Jakarta, CNN Indonesia —
Israel berencana menambah utang US$60 miliar atau Rp939,35 triliun (Kurs Rp15.655 per dolar AS) dan membekukan perekrutan pegawai pemerintah demi membiayai peningkatan belanja pertahanan mereka.
Mereka juga akan menggenjot penerimaan pajak dengan menaikkan tarif PPN dari 16 persen menjadi 17 persen di 2025.
Peningkatan yang tertuang dalam rancangan anggaran belanja Israel 2024 ini dilakukan di tengah agresi militer yang mereka lakukan di Gaza selama 4 bulan belakangan ini.
Kebijakan itu diambil karena Kementerian Keuangan Israel memperkirakan defisit anggaran tembus 6,6 persen dari produk domestik bruto dan pertumbuhan akan turun menjadi 1,6 persen di tahun ini.
Israel menggempur Gaza selama lebih dari empat bulan belakangan ini. Agresi militer Israel ini telah menewaskan lebih dari 29 ribu orang dan menghancurkan sebagian dari wilayah tersebut.
Agresi juga telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian ke Israel dan Palestina.
Untuk Israel, dampak buruk terjadi pada anggaran. Setelah agresi, Israel terlilit utang sekitar 81 miliar shekel atau Rp349 triliun (Kurs Rp4.316 per Israeli New Shekel).
Masalah itu membuat rasio utang Israel membengkak menjadi 62 persen dari PDB. Rasio ini merupakan yang tertinggi dalam 8 tahun terakhir.
Kementerian Israel memperkirakan rasio tersebut akan naik 5 atau 6 poin persentase lagi tahun ini.
Selain itu, dampak juga terlihat dari penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi sampai 20 persen secara tahunan pada kuartal terakhir 2023.
Akuntan Jenderal Kementerian Keuangan Israel Yali Rothenberg menyebut tekanan ekonomi itu akan bisa dikurangi jika tentara cadangan banyak disiagakan.
Ia mengatakan sekarang ini jumlah tentara yang ditugaskan dalam agresi di Gaza baru sekitar seperlima dari 300 ribu orang yang dipanggil setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Jumlah tersebut diperkirakan turun menjadi 30 ribu-40 ribu pada akhir Maret.
Tekanan katanya, juga bisa dikurangi dengan menggenjot belanja masyarakat.
“Fundamental ekonomi sebenarnya ada dan kita miliki. Jika Anda melihat sektor teknologi tinggi, itu ada di sana. Jika Anda melihat investasi infrastruktur, itu ada di sana. Jika Anda melihat konsumsi swasta, itu ada di sana,” kata Rothenberg seperti dikutip dari Financial Times.
Ia menambahkan peningkatan rencana utang, pembekuan rekrutmen pegawai dan kenaikan pajak ini dilakukan karena pihaknya memproyeksikan anggaran pertahanan yang dibutuhkan tahun ini sebesar 55 miliar shekel atau sekitar Rp237 triliun (Kurs Rp4.316 per Israeli New Shekel).
Anggaran ini naik 20 persen dari anggaran 2023.
“Kami pikir akan ada peningkatan belanja pertahanan di Israel untuk tahun-tahun mendatang. Inilah sebabnya mengapa kami mengambil langkah fiskal sekarang,” kata Rothenberg.
Nah, untuk mewujudkan kebijakan itu Rothenberg menambahkan pemerintah Israel telah membentuk sebuah komite ahli dari luar pemerintahan. Pembentukan tersebut dilakukan untuk memberikan saran terkait pengeluaran dalam lingkup pertahanan kedepannya.
Pendapatan negara Israel mencapai 12 miliar shekel atau sekitar Rp51 triliun di 2023. Pendapatan itu di bawah perkiraan atau target.
Di sisi lain, belanja negara justru naik jadi 26 miliar shekel.
(wlm/agt)