TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh mengancam akan membalas setiap tindakan militer AS dengan menargetkan pangkalan militer pasukan Amerika di Timur Tengah.
Nasirzadeh mengatakan bahwa Iran tidak memendam permusuhan terhadap tetangganya.
Tetapi memperingatkan bahwa jika Washington melancarkan serangan, pangkalan AS yang terletak di negara tetangga tersebut akan dianggap sebagai target yang sah.
Ia juga menekankan bahwa Iran memiliki kapasitas dan kesiapan militer untuk merespons dengan kekuatan setara jika negara mereka menjadi sasaran agresi
“Jika kami diserang jika perang dipaksakan kepada kami, kami akan merespons dengan tegas,” ucap Nasirzadeh dilansir Al Arabiya.
“Kami akan menargetkan kepentingan dan pangkalan-pangkalan mereka (AS-red),” tegasnya.
Gertakan tersebut dilontarkan Nasirzadeh sebagai bagian dari langkah pembalasan, mencerminkan sikap Iran yang waspada dan siap untuk mempertahankan kedaulatannya.
Mengingat belakangan ini ketegangan antara Iran dan AS terus memanas, hingga membuat situasi geopolitik di kawasan tersebut menegang.
Adapun ketegangan itu terjadi sejak 12 Apil silam tepatnya ketika Iran dan AS gagal terlibat dalam perundingan nuklir.
Iran menekankan pentingnya negosiasi tidak langsung dan menolak pendekatan yang mengedepankan ancaman atau tekanan.
Sementara itu, AS menginginkan kesepakatan yang lebih ketat dan langsung, dengan penekanan pada pembatasan program nuklir Iran dan pengawasan yang lebih ketat.
Perbedaan pendekatan ini lantas menyebabkan kesulitan dalam mencapai titik temu yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, hingga perundingan nuklir Iran dan AS gagal ditekan.
Iran Pamer Rudal Baru
Bersamaan dengan gertakan yang ditujukan Iran kepada AS, Teheran mengungkap bahwa militernya baru saja merilis rudal balistik terbaru bernama Qassem Basir.
“Rudal Qassem Basir adalah rudal balistik berbahan bakar padat dengan jangkauan 1.200 kilometer (746 mil),” tulis kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan pemerintah Iran
Tak seperti rudal tempur Iran sebelumnya, rudal ini mampu menyerang target-target yang terletak jauh di kawasan Timur Tengah, termasuk pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang jaraknya sekitar 1.200 km.
Menariknya, Qassem Basir dilengkapi dengan sistem pemandu yang memungkinkan rudal ini untuk melakukan manuver selama penerbangan.
Kemampuan ini membuatnya lebih sulit untuk dilacak atau dihentikan oleh sistem pertahanan udara musuh, seperti Iron Dome Israel atau sistem pertahanan rudal lainnya.
Selain itu kelebihan ini juga mampu meningkatkan kemungkinan rudal untuk mencapai targetnya meskipun ada upaya untuk mengalihkan atau menghancurkannya di udara.
Qassem Basir juga dibekali fitur penting yang mampu menargetkan dengan presisi tinggi, bahkan tanpa bergantung pada GPS.
Ini membuatnya lebih tahan terhadap gangguan sinyal atau upaya untuk merusak sistem navigasi yang digunakan oleh musuh, seperti yang dapat terjadi pada sistem GPS atau satelit.
Untuk bahan bakarnya, Qassem Basir menggunakan bahan bakar padat, yang memberikan keunggulan dalam hal daya tahan dan stabilitas selama penerbangan. B
Bahan bakar padat juga memungkinkan rudal ini siap diluncurkan dengan waktu yang lebih singkat dan lebih efektif dalam berbagai kondisi cuaca.
Bagi Iran, rudal ini lebih dianggap sebagai alat pertahanan yang dapat mempengaruhi perubahan dalam kebijakan luar negeri negara-negara besar.
(Tribunnews.com / Namira)
