Jenis Media: Internasional

  • Bertambah, Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza Tewaskan 195 Orang

    Bertambah, Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza Tewaskan 195 Orang

    Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gutteres menggambarkan serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia itu sebagai hal yang ‘mengerikan’. Sementara Komisioner Tinggi HAM PBB mengingatkan bahwa ‘serangan yang tidak proporsional’ bisa dianggap sebagai ‘kejahatan perang’.

    Total Lebih dari 8.700 Orang Tewas Akibat Gempuran Israel di Gaza

    Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 8.796 orang tewas akibat serangan udara Israel selama tiga pekan terakhir. Angka itu mencakup sedikitnya 3.648 anak-anak dan 2.290 wanita.

    Dalam laporannya, seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza juga menyebut sekitar 22.219 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan gempuran Israel.

    Disebutkan juga oleh Kementerian Kesehatan Gaza bahwa ada 2.030 laporan orang hilang, termasuk 1.020 anak-anak yang dilaporkan hilang dan diduga tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara tanpa henti dari Israel.

    Jumlah korban jiwa yang dilaporkan otoritas Gaza yang dikuasai Hamas diragukan oleh Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS). Namun Badan PBB untuk Pengungsi Palestina menegaskan bahwa jumlah korban tewas yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza terbukti ‘kredibel’ dalam konflik-konflik sebelumnya.

    “Di masa lalu, dalam lima, enam siklus konflik di Jalur Gaza, angka-angka ini dianggap kredibel dan tidak ada seorang pun yang benar-benara menentang angka-angka ini,” tegas Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA, Philippe Lazzarini, saat berbicara kepada wartawan di Yerusalem, seperti dilansir AFP, Jumat (27/10).

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Warga Gaza yang Antre Roti, Puluhan Orang Tewas

    Israel Gempur Warga Gaza yang Antre Roti, Puluhan Orang Tewas

    “Wanita, anak-anak, warga sipil yang tidak bersalah dan tidak bersenjata yang sedang mengantre… dibunuh tanpa pandang bulu,” sebut Abu Salimi.

    Jumlah pasti korban tewas dan korban luka akibat serangan Israel di Jalan al-Nasr itu belum diketahui secara jelas.

    Sebuah video yang didapatkan Al Jazeera Arabic menunjukkan situasi di sekitar toko roti yang dilaporkan digempur oleh Israel tersebut. Terlihat dalam video tersebut bagaimana gedung-gedung hancur dengan puing-puing berserakan dan asap menyelimuti area lokasi serangan.

    Belum ada komentar dari Israel atas laporan serangannya yang mengenai toko roti dan orang-orang yang sedang mengantre roti di Jalur Gaza ini.

    Sebagian Besar Toko Roti di Gaza Hancur Akibat Gempuran Israel

    Koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Jalur Gaza menyebut hanya tersisa sedikit toko roti di daerah kantong Palestina itu sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai awal bulan ini.

    “Sebagian besar toko roti menjadi sasaran atau hancur (dalam serangan udara Israel),” sebut koresponden Al Jazeera di Gaza, Youmna El Sayed dalam laporannya.

    Menurut laporan UN OCHA, enam toko roti yang hancur ada di wilayah Gaza City, dua toko roti lainnya yang hancur ada di Jabalia, dua toko roti lainnya di Wilayah Tengah dan satu toko roti yang hancur ada di Khan Younis.

    Saat ini, menurut UN OCHA, hanya ada sembilan toko roti yang masih beroperasi di Jalur Gaza. Toko-toko roti di Jalur Gaza itu menerima bantuan tepung dari UN OCHA, namun kesulitan untuk beroperasi karena kekurangan bahan bakar.

    Disebutkan juga oleh UN OCHA bahwa orang-orang ‘terpapar serangan udara’ saat berdiri dalam ‘antrean selama berjam-jam’ demi mendapatkan roti.

    (nvc/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Ada di Balik ‘Kekacauan Mematikan’ di Timur Tengah

    AS Ada di Balik ‘Kekacauan Mematikan’ di Timur Tengah

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya bertanggung jawab atas apa yang disebutnya sebagai ‘kekacauan mematikan’ yang terjadi di kawasan Timur Tengah, terutama krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Putin menyebut Barat ‘membutuhkan’ kekacauan terus-menerus di Timur Tengah.

    Seperti dilansir Al Arabiya dan Press TV, Selasa (31/10/2023), tuduhan terbaru ini disampaikan Putin dalam pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan Rusia dan jajaran pemerintahan serta kepala lembaga penegak hukum Moskow yang digelar pada Senin (30/10) waktu setempat.

    “Kita harus memahami dengan jelas siapa yang sebenarnya berada di balik tragedi yang melanda warga Timur Tengah dan wilayah-wilayah lainnya di dunia, siapa yang mengorganisir kekacauan mematikan ini dan siapa yang mendapat keuntungan dari situasi saat ini, menurut pendapat saya, sudah menjadi jelas … Para elite penguasa AS saat ini dan negara-negara satelit mereka adalah yang paling diuntungkan dari ketidakstabilan dunia,” tuduh Putin dalam pernyataannya.

    “Peristiwa-peristiwa mengerikan yang kini terjadi di Jalur Gaza, ketika ratusan ribu orang yang tidak bersalah dibunuh tanpa pandang bulu, yang tidak punya tempat untuk lari, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pengeboman, tidak bisa dibenarkan dengan cara apapun,” tegasnya.

    Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah Rusia, Putin menyebut elite penguasa AS dan sekutu-sekutunya ada di balik krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Lebih dari 8.300 orang tewas akibat serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari tiga pekan terakhir. Israel menggempur Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    “Mereka (negara-negara Barat-red) membutuhkan kekacauan terus-menerus di Timur Tengah. Oleh karena itu, (AS) melakukan yang terbaik untuk mendiskreditkan negara-negara yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza, untuk menghentikan pertumpahan darah, dan siap melakukan tindakan nyata, kontribusi untuk menyelesaikan krisis, dan tidak (memberi makan) seperti parasit,” sebut Putin dalam pernyataannya.

  • Brigade Al-Quds Akan Terus Melawan Operasi Darat Israel di Gaza

    Brigade Al-Quds Akan Terus Melawan Operasi Darat Israel di Gaza

    Jakarta

    Gempuran darat Israel terus terjadi disusul penolakan gencatan senjata di Gaza. Pasukan Jihad Islam Palestina mengatakan akan terus melakukan perlawanan terhadap Israel.

    Dilansir Aljazeera, Selasa (31/10/2023), juru bicara Brigade Al-Quds sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, Abu Hamzah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ‘perlawanan’ di semua faksi akan terus menghadapi operasi darat Israel.

    “Kami mengatakan kepada keluarga para tawanan bahwa pemerintah Anda mempertaruhkan nyawa anak-anak Anda untuk mengulur waktu,” kata Abu Hamzah.

    “Setiap menit yang berlalu merupakan ancaman bagi kehidupan para tahanan,” katanya mengacu pada pemerintah Israel.

    Pasukan darat Israel mengepung Jalur Gaza dan serangan udara menghantam wilayah Palestina. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas tidak akan terjadi.

    Dilansir AFP, Selasa (31/10), Netanyahu berbicara kepada jurnalis asing setelah mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ melawan kelompok Hamas dalam menanggapi serangan 7 Oktober.

    Operasi militer Israel yang semakin intensif meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza, di mana kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 8.300 orang telah terbunuh.

    (rfs/rfs)

  • Hamas Punya 2 Pilihan, Mati Bertempur atau Menyerah

    Hamas Punya 2 Pilihan, Mati Bertempur atau Menyerah

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kelompok Hamas di Gaza akan ‘mati atau menyerah’ dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Gallant mengatakan Hamas hanya dua pilihan dalam pertempuran di Gaza.

    Dilansir Aljazeera, Selasa (31/10/2023), Gallant mengatakan Hamas memiliki ‘dua pilihan’ dalam pidatonya yang disiarkan televisi, yaitu ‘mati dalam pertempuran atau menyerah tanpa syarat apa pun’.

    “Tidak ada pilihan ketiga,” kata Gallant, mengarahkan pesannya kepada kelompok Hamas di lapangan serta para pemimpin di Gaza.

    “Kami akan menjangkau mereka dan kami akan mencapai misi kami dan kami akan memastikan organisasi itu sudah tidak ada lagi,” katanya.

    “Kami akan berhasil dalam operasi darat kami dengan memastikan kembalinya tawanan kami dan dengan menghilangkan kemampuan Hamas,” imbuhnya.

    Pernyataannya muncul ketika Israel terus menggempur berbagai wilayah di wilayah tersebut meskipun terdapat seruan luas untuk segera melakukan gencatan senjata.

    (rfs/rfs)

  • Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Jakarta

    Pasukan darat Israel mengepung Jalur Gaza dan serangan udara menghantam wilayah Palestina. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas tidak akan terjadi.

    Dilansir AFP, Selasa (31/10/2023), Netanyahu berbicara kepada jurnalis asing setelah mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ melawan kelompok Hamas dalam menanggapi serangan 7 Oktober.

    Operasi militer Israel yang semakin intensif meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza, di mana kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 8.300 orang telah terbunuh.

    “Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, untuk menyerah kepada terorisme…ini tidak akan terjadi,” katanya, seraya bersumpah bahwa Israel akan berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan.

    Militer Israel mengatakan seorang tentara wanita dibebaskan dari penawanan setelah operasi di wilayah yang dikuasai Hamas.

    “Ori Megidish dibebaskan dalam operasi darat,” kata tentara, seraya menambahkan bahwa dia telah diperiksa secara medis dan kondisinya baik-baik saja. Kantor Netanyahu menerbitkan foto dirinya dikelilingi oleh anggota keluarga.

    Pemimpin Israel mengatakan masyarakat internasional harus menuntut para tawanan yang tersisa di Gaza segera dibebaskan, tanpa syarat.

    Banyak rumah sakit di Gaza terkena dampaknya dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa pasien tidak dapat dipindahkan dengan aman keluar dari zona perang.

    Lihat Video: Situasi di Gaza Buruk, Jokowi Dorong Gencatan Senjata Disegerakan

    (rfs/rfs)

  • Operasi Darat di Gaza, Pasukan Israel Membebaskan Seorang Tentara

    Operasi Darat di Gaza, Pasukan Israel Membebaskan Seorang Tentara

    Jakarta

    Sebuah pernyataan bersama dari militer Israel dan badan keamanan domestik Shin Bet mengatakan bahwa tentara Israel bernama Ori Megidish dibebaskan selama operasi darat militer di Gaza. Tentara Israel itu sebut telah kembali ke rumahnya.

    “Tentara itu telah diperiksa secara medis, dalam keadaan baik, dan telah bertemu dengan keluarganya,” kata pernyataan itu dilansir Aljazeera, Selasa (31/10/2023).

    Sifat pembebasan Ori Megidish, yang ditawan oleh Hamas di Gaza sejak 7 Oktober, tidak jelas dalam pernyataan awal berbahasa Inggris dari militer Israel dan Shin Bet, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggunakan kata ‘dibebaskan’ untuk menggambarkannya, yang menunjukkan bahwa ini bukanlah pembebasan sukarela dari pihak Hamas.

    Sementara kelompok Hamas belum berkomentar terkait pembebasan Ori Megidish.

    Netanyahu ‘mengucapkan selamat’ kepada militer Israel dan Shin Bet, dan mengatakan bahwa negaranya tetap berkomitmen untuk melepaskan semua tawanan di Gaza–karena ia menghadapi tekanan dari keluarga para tawanan tersebut, beberapa di antaranya merasa bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan apa pun.

    Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ dalam perang melawan Hamas.

    (rfs/rfs)

  • Bombardir Israel di Gaza Tewaskan 3 Ribu Anak dalam 3 Pekan Terakhir

    Bombardir Israel di Gaza Tewaskan 3 Ribu Anak dalam 3 Pekan Terakhir

    Gaza City

    Dengan dalih menggempur milisi Hamas, militer Israel terus menerus menggempur Jalur Gaza, Palestina. Tak hanya milisi, bahkan ribuan anak juga harus meregang nyawa akibat pertikaian orang-orang dewasa itu.

    Dilansir Al Jazeera, Senin (30/10/2023), lebih dari 3.000 anak dilaporkan tewas akibat rentetan serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza yang berlangsung tiga pekan terakhir. Angka ini tercatat lebih tinggi dari jumlah anak-anak yang tewas dalam berbagai konflik di seluruh dunia setiap tahunnya sejak 2019.

    Organisasi non-pemerintah Save the Children merilis analisisnya yang mengungkapkan fakta sangat mengerikan terkait perang yang terus berlanjut antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu.

    Laporan terbaru Save the Children mengutip data Kementerian Kesehatan Palestina dan otoritas Israel yang menyebut total 3.257 anak-anak tewas dalam konflik yang pecah antara Israel dan Hamas, yang tidak hanya memicu kehancuran di Jalur Gaza, tapi juga memakan korban di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Disebutkan secara detail bahwa angka itu terdiri atas 3.195 anak-anak tewas di Jalur Gaza, 33 anak-anak tewas di Tepi Barat dan 29 anak-anak tewas di Israel sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu.

    Anak-anak terjebak reruntuhan dari bangunan yang diserang Israel di Jabalia di Gaza Utara (REUTERS/Anas al-Shareef TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/STRINGER).

    Bandingkan jumlah anak-anak yang tewas akibat konflik ini dengan jumlah anak-anak yang tewas akibat konflik di seluruh dunia pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut laporan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal anak-anak dan konflik bersenjata, total 2.985 anak-anak tewas dalam konflik di sebanyak 24 negara sepanjang tahun 2022, sedangkan total 2.515 anak-anak tewas dalam konflik di seluruh dunia sepanjang tahun 2021, dan total 2.674 anak-anak tewas dalam konflik di 22 negara sepanjang tahun 2020.

    “Kematian satu anak menjadi satu hal yang terlalu banyak, tapi ini merupakan pelanggaran berat yang sangat besar,” sebut Direktur Save the Children untuk wilayah Palestina yang diduduki, Jason Lee, dalam pernyataannya soal korban anak-anak di konflik Israel vs Hamas.

    Anak Palestina terluka akibat bombardir Israel. Dia dirawat di rumah sakit Deir Al Balah, Gaza selatan. (AP Photo/Hatem Moussa)

    Laporan otoritas kesehatan Palestina di Gaza, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut sedikitnya 8.005 orang tewas akibat gempuran Israel selama tiga pekan terakhir. Sekitar 20.242 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara Israel. Anak-anak dilaporkan mencapai 40 persen dari total korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Lebih dari 6.000 anak mengalami luka-luka akibat serangan yang sama.

    Anak-anak harus selalu dilindungi meski terjadi konflik. Gencatan senjata mendesak perlu dilakukan pada kondisi seperti ini. Sementara itu, PBB masih rapat-rapat.

    Selanjutnya PBB masih rapat-rapat:

  • Amarah Pendemo Rusia hingga ‘Berburu’ Warga Israel di Bandara

    Amarah Pendemo Rusia hingga ‘Berburu’ Warga Israel di Bandara

    Jakarta

    Massa demo menyerbu bandara di Dagestan, Republik Kaukasus Rusia. Mereka marah terkait situadi di Gaza dan mencari warga Israel dan orang Yahudi yang akan mendarat di bandara tersebut.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (30/10/2023), penggerudukan bandara itu terjadi pada Minggu (29/10) waktu setempat. Hal itu mendorong Israel menyerukan kepada otoritas Rusia untuk melindungi warga negaranya yang ada di negara tersebut.

    Menurut beberapa video yang diposting ke media sosial dan dilaporkan media lokal seperti RT dan Izvestia, puluhan demonstran menerobos gerbang dan pembatas bandara, dengan beberapa berlari hingga ke area landasan pacu. AFP tidak bisa memverifikasi video-video tersebut.

    Bandara Ditutup

    Tak lama setelah video-video itu muncul, otoritas penerbangan Rusia, Rossavitsia, mengumumkan penutupan bandara di Dagestan untuk penerbangan kedatangan dan keberangkatan. Disebutkan juga bahwa pasukan keamanan Rusia telah dikerahkan untuk menjaga area bandara tersebut.

    “Situasinya terkendali, para personel penegak hukum bekerja di lokasi kejadian,” demikian pernyataan pemerintah Republik Dagestan Rusia via Telegram.

    Rossavitsia mengumumkan kembali pada Minggu (29/10) malam bahwa bandara di Dagestan itu telah ‘dibebaskan’ dari massa dan akan tetap ditutup hingga 6 November mendatang.

    Sebelumnya, beberapa saluran Telegram lokal memperlihatkan foto-foto dan video yang menunjukkan puluhan pria sedang menunggu di luar bandara untuk mencegat mobil-mobil dan beberapa orang di antaranya terlihat berupaya mendobrak pembatas keamanan.

    ‘Pembunuh Anak Tak Ada tempat di Dagestan’

    Menyikapi situasi di Dagestan, kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyerukan otoritas Rusia untuk melindungi warga negara Israel yang ada di wilayahnya.

    “Israel mengharapkan otoritas Rusia untuk melindungi semua warga negara Israel dan semua orang Yahudi, dan bertindak tegas terhadap para perusuh dan terhadap hasutan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi dan Israel,” demikian pernyataan kantor Netanyahu pada Minggu (29/10) malam.

    Laporan situs pelacak penerbangan Flightradar mengindikasikan penerbangan maskapai Red Wings dari Tel Aviv telah mendarat di Makhachkala, ibu kota Dagestan, pada pukul 19.00 waktu setempat. Namun menurut media independen Sota, penerbangan itu merupakan penerbangan transit yang dijadwalkan lepas landas ke Moskow sekitar dua jam kemudian.

    Lihat Video ‘Warga Kampung Halaman Khabib Nurmagomedov Sweeping Pesawat dari Israel’:

    Selengkapnya pada halaman berikut.

  • DK PBB Akan Gelar Sidang Darurat Bahas Jeda Kemanusiaan di Gaza

    DK PBB Akan Gelar Sidang Darurat Bahas Jeda Kemanusiaan di Gaza

    New York

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menggelar sidang darurat untuk membahas jeda kemanusiaan dalam perang antara Israel dan Hamas yang berkecamuk di Jalur Gaza. Upaya ini bertujuan mencari resolusi yang mengikat untuk menuntut Israel agar menyetujui adanya jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (30/10/2023), sidang darurat ini kemungkinan dijadwalkan akan digelar pada Senin (30/10) waktu setempat atas permintaan Uni Emirat Arab (UEA), sebagai perwakilan negara-negara Arab dalam Dewan Keamanan PBB.

    Permintaan itu diajukan UEA sejak Sabtu (28/10) waktu setempat saat militer Israel mengumumkan ‘perluasan operasi darat’ di Jalur Gaza. Juru bicara UEA untuk PBB Shahad Matar memposting soal permintaan itu via media sosial X.

    “UEA telah meminta pertemuan darurat DK PBB untuk digelar sesegera mungkin mengingat pengumuman Israel bahwa mereka memperluas operasi darat di Gaza,” tulis Matar dalam postingannya.

    UEA merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode tahun 2022-2023.

    Satu jam setelah Israel melancarkan operasi darat intensif di Jalur Gaza pada Jumat (27/10) lalu, Majelis Umum PBB yang menggelar rapat meloloskan resolusi yang menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan segera’ di Jalur Gaza, dengan 122 suara mendukung dan 14 suara menolak. Sebanyak 55 negara lainnya abstain.

    Meskipun didukung mayoritas negara anggota, resolusi Majelis Umum PBB tidak mengikat dan hanya mencerminkan sikap berbagai negara.