Delegasi pemuda Jawa (Jong Java). (wikipedia)
28 Oktober 1928: Jejak persatuan di Hari Sumpah Pemuda
Dalam Negeri
Calista Aziza
Senin, 28 Oktober 2024 – 06:00 WIB
Elshinta.com – Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Momentum ini menjadi simbol persatuan dan semangat nasionalisme pemuda-pemudi dari berbagai suku, agama, dan daerah yang ingin membebaskan Indonesia dari penjajahan. Berikut adalah kilas balik sejarah terbentuknya Sumpah Pemuda.
Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia hidup dalam kondisi yang sangat terpecah. Kolonialisme menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang besar di antara rakyat, dan perbedaan suku serta budaya sering kali memperlemah rasa persatuan. Akan tetapi, pada awal abad ke-20, muncul kebangkitan nasional dengan berdirinya organisasi-organisasi pemuda seperti Boedi Oetomo (1908), yang menjadi tanda awal kesadaran akan perlunya persatuan untuk mencapai kemerdekaan.
Setelah Boedi Oetomo, berdirilah berbagai organisasi pemuda yang berbasis etnis, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, dan lainnya. Meskipun masing-masing organisasi memiliki identitas kedaerahan, mereka berbagi kesadaran tentang pentingnya kemerdekaan dan kemandirian bangsa Indonesia.
Kongres Pemuda pertama diadakan pada tahun 1926. Meskipun belum menghasilkan kesepakatan tentang persatuan bangsa, kongres ini menjadi ajang penting bagi para pemuda dari berbagai daerah untuk bertemu, berdiskusi, dan mulai menyusun strategi bersama. Mereka membicarakan visi dan tujuan bersama dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Hasil kongres ini menjadi dasar bagi pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Kongres Pemuda Kedua yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (sekarang Jakarta) menjadi tonggak penting. Kongres ini dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda yang mewakili berbagai suku dan agama di Indonesia. Kongres Pemuda II dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Sugondo Djojopuspito (dari Pemuda Indonesia) dan Muhammad Yamin (dari Jong Sumatranen Bond), serta dihadiri oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Amir Sjarifuddin, Kartosuwiryo, dan Siti Soendari.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, di akhir kongres tersebut, para pemuda menyatakan “Sumpah Pemuda” yang berisi tiga ikrar:
Bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Deklarasi ini dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Peristiwa ini menjadi titik penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Sumpah Pemuda menyatakan keinginan dan tekad yang kuat dari para pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari kolonialisme dan mewujudkan Indonesia merdeka, bersatu, dan berdaulat.
Pada Kongres Pemuda Kedua ini, pertama kali juga diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya Wage Rudolf Supratman, yang kemudian menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Meski awalnya hanya dimainkan dengan biola tanpa lirik, musik tersebut menggugah semangat para pemuda yang hadir dan semakin memperkuat tekad mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sumpah Pemuda tidak hanya menjadi bukti komitmen persatuan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan nasionalis di Indonesia. Setelah deklarasi tersebut, organisasi-organisasi pemuda mulai menggencarkan gerakan-gerakan perjuangan yang memperkuat semangat persatuan dan kesadaran nasionalisme. Tekad dan semangat Sumpah Pemuda juga menjadi fondasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang pada akhirnya berhasil diraih pada 17 Agustus 1945.
Sejak saat itu, setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Peringatan ini dimaksudkan untuk mengenang dan menghargai peran serta perjuangan pemuda-pemudi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hingga kini, Hari Sumpah Pemuda menjadi momentum bagi pemuda Indonesia untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa dan meningkatkan rasa persatuan serta semangat kebangsaan.
Sumber : Sumber Lain