TRIBUNNEWS.COM – Maskapai penerbangan Korea Selatan (Korsel) Jeju Air memangkas sekitar 1.900 penerbangan domestik dan internasional hingga Maret 2025.
Adapun rute-rute utama Jeju Air yang dipangkas termasuk ke Tokyo, Osaka, dan Fukuoka di Jepang, serta ke Da Nang, Vietnam.
Keputusan itu diambil menyusul insiden kecelakaan yang menewaskan 179 orang di Muan pada 29 Desember lalu.
“Jeju Air akan mengurangi penerbangan yang sering kami terbangi, termasuk penerbangan domestik, dan untuk penerbangan internasional, pengurangan akan dipusatkan di sekitar rute Jepang dan Asia Tenggara,” kata direktur divisi administrasi manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon, mengutip dari Korea joongAng Daily.
“Sudah saatnya untuk tidak memikirkan pendapatan kami tetapi mempertimbangkan keamanan rute,” imbuh Kyung-hoon, dalam konferensi pers yang diadakan di Seoul bagian barat.
Sebelum pemangkasan dilakukan, maskapai tersebut awalnya telah membatalkan 67.000 pemesanan tiket hanya dalam 2 hari.
Yakni sejak kecelakaan pada 29 Desember lepas pukul 09.00 hingga 30 Desember pukul 13.00 waktu setempat.
Imbas pembatalan reservasi penerbangan, Jeju Air merugi sebesar 260 miliar won atau 177 juta dollar AS.
Pihak Jeju Air menjelaskan pengurangan jumlah penerbangan tersebut juga dilakukan pihak maskapai untuk membenahi manajemen operasional seluruh penerbangan.
Polisi Korsel Geledah Kantor Jeju Air
Terpisah, pada tanggal 2 Januari kemarin kepolisian Korea Selatan menggeledah kantor maskapai penerbangan Jeju Air usai insiden kecelakaan tragis yang menimpa pesawat Jeju Air 7C2216 jenis Boeing 737-800.
Dilansir dari The Guardian, penggeledahan dilakukan sebagai bagian dari investigasi atas kecelakaan hari Minggu yang menewaskan 179 orang.
Adapun penggeledahan ini dilakukan pihak berwenang setempat untuk mencari dan menyita dokumen yang terkait dengan pengoperasian dan pemeliharaan pesawat Boeing 737-800.
“Sehubungan dengan kecelakaan pesawat operasi pencarian dan penyitaan sedang dilakukan mulai pukul 09.00 pagi pada tanggal 2 Januari di tiga lokasi,” demikian pernyataan polisi Korea Selatan.
“Polisi berencana untuk segera dan tegas menentukan penyebab dan tanggung jawab atas kecelakaan ini sesuai dengan hukum dan prinsip,” lanjut mereka.
Merespon penggrebekan itu, Song Kyeong-hoon, Direktur Jeju Air mengatakan maskapai siap bekerja sama dengan polisi untuk mengungkap tragedi itu.
Tak hanya kantor Jeju Air, penggeledahan juga dilakukan di Bandara Internasional Muan.
Pejabat presiden Korea Selatan , Choi Sang-mok, menyatakan tindakan harus segera diambil jika penyelidikan mengungkap ada masalah dengan model pesawat tersebut.
“Karena ada kekhawatiran publik yang besar tentang model pesawat yang sama yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, Kementerian Perhubungan dan lembaga terkait harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap operasi pemeliharaan, pendidikan, dan pelatihan,” kata Choi.
Korsel Gelar Inspeksi Massal
Lebih lanjut, untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan serupa Pemerintah Korea Selatan berencana untuk menginspeksi semua pesawat jenis Boeing 737-800 yang dioperasikan di negeri tersebut.
Seorang pejabat Kementerian Transportasi Korsel menyatakan pemerintah bakal melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui apakah seluruh maskapai penerbangan telah mengikuti aturan dengan benar.
Mengutip dari NPR, inspeksi tersebut rencananya akan mencakup pemeriksaan terhadap tingkat pemanfaatan pesawat.
Kemudian ada pemeriksaan penerbangan, hingga penelusuran terhadap catatan pemeliharaan pesawat.
Sejauh ini jenis Boeing 737-800 yang dioperasikan secara luas oleh maskapai bertarif rendah (LCC) di Korea Selatan seperti Jeju Air yakni sebanyak 39 pesawat.
Sementara itu maskapai LCC lain yang mengoperasikan Boeing 737-800 ada T’way Air dengan 27 pesawat, Jin Air dengan 19 pesawat.
Sementara Eastar Jet dengan 10 pesawat, dan Air Incheon dengan dua pesawat.
(Tribunnews.com / Namira Yunia)