TRIBUNNEWS.COM – Selama bulan Ramadan 2025, Israel mengumumkan akan menerapkan pembatasan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
“Pembatasan keamanan akan diberlakukan di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki selama bulan suci Ramadan,” kata Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dikutip dari surat kabar The Times of Israel.
Dia tidak merinci tindakan apa saja yang dilakukan.
Tahun lalu, otoritas Israel tidak mengizinkan pria Palestina di bawah usia 55 tahun dan wanita di bawah usia 50 tahun untuk memasuki kompleks tersebut.
Larangan itu diberlakukan dengan alasan “demi alasan keamanan”, Al Jazeera melaporkan.
Bahkan tahun lalu, ribuan petugas polisi Israel dikerahkan ke seluruh Kota Tua Yerusalem.
Pembatasan Israel di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan
Berikut ini beberapa poin penting tentang pembatasan yang diberlakukan oleh Israel selama bulan Ramadan 2025 di kompleks Masjid Al-Aqsa:
– Hanya pria berusia lebih dari 55 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun dari Tepi Barat yang diduduki yang diizinkan mengunjungi masjid.
– Tahanan Palestina yang baru dibebaskan dari penjara Israel akan dilarang mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.
– Israel mengklaim bahwa pembatasan ini serupa dengan yang diberlakukan tahun lalu.
Otoritas Palestina menyebutnya sebagai tindakan “rasis dan provokatif.”
– Sebanyak 3.000 personel keamanan Israel akan dikerahkan di sekitar Yerusalem Timur, termasuk di pos pemeriksaan menuju Masjid Al-Aqsa.
– Pengunjung beragama Yahudi masih diizinkan untuk berkunjung, namun tidak diperbolehkan berdoa di kompleks tersebut, sesuai dengan konvensi yang ada, mengingat kompleks ini adalah situs kuil Yahudi yang dihancurkan pada tahun 70 M.
– Meski begitu, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ultranasionalis sayap kanan, termasuk mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, telah menentang konvensi ini, menyebabkan ketegangan dengan mencoba berdoa di kompleks tersebut.
Ramadan Gaza di Tengah Perang
Umat Muslim di Gaza sedang mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadan di tengah kondisi yang sulit.
Puasa tahun ini masih diselimuti dengan peperangan yang terus berlangsung, Al Jazeera melaporkan.
Gencatan senjata yang rapuh antara Hamas dan Israel diperkirakan berakhir pada Sabtu (1/3/2025).
Kenyataan ini menambah ketegangan di wilayah tersebut.
Hamas Serukan Tekanan Internasional Terhadap Israel Terkait Gencatan Senjata
Pejuang Palestina Hamas menyerukan tekanan internasional untuk memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata.
“Dengan berakhirnya fase pertama perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan, kami berkomitmen penuh untuk melaksanakan semua klausul perjanjian dalam semua tahap dan rinciannya,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan resmi.
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menekan pendudukan Zionis agar berkomitmen penuh terhadap perannya dalam perjanjian ini dan segera memasuki fase kedua tanpa penundaan atau keraguan,” tambah pernyataan tersebut.
Tahap pertama gencatan senjata berakhir pada Sabtu (1/3/2025).
Perwakilan serta mediator dari kedua belah pihak kini berkumpul di Mesir untuk membahas tahap kedua dari perjanjian ini.
Langkah tersebut diharapkan dapat menghasilkan kemajuan dalam proses perdamaian yang lebih luas.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)