Jenis Media: Internasional

  • Israel Membabi Buta Bom 2 Sekolah di Gaza yang Tampung Ratusan Warga

    Israel Membabi Buta Bom 2 Sekolah di Gaza yang Tampung Ratusan Warga

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dilaporkan menggempur habis-habisan dua sekolah di Jalur Gaza Palestina dalam 24 jam pada Selasa (5/12) malam.

    Gempuran terbaru Israel ini berlangsung kala Israel mulai melancarkan “fase baru peperangan” dengan memulai invasi darat Gaza selatan.

    Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan setidaknya 50 orang tewas dalam gempuran yang terjadi di permukiman Al Darraj, Kota Gaza, ini.

    Wafa melaporkan jet tempur dan artileri Israel menghantam Sekolah Ad Din dan Sekolah Martyr Assad Saftawi di Al Darraj yang tengah menampung ratusan warga Palestina yang mengungsi mencari perlindungan.

    Sekolah Ad Din menjadi satu dari beberapa sekolah yang dioperasikan badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) dan ikut digempur Israel.

    Puluhan jasad korban gempuran Israel ini lantas dibawa ke Rumah Sakit Al Ahli di permukiman Al Zeitoun yang tak jauh dari lokasi kejadian.

    Petugas ambulans mengaku kesulitan mencapai dua sekolah tersebut untuk mengevakuasi jenazah dan korban luka lainnya karena Israel masih terus menggempur daerah itu tanpa ampun.

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Horor RS Kamal Adwan Gaza Dikepung Israel: Kami Takut Dibantai

    Horor RS Kamal Adwan Gaza Dikepung Israel: Kami Takut Dibantai

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara dikepung tentara Israel menyusul serangan terhadap warga Palestina yang masih memanas.

    Kementerian Kesehatan Gaza Munir Al Bursh menyebut tentara Israel mengepung RS Kamal Adwan dari segala sisi, menyebabkan warga semakin terjebak. Al Bursh juga mengatakan warga mengalami ketakutan hebat lantaran situasi yang semakin mencekam.

    “Tentara Israel telah mengepung rumah sakit dari semua sisi. Kami menjadi sasaran tembakan dan peluru artileri,” ujar Munir Al Bursh dari dalam RS Kamal Adwan, seperti diberitakan Al Jazeera pada Selasa (5/12).

    “Pasien, korban luka, dan mereka yang berlindung di rumah sakit dicekam ketakutan dan diselimuti kengerian yang horor,” lanjutnya.

    Al Bursh kemudian menjelaskan hingga kini tercatat lebih dari 100 orang meninggal dalam serangan di dekat rumah sakit.

    Orang-orang yang berada di dalam rumah sakit pun merasakan kengerian karena menjadi sasaran peluru pasukan Israel. Bahkan, seorang saksi mengatakan siapa pun yang mencoba kabur akan ditembak oleh penembak runduk Israel.

    Rekaman dari Kamal Adwan juga menunjukkan banyak jenazah yang terbungkus kain kafan diletakkan berjejer di halaman kompleks RS Kamal Adwan.

    Al Bursh dan warga sipil di RS Kamal Adwan tak pelak merasa khawatir akan terjadi pembantaian yang sama seperti kejadian di RS Al-Shifa dan RS Indonesia.

    “Kami khawatir akan terjadi pembantaian di dalam RS Kamal Adwan, seperti yang terjadi di [RS Al-Shifa] dan [RS Indonesia],” ungkap Al Bursh.

    Sementara itu, agresi Israel terhadap Palestina masih bergulir sejak 7 Oktober. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sekitar 16 ribu warga Palestina tewas akibat agresi brutal Israel dalam periode yang sama.

    Sekitar 70 persen korban tewas ini merupakan anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel ke Palestina bahkan telah melebihi jumlah korban meninggal invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022 lalu.

    Sementara itu, pihak Israel menyebut ada 1.200 warganya yang tewas dan 240 disandera.

    (frl/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia
    Warga Palestina terutama di Jalur Gaza masih terus menghadapi agresi brutal Israel yang menginjak bulan kedua pada Kamis (7/12).

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Jurnalis Gaza Putus Asa: Liput Apa Lagi buat Setop Agresi Israel?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jurnalis peliput agresi Israel ke Palestina semakin putus asa lantaran dokumentasi kebrutalan negara Zionis di hampir dua bulan terakhir tak cukup membuat dunia bisa menghentikan Tel Aviv menggempur Jalur Gaza.

    Seorang pewarta foto sekaligus aktivis di Gaza, Ismail Jood, mengaku kebingungan harus meliput dan mendokumentasikan suasana pilu dan tragis seperti apa lagi agar bisa menghentikan agresi Israel ke Palestina.

    “Kami tidak mengerti lagi apa yang harus kami dokumentasikan lagi agar bisa menghentikan perang di Gaza,” kata Jood dalam sebuah video yang ia unggah dan viral di media sosial.

    Jood mengatakan hal itu saat berdiri di antara puluhan jasad warga Palestina yang tergeletak di tanah di sebuah kamp. Ia mengatakan puluhan jasad anak-anak hingga orang dewasa ini korban gempuran terbaru Israel ke Deir el-Balah, Gaza.

    “Semua pembantaian ini terjadi dan Anda tidak melakukan apa-apa,” ucap Jood dalam videonya yang sudah diverifikasi Al Jazeera.

    “Hari ini, lebih dari 50 orang yang tidak ada hubungannya dengan perang terbunuh begitu saja. Anak-anak, perempuan, lansia. Jujur saja, kami tidak tahu apa lagi yang bisa kami katakan dari sini,” papar Jood.

    “Selama Anda tinggal di Gaza, Anda adalah target Israel. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.”

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    [Gambas:Instagram]

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kabinet Perang Israel Terancam Bubar, PM Netanyahu di Ujung Tanduk

    Kabinet Perang Israel Terancam Bubar, PM Netanyahu di Ujung Tanduk

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kabinet Perang yang digagas Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama agresi Israel ke Palestina mulai terancam bubar, menjadikan posisinya di ujung tanduk.

    Sejumlah menteri di kabinet itu disebut mulai meninggalkan Netanyahu.

    Menteri-menteri di Kabinet Perang Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan menteri tanpa jabatan Benny Gantz dikabarkan mulai tak sejalan dengan Netanyahu.

    Konferensi pers yang diselenggarakan oleh Netanyahu beberapa hari lalu, tidak dihadiri oleh Menteri Pertahanannya Yoav Gallant. Berbagai pihak menduga terjadi perselisihan diantara kedua pemimpin tersebut.

    “Saya menyarankan kepada menteri pertahanan malam ini untuk mengadakan konferensi pers bersama, dan dia memutuskan apa yang dia putuskan,” ungkap Netanyahu, dikutip dari Middle East Monitor.

    Konflik antara Netanyahu semakin nyata seiring dengan berlanjutnya agresi di Gaza dengan dalih menumpas Hamas.

    Netanyahu berusaha meyakinkan masyarakat bahwa para pemimpin Israel saling bekerja sama dalam menghadapi perang di Gaza.

    Netanyahu berusaha untuk mencegah kabinet Kabinet Keamanan Israel, termasuk Gallant dan Gantz menerima pujian atas kembalinya 110 warga Israel yang disandera Hamas.

    Salah satu foto yang diambil saat konferensi pers pekan lalu viral di media sosial karena memperlihatkan Netanyahu yang sendirian, sedangkan Gallant dan Gantz berdiri bersama di samping, dikutip dari Alshar Al-Awsat.

    Ketika awal terbentuknya kabinet perang, masyarakat dikejutkan dengan keterlibatan Benny Gantz. Gantz yang berhaluan tengah dikenal bersaing secara politik dengan Netanyahu untuk memperebutkan kursi pemerintah.

    Menteri Perekonomian Nir Barkat juga menyatakan tidak akan mendukung pembaruan anggaran pemerintah pada masa perang yang dibahas di Knesset pada Rabu (29/11).

    Barkat menolak rencana anggaran dana tersebut karena tidak akan cukup memenuhi kebutuhan perekonomian di masa perang dan akan menimbulkan keruntuhan ekonomi, dikutip dari Times of Israel.

    Gantz juga menolak anggaran tersebut karena merasa tidak nyaman membiarkan dana yang dijanjikan secara politik mengalir ke kebutuhan perang.

    Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.

    “Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.

    Pernyataan Barkat juga sekaligus memperkuat keinginannya untuk merebut kursi kepemimpinan partai.

    Hubungan komunikasi antara Barkat dan Netanyahu tampaknya mulai putus dengan tidak adanya pembicaraan antara keduanya sejak pertemuan beberapa pekan lalu.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • ‘Ramalan’ Erdogan soal Akhir Buruk Netanyahu, ‘Si Tukang Jagal Gaza’

    ‘Ramalan’ Erdogan soal Akhir Buruk Netanyahu, ‘Si Tukang Jagal Gaza’

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali membahas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang masih ngotot melancarkan agresi brutal ke Palestina setelah gencatan senjata di Jalur Gaza berakhir pekan lalu.

    Dalam pidatonya di rapat Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI (Organisation of Islamic Cooperation/OIC) pada Senin (4/12), menuturkan negara Barat yang masih membela Israel hanya memberikan “dukungan tanpa syarat untuk membunuh bayi” dan terlibat dalam kejahatannya.

    Erdogan bahkan meyakini akhir Netanyahu sebentar lagi akan datang. Menurutnya, Netanyahu pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang.

    “Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai pembantai Gaza, sama seperti Milosevic yang diadili,” ucap Erdogan.

    Erdogan merujuk pada mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang diadili karena kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Kriminal Internasional di Den Haag, Belanda.

    “Mereka (Israel) mencoba mengabaikan kematian orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi saat melihat sisi kemanusiaan,” paparnya menambahkan.

    Tidak seperti kebanyakan negara Barat dan beberapa negara Teluk, Turki yang merupakan anggota NATO tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris.

    Erdogan bahkan secara gamblang menyebut Israel sebagai negara teroris lantaran agresinya ke Palestina pada 7 Oktober lalu telah menewaskan lebih dari 16 ribu orang per Selasa (5/12).

    Dalam pidatonya di OKI, Erdogan bahkan tak segan mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang dinilai gagal menangani kejahatan Israel ke Palestina.

    “Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam kerangka ini,” katanya seperti dikutip Reuters.

    Erdogan juga telah lama menyerukan agar Dewan Keamanan PBB direformasi menjadi lebih inklusif. Ia juga mengatakan anggota permanen DK PBB yakni Amerika Serikat. , Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis tidak mewakili dunia seperti seharusnya terutama dalam menangani agresi Israel ke Palestina.

    “Upaya tulus Sekretaris Jenderal (Antonio) Guterres disabotase oleh anggota Dewan Keamanan.Tidak seorang pun dari kita harus menerima sistem ini,” ujar Erdogan.

    “Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia.”

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • PM Netanyahu Makin Terpojok, Ditinggal Sekutunya di Kabinet Perang

    PM Netanyahu Makin Terpojok, Ditinggal Sekutunya di Kabinet Perang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin terpojok karena ditinggal sekutunya di Kabinet Perang.

    Dalam laporan Aljazeera, Menteri Ekonomi Partai Likud Nir Barkat menyatakan tidak akan mendukung Netanyahu lagi sekaligus menantang kepemimpinannya di Partai Likud setelah perang berakhir.

    Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.

    “Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.

    Pernyataan Barkat juga sekaligus memperkuat keinginannya untuk merebut kursi kepemimpinan partai.

    Tekanan publik terhadap Netanyahu dianggap sebagai peluang untuk mengambil tahta tertinggi organisasi. Terlebih lagi setelah Netanyahu dianggap bertanggungjawab terhadap serangan ke Palestina dan kasus korupsi yang menjerat.

    Sebelumnya, sidang kasus korupsi yang menyeret nama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut bakal dilanjutkan.

    Dalam laporan Al Jazeera, sidang tersebut bakal diteruskan setelah sempat tertunda akibat agresi Israel ke Palestina. Netanyahu ditengarai masuk ke dalam pusaran kasus korupsi dengan sederet tuduhan.

    “Pengadilan di Jerusalem akan mulai mendengar kasus tentang beberapa tuduhan terhadap Netanyahu. Persidangan sempat ditunda karena perintah darurat pemerintah setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu,” tulis Al Jazeera.

    Netanyahu dituduh melakukan penipuan, penyuapan, dan penyalahgunaan jabatan dalam tiga kasus pada 2019 yang dikenal dengan Kasus 1000, 2000, dan 4000.

    Dalam Kasus 1000 Netanyahu dengan istrinya, Sara, dituduh menerima hadiah termasuk sampanye dan cerutu dari produser Hollywood Arnon Milchan dan konglomerat Australia, James Pacjer sebagai timbal balik dalam urusan politik.

    Di Israel, kasus penyuapan bisa dipenjara hingga 10 tahun dan/atau kewajiban membayar denda. Sedangkan penipuan dan penyalahgunaan jabatan bisa dipenjara hingga tiga tahun.

    Menanggapi kasus yang menjeratnya, Netanyahu membantah terlibat korupsi. Ia menyatakan diri sebagai korban rekayasa dari rival dan media massa untuk menyingkirkannya dari jabatan.

    Padahal, persidangan sudah berlangsung sejak Mei 2020 lalu dan berulang-ulang ditunda karena pandemi Covid-19. Netanyahu juga dituduh menggunakan kekuatan politiknya ke badan legislatif untuk mengakali masalah hukum yang sedang menimpanya.

    Tak ayal protes menyasar pada diri Netanyahu ditambah lagi karena agresi militer ke Palestina. Kendati demikian, Netanyahu menyatakan tidak bersalah dan menyebut dirinya sedang berusaha menyeimbangkan situasi bersama tiga pilar pemerintahan setempat.

    (ikw/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Suasana Pilu Detik-detik setelah Israel Bombardir Kamp di Gaza

    VIDEO: Suasana Pilu Detik-detik setelah Israel Bombardir Kamp di Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah warga Palestina meninggal dunia usai Israel membombardir Gaza pada Selasa (5/12).

    Wilayah selatan Gaza bergejolak akibat bombardir Israel ke fasilitas sipil hingga Kamp Pengungsian warga.

    Usai gencatan senjata tak diperpanjang, Israel tanpa ampun menghantam rumah dan fasilitas umum di Gaza.

    Imbas serangan terbaru setelah gencatan senjata, nyaris seribu orang di Palestina meninggal.

    Hingga kini, total korban imbas serangan Israel mencapai 16 ribu jiwa.

  • Israel Berdalih Mau Tumpas Hamas, Tapi Motif Sebenarnya Amat Culas

    Israel Berdalih Mau Tumpas Hamas, Tapi Motif Sebenarnya Amat Culas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan Hamas melanggar kesepakatan.

    Namun, kelompok Palestina itu membantah dan balik menuding Israel.

    Dalam rilis resmi, Israel membeberkan dalih kembali meluncurkan operasi yakni menumpas Hamas dan membebaskan para sandera.

    Namun, para pengamat punya penilaian lain bahwa motif Israel sebenarnya amat culas. Mereka berpendapat serangan Israel untuk menguasai penuh Gaza.

    Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai Israel belum mencapai tujuan dan meraih kemenangan dalam perang kali ini.

    “Tujuan Israel dalam perang adalah melenyapkan kelompok Hamas, tetapi yang terjadi Hamas masih kuat posisinya,” ujar Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/12).

    Salah satu bukti Hamas masih kuat yakni mereka bisa bernegosiasi untuk mengatur jumlah tawanan yang dibebaskan dari Gaza.

    Setali dengan pernyataan Yon, pemerintah Israel juga melarang pejabat merayakan pembebasan para sandera ini. Perayaan itu bisa dianggap sebagai dukungan terhadap Hamas.

    Pertukaran sandera atau tawanan ini merupakan bagian dari gencatan senjata yang dimulai 24 November. Kesepakatan damai ini hanya bertahan selama tujuh hari dan berakhir pada 30 November.

    Setelah berakhir, Israel menggempur habis-habisan Gaza di utara dan selatan. Mereka juga meminta warga di selatan untuk pindah.

    Sebelumnya Israel mengusir warga Gaza utara untuk berpindah ke selatan. Kini, wilayah selatan masuk sebagai arena perang, padahal padat penduduk.

    “Yang harus kita perhatikan adalah displacement dari utara ke selatan itu memaksa penduduk Gaza mendekati perbatasan (Rafah),” ujar Yon.

    Yon menduga jika perbatasan Rafah dibuka kemungkinan memicu gelombang pemindahan secara besar-besaran.

    “Tentu ini yang diinginkan Israel untuk mengosongkan Gaza dan menguasai secara total,” lanjut dia.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Menyoal ambisi Israel, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi juga pernah menyatakan pandangan serupa.

    Retno mengatakan apa yang terjadi di Gaza adalah kelanjutan tindakan Israel yang ingin menghilangkan Palestina.

    “Apa yang terjadi di Gaza bukan hanya terjadi sekarang ini, namun sebuah kelanjutan dari ketidakadilan terhadap Palestina, sebuah kelanjutan dari pendudukan ilegal Israel, dan kelanjutan dari keinginan Israel untuk menghilangkan Palestina,” kata Retno saat konferensi pers virtual pada 23 November.

    Di kesempatan terpisah, Yon juga menyebut agresi Israel sejak 7 Oktober memang untuk melanjutkan aneksasi yang pernah dilakukan sebelumnya.

    Israel sempat menduduki Gaza pada 1967 hingga 2005. Kemudian pada 2006, Hamas menguasai wilayah itu usai menang dalam pemilihan umum (Pemilu) Palestina.

    Sejak 2006 hingga sekarang, Hamas menguasai daerah kantong tersebut.

    “[Israel] melakukan serangan dan ingin mengosongkan Gaza. Dari situ, Israel bisa menduduki kembali wilayah Gaza,” ujar Yon pada 23 November.

    Tak lama setelah meluncurkan agresi, Israel mengepung total Gaza.

    Sejalan dengan agresi ini, Eks Menteri Dalam Negeri Israel Ayalet Shaked mengungkapkan solusi krisis di Gaza yakni mengusir dua juta warga dari daerah kantong itu.

    Dia mengatakan negara-negara lain harus menerima pengungsi dari Gaza.

    “Kami perlu dua juta orang untuk meninggalkan Gaza. Itulah solusi untuk Gaza,” kata Shaked pada Rabu, dikutip Middle East Eye.

    Melihat kekejaman Israel di Gaza, profesor hubungan internasional St. Antony College di Oxford, Avi Shlaim, mengatakan pemerintahan Zionis lebih memilih tanah daripada perdamaian.

    Shlaim menganggap upaya perdamaian tak bisa sejalan dengan aksi pendudukan, sementara Israel terus memperluas okupasinya.

    “Israel melalui tindakannya telah menunjukkan bahwa mereka tak tertarik punya mitra perdamaian dengan Palestina karena mereka ingin mempertahankan kendali atas wilayah tersebut,” ungkap dia pada akhir Oktober lalu, dikutip The Wire.

    Untuk mewujudkan solusi damai di Palestina pihak-pihak terkait harus saling bernegosiasi. Palestina sementara itu dikuasai dua entitas yang berbeda yakni Hamas di Gaza dan pimpinan Mahmoud Abbas di Tepi Barat.

    Namun, menurut Shlaim, Israel menolak Hamas sebagai salah satu mitra damai sekaligus penguasa Gaza.

    Israel keberatan terkait narasi yang beredar jika ingin berdamai dengan Palestina maka harus bernegosiasi dengan Hamas.

    Jika mereka bernegosiasi artinya semua pihak mengakui solusi politik sebagai upaya damai konflik di Palestina. Ini berarti, Israel juga mengakui dan menganggap Hamas punya daya tawar yang sama.

    Israel, kata Shlaim, lalu memilih solusi militer untuk menyelesaikan konflik di Palestina.

    “Apa yang kita saksikan hari ini, hari demi hari, di Gaza adalah Israel bergerak menuju pembersihan etnis dan genosida,” ucap Shlaim.

  • AS Umumkan Larangan Visa Warga Israel Imbas Kekerasan di Tepi Barat

    AS Umumkan Larangan Visa Warga Israel Imbas Kekerasan di Tepi Barat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika Serikat pada Selasa (5/12) mengatakan akan menolak visa bagi ekstremis Israel yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat selama memanasnya konflik di Gaza dalam beberapa bulan terakhir.

    Penolakan itu menjadi langkah sekaligus sanksi yang jarang dilakukan AS terhadap Israel, terutama saat Presiden Joe Biden mendorong sekutu AS tersebut untuk melindungi warga sipil tetapi juga menjanjikan dukungan yang kuat.

    Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan menolak masuk siapa pun yang terlibat dalam perusakan perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat.

    Pernyataan itu menambahkan bahwa anggota keluarga dekat juga mungkin terkena pembatasan tersebut.

    “Hari ini, saya mengumumkan kebijakan pembatasan visa baru yang menargetkan individu dan anggota keluarga mereka yang terlibat atau berkontribusi secara signifikan terhadap tindakan yang merusak perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Tepi Barat,” cuit Blinken.

    Larangan masuk, seperti diberitakan AFP, juga berlaku bagi mereka yang dinilai terlalu membatasi akses warga sipil terhadap layanan penting dan kebutuhan dasar.

    “Kami telah menggarisbawahi kepada pemerintah Israel perlunya berbuat lebih banyak untuk meminta pertanggungjawaban para pemukim ekstremis yang melakukan serangan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat,” kata Blinken.

    “Seperti yang telah berulang kali dikatakan oleh Presiden Biden, serangan-serangan itu tidak dapat diterima,” Blinken menegaskan.

    Blinken menggarisbawahi bahwa Israel tidak berbuat cukup untuk menghentikan kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki, yang menurut kelompok hak asasi manusia kekerasan meningkat di tengah agresi militer Israel.

    “Ketidakstabilan di Tepi Barat merugikan rakyat Israel dan Palestina serta mengancam kepentingan keamanan nasional Israel. Mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab.”

    [Gambas:Twitter]

    Blinken tidak secara terbuka mengidentifikasi siapa saja yang akan ditolak visanya. Namun, pembatasan memasuki Amerika Serikat itu tidak akan berlaku bagi pemukim ekstremis yang merupakan warga negara AS.

    Al Jazeera memberitakan Blinken turut menambahkan bahwa Washington juga akan “terus melibatkan Otoritas Palestina untuk memperjelas bahwa mereka harus berbuat lebih banyak untuk mengekang serangan Palestina terhadap Israel.”

    Lebih dari 250 warga Palestina telah dibunuh tentara dan pemukim Israel di Tepi Barat, menurut penghitungan pemerintah Palestina, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober memicu perang baru dengan Israel.

    Hamas menguasai Jalur Gaza, bukan Tepi Barat, dan warga Palestina mengeluhkan impunitas atas serangan dan pelecehan yang terjadi di sana.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkoalisi dengan partai-partai sayap kanan yang sangat mendukung pemukiman Yahudi di tanah yang disita pada 1967, sebuah konstruksi yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.

    (tim/chri)