Jebar Juwes, Kesenian Asli Sleman yang Lahir dari Rasa Bosan

Jebar Juwes, Kesenian Asli Sleman yang Lahir dari Rasa Bosan

Dalam pertunjukannya, jeber juwes mengangkat cerita tentang Menak dalam bentuk lakon-lakon yang dipentaskan. Serat Menak menceritakan kisah dan pengalaman kepahlawanan Amir Ambyah atau dikenal Wong Agung Jayangrena dari Mekah dengan Prabu Nursiwan dari Medayin. Kisah ini merupakan transformasi dari Sastra Melayu Hikayat Amir Hamzah.

Jumlah pemain kesenian ini beragam, antara 20 orang bahkan lebih. Jumlah tersebut belum termasuk pengrawit (penabuh gamelan).

Pada awal kemunculannya hingga sekitar 1980-an, jabar juwes diiringi gamelan dengan laras slendro. Namun, saat ini iringan gamelannya menggunakan laras slendro dan pelog.

Saat ini, kesenian ini berfungsi sebagai hiburan dan kerap hadir dalam berbagai acara penting, seperti HUT Kemerdekaan RI, HUT Kabupaten Sleman, hingga upacara merti dusun. Fungsi lainnya adalah fungsi adat untuk melepas nazar. Sedangkan fungsi sosial jabar juwes sebagai alat pemersatu masyarakat tanpa membedakan agama, kelas sosial, jabatan, dan lainnya.

Menariknya lagi, kesenian jeber juwes tidak mengenal istilah tanggapan (bayaran), melainkan sekadar pengganti biaya operasional dan persiapan hingga pertunjukan rampung. Hingga kini, jabar juwes masih dipertahankan di Desa Sendangagung. Kesenian ini juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman dengan Nomor 103617/MPK.E/KB/2019.

Penulis: Resla