TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Israel telah memblokir masuknya semua bantuan kemanusiaan ke 2,3 juta penduduk Gaza sejak awal Maret.
Dikutip dari Al Jazeera, pada tanggal 18 Maret, Israel secara sepihak melanggar gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari.
Melancarkan kembali serangan di seluruh Gaza dan menewaskan ratusan warga Palestina lainnya.
Pada tanggal 25 Maret, PBB mengumumkan akan menarik 30 persen staf internasionalnya dari Gaza setelah serangan udara Israel menewaskan seorang staf PBB asal Bulgaria dan melukai enam pekerja asing lainnya.
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), memperingatkan bahwa krisis kelaparan lain mengancam di Gaza dan menuduh Israel melakukan “persenjataan bantuan kemanusiaan” yang ilegal.
Kombinasi bom dan situasi kemanusiaan yang melemahkan dengan cepat memperburuk kondisi rakyat Gaza.
Tetapi hal ini telah menjadi hal yang konstan sejak dimulainya perang pada bulan Oktober 2023.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan 50.983 warga Palestina
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 38 orang tewas dalam 24 jam terakhir dan satu orang diselamatkan dari bawah reruntuhan.
Ini menjadikan jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak awal perang menjadi 50.983 orang tewas dan 116.274 orang terluka.
Sejak 18 Maret, ketika Israel mengakhiri gencatan senjata dengan melancarkan lebih banyak serangan, sedikitnya 1.613 warga Palestina telah terbunuh dan 4.233 terluka.
Sejumlah besar korban diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan atau hilang dan tidak dapat dijangkau.