Jenazah Anak Penderita Leukemia di Luwu Utara Ditandu 5 Jam Melewati Medan Berlumpur Regional 20 Maret 2025

Jenazah Anak Penderita Leukemia di Luwu Utara Ditandu 5 Jam Melewati Medan Berlumpur
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        20 Maret 2025

Jenazah Anak Penderita Leukemia di Luwu Utara Ditandu 5 Jam Melewati Medan Berlumpur
Tim Redaksi
LUWU UTARA, KOMPAS.com
– Alden (7), warga Desa Padang Balua, Kecamatan Seko, Kabupaten
Luwu Utara
, Sulawesi Selatan, meninggal dunia di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar setelah berjuang melawan leukemia selama tiga tahun.
Proses pemulangan jenazahnya ke kampung halaman menjadi perjalanan yang penuh tantangan karena harus ditandu sejauh 30 kilometer melewati medan berlumpur.
Sekretaris Desa (Sekdes) Padang Balua, Bonar Suito, mengungkapkan bahwa masyarakat Seko berduka atas meninggalnya Alden.
Keterbatasan infrastruktur membuat mereka harus menandu jenazah melewati jalanan yang sulit dilalui kendaraan.
“Kami harus melewati jalan yang tidak layak dilewati, namun itulah kenyataan yang harus kami hadapi demi membawa warga kami kembali ke kampung halaman untuk dimakamkan,” kata Bonar saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu (19/3/2025) malam.
Bonar menceritakan bahwa tiga tahun lalu, Alden pertama kali didiagnosis menderita leukemia dan dirujuk ke RSUD Masamba untuk menjalani pengobatan.
“Di Masamba sempat menjalani pengobatan namun harus dirujuk ke RSUP Wahidin Makassar. Selama tiga tahun Alden dirawat di sana, sempat dinyatakan sembuh dan dikembalikan ke kampung,” ungkapnya.
Namun, beberapa bulan setelah kembali ke kampung, Alden mengalami kondisi memburuk dan harus kembali dirujuk ke RSUP Wahidin Makassar. Pada Selasa (18/3/2025) pukul 02.00 WITA, Alden dinyatakan meninggal dunia.
Setelah meninggal, jenazah Alden dibawa ke Masamba, Luwu Utara, tempat keluarganya mencoba mencari transportasi menuju Desa Padang Balua, Kecamatan Seko.
Mereka awalnya berharap bisa menggunakan pesawat dari Bandara Andi Djemma Masamba, tetapi menghadapi kendala karena tidak ada penerbangan kargo pada hari itu.
“Kami sudah coba mengomunikasikan dengan pihak bandara, namun mereka mengatakan jika pada Rabu (19/3/2025) tidak ada penerbangan kargo. Yang tersedia hanya angkutan penumpang, dan biayanya sangat mahal,” ujar Bonar.
Karena keterbatasan biaya, keluarga akhirnya memutuskan membawa jenazah Alden melalui jalur darat menggunakan ambulans hingga ke Palandoan, Kecamatan Seko.
Dari titik itu, perjalanan tidak bisa dilanjutkan dengan kendaraan roda empat sehingga jenazah harus ditandu melewati medan berlumpur.
“Kami mulai mengusung jenazah sekitar pukul 11.30 WITA. Perjalanan berlangsung selama lima jam melewati jalan berlumpur, perbukitan, hutan, serta terik matahari hingga akhirnya tiba di Desa Padang Balua,” jelas Bonar.
Selama bertahun-tahun, masyarakat Seko menghadapi keterbatasan infrastruktur jalan. Bonar menegaskan bahwa kondisi ini sudah berlangsung lama, bahkan hingga Indonesia memasuki 80 tahun kemerdekaannya.
“Hari ini tidak ada hujan, jadi cuaca sedikit bersahabat. Namun, tetap saja jalanan berlumpur sulit dilalui, apalagi bagi kendaraan,” katanya.
Masyarakat berharap agar pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan di daerah mereka.
“Harapan kami kepada pemerintah agar sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bisa benar-benar diwujudkan untuk masyarakat Seko. Kami ingin menjadi bagian dari Indonesia yang mendapatkan pemerataan pembangunan,” pungkasnya.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.