Jenis Media: Internasional

  • Pemimpin Hamas Tewas, Presiden Iran Bersumpah Akan Buat Israel Menyesal!

    Pemimpin Hamas Tewas, Presiden Iran Bersumpah Akan Buat Israel Menyesal!

    Jakarta

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang baru dilantik, berang atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran. Dia bersumpah akan membuat Israel “menyesali” pembunuhan tersebut.

    “Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, kebanggaan, dan martabatnya, serta membuat para penyerbu teroris menyesali tindakan pengecut mereka,” kata Pezeshkian dalam sebuah postingan di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024). Dia berduka atas kepergian Haniyeh yang disebutnya sebagai “pemimpin yang pemberani”.

    Media Iran melaporkan bahwa Haniyeh tewas akibat serangan rudal pada Rabu (31/7) yang menghantam kediaman yang ditinggalinya selama berada di Teheran. Serangan ini terjadi setelah Haniyeh menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (31/7/2024), kantor berita Iran, Fars News Agency, melaporkan bahwa Haniyeh yang sedang berada di Teheran usai menghadiri seremoni pelantikan Pezeshkian pada Selasa (30/7), tewas akibat “serangan rudal yang diluncurkan dari udara” pada Rabu (31/7).

    “Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan presiden, sedang tinggal di salah satu kediaman khusus veteran perang di Teheran bagian utara, ketika dia menjadi martir oleh sebuah rudal yang diluncurkan dari udara,” kata berita Fars dalam laporannya.

    Sejumlah media lokal Iran lainnya menyampaikan laporan serupa.

    Tidak disebutkan lebih lanjut soal siapa dalang utama di balik serangan rudal yang menewaskan Ismail Haniyeh tersebut. Tidak disebutkan juga dari mana asal serangan rudal tersebut.

    Namun, kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza, dalam pernyataannya seperti dilansir Associated Press, menyebut Haniyeh tewas akibat “serangan udara Zionis” yang merujuk pada Israel.

    Laporan Associated Press menyebut bahwa Hamas menyatakan Haniyeh terbunuh “dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran” setelah dia menghadiri pelantikan Pezeshkian sebagai Presiden baru Iran, bersama dengan para pejabat Hamas lainnya dan para pejabat dari kelompok Hizbullah.

    “Hamas menyatakan kepada rakyat besar Palestina dan rakyat negara-negara Arab dan negara-negara Islam, serta seluruh rakyat yang bebas di dunia, saudara pemimpin Ismail Haniyeh telah menjadi martir,” demikian pernyataan singkat Hamas mengonfirmasi kematian Haniyeh pada Rabu (31/7).

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hizbullah Akui Komandan Militernya Ada di Gedung yang Diserang Israel

    Hizbullah Akui Komandan Militernya Ada di Gedung yang Diserang Israel

    Jakarta

    Kelompok Hizbullah angkat bicara mengenai komandan militer seniornya, Fuad Shukr yang disebut Israel telah tewas dalam serangannya di Beirut, ibu kota Lebanon. Kelompok bersenjata di Lebanon itu mengakui bahwa Shukr memang berada di dalam gedung di pinggiran selatan Beirut yang diserang Israel, dan nasibnya masih belum diketahui.

    Militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa serangannya pada hari Selasa (30/7) telah “melenyapkan” Shukr, seorang komandan tinggi Hizbullah yang dikatakan bertanggung jawab atas serangan roket akhir pekan lalu di Dataran Tinggi Golan, yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024), Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “saudara komandan jihadis yang hebat, Fuad Shukr (Haji Mohsen) berada di gedung yang menjadi sasaran musuh Zionis”.

    “Tim penyelamat telah bekerja sejak insiden itu terjadi… untuk menyingkirkan puing-puing… dan kami masih menunggu hasil operasi ini terkait nasib komandan tinggi dan warga lainnya yang juga berada di gedung itu,” kata Hizbullah dalam pernyataannya.

    Dalam jumlah korban sementara, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan tiga warga sipil — seorang wanita dan dua anak — tewas dalam serangan Israel itu.

    Militer Israel menyebut Shukr sebagai “komandan militer paling senior” Hizbullah dan “tangan kanan” pemimpin kelompok itu, Hassan Nasrallah.

    Pada tahun 2017, Departemen Keuangan Amerika Serikat menawarkan imbalan uang US$ 5 juta untuk informasi tentang Shukr, menggambarkannya sebagai “penasihat senior” bagi pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

    Departemen Keuangan AS mengatakan ia memiliki “peran utama” dalam pengeboman mematikan tahun 1983 di barak Korps Marinir AS di Beirut.

    Sebelumnya, Hizbullah telah membantah bertanggung jawab atas serangan roket hari Sabtu di kota Druze Arab, Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel.

    Pada hari Senin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk memberikan respons “keras” terhadap serangan yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja itu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kerusuhan di Bangladesh, Mengapa India Memilih Diam?

    Kerusuhan di Bangladesh, Mengapa India Memilih Diam?

    Jakarta

    Kelompok mahasiswa di Bangladesh menyerukan protes jalanan baru setelah pemerintah Perdana Menteri Sheikh Hasina gagal memenuhi tuntutan mereka untuk membebaskan pemimpin yang ditahan dan meminta maaf atas kekerasan yang terjadi baru-baru ini.

    Pemerintah menyatakan jumlah korban tewas mencapai 150 orang pada minggu ini, sementara media menyebutkan lebih dari 200 kematian dalam bentrokan yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Hasina yang sudah berjalan selama 16 tahun.

    India terus memantau dengan seksama kerusuhan di Bangladesh, yang merupakan negara tetangga sekaligus salah satu sekutu terdekat New Delhi. Bangladesh juga menjadi tempat tinggal sementara bagi ribuan pelajar India.

    Namun, New Delhi berhati-hati untuk tidak memperburuk situasi.

    “India menganggap situasi yang sedang berlangsung di negara tersebut sebagai masalah internal Bangladesh. Dengan dukungan dan kerjasama dari pemerintah Bangladesh, kami berhasil mengatur kepulangan aman para pelajar kami,” kata juru bicara kantor luar negeri Randhir Jaiswal dalam konferensi pers mingguan.

    Sekitar 6.700 pelajar India telah kembali dari Bangladesh di tengah bentrokan kekerasan di negara tersebut.

    “Sebagai tetangga dekat yang memiliki hubungan hangat dan bersahabat, kami berharap situasi di negara tersebut akan segera kembali normal,” tambah Jaiswal.

    Bangladesh penting untuk keamanan, perdagangan, dan diplomasi

    Selain itu, Bangladesh berbatasan dengan negara bagian India seperti West Bengal, Assam, Meghalaya, Tripura, dan Mizoram yang rentan terhadap pemberontakan hingga kekerasan.

    Pinak Ranjan Chakravarty, mantan komisaris tinggi India untuk Bangladesh, mengatakan kepada DW bahwa India telah berinvestasi di negara tetangga tersebut untuk membangun dukungan publik dan niat baik.

    “Posisi geografis Bangladesh menjadikannya pemangku kepentingan dalam pembangunan sub-wilayah yang terdiri dari Bangladesh, Bhutan, India, dan Nepal. Wilayah ini mencakup negara bagian India di utara dan timur Bangladesh. Negara bagian ini di timur laut India pernah terintegrasi dalam rantai pasokan di India yang belum terbagi,” kata Chakravarty kepada DW.

    Sekarang, Bangladesh dan India bekerja untuk meningkatkan hubungan transportasi dan “memulihkan apa yang ada di era pra-pemisahan,” tambahnya.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Triliunan Investasi India di Bangladesh

    India mengakui Bangladesh sebagai penyangga timur yang vital, dan memberikan dukungan penting melalui akses pelabuhan dan jaringan listriknya. Sejauh ini, New Delhi telah memberikan hampir $8 miliar (sekitar Rp128 tirilun) dalam bentuk pinjaman ke Dhaka yang digunakan untuk proyek pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan konstruksi pipa untuk memasok diesel.

    Perusahaan besar India yang telah berinvestasi di negara tersebut termasuk Marico, Emami, Dabur, Asian Paints, dan Tata Motors. Eskalasi protes mahasiswa dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perusahaan-perusahaan ini.

    “Hubungan antara India dan Bangladesh tertanam dalam sejarah bersama mereka, ketergantungan sosial-ekonomi yang kompleks, dan posisi geopolitik mereka. Politik konfrontasional dan ketidakstabilan politik di wilayah tersebut mengundang masalah terorisme, fundamentalisme, pemberontakan, dan migrasi,” kata Sanjay Bhardwaj dari Pusat Studi Asia Selatan Universitas Jawaharlal Nehru kepada DW.

    “Protes kekerasan dan ketidakstabilan politik akan menyebabkan lingkaran kekerasan dan migrasi penduduk ke India,” katanya.

    Terjepit antara India dan Cina

    Dalam beberapa tahun terakhir, baik India maupun Cina telah memperluas kepentingan ekonomi mereka di Bangladesh, yang sedang dimasukkan ke dalam persaingan geopolitik yang semakin berkembang antara kedua negara.

    Meskipun memiliki hubungan dekat dengan Bangladesh, beberapa analis percaya bahwa pembuat kebijakan India kesulitan memahami sentimen anti-India yang ada di antara sebagian populasi Bangladesh. Beberapa di antaranya dapat dijelaskan oleh dukungan New Delhi terhadap Liga Awami yang berkuasa.

    “Kesunyian ‘tidak nyaman’ adalah dukungan diam-diam India untuk pemerintahan Hasina dan kebijakannya dalam menangani kerusuhan yang sedang berlangsung. Selama beberapa dekade terakhir, India telah banyak berinvestasi dengan Liga Awami sebagai entitas pro-India di Bangladesh,” kata Shanthie Mariet D’Souza, pendiri forum penelitian independen Mantraya, kepada DW.

    Kritikus rezim di Bangladesh menuduh Hasina berusaha mengubah Bangladesh menjadi negara satu partai dan dan memicu kemarahan dengan tindakan kerasnya terhadap lawan politik dan kelompok masyarakat sipil.

    “Pemerintah India telah melindungi pemerintahannya dari tekanan Amerika untuk memenuhi tuntutan oposisi untuk membuat pemilu lebih demokratis dan transparan. Kesunyian saat ini adalah kelanjutan dari kebijakan tersebut,” tambah D’Souza.

    India melihat gambaran yang lebih besar

    Menurut D’Souza, India melihat Bangladesh sebagai kunci untuk beberapa alasan strategis, termasuk pengembangan timur laut, menekan migrasi ke India, dan menangani radikalisasi Islam.

    “Meskipun ada investasi besar dari Cina di negara tersebut, New Delhi masih menganggap Hasina sebagai seseorang yang akan mencegah Bangladesh berubah menjadi boneka Beijing. Sebagai hasilnya, mendukungnya menjadi satu-satunya opsi strategis New Delhi, bahkan ketika kebijakannya sering kali mendekati otokrasi,” katanya.

    Dilihat dari sudut pandang itu, kegagalan terbaru pemerintahan Hasina dan penguatan Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) sebagai oposisi, serta partai-partai Islam lokal, bukanlah kabar baik bagi India.

    Meski begitu, profesor Sreeradha Datta dari Sekolah Urusan Internasional Jindal yang berbasis di India percaya bahwa respons ekstrem pemerintahan Hasina terhadap protes mahasiswa tidak dapat dibenarkan.

    Dia mengkritik pejabat Bangladesh atas upaya mereka untuk menyalahkan kekerasan sepenuhnya pada partai oposisi dan mahasiswa Islam. Protes berubah menjadi kekerasan sebagai reaksi terhadap “tidak adanya tanggapan dan komentar yang agak merendahkan” dari pemerintah, kata Datta.

    “Kekerasan dan kematian tanpa pandang bulu tidak dapat diabaikan atau dimaafkan. Pemerintah mengubah protes damai menjadi fase tergelap dalam sejarah terbaru Bangladesh,” katanya kepada DW.

    (rs/hp)

    (ita/ita)

  • Pemimpin Hamas Tewas karena Serangan Rudal ke Kediamannya di Iran

    Pemimpin Hamas Tewas karena Serangan Rudal ke Kediamannya di Iran

    Teheran

    Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dilaporkan tewas akibat serangan rudal yang menghantam kediaman yang ditinggalinya selama berada di Teheran, ibu kota Iran, pada Rabu (31/7). Serangan ini terjadi setelah Haniyeh menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (31/7/2024), kantor berita Iran, Fars News Agency, melaporkan bahwa Haniyeh yang sedang berada di Teheran usai menghadiri seremoni pelantikan Pezeshkian pada Selasa (30/7), tewas akibat “serangan rudal yang diluncurkan dari udara” pada Rabu (31/7).

    “Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan presiden, sedang tinggal di salah satu kediaman khusus veteran perang di Teheran bagian utara, ketika dia menjadi martir oleh sebuah rudal yang diluncurkan dari udara,” kata berita Fars dalam laporannya.

    Sejumlah media lokal Iran lainnya menyampaikan laporan serupa.

    Tidak disebutkan lebih lanjut soal siapa dalang utama di balik serangan rudal yang menewaskan Haniyeh tersebut. Tidak disebutkan juga dari mana asal serangan rudal tersebut.

    Namun, kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza, dalam pernyataannya seperti dilansir Associated Press, menyebut Haniyeh tewas akibat “serangan udara Zionis” yang merujuk pada Israel.

    Laporan Associated Press menyebut bahwa Hamas menyatakan Haniyeh terbunuh “dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran” setelah dia menghadiri pelantikan Pezeshkian sebagai Presiden baru Iran, bersama dengan para pejabat Hamas lainnya dan para pejabat dari kelompok Hizbullah.

    “Hamas menyatakan kepada rakyat besar Palestina dan rakyat negara-negara Arab dan negara-negara Islam, serta seluruh rakyat yang bebas di dunia, saudara pemimpin Ismail Haniyeh telah menjadi martir,” demikian pernyataan singkat Hamas mengonfirmasi kematian Haniyeh pada Rabu (31/7).

    Dalam pernyataan lainnya, Hamas mengutip pernyataan Haniyeh sebelumnya yang menyebut perjuangan Palestina memiliki “harga” dan “kami siap menanggung harga ini: mati syahid demi Palestina, dan demi Tuhan Yang Maha Kuasa, dan demi martabat bangsa ini”.

    Sejauh ini, pemerintah dan militer Israel maupun kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Tapi diketahui bahwa Tel Aviv pernah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya terkait serangan mematikan kelompok militan itu pada 7 Oktober tahun lalu terhadap Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Serangan Hamas itu memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza, yang dilaporkan telah menewaskan lebih dari 39.000 orang.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Sebabkan Kematian di Brasil, Apa Itu Demam Oropouche?

    Sebabkan Kematian di Brasil, Apa Itu Demam Oropouche?

    Jakarta

    Dua orang di negara bagian Bahia, Brasil, adalah pasien pertama yang meninggal karena demam Oropouche, menurut laporan kementerian kesehatan di ibu kota Brasilia pada 25 Juli 2024.

    Kedua perempuan yang berusia di bawah 30 tahun tidak memiliki penyakit lain, tetapi pernah mengalami gejala mirip demam berdarah.

    Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan hingga saat ini “belum ada laporan dalam literatur ilmiah dunia mengenai kematian akibat penyakit ini.”

    Hingga akhir bulan Juli, Brasil telah mencatat 7.236 kasus demam Oropouche di 20 negara bagian, tetapi sebagian besar tercatat di Amazonas dan Rondnia. Pada tahun 2023, Brasil mencatat sekitar 840 kasus.

    Oropouche umum terjadi di Amerika Latin dan Karibia.Virus ini pertama kali terdeteksi di Trinidad dan Tobago pada tahun 1955 dan saat ini sudah terdeteksi di Eropa.

    Italia melaporkan kasus Oropouche yang pertama di Eropa pada bulan Juni 2024.

    Pasien yang didiagnosis di Italia baru saja kembali dari perjalanan ke Karibia, menurut surat kabar Italia Il Messaggero yang mengutip otoritas kesehatan setempat.

    Bagaimana demam Oropouche menyebar?

    Wabah juga menyebar ke negara-negara lain yang belum pernah mendeteksi kasus demam Oropouche sebelumnya. Pada tanggal 11 Juni, WHO melaporkan wabah pertama di Kuba.

    “Kasus ini adalah kasus pertama penyakit ini di Kuba. Kemuculannya membuat seluruh populasi kemungkinan besar sangat rentan dan ada risiko signifikan untuk terdeteksinya kasus tambahan,” menurut laporan tersebut.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Gejala serupa demam berdarah

    Demam Oropouche disebabkan oleh virus Oropouche, yang paling sering ditularkan melalui gigitan nyamuk Culicoides paraensis.

    Hingga saat ini, tidak ada bukti penularan penyakit dari manusia ke manusia.

    Gejala penyakit ini mirip dengan demam berdarah dan biasanya gejalanya muncul antara empat hingga delapan hari setelah gigitan nyamuk.

    Kemunculannya tiba-tiba dan gejalanya biasanya berupa demam, sakit kepala, nyeri, menggigil, kekakuan sendi, dan terkadang mual dan muntah.

    Kebanyakan pasien pulih dalam waktu sekitar tujuh hari. Menurut WHO, infeksi virus jarang menyebabkan kasus parah. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus yang tersedia untuk penyakit ini.

    Krisis iklim suburkan Oropouche?

    Demam Oropouche termasuk jenis penyakit yang belum banyak diteliti, sebagaimana dicatat dalam jurnal Infectious Diseases of Poverty pada Mei 2023 lalu. Akibatnya, potensi epidemi virus Oropouche dan wilayah penyebarannya masih “belum tereksplorasi”.

    Meskipun sebagian besar kasus demam Oropouche sejauh ini dikaitkan dengan kondisi iklim tropis, para penulis mencatat kurangnya data yang tersedia membuat sulit untuk menarik kesimpulan yang tepat. Misalnya, beberapa wabah terjadi di luar kondisi tropis yang biasanya dikaitkan dengan peristiwa penularan.

    Meskipun masih banyak yang belum jelas mengenai virus ini, ilmuwan juga mencatat bahwa hilangnya vegetasi dan penggundulan hutan berpotensi terkait dengan wabah penyakit Oropouche.

    (rzn/as)

    Sumber:

    Oropouche virus disease — Cuba, World Health Organization, June 11, 2024 https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2024-DON521

    Transmission risk of Oropouche fever across the Americas, published by Romero-Alvarez D, Escobar LE, Auguste AJ, Del Valle SY, Manore CA in the journal Infectious Diseases of Poverty (May 2023) https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40249-023-01091-2

    Ministerio da Sade confirma dois bitos por oropouche no pas (Brazil, Ministry of Health, July 25, 2024) https://www.gov.br/saude/pt-br/canais-de-atendimento/sala-de-imprensa/notas-a-imprensa/2024/ministerio-da-saude-confirma-dois-obitos-por-oropouche-no-pais

    (ita/ita)

  • Pemberontakan Warsawa 1944, Trauma dan Kebanggaan Nasional Polandia

    Pemberontakan Warsawa 1944, Trauma dan Kebanggaan Nasional Polandia

    Jakarta

    Tahun ini, Polandia akan memperingati 80 tahun peristiwa Pemberontakan Warsawa, yang dimulai 1 Agustus 1944. Pertempuran sengit berlangsung selama 63 hari, sampai akhirnya para pejuang harus menyerah setelah dikepung pasukan Jerman. Sekalipun pemberontakan melawan penjajahan Nazi kali itu gagal, perlawanan itu menjadi simbol bagi semangat juang warga Polandia untuk merdeka di negaranya sendiri.

    Pada peringatan 80 tahun Pemberontakan Warsawa, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier diundang untuk memberi pidato sambutan. Setelah Perang Dunia II dan pendirian negara Polandia yang baru, politisi Jerman tidak diterima pada peringatan tersebut untuk waktu yang lama. Baru setelah jatuhnya Tirai Besi pada tahun 1989, ada perubahan politik.

    Presiden Polandia saat itu, Lech Walesa, mengundang Presiden Jerman Roman Herzog ke ibu kota Polandia pada tahun 1994 untuk hadir di peringatan Warsawa. Kunjungan Roman Herzog saat itu kontroversial karena partisipasinya dalam peringatan tersebut dinilai terlalu dini oleh banyak orang Polandia. Para veteran perang saat itu juga menentang kedatangan seorang Presiden Jerman di upacara peringatan. Keberatan banyak warga Polandia saat itu bisa dipahami karena pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Nazi Jerman meninggalkan trauma mendalam dalam ingatan kolektif mereka.

    Keberhasilan awal tanpa keuntungan strategis

    Ketika itu, tentara bawah tanah Polandia Armia Krajowa (AK) memobilisasi puluhan ribu pejuang, tetapi tidak memiliki cukup perlengkapan tempur. Hanya satu dari delapan pejuang yang memiliki pistol. Kepemimpinan AK sendiri menyatakan berada di bawah pemerintahan anti-komunis di pengasingan di London. Tujuan perlawanan bersenjata terhadap Nazi Jerman adalah untuk membebaskan ibu kota, sebelum pasukan Merah Uni Soviet yang tidak jauh lagi masuk ke kota itu. Jerman sedang terlibat perang melawan Sekutu dan kelihatannya makin terdesak.

    Pada beberapa hari pertama, para pemberontak berhasil membebaskan sebagian besar ibu kota. Namun, mereka gagal merebut titik-titik strategis jembatan Vistula, jalur kereta api pusat, bandara, dan wilayah yang dihuni para komandan Jerman.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Jerman dengan cepat melakukan serangan balik dan mengerahkan pasukan besar, di antaranya Brigade SS Dirlewanger, yang terkenal kebrutalannya. Operasi itu dipimpin oleh perwira tinggi SS sekaligus Kepala Polisi Heinz Reinefarth yang ditugaskan memadamkan pemberontakan. “Kedatangan Reinefarth mengubah pertempuran menjadi pembantaian,” tulis sejarawan Jerman Stephan Lehnstaedt.

    200.000 tewas dan kapitulasi

    Pada minggu-minggu berikutnya, pasukan Jerman yang didukung angkatan udara, panser, dan artileri berat menaklukkan distrik demi distrik. Tidak ada bantuan dari Tentara Merah Uni Soviet – yang mencapai tepi timur Sungai Vistula baru pada tanggal 15 September 1944.

    Ada banyak dugaan, yang belum bisa dibuktikan, bahwa Stalin ketika itu sengaja tidak mau segera membantu para pemberontak Polandia dan lebih ingin menunggu. Sekutu Barat, pada bagiannya, membatasi diri pada dukungan senjata dari udara, yang tidak dapat menghindari kekalahan. Akhirnya, pimpinan AK harus menyatakan kapitulasi, yang ditandatangani pada 2 Oktober 1944 oleh Panglima Tertinggi AK, Tadeusz Komorowski.

    Sekitar 18.000 pemberontak dan 180.000 warga sipil diperkirakan tewas dalam perang 63 hari itu. Kerugian di pihak Jerman kurang dari 2.000 tentara dan perwira yang tewas. Sejak Oktober 1944, pasukan SS mulai menjarah dan menghancurkan kota secara sistematis. “Setiap blok rumah harus dibakar dan diledakkan,” demikian perintah komandan tertinggi SS Nazi Heinrich Himmler. Tentara Soviet yang masuk ke Warsawa pada 17 Januari 1945 mengatakan, mereka hanya menemukan “gurun batu yang sepi”. Mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang di Warsawa tidak pernah dihukum. Heinz Reinefarth bahkan sempat menjadi anggota parlemen negara bagian Schleswig-Holstein.

    Sejak penampilan Presiden Roman Herzog 30 tahun lalu, hubungan Jerman dan Polandia kini telah berubah menjadi lebih baik. Kunjungan para politisi terkemuka Jerman ke Warsawa pada peringatan tanggal 1 Agustus sudah menjadi hal biasa.

    Meski demikian, penampilan Frank-Walter Steinmeier di Warsawa pada peringatan 80 tahun pemberontakan ini bukan tugas yang mudah. Sampai sekarang masih ada perdebatan tentang pembayaran reparasi para korban Nazi di Polandia.

    (hp/as)

    (ita/ita)

  • Netanyahu Tak Punya Niat Perdamaian

    Netanyahu Tak Punya Niat Perdamaian

    Jakarta

    Pemerintah Turki mengutuk pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh yang merupakan sekutu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    “Kami mengutuk pembunuhan pemimpin kantor politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam pembunuhan tercela di Teheran,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024). Kementerian menambahkan bahwa “serangan ini juga bertujuan untuk menyebarkan perang Gaza ke dimensi regional”.

    “Kami menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina yang telah mengorbankan ratusan ribu martir seperti Haniyeh agar dapat hidup damai di tanah air mereka di bawah atap negara mereka sendiri,” tambah kementerian Turki tersebut.

    “Sekali lagi pemerintahan (Benjamin) Netanyahu telah menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk mencapai perdamaian,” cetus kementerian.

    “Jika masyarakat internasional tidak mengambil tindakan untuk menghentikan Israel, kawasan kita akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar,” imbuh kementerian.

    Haniyeh, yang menghabiskan banyak waktu di Turki sebelum serangan 7 Oktober yang dilancarkan Hamas terhadap Israel, terakhir kali bertemu Erdogan di Istanbul pada bulan April lalu.

    Sebelumnya, kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pembunuhan Politik yang Tak Bisa Diterima!

    Pembunuhan Politik yang Tak Bisa Diterima!

    Moskow

    Pemerintah Rusia turut mengomentari kematian pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan di Iran. Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Mikhail Bogdanov, menyebutnya sebagai “pembunuhan politik yang tidak bisa diterima”.

    Seperti dilansir Reuters, Rabu (31/7/2024), Bogdanov juga memperingatkan bahwa kematian Haniyeh akan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.

    “Ini adalah pembunuhan politik yang benar-benar tidak dapat diterima, dan ini akan memicu peningkatan ketegangan lebih lanjut,” sebut Bogdanov dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita RIA.

    Lebih lanjut, dia menyebut bahwa pembunuhan Haniyeh akan berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Rusia diketahui menjalin hubungan dengan negara-negara Arab, Iran dan kelompok Hamas.

    Moskow sering menyampaikan kecaman atas rentetan tindak kekerasan di kawasan tersebut, dan menuduh Amerika Serikat (AS) mengabaikan perlunya negara Palestina yang merdeka.

    Kematian Haniyeh telah dikonfirmasi oleh kelompok Hamas, yang menyebut pemimpin mereka itu tewas dalam serangan Israel di Teheran setelah menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.

    Kecaman terhadap pembunuhan Haniyeh sebelumnya disampaikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Dalam pernyataannya, Abbas mengutuk keras pembunuhan Haniyeh sebagai “tindakan pengecut” dan menyebutnya akan memicu “eskalasi yang serius”.

    “Dia (Abbas-red) mendesak rakyat kami dan pasukan mereka untuk bersatu, tetap bersabar, dan berdiri teguh melawan pendudukan Israel,” demikian pernyataan kantor Presiden Palestina, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, dan dilansir Al Arabiya.

    Meskipun para pejabat Hamas menyebut Haniyeh tewas dalam “serangan berbahaya Zionis terhadap kediamannya di Teheran”, baik pemerintah Israel maupun kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Ramallah

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan yang disebut didalangi oleh Israel di wilayah Iran. Abbas menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “tindakan pengecut”.

    “Presiden Mahmoud Abbas dari Negara Palestina mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menganggapnya sebagai tindakan pengecut dan eskalasi yang serius,” demikian pernyataan kantor Presiden Palestina, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA dan dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    “Dia mendesak rakyat kami dan pasukan mereka untuk bersatu, tetap bersabar, dan berdiri teguh melawan pendudukan Israel,” imbuh pernyataan tersebut.

    Dalam pernyataan terpisah kepada Al Arabiya, penasihat kepresidenan Palestina menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “kejahatan baru” Israel.

    “Pembunuhan Ismail Haniyeh adalah kejahatan baru Israel. Kami mendukung Hamas dan kita sekarang harus bersatu,” cetusnya.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang merupakan pemimpin politik mereka, saat berada di Iran. Hamas menyebut Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh juga dikonfirmasi oleh Garda Revolusi Iran, yang merupakan sekutu Hamas. Disebutkan oleh Garda Revolusi Iran bahwa kediaman yang ditinggali Haniyeh di Teheran diserang dan dia terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kapala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Garda Revolusi Iran menambahkan bahwa serangan yang menewaskan Haniyeh itu sedang diselidiki lebih lanjut. “Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Pemerintah Israel maupun kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Namun Tel Aviv diketahui pernah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya terkait serangan mematikan kelompok militan itu pada 7 Oktober tahun lalu terhadap Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Reaksi keras diberikan oleh Hamas, dengan salah satu pejabat seniornya, Moussa Abu Marzouk, yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas, menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Jakarta

    Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menggelar rapat pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat untuk membahas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran. Rapat tersebut dihadiri pula oleh para komandan senior Garda Revolusi Iran.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan bahwa “darah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh tidak akan pernah terbuang sia-sia.”

    “Kemartiran Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang dalam dan tak terpatahkan antara Teheran, Palestina, dan perlawanan,” kata Kanaani seperti dikutip oleh media pemerintah Iran, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    Sebelumnya, kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, ia dan salah seorang pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.

    Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) waktu setempat.

    Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.

    Pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)