Jakarta, Beritasatu.com – Semangat Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono dalam meningkatkan regenerasi petani muda membawa dirinya dijuluki sebagai Bapak Petani Milenial. Gelar ini disepakati oleh ratusan petani muda dalam Konsolidasi Nasional Petani Milenial yang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Sudaryono menyampaikan, dirinya selalu meyakinkan generasi muda bahwa pertanian adalah sektor yang menjanjikan. Dia mengaku optimistis dapat menumbuhkan kembali semangat mengelola sektor pertanian kepada generasi mendatang.
“Bagi saya, kami punya perhatian terhadap itu. Kita punya bonus demografi, kita punya anak muda,” ungkap Sudaryono, dalam wawancara khusus program “Beritasatu Special” BTV di kantor Kementan, Senin (11/11/2024).
Menurut Sudaryono, sektor pertanian merupakan sektor yang mudah dikelola. Sektor ini juga memiliki fokus-fokus bidang yang luas, yang dapat diisi oleh banyak tenaga generasi muda Indonesia.
“Tentu saja bertani itu tidak melulu menanam padi, kedelai, dan jagung. Walaupun kita harapkan juga kalau bisa mengarah ke sana untuk swasembada pangan itu bisa lebih baik. Petani milenial itu bisa juga ke holtikultura, buah-buahan, cabai-cabaian, terong, dan sayur,” jelasnya.
Sudaryono menjelaskan, sektor pertanian juga memilki dua jenis kegiatan yang bisa ditekuni, yakni on-farm dan off-farm.
On-farm merupakan kegiatan yang dilakukan di lahan pertanian, seperti usaha tani tanaman pangan, hortikultura, usaha ternak, usaha ikan, dan usaha perkebunan. Sementara, off-farm adalah kegiatan yang dilakukan di luar lahan pertanian, seperti pemrosesan dan pengemasan tanaman pangan dan ternak
“Sektor on-farm itu di lahan, off-farm itu pengolahannya, packaging-nya, ekspor dan lain-lain. Itu juga menjanjikan,” katanya.
Sudaryono mengungkapkan, sejauh ini Kementan juga telah mengambil peran untuk mengedukasi dan membina petani muda agar tidak hanya berkutat bertani di lahan, tetapi bisa mencoba menggeluti sektor pertanian di luar lahan.
“Sudah kita bina, ada yang ekspor pengolahan gula aren, ekspor kelapa, itu program pertanian di sisi off-farm. Kemudian dari sisi on-farm ada yang budidaya jahe, pala, lada. Jadi yang on-farm maupun off-farm itu menjanjikan,” pungkasnya.
Selain membina petani on-farm, Kementan juga berkomitmen membina pelaku pertanian off-farm agar dapat meningkatkan skala bisnisnya.
“Saya lagi minta kepada Kepala Badan Pendidikan Kementan untuk memonitor. Harus ada dua indikator prestasinya yaitu jumlah petani mudanya bertambah, plus existing yang sudah ada secara kalkulasi perekonomian, bisnisnya harus naik. Omzet harus naik, laba harus naik. Kita harus bina ke sana,” ujarnya.