Sumber foto: Syahri Ruslan/elshinta.com.
Investor saham di Kalsel menunjukkan tren positif hingga akhir tahun 2024
Dalam Negeri
Sigit Kurniawan
Rabu, 06 November 2024 – 17:06 WIB
Elshinta.com – Perkembangan investasi di bidang saham di Kalimantan Selatan (Kalsel) menunjukkan tren positif. Hingga akhir tahun 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan lebih dari 170.000 investor saham yang terdaftar di provinsi Kalsel tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Kalsel, Yuniar, mengungkapkan bahwa hingga 4 November 2024, jumlah investor saham di Kalsel telah mencapai 170.683 orang, berdasarkan data Single Investor Identification (SID). “Kami sangat bersyukur dapat melampaui target yang ditetapkan. Saat pertama kali hadir di Banjarmasin pada 2011, jumlah investor di Kalsel tidak lebih dari seribu orang. Sekarang, angkanya telah mencapai lebih dari 170 ribu,” ujar Yuniar.
Pencapaian ini tidak lepas dari upaya BEI dalam mengedukasi masyarakat mengenai pasar modal. Pada tahun 2024 saja, BEI Kalsel telah menyelenggarakan 538 kegiatan literasi pasar modal yang diikuti oleh lebih dari 54.000 peserta.
“Literasi dan edukasi pasar modal menjadi kunci utama dalam mendorong pertumbuhan jumlah investor di Kalsel. Kami percaya bahwa semakin banyak masyarakat yang paham tentang investasi, semakin besar pula minat mereka untuk terlibat,” tambah Yuniar seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Syahri Ruslan, Rabu (6/11).
Pertumbuhan investor pada tahun 2024 tercatat cukup signifikan, yakni sebanyak 10.548 orang atau meningkat sekitar 6,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini menunjukkan bahwa meskipun Kalsel bukan merupakan pusat ekonomi terbesar di Indonesia, minat masyarakat terhadap investasi saham terus berkembang pesat.
Dalam hal prospek saham, Yuniar menilai sektor-sektor tertentu berpotensi mengalami kenaikan menjelang akhir tahun. Saham-saham dari sektor perbankan, properti, dan tambang diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang positif. Beberapa emiten yang dianggap menarik untuk investasi antara lain Bank BCA, BNI, BRI, Mandiri, serta perusahaan-perusahaan tambang seperti PT Adaro dan PT Bukit Asam.
Namun, di sisi lain, saham dari sektor kesehatan, khususnya yang terkait dengan fasilitas kesehatan, belum menunjukkan minat yang signifikan dari para investor. Erni Ervianti Dewi, analis dari Phintraco Sekuritas, menyebutkan bahwa salah satu tantangan utama adalah rendahnya investasi di sektor kesehatan, terutama di luar kota-kota besar.
“Fasilitas kesehatan di daerah masih terbatas, sehingga saham-saham di sektor ini belum terlalu menarik bagi investor,” jelasnya.
Meski demikian, tren positif ini mencerminkan semakin kuatnya minat masyarakat Kalimantan Selatan untuk berpartisipasi dalam pasar modal, yang diyakini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah di masa depan.
Sumber : Radio Elshinta