk kita. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” imbuhnya.

    Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan ratusan tenda dan tempat penampungan sementara terendam banjir. Ia mengatakan kepada para wartawan bahwa mitra PBB yang bekerja di bidang penampungan mengatakan Gaza tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk pencegahan banjir yang memadai, seperti peralatan untuk menguras air dari tenda dan untuk membersihkan sampah padat serta puing-puing.

    (whn/whn)

  • Yang Diabetes hingga Obesitas Ditolak Trump Masuk ke AS

    Yang Diabetes hingga Obesitas Ditolak Trump Masuk ke AS

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan tidak biasa. Trump memerintahkan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS untuk menolak visa bagi warga negara asing yang dinilai bisa menjadi “beban” terkait kesehatannya, seperti orang yang memiliki diabetes dan dalam kondisi obesitas.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Sabtu (15/11/2025), aturan baru ini akan diterapkan mulai Januari 2026 mendatang. Tidak hanya diabetes dan obesitas, tetapi aturan ini juga berlaku untuk beberapa penyakit.

    Menurut laporan Politico, aturan baru ini mewajibkan kesehatan imigran dan kondisi medis tertentu — termasuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik dan neurologis, serta gangguan mental — untuk dipertimbangkan, karena kondisi-kondisi ini mungkin memerlukan perawatan medis senilai ratusan ribu dolar.

    Imigran yang mengajukan visa untuk tinggal permanen di Amerika Serikat harus menjalani pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang disetujui pemerintah. Semua pemohon visa akan dites untuk penyakit menular, seperti TBC, dan diwajibkan untuk mengisi formulir tentang riwayat penggunaan narkoba atau alkohol, masalah kesehatan mental, atau kekerasan.

    Mereka juga harus menunjukkan apakah mereka telah menerima vaksinasi untuk melindungi dari penyakit menular seperti campak, polio, dan hepatitis B.

    Arahan baru ini tidak hanya memperluas daftar kondisi medis yang perlu dipertimbangkan secara signifikan, tetapi juga memberikan wewenang yang lebih besar kepada petugas imigrasi untuk menerima atau menolak visa hanya berdasarkan status kesehatan pemohon dan kemampuan mereka untuk membayar perawatan medis tanpa bantuan pemerintah.

    “Apakah pemohon memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk menutupi biaya perawatan tersebut selama masa hidupnya tanpa mencari bantuan tunai publik atau perawatan jangka panjang dengan biaya pemerintah?” demikian isi surat kawat tersebut.

    Aturan tersebut juga mengimbau para pejabat untuk mempertimbangkan kesehatan keluarga pemohon, termasuk anak-anak atau orang tua lanjut usia.

    “Apakah ada tanggungan yang memiliki disabilitas, kondisi medis kronis, atau kebutuhan khusus lainnya dan memerlukan perawatan sehingga pemohon tidak dapat mempertahankan pekerjaannya?” adalah pertanyaan lain yang disertakan dalam surat kawat tersebut.

    Dilaporkan bahwa sekitar 10% populasi dunia menderita diabetes, dan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dalam konteks ini, langkah Washington ini akan menghambat kedatangan lebih banyak imigran ke Amerika Serikat.

    Diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, rencana untuk mencegah lebih banyak warga negara asing datang ke AS telah mencakup jaminan hingga US$15.000 untuk pelancong dari negara tertentu, biaya US$100.000 untuk pekerja visa H-1B, dan penolakan visa berdasarkan temuan “pandangan anti-Amerika”.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/whn)

  • Kasasi Ditolak, Eks Presiden Brasil Bolsonaro Terancam Dibui 27 Tahun

    Kasasi Ditolak, Eks Presiden Brasil Bolsonaro Terancam Dibui 27 Tahun

    Jakarta

    Mantan presiden Brasil, Jair Bolsonaro, kehabisan cara untuk menghindari hukuman penjara, setelah hakim menolak kasasinya atas hukuman 27 tahun penjara atas upaya kudeta yang gagal.

    Bolsonaro kalah dalam pemilu 2022, dan dihukum pada bulan September lalu atas upayanya untuk mencegah Presiden Luiz Inácio Lula da Silva mengambil alih kekuasaan setelah pemilu.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025), jaksa penuntut mengatakan rencana tersebut — yang mencakup rencana untuk membunuh Lula dan seorang hakim Mahkamah Agung — gagal hanya karena kurangnya dukungan dari para petinggi militer.

    Panel hakim Mahkamah Agung (MA) yang mempertimbangkan kasasi Bolsonaro, semuanya telah memberikan suara untuk menguatkan hukuman penjara tersebut pekan lalu. Hasilnya baru dianggap resmi pada tengah malam hari Jumat (14/11) waktu setempat.

    Seorang sumber MA yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AFP, bahwa setelah hasil sidang diumumkan — yang kemungkinan akan berlangsung paling cepat Senin mendatang — pihak pembela memiliki waktu lima hari untuk mengajukan banding baru.

    Namun, banding ini dapat “dengan cepat” dibatalkan oleh hakim ketua Alexandre de Moraes, yang kemudian akan mengumumkan putusan akhir.

    “Umumnya, setelah pengumuman putusan akhir, surat perintah penangkapan dikeluarkan pada hari yang sama oleh hakim ketua, dan Moraes-lah yang akan memutuskan di mana penangkapan akan dilakukan, jelas Thiago Bottino, seorang profesor di Sekolah Hukum Getulio Vargas Foundation.

    Sumber pengadilan memperkirakan bahwa Bolsonaro dapat dijebloskan ke penjara pada pekan terakhir bulan November, sesuai dengan jadwal prosedur pengadilan.

    Bolsonaro yang tetap bersikukuh tidak bersalah, telah menjalani tahanan rumah sejak Agustus lalu. Dikarenakan masalah kesehatan akibat serangan penusukan pada tahun 2018, ia dapat meminta untuk menjalani hukuman penjaranya di rumah.

    Dakwaan terhadap Bolsonaro berfokus pada upayanya untuk melemahkan sistem pemungutan suara dengan tujuan menuduh adanya kecurangan jika Lula memenangkan pemilu, dan kemudian menjustifikasi intervensi militer.

    Lalu ada rencana pembunuhan Lula, wakil presidennya, Geraldo Alckmin, dan Moraes, yang menurut jaksa telah disetujui oleh Bolsonaro.

    “Kami siap membunuh banyak orang,” kata seorang pria yang diduga menjadi bagian dari regu pembunuh yang direncanakan, agen polisi federal Wladimir Soares, dalam pesan audio yang dipublikasikan oleh Mahkamah Agung.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Polisi Gerebek Rumah Eks Presiden Brasil Jair Bolsonaro”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ita/ita)

  • Terlama di Dunia, Siswa Tunanetra di Korsel Hadapi Ujian Akhir 13 Jam

    Terlama di Dunia, Siswa Tunanetra di Korsel Hadapi Ujian Akhir 13 Jam

    Jakarta

    Setiap November, kehidupan warga Korea Selatan melambat. Setiap tahun pada bulan ini, berbagai perguruan tinggi di negara itu menggelar penerimaan mahasiswa, termasuk ujian selama 13 jam untuk para pelajar penyandang disabilitas netra.

    Toko-toko tutup, penerbangan ditunda, dan ritme lalu lintas pagi pun melambat. Semua itu berlangsung demi mengurangi kebisingan yang mungkin bisa membuyarkan fokus para pelajar.

    Menjelang sore, sebagian besar peserta ujian keluar dari gerbang sekolah. Mereka menarik napas lega dan memeluk kerabat yang menunggu di luar.

    Namun, tidak semua pelajar menyelesaikan ujian pada jam yang sama. Setelah hari benar-benar gelap, beberapa siswa masih berada di ruang ujian. Mereka baru selesai sekitar pukul 22.00.

    Para pelajar ini adalah siswa tunanetra. Setiap tahun, mereka mengikuti ujian berdurasi lebih dari 12 jam. Ujian yang dalam bahasa Korea disebut Suneung itu adalah ujian masuk kampus terlama di seluruh Korsel.

    Kamis (13/11), lebih dari 550.000 siswa di seluruh Korsel akan mengikuti Suneung. Jumlah ini adalah yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

    Ujian ini tidak hanya menentukan apakah seseorang akan bisa melanjutkan pendidikan ke universitas, tapi juga memengaruhi prospek pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, dan bahkan hubungan percintaan mereka di masa depan.

    Mereka juga wajib mengikuti tes matematika, bahasa Inggris, ilmu sosial atau ilmu pengetahuan alam, satu bahasa asing tambahan, dan Hanja (aksara Han klasik yang digunakan dalam bahasa Korea).

    Bagi sebagian besar siswa, ini adalah ujian berturut-turut selama delapan jam. Mereka memulai tes Suneung pukul 08.40 dan selesai sekitar pukul 17.40.

    Namun, siswa tunanetra dengan gangguan penglihatan berat diberikan durasi 1,7 kali lipat dari durasi tes tadi.

    Artinya, jika para pelajar tunanetra mengikuti bagian bahasa asing tambahan, ujian dapat selesai paling lambat pukul 21.48 atau sekitar 13 jam setelah dimulai.

    Tidak ada jeda makan malam bagi mereka. Ujian tetap berlangsung hingga selesai.

    Ukuran fisik kertas tes braille juga berkontribusi pada panjangnya durasi ujian.

    Ketika setiap kalimat, simbol, dan diagram diubah menjadi braille, setiap buklet tes menjadi enam hingga sembilan kali lebih tebal daripada standarnya.

    BBC/Hosu LeeGesekan yang terus-menerus dengan huruf braille berisiko membuat tangan siswa terasa sakit.

    Di Sekolah Tunanetra Hanbit Seoul, pelajar Han Dong-hyun yang berusia 18 tahun merupakan salah satu peserta Suneung.

    Pada 2024 terdapat 111 peserta tes tunanetra di seluruh Korsel. Dari jumlah itu, 99 di antaranya memiliki gangguan penglihatan berupa low vision dan 12 pelajar lainnya, termasuk seperti Dong-hyun memiliki gangguan penglihatan berat, menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Institut Kurikulum dan Evaluasi Korea.

    Dong-hyun terlahir buta total dan tidak dapat membedakan cahaya.

    Ketika BBC menemui Dong-hyun di sekolahnya, 7 November lalu, jari-jarinya bergerak cepat di atas buku latihan braille berisi soal-soal ujian tahun sebelumnya.

    Dong-hyun fokus mengelola stamina dan kondisinya. Dong-hyun mengikuti Suneung menggunakan kertas ujian braille dan komputer pembaca layar.

    “Sangat melelahkan karena ujiannya sangat lama,” ujarnya.

    “Tapi tidak ada trik khusus. Saya hanya mengikuti jadwal belajar dan berusaha mengelola kondisi saya. Itulah satu-satunya strategi,” tuturnya.

    Dong-hyun mengatakan, ujian bahasa Korea sangat sulit baginya.

    Buku ujian standar untuk ujian bahasa Korea mencakup 16 halaman, tapi versi braille mencapai 100 halaman.

    Bahkan dengan perangkat lunak pembaca layar, soal yang dibacakan secara lisan akan langsung hilang, tak seperti teks yang dapat dilihat dan dibaca ulang.

    Alhasil, Dong-hyun harus mengingat detailnya saat mengerjakan soal.

    Bagian matematika juga tidak lebih mudah baginya.

    Dong-hyun harus menginterpretasikan grafik dan tabel rumit yang telah dikonversi ke braille, hanya menggunakan ujung jarinya.

    Namun, Dong-hyun merasa ujian tahun lebih baik daripada era sebelumnya. Dulu, siswa harus melakukan hampir semua perhitungan di dalam kepala mereka.

    Namun sejak 2016, peserta tes tunanetra diizinkan menggunakan alat tulis braille, yang dikenal sebagai hansone.

    “Sama seperti siswa yang dapat melihat yang menuliskan perhitungan mereka dengan pensil, kami memasukkannya dalam braille di hansone,” ujarnya.

    BBC/Hosu LeeSiswa bernama Oh Jeong-won menggunakan perangkat tampilan braille selama ujian.

    Siswa lain di Sekolah Tunanetra Hanbit adalah Oh Jeong-won yang berusia 18 tahun. Dia mengatakan, sore hari adalah titik tersulit dalam ujian yang berlangsung sepanjang hari.

    “Sampai makan siang, masih bisa diatasi,” katanya.

    “Tapi sekitar pukul 4 atau 5 sore, setelah Bahasa Inggris dan sebelum Sejarah Korea, saat itulah rasanya benar-benar berat. Tidak ada istirahat makan malam.

    “Kami memecahkan soal di waktu makan normal, jadi rasanya lebih melelahkan. Meski begitu, saya terus berjuang karena saya tahu akan ada rasa pencapaian di akhir,” ujar Jeong-won.

    Bagi Jeong-won, kelelahan diperparah oleh kebutuhan untuk tetap fokus dengan kedua tangan dan pendengarannya.

    “Ketika saya membaca braille dengan jari-jari saya dan juga menyerap informasi melalui audio, rasanya jauh lebih melelahkan daripada bagi siswa yang dapat melihat,” ujarnya.

    Bagaimanapun, durasi ujian dan jam belajar yang panjang bukanlah bagian tersulit dari Suneung. Yang paling menantang, bagi sebagian pelajar tunanetra, adalah mengakses materi pelajaran.

    Buku teks populer dan kuliah daring yang diandalkan oleh siswa tunanetra seringkali sulit dijangkau.

    Versi braille sangat terbatas. Adapun, mengonversi materi menjadi audio membutuhkan berkas teks yang sulit diperoleh.

    Sering kali, pelajar tunanetra harus mengetik seluruh buku kerja secara manual agar dapat digunakan.

    Kuliah daring juga menimbulkan kesulitan karena banyak instruktur menjelaskan konsep menggunakan catatan visual, diagram, dan grafik di layar, yang tidak dapat dipahami hanya melalui audio.

    Satu kendala paling signifikan lainnya adalah buku ujian nasional versi braille yang kerap datang terlambat.

    Akibat keterlambatan ini, siswa tunanetra seringkali menerima materi tersebut beberapa bulan lebih lambat daripada siswa lainnya.

    “Siswa yang dapat melihat menerima buku EBS mereka antara Januari dan Maret dan mempelajarinya sepanjang tahun,” kata Jeong-won.

    “Kami baru menerima berkas braille sekitar Agustus atau September, ketika ujian tinggal beberapa bulan lagi.”

    Dong-hyun menyampaikan kekhawatiran yang sama.

    “Materi braille baru selesai kurang dari 90 hari sebelum ujian,” ujarnya. “Saya selalu berharap proses penerbitannya bisa lebih cepat.”

    BBC telah meminta otoritas pendidikan Korea untuk menjelaskan keterlambatan tersebut, tapi belum mendapat jawaban.

    BBC/Hosu LeeSebuah kelas bagi para siswa tuna netra.

    Bagi para siswa tunanetra, Suneung bukan sekadar ujian masuk perguruan tinggi. Ini adalah ajang pembuktian perjuangan mereka selama bertahun-tahun untuk mencapai titik ini.

    Jeong-won menggambarkan ujian itu sebagai “ketekunan.”

    “Hampir tidak ada yang bisa Anda lakukan dalam hidup tanpa ketekunan,” katanya. “Saya pikir kali ini adalah proses melatih tekad saya.”

    Guru mereka, Kang Seok-ju, menyaksikan para siswa menjalani ujian setiap tahun. Dia berkata, daya tahan para siswa tunanetra itu “luar biasa”.

    “Membaca braille dilakukan dengan menelusuri titik-titik timbul dengan ujung jari. Gesekan yang konstan dapat membuat tangan mereka cukup pegal,” ujarnya. “Tapi mereka melakukannya berjam-jam.”

    Seok-ju mendorong para siswanya menyelesaikan ujian daripada menghadapi penyesalan.

    “Ujian ini adalah tempat Anda menuangkan semua yang telah Anda pelajari sejak kelas satu ke dalam satu hari,” katanya.

    “Banyak siswa merasa kecewa setelahnya, tapi saya hanya ingin mereka pulang dengan mengetahui bahwa mereka telah melakukan yang terbaik.

    “Ujian bukanlah segalanya,” kata guru itu.

    (ita/ita)

  • Perang Menggila, 30 Juta Warga Sudan Butuh Bantuan

    Perang Menggila, 30 Juta Warga Sudan Butuh Bantuan

    Jakarta

    Lebih dari separuh penduduk Sudan saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan di tengah pertempuran yang melanda negara Afrika timur laut itu.

    Sejak pecah pada April 2023, perang antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF), telah menewaskan puluhan ribu orang. Perang tersebut juga telah membuat hampir 12 juta orang mengungsi, dan memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

    “Kami melihat situasi di mana lebih dari 30 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Jumlah tersebut setara dengan separuh penduduk Sudan,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Denmark, Charlotte Slente, setelah kunjungan ke wilayah perbatasan di negara tetangga, Chad.

    “Penderitaan yang kami saksikan sungguh tak terbayangkan,” ujar kepala NGO tersebut, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025).

    Sudan memiliki populasi sekitar 50 juta jiwa pada tahun 2024, menurut Bank Dunia.

    Komentar pejabat NGO tersebut muncul setelah kunjungan ke daerah di Chad yang berbatasan dengan wilayah Darfur di Sudan bagian barat, yang belakangan ini dilanda pertempuran sengit.

    Kekerasan telah meningkat drastis dalam beberapa pekan terakhir. RSF menguasai kota penting El-Fasher — benteng terakhir tentara Sudan di Darfur — setelah pengepungan selama 18 bulan dan laporan kekejaman yang terus bertambah.

    “Ada pelanggaran yang melanggar semua hukum kemanusiaan internasional,” imbuh Slente.

    Slente mengatakan NGO tersebut telah melihat bukti pembantaian massal dan kekerasan seksual di Sudan.

    “Kami melihat penahanan, penculikan, pemindahan paksa, dan penyiksaan,” kata Slente.

    Ia menuduh komunitas internasional tidak berbuat cukup.

    Ia pun memperingatkan bahwa masih ada kota-kota lain yang masih dikepung dan tidak mendapatkan perhatian yang sama.

    Kota Babanusa, benteng terakhir tentara di negara bagian Kordofan Barat, telah dikepung selama beberapa bulan, begitu pula ibu kota negara bagian Kordofan Utara, El-Obeid, serta Kadugli dan Dilling di Kordofan Selatan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: UEA Dituding Menjadi Dalang Serangan Drone di Port Sudan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ita/ita)

  • Pasukan PBB Temukan Tembok yang Dibangun Israel di Wilayah Lebanon

    Pasukan PBB Temukan Tembok yang Dibangun Israel di Wilayah Lebanon

    Jakarta

    Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon mengatakan bahwa militer Israel telah membangun tembok di dalam wilayah Lebanon selatan, dekat Garis Biru yang ditetapkan PBB, yang merupakan perbatasan de facto.

    Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), yang telah bekerja sama dengan tentara Lebanon untuk mengkonsolidasikan gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah yang dicapai pada November lalu, menyebut langkah Israel tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan Lebanon.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025), UNIFIL mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pada bulan Oktober, mereka mensurvei “sebuah tembok beton berbentuk T yang didirikan oleh pasukan Israel di barat daya Yaroun. Survei tersebut mengonfirmasi bahwa tembok tersebut melintasi Garis Biru, sehingga lebih dari 4.000 meter persegi wilayah Lebanon tidak dapat diakses oleh rakyat Lebanon.”

    “Pada bulan November, pasukan penjaga perdamaian mengamati pembangunan tembok tambahan berbentuk T di area tersebut. Sebuah survei mengonfirmasi bahwa sebagian tembok di tenggara Yaroun juga melintasi Garis Biru,” tambahnya.

    Ketika ditanya oleh AFP tentang tuduhan tersebut, militer Israel (IDF) mengatakan: “Tembok itu merupakan bagian dari rencana (militer Israel) yang lebih luas yang pembangunannya dimulai pada tahun 2022. Sejak dimulainya perang, dan sebagai bagian dari pelajaran yang dipetik darinya, (militer Israel) telah memajukan serangkaian langkah, termasuk memperkuat penghalang fisik di sepanjang perbatasan utara.”

    “Perlu ditegaskan bahwa tembok itu tidak melintasi Garis Biru,” tambahnya.

    Di bawah gencatan senjata, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan. Namun, Israel tetap mempertahankan pasukannya di lima wilayah yang dianggap strategis dan terus melakukan serangan rutin di Lebanon, terutama dengan mengatakan bahwa Israel menargetkan lokasi dan operasi Hizbullah.

    UNIFIL mengatakan bahwa “kehadiran dan pembangunan Israel di wilayah Lebanon merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan 1701 dan kedaulatan serta integritas teritorial Lebanon,” merujuk pada resolusi PBB yang mengakhiri konflik tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.

    Resolusi tersebut juga menjadi dasar gencatan senjata November lalu, yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran yang berlangsung lebih dari setahun antara Israel dan Hizbullah, termasuk perang habis-habisan selama dua bulan.

    UNIFIL mengatakan telah memberi tahu militer Israel tentang temuan bulan Oktober tersebut, dan meminta mereka untuk memindahkan tembok tersebut.

    “Kami kembali menyerukan kepada IDF untuk menghormati Garis Biru secara penuh dan menarik diri dari semua wilayah di utaranya,” demikian pernyataan UNIFIL.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Israel Serang Lebanon, Asap Mengepul Tebal”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ita/ita)

  • Kecelakaan Iring-iringan Mobil Wapres AS, 2 Polisi Dilarikan ke RS

    Kecelakaan Iring-iringan Mobil Wapres AS, 2 Polisi Dilarikan ke RS

    Jakarta

    Dua kendaraan aparat penegak hukum mengalami kecelakaan di Tennesse, Amerika Serikat saat mengawal iring-iringan mobil Wakil Presiden JD Vance. Akibatnya, dua polisi dilarikan ke rumah sakit, salah satunya dalam kondisi kritis.

    Kecelakaan pada hari Jumat (14/11) waktu setempat di Maryville, sekitar 27 kilometer di selatan Knoxville tersebut, melibatkan seorang polisi negara bagian dan seorang petugas sepeda motor Departemen Kepolisian Maryville, kata pihak kota dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita Associated Press, Sabtu (15/11/2025).

    Keduanya dibawa ke rumah sakit. Pihak berwenang tidak segera merilis informasi tentang kondisi polisi tersebut.

    Katherine Pierce, agen Dinas Rahasia AS yang bertugas di Knoxville, mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau situasi dengan saksama.

    “Keselamatan dan pergerakan orang-orang yang kami lindungi tidak terpengaruh oleh insiden ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    Pihak Patroli Jalan Raya Tennessee sedang menyelidiki insiden itu.

    Lihat juga Video ‘Mendebarkan, Kereta AS Nyaris Tabrak Mobil gegara Masinis Ketiduran’:

    (ita/ita)

  • Peledak Sitaan Meledak di Kantor Polisi Kashmir India, 9 Orang Tewas

    Peledak Sitaan Meledak di Kantor Polisi Kashmir India, 9 Orang Tewas

    Jakarta

    Sembilan orang tewas ketika bahan peledak sitaan tiba-tiba meledak di sebuah kantor polisi di bagian wilayah Kashmir yang dikelola India. Sebanyak 31 orang lainnya luka-luka dalam insiden pada Jumat (14/11) malam itu.

    Insiden tersebut terjadi di Nowgam, hanya beberapa hari setelah ledakan mobil di New Delhi, ibu kota India yang menewaskan 12 orang.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025), bahan peledak di kantor polisi tersebut ditemukan dari Faridabad di negara bagian Haryana, India utara awal pekan ini, hanya beberapa jam sebelum ledakan dahsyat di Delhi.

    Bahan peledak yang ditemukan itu telah dikirim untuk pemeriksaan forensik lebih lanjut sejak Kamis lalu, kata direktur jenderal polisi wilayah tersebut, Nalin Prabhat. Dia mengatakan bahwa prosedur tersebut ditangani dengan “sangat hati-hati karena sifatnya yang tidak stabil dan sensitif”.

    “Namun, sayangnya selama proses ini (pada Jumat) sekitar pukul 23.20, terjadi ledakan yang tidak disengaja,” ujarnya kepada wartawan.

    Para korban termasuk personel polisi, anggota tim forensik, dua fotografer, dan anggota lain dari pemerintah daerah.

    “Bangunan kantor polisi rusak parah dan bangunan-bangunan di sekitarnya terdampak,” ujarnya.

    Ledakan itu terjadi hanya beberapa hari setelah ledakan dahsyat pada Senin lalu, yang menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai 30 lainnya di ibu kota India, New Delhi.

    Ini adalah insiden keamanan paling signifikan sejak 22 April, ketika 26 warga sipil yang sebagian besar beragama Hindu, tewas di lokasi wisata Pahalgam di Kashmir yang dikelola India, yang memicu bentrokan dengan Pakistan.

    Pemerintah India pada Rabu lalu berjanji untuk mengadili “para pelaku, kaki tangan, dan sponsor mereka” atas ledakan mobil mematikan di New Delhi tersebut, dan menyebutnya sebagai tindakan terorisme.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Bilang Sudah Ambil Keputusan Soal Venezuela, Apa Itu?

    Trump Bilang Sudah Ambil Keputusan Soal Venezuela, Apa Itu?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya “semacam” telah mengambil keputusan tentang Venezuela. Hal ini disampaikannya pada Jumat (14/11) waktu setempat seiring pengerahan militer AS di Amerika Latin telah memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.

    “Saya semacam telah mengambil keputusan,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan Air Force One saat ia melakukan perjalanan ke kediamannya di Florida, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (15/11/2025).

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa itu, tetapi kami telah membuat banyak kemajuan dengan Venezuela dalam hal menghentikan masuknya narkoba,” tambah Trump.

    Dalam beberapa pekan terakhir, Washington telah mengerahkan kapal perang, jet tempur, dan ribuan tentara ke Amerika Latin dan melancarkan serangan terhadap 21 kapal yang diduga sebagai kapal penyelundup narkoba. Serangan-serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 80 orang.

    Kapal induk Amerika Serikat, USS Gerald R. Ford, yang merupakan kapal induk terbesar di dunia, tiba di Amerika Latin pada hari Selasa lalu, dengan tujuan yang dinyatakan untuk membantu melawan perdagangan narkoba di wilayah tersebut.

    Namun, pemerintah Venezuela khawatir pengerahan militer AS, yang juga mencakup pesawat tempur siluman F-35 yang dikirim ke Puerto Riko dan kapal-kapal Angkatan Laut AS di Karibia tersebut, merupakan plot perubahan rezim yang terselubung.

    Media CBS News pada hari Rabu lalu, mengutip beberapa sumber yang mengatakan bahwa para pejabat militer senior telah menyampaikan kepada Trump soal opsi terbaru untuk kemungkinan operasi di Venezuela, termasuk serangan darat.

    Sebelumnya, pada tanggal 2 November, Trump mengesampingkan kemungkinan berperang dengan Venezuela, tetapi mengatakan bahwa masa pemerintahan Presiden Nicolas Maduro — yang ia tuduh sebagai gembong narkoba — tinggal menghitung hari.

    Presiden Kolombia, Gustavo Petro, juga menuduh bahwa tujuan akhir pengerahan militer AS adalah untuk merebut kekayaan minyak Venezuela dan mengacaukan Amerika Latin.

    Pemerintah Venezuela telah mengumumkan pengerahan militer nasionalnya sendiri untuk melawan meningkatnya kehadiran angkatan laut AS di lepas pantainya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)