Jangan Berenang di Banjir! Anak Rentan Penyakit Mematikan Ini Megapolitan 8 Juli 2025

Jangan Berenang di Banjir! Anak Rentan Penyakit Mematikan Ini
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Juli 2025

Jangan Berenang di Banjir! Anak Rentan Penyakit Mematikan Ini
Penulis

KOMPAS.com –

Banjir
melanda sejumlah wilayah Jabodetabek selama beberapa hari terakhir, sejak Sabtu, (5/7/2025) malam.
Banjir ini tak hanya memicu kekhawatiran soal genangan dan kerusakan infrastruktur, tapi juga munculnya fenomena berbahaya, yakni anak-anak berenang dan bermain air di tengah
banjir
.
Aktivitas ini terlihat di beberapa titik, mulai dari Perumahan Maharta,
Tangerang
Selatan, hingga kawasan Kembangan Raya,
Jakarta
Barat.
Bahaya yang mengincar tidak hanya keselamatan nyawa dari arus banjir, melainkan juga
penyakit
mematikan yang mengintai.
Salah satu penyakit yang mengintai namun masih sering luput dari perhatian adalah
leptospirosis
, yakni infeksi bakteri yang dapat menyerang organ vital dan mengancam jiwa jika tidak ditangani tepat waktu.
Di Perumahan Maharta, Selasa (8/7/2025), sejumlah anak usia 5 hingga 7 tahun terlihat bermain air di dekat aliran anak Kali Angke yang meluap.
Tanpa alas kaki dan pengawasan orang dewasa, mereka berenang dan tertawa riang, seolah-olah berada di kolam renang umum.
Situasi serupa terjadi di Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat, pada Senin (7/7/2025), di mana anak-anak tampak bermain air dengan santai di jalan yang tergenang hingga 20 sentimeter.
Seorang warga, Yani, bahkan mengatakan tidak khawatir anaknya akan sakit. “Yang penting anak kan senang aja,” ujarnya, saat ditemui
Kompas.com
di lokasi.
Namun, kegembiraan itu bisa berubah menjadi ancaman serius akibat ketidaktahuan bahaya yang mengintainya.
Dikutip dari
Kompas.com
, leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang menyebar melalui urine hewan, terutama
tikus
, yang mencemari air atau tanah.
Penyakit ini masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir (mata, hidung, mulut), atau konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Anak-anak yang bermain air banjir tanpa perlindungan menjadi kelompok paling rentan, terutama karena daya tahan tubuh mereka lebih rendah dan seringkali tidak sadar jika memiliki luka kecil.
Gejala awal leptospirosis meliputi:
Pada tahap lanjut, infeksi ini bisa berkembang menjadi Penyakit Weil, yang menyebabkan:
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), leptospirosis termasuk penyakit zoonosis (tidak menular antar manusia) tapi menular dari hewan ke manusia.
Sayangnya, karena gejalanya mirip flu dan bisa datang belakangan (2–4 minggu setelah terpapar), diagnosis sering terlambat.
Perawatan dini dengan antibiotik seperti doksisiklin sangat penting. Untuk kasus berat, pasien memerlukan rawat inap dan pengobatan intensif.
Berdasarkan panduan dari ahli kesehatan, berikut langkah-langkah pencegahan leptospirosis yang sangat dianjurkan selama banjir:
Kejadian anak-anak
berenang di banjir
menunjukkan masih rendahnya kesadaran risiko kesehatan di masyarakat.
Leptospirosis
mungkin belum sepopuler demam berdarah atau diare, namun potensi bahayanya jauh lebih luas, karena bisa menyerang berbagai organ tubuh secara sistemik.
Warga diminta tetap waspada terhadap setiap banjir yang melanda, tidak hanya melihatnya sebagai gangguan fisik, tetapi juga sebagai ancaman kesehatan serius, khususnya bagi anak-anak.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.