Jenis Media: Internasional

  • Israel Bombardir Universitas Al-Azhar di Gaza

    Israel Bombardir Universitas Al-Azhar di Gaza

    Jakarta

    Wakil Menteri Luar Negeri Palestina Amal Jadou mengatakan Israel telah melakukan serangan bom ke Universitas Al-Azhar di Gaza. Serangan itu terjadi Sabtu waktu setempat.

    Dikutip Al-Jazeera, Minggu (5/11/2023), momen pemboman universitas Al-Azhar itu diunggah di akun X Jadou. Berdasarkan laporan Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang berkuliah di Universitas Azhar, menyampaikan pemboman itu terjadi pada Sabtu pagi.

    Sementara itu, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) atau The Council on American-Islamic Relations –organisasi advokasi dan hak sipil muslim terbesar di AS– juga menyampaikan sayap kanan Israel menghancurkan Universitas Al-Azhar di Gaza.

    CAIR mengutuk peristiwa itu. Mereka menyoroti serangan Israel terhadap Universitas di Gaza, serangan di kamp pengungsian, dan serangan mematikan lainnya.

    Selain itu, CAIR menilai serangan terhadap fasilitas PBB yang menampung pengungsi membuktikan bahwa komunitas internasional harus bertindak untuk menghentikan kampanye genosida oleh Israel yang menargetkan warga Palestina.

    Setidaknya ada 15 orang tewas dalam serangan terhadap sekolah milik PBB yang berfungsi sebagai tempat penampungan di sebuah kamp pengungsian di jalur Gaza Utara yang diserang pada hari Sabtu. Fasilitas PBB lainnya juga menjadi sasaran Israel.

    Sebanyak 51 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Maghazi.

    “Sangat penting bagi komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan kampanye genosida, rasis, apartheid, pemerintah Israel yang menargetkan rakyat Palestina, yang cakupannya sangat menakjubkan dalam serangan tanpa pandang bulu terhadap kamp pengungsi, pengungsi yang melarikan diri, jurnalis, fasilitas medis, ambulans, masjid, gereja, infrastruktur vital dan sekarang lembaga pendidikan dan fasilitas PBB,” ujarnya.

    “Fakta bahwa negara kita memfasilitasi genosida ini merupakan noda moral yang akan tetap ada hingga generasi mendatang. Harus ada gencatan senjata sekarang,” ujarnya.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Massa Pro-Palestina Demo di Washington, Desak Gencatan Senjata

    Massa Pro-Palestina Demo di Washington, Desak Gencatan Senjata

    Jakarta

    Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Washington untuk menuntut gencatan senjata di Gaza di mana ribuan orang telah terbunuh dalam serangan Israel. Demonstrasi tersebut dilakukan pada Sabtu (4/11).

    Dilansir Reuters, Minggu (5/11/2023), para pengunjuk rasa membawa plakat dengan slogan-slogan seperti ‘Kehidupan Palestina Penting’, ‘Biarkan Gaza Hidup’ dan ‘Darah mereka ada di tangan Anda’, ketika pemerintah AS terus menolak tuntutan untuk menyuarakan seruan gencatan senjata secara menyeluruh.

    Ribuan massa berkumpul di depan gedung Freedom Plaza | (Photo by ALEX WONG / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP) Foto: Getty Images via AFP/ALEX WONG

    Para aktivis menyebut rencana protes tersebut sebagai ‘Pawai Nasional di Washington: Bebaskan Palestina’ dan mengorganisir bus-bus ke ibu kota Amerika dari seluruh negeri agar para demonstran dapat hadir. Hal itu disampaikan kelompok koalisi ANSWER, yang merupakan akronim dari “Act Now to Stop War and End Racism”, “Bertindak Sekarang untuk Menghentikan Perang dan Mengakhiri Rasisme.”

    “Apa yang kami inginkan dan tuntut sekarang adalah gencatan senjata,” kata Mahdi Bray, direktur nasional Aliansi Muslim Amerika.

    Demonstrasi tersebut merupakan salah satu demonstrasi pro-Palestina terbesar di Amerika Serikat dan salah satu demonstrasi terbesar di Washington dalam beberapa tahun terakhir.

    Massa berkumpul mulai di Freedom Plaza dekat Gedung Putih pada sore hari sebelum protes dimulai dengan mengheningkan cipta ketika para demonstran mengangkat poster besar dengan nama-nama warga Palestina yang terbunuh sejak pembalasan besar-besaran Israel dimulai.

    Konflik Israel-Palestina yang mengakar kembali terjadi pada 7 Oktober ketika sejumlah pejuang Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menyeberang ke Israel, menewaskan sedikitnya 1.400 orang.

    Meningkatnya jumlah kematian warga sipil telah meningkatkan seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata, namun Washington, seperti halnya Israel, sejauh ini mengabaikannya, dengan mengatakan bahwa penghentian tersebut akan memberikan kesempatan bagi Hamas untuk berkumpul kembali.

    Sekelompok pakar independen PBB juga menyerukan gencatan senjata demi kemanusiaan, dan mengatakan bahwa waktu hampir habis bagi warga Palestina di sana yang berada dalam “risiko besar terjadinya genosida”.

    “Biden, Biden kamu tidak bisa bersembunyi, kamu ikut serta dalam genosida,” teriak para pengunjuk rasa di Washington pada hari Sabtu.

    Washington telah berusaha membujuk Israel untuk menerima jeda lokal, yang sejauh ini ditolak oleh Israel.

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Serang Kamp Pengungsi Maghazi di Gaza, 30 Orang Tewas

    Israel Serang Kamp Pengungsi Maghazi di Gaza, 30 Orang Tewas

    Jakarta

    Israel kembali melakukan serangan di kamp pengungsi Al-Maghazi, di Gaza Tengah pada Sabtu malam. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan serangan itu mengakibatkan 30 orang tewas.

    “Lebih dari 30 orang (yang tewas) tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al-Balah dalam pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan di kamp Al-Maghazi di Jalur Gaza tengah,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qudra dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazeera, Minggu (5/11/2023).

    Seorang juru bicara militer Israel mengatakan mereka sedang menyelidiki apakah tentara sedang beroperasi di daerah tersebut pada saat pemboman terjadi.

    Sementara itu dilansir AFP, pertempuran terus berkobar di Gaza meskipun terdapat seruan gencatan senjata dari negara-negara Arab dan warga sipil selama 30 hari. Seorang jurnalis menyebut serangan tersebut terjadi di rumah tetangganya.

    “Serangan udara Israel menargetkan rumah tetangga saya di kamp Al-Maghazi, rumah saya di sebelahnya sebagian runtuh,” kata Mohammed Alaloul, 37, seorang jurnalis yang bekerja untuk Badan Anadolu Turki, dilansir AFP, Minggu (5/11/2023).

    Alaloul mengatakan kepada AFP bahwa putranya yang berusia 13 tahun, Ahmed, dan putranya yang berusia empat tahun, Qais, tewas dalam pemboman itu, bersama saudara laki-lakinya. Istri, ibu, dan dua anak lainnya terluka.

    Pasukan Israel yang sedang bertempur di wilayah Gaza, dan seorang juru bicara militer mengatakan mereka sedang menyelidiki apakah pasukan mereka sedang beroperasi di wilayah tersebut pada saat pemboman terjadi.

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Seramnya Dampak Gempa M 5,6 di Nepal hingga 157 Orang Meninggal Dunia

    Seramnya Dampak Gempa M 5,6 di Nepal hingga 157 Orang Meninggal Dunia

    Gempa diketahui terasa hingga ibu kota India, New Delhi, hampir 500 kilometer (310 mil) dari pusat gempa. Kekuatan gempa berkekuatan 5,6 skala Richter ini mengguncang dan meratakan rumah-rumah di seluruh distrik barat terpencil di republik Himalaya itu.

    Seorang warga, Shiva Prasad Sharma (65),mengaku merasakan gempa seperti ledakan besar. Ia menyebut tak ada lagi rumah yang tersisa untuk ditinggali.

    “Rasanya seperti ledakan besar,” kata Shiva Prasad kepada AFP dari luar sisa-sisa rumahnya di Jajarkot, distrik yang paling parah terkena gempa.

    “Saya pikir kami akan mati. Tidak ada lagi yang tersisa. Tidak ada lagi rumah yang tersisa untuk ditinggali,” ujarnya.

    Dilansir AFP, Sabtu (4/11), gempa tersebut terjadi pada kedalaman 18 kilometer di bawah tanah, dekat distrik Jumla. Menurut badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), getaran gempa dangkal tersebut terasa hingga ke beberapa kota di India bagian utara.

    Para pengguna media sosial India juga melaporkan merasakan gempa di kota Lucknow dan Patna di India utara.

    (dwia/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Jakarta

    Serangan Israel ke Gaza semakin parah. Bahkan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres merasa ngeri.

    Guterres mengaku miris dengan serangan Israel ke konvoi ambulans di Gaza pada Jumat (3/11/2023). Dalam insiden ini terdapat 15 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.

    “Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar rumah sakit Al Shifa. Gambaran jasad-jasad yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan,” kata Guterres dalam pernyataannya, dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11).

    Gutteres menyebut keamanan di Gaza kini ‘mengerikan’. Dia meminta serangan ini harus dihentikan.

    “Selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan dibom keluar dari rumah-rumah mereka,” ujarnya.

    “Ini harus dihentikan,” tegas pemimpin badan dunia itu.

    20 Orang Tewas di Serangan Sekolah

    Sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel yang “menargetkan” sebuah sekolah di Gaza utara. Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas di wilayah Palestina tersebut pada Sabtu (4/11) pagi waktu setempat.

    “Beberapa mortir tank jatuh ke sekolah yang menjadi sasaran langsung tersebut,” imbuh kementerian.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Seramnya Dampak Gempa M 5,6 di Nepal hingga 157 Orang Meninggal Dunia

    Korban Tewas Akibat Gempa M 5,6 Nepal Bertambah, Jadi 157 Orang

    Jakarta

    Korban tewas setelah gempa bumi dengan Magnitudo (M) 5,6 mengguncang daerah terpencil di Nepal terus bertambah. Kini jumlah korban tewas mencapai 157 orang.

    Dilansir AFP, Minggu (5/11/2023) gempa tersebut terasa hingga ibu kota India, New Delhi, hampir 500 kilometer (310 mil) dari pusat gempa. 157 korban tewas ini disebut tercatat di wilayah Jajarkot dan Rukum.

    “Korban akibat gempa telah mencapai 157 – 105 di Jajarkot dan 52 di Rukum,” kata juru bicara kepolisian nasional Kuber Kathayat kepada AFP.

    Sebanyak 199 orang lainnya terluka dalam gempa tersebut, tambahnya.

    Sementara itu, Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Narayan Prasad Bhattarai mengatakan jumlah korban jiwa kemungkinan tidak akan bertambah secara signifikan. Beberapa korban kemungkinan masih berada di bawah reruntuhan.

    “Kami sekarang berhubungan dengan semua bidang,” katanya kepada AFP. “Ada kemungkinan beberapa mayat masih ditemukan di bawah reruntuhan.”

    (dwia/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Jakarta

    Turki mengatakan pihaknya resmi menarik duta besarnya untuk Israel. Turki juga memutuskan kontak dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebagai protes atas pertumpahan darah di Gaza.

    Dilansir AFP, Minggu (5/11/2023), Ankara mengumumkan keputusan tersebut menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Turki. Dalam hal ini Turki memperbaiki hubungan yang rusak dengan Israel sejak dimulainya perang Israel dan Hamas bulan lalu.

    Namun, Ankara memperkeras sikapnya terhadap Israel dan para pendukungnya di Barat, khususnya Amerika Serikat, ketika pertempuran meningkat dan jumlah korban tewas di kalangan warga sipil Palestina melonjak.

    Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Duta Besar Sakir Ozkan Torunlar dipanggil kembali untuk berkonsultasi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut langkah tersebut sebagai langkah lain dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berpihak pada organisasi teroris Hamas.

    Pasukan Israel diketahui telah mengepung kota terbesar di Gaza ketika mencoba untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober ke Israel. Serangan itu diklaim Israel menewaskan sekitar 1.400 orang yang sebagian besar warga sipil dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

    Sementara, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sekitar 9.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel.

    “Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami telah mengabaikannya,” ujar Erdogan.

    Lihat juga Video: RS Indonesia di Gaza Krisis Listrik, Padahal Harapan Warga Palestina

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kisah Ibu Melahirkan di Tengah Pemadaman Listrik-Serangan Israel di Gaza

    Kisah Ibu Melahirkan di Tengah Pemadaman Listrik-Serangan Israel di Gaza

    Jakarta

    Satu bulan lalu, Jumana Emad, calon ibu yang tinggal Gaza, sedang berada dalam tahap akhir kehamilan.

    Ia dengan senang hati membagikan foto perutnya yang sedang hamil besar kala itu, menunggu waktu persalinannya.

    Dia tahu bahwa dia akan melahirkan anak perempuan, suaminya tak sabar menanti kelahiran putri mereka, tas berisi keperluan persalinannya sudah dikemas dan putrinya yang berusia empat tahun, Tulin, tak sabar untuk segera bertemu dengan adik bayinya.

    Akan tetapi, semuanya berubah dengan tiba-tiba.

    Kelompok Hamas melakukan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.

    Israel kemudian melancarkan serangan balasan ke Gaza, yang menurut Kementerian Kesehatan Hamas, telah menewaskan 9.000 orang sejauh ini.

    “Saya takut, kata Jumana kepada BBC.

    Jurnalis lepas berusia 25 tahun itu mengikuti perintah Israel untuk meninggalkan rumahnya yang berlokasi di Gaza bagian utara.

    Dia meninggalkan rumahnya dua hari setelah serangan Israel dan menuju ke selatan.

    Dalam ketakutan dan kondisi hamil sembilan bulan, Jumana membawa putrinya ke rumah kerabatnya.

    Bersamanya hanya satu potong pakaian, sekotak susu dan tas kecil untuk putrinya.

    “Situasinya sulit,” jelasnya melalui pesan suara.

    Jumana EmadBayi Talia lahir pada 13 Oktober 2023 di Gaza

    “Kami tidak bisa tidur pada malam hari. Banyak sekali serangan dan kami tak bisa pergi ke tempat lain.

    “Perempuan hamil seperti saya semestinya sering berjalan kaki ke luar rumah, tapi karena perang ini saya tak bisa ke luar, bahkan untuk membeli makanan, ujarnya kemudian.

    Jumana berulang kali berbicara tentang pemadaman listrik, terganggunya koneksi internet dan pasokan air yang menipis, selain ketakutan dan kecemasannya akan persalinan di tengah kondisi yang serba sulit.

    Pada Jumat, 13 Oktober, Jumana akhirnya melahirkan.

    Semula, dia berencana untuk melakukan persalinan di Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit besar di Gaza. Tapi kemudian dia diberitahu bahwa rumah sakit tersebut kewalahan menangani pasien.

    Dia kemudian menuju Rumah Sakit Al-Awda, rumah sakit kecil di tengah Jalur Gaza yang berlokasi di Nuseirat.

    Akan tetapi, untuk sampai ke sana pun sulit.

    Dalam kesakitan menjelang persalinan, Jumana berjuang menemukan seseorang yang bersedia untuk membawanya.

    “Sopir taksi takut dan ambulans tidak punya waktu untuk perempuan yang akan melahirkan, tuturnya.

    Dia menggambarkan jam-jam persalinannya sebagai suatu yang berat dan menakutkan.

    “Ada serangan artileri hebat di sebuah rumah sakit di sebelah rumah sakit, suaranya sangat keras sehingga saya mengira serangan itu telah sampai ke rumah sakit.

    Baca juga:

    “Orang-orang yang terluka terus berdatangan. Saya bisa mendengar teriakan dari segala arah. Saya juga memikirkan putri pertama saya. Saya mengkhawatirkannya karena dia jauh dari saya.

    “Yang saya pikirkan hanyalah saya ingin melahirkan bayi saya, apa pun yang terjadi.

    Jumana menggambarkan betapa terkejutnya ia ketika beberapa jam kemudian pada malam itu, dia melahirkan seorang bayi perempuan, yang kemudian dia beri nama Talia.

    “Tangisnya berati kami semua masih hidup, kenannya.

    Tak ada tempat tidur rumah sakit yang tersedia setelah persalinannya. Dalam kondisi kesakitan dan pendarahan, dia harus menunggu sampai tempat tidur tersedia. Dia kemudian di bawa ke dalam sebuah ruangan kecil.

    “Saya beruntung mendapatnnya, seorang perempuan lainnya yang berbaring di sof dan di lantai koridor rumah sakit setelah melahirkan, katanya.

    Jumana EmadKedua putri Jumana – Tulin, yang berusia 4 tahun, dan Talia

    Badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB, United Nations Populations Fund (UNFPA) memperkirakan ada sekitar 50.000 perempuan Gaza yang sedang hamil, dengan sekitar 5.500 di antaranya diperkirakan akan melahirkan dalam 30 hari ke depan.

    Badan itu juga mengatakan bahwa rumah sakit dalam kondisi kewalahan menangani pasien, sementara pasokan alat medis dan kebutuhan pokok menipis.

    Sehari setelah persalinannya, Jumana mengirim rekaman vdeo yang menunjukkan dirinya tengah menggendong bayi yang dibungkus dalam selimut di dalam taksi.

    Dia meninggalkan rumah sakit untuk berkumpul dengan keluarganya namun itu pun jadi cobaan berat baginya.

    Baca juga:

    “Lift [rumah sakit] tidak berfungsi karena masalah listrik, katanya.

    Jumana yang berada di lantai empat rumah sakit itu, dalam kondisi kesakitan habis melahirkan dan bayi yang baru lahir di lengannya, harus berjalan menuruni tangga demi mencapai di lantai dasar rumah sakit.

    Ketika berhasil keluar dari rumah saki, dia harus menghadapi sulitnya mendapat transportasi untuk kembali ke tempat dia dan keluarganya menginap.

    “Kami menghabiskan satu jam mencari taksi, dan tak ada satu pun sopir yang mau membawa kami.

    “Mereka ketakutan setelah serangan yang terjadi pagi itu. Pada akhirnya, kami mendapatkan taksi, namu dia meminta tarif yang lebih tinggi dan tidak menurunkan kami di depan rumah kami tinggal.

    Jumana berkata melahirkan dalam kondisi yang sulit semacam itu telah menimbulkan dampak buruk.

    “Saya letih secara mental. Saya tak lagi ingin melakukan apa pun, akunya.

    Namun dia kemudian berkata pada saya bahwa Talia, putrinya yang baru lahir, dalam kondisi sehat.

    “Wajahnya campuran dari saya, kakak perempuannya dan ayahnya.

    “Jika bukan karena perang, saya pasti ingin menggelar suatu acara yang indah satu pekan setelah persalinan. Saya akan menggundang seluruh anggota keluarga saya dan mengadakan aqiqah (perayaan tradicional islam0 untuknya, kata Jumana.

    Dia kemudian berkata bahwa dia tak tahu pasti apa yang akan terjadi di masa mendatang bagi keluarganya, namun dia bersyukur atas kehadiran putri kecilnya dan berkata: “Dia adalah harapan saya dalam kehidupan yang penuh perang dan kematian ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Erdogan Tak Mau Lagi Bicara dengan Netanyahu, Tapi Bukan Putus Hubungan

    Erdogan Tak Mau Lagi Bicara dengan Netanyahu, Tapi Bukan Putus Hubungan

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia telah memutuskan kontak dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena tindakan Israel di Gaza.

    “Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami telah mencoretnya,” lapor media Turki mengutip pernyataan Erdogan, sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Sabtu (4/11/2023).

    Pernyataan Erdogan ini disampaikan seminggu setelah Israel mengatakan pihaknya “mengevaluasi kembali” hubungannya dengan Turki karena retorika Turki yang semakin memanas mengenai perang Israel-Hamas.

    Pemerintah Israel sebelumnya telah menarik semua diplomatnya dari Turki dan negara-negara regional lainnya, sebagai tindakan pencegahan keamanan.

    Pasukan Israel telah mengepung Gaza untuk mencoba menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober ke Israel, yang menurut para pejabat Israel telah menewaskan sekitar 1.400 orang. Hamas juga menyandera sekitar 240 orang dalam serangan besar-besaran itu.

    Kementerian Kesehatan di Gaza, yang dikuasai oleh Hamas, mengatakan bahwa lebih dari 9.400 warga Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam rentetan serangan udara Israel dan invasi darat yang semakin gencar.

    Erdogan mengatakan pada hari Sabtu (4/11), bahwa Turki tidak memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Kembali Gempur Sekolah PBB di Gaza, 12 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Sekolah PBB di Gaza, 12 Orang Tewas

    Jakarta

    Militer Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan sedikitnya 12 orang tewas pada Sabtu (4/11) ketika Israel menggempur sebuah sekolah milik badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tempat ribuan pengungsi Palestina berlindung.

    Kementerian tersebut melaporkan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11/2023), bahwa “12 orang menjadi martir dan lebih dari 54 orang terluka sejauh ini akibat serangan terhadap sekolah Al-Fakhura, yang menampung ribuan pengungsi di kamp (pengungsi) Jabalia di Jalur Gaza utara”.

    Pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan “serangan pendudukan (Israel)” terhadap sekolah tersebut.

    Belum ada komentar langsung dari Israel, dan AFP tidak dapat mengkonfirmasi secara independen jumlah korban jiwa.

    Juga belum ada pernyataan dari badan bantuan PBB yang mendukung pengungsi Palestina, UNRWA.

    Sebelumnya pada hari Kamis, UNRWA mengatakan bahwa empat sekolahnya di Jalur Gaza yang menampung warga yang mengungsi akibat perang Hamas-Israel, telah rusak akibat gempuran Israel.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu