Jakarta, Beritasatu.com – Investor global semakin beralih ke emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi yang dipicu oleh kebijakan pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump. Exchange Traded Funds (ETF) emas mengalami lonjakan, memberikan dorongan tambahan bagi reli harga emas dunia yang terus melonjak ke rekor tertinggi.
Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS pada Januari 2025, serangkaian kebijakan kontroversial, seperti tarif perdagangan yang agresif, komentar ingin mencaplok Greenland, dan pendekatan diplomatik yang tidak konvensional dalam menyelesaikan perang di Ukraina telah memicu lonjakan harga emas.
Dilansir dari Reuters, pada Jumat (14/3/2025), harga emas dunia melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada level US$ 3.004,86 per troy ons. Angka ini mencatat kenaikan 14% sejak awal 2025, setelah sebelumnya meningkat 27% pada 2024.
Awalnya, dana masuk ke ETF emas didominasi oleh investor Eropa. Namun, analis mencatat ketidakpastian kebijakan kini mulai menarik minat investor AS yang sebelumnya lebih menyukai ekuitas.
Menurut World Gold Council (WGC), kepemilikan emas dalam ETF yang terdaftar di Eropa meningkat 46,7 metrik ton (naik 3,6%) menjadi 1.334,3 ton sejak awal 2025, kontras dengan periode 2021-2024 yang diwarnai arus keluar besar-besaran.
“Investor, terutama di Barat, membutuhkan kombinasi pertumbuhan ekonomi yang melambat dan ketakutan pasar saham untuk kembali ke emas. Itulah yang sedang terjadi saat ini,” kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen.
Sejak 2022, ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga, investor mulai meninggalkan emas. Namun, dengan tanda-tanda pelemahan di pasar lain dan ekspektasi pemangkasan suku bunga, mereka kembali beralih ke aset safe haven ini.
Sejak awal tahun ini, kepemilikan emas dalam ETF di AS telah meningkat 68,1 ton (naik 4,3%) menjadi 1.649,8 ton. Hansen dari Saxo Bank menambahkan, kebijakan Trump berkontribusi pada penurunan saham AS, yang selama ini menjadi magnet bagi dana investor. Akibatnya, emas muncul sebagai alternatif yang lebih menarik, setidaknya dalam jangka pendek.
Di luar ETF, minat investor ritel terhadap emas juga meningkat. Adrian Ash, kepala riset di BullionVault melaporkan, jumlah pembeli emas pertama kali melonjak pada Februari 2025 ke level tertinggi sejak Mei 2021. Permintaan emas di platform BullionVault melebihi aksi jual pelanggan sebesar 0,2 ton, tertinggi sejak Juni 2023.
Meskipun lonjakan permintaan mendukung harga emas, analis memperingatkan bahwa pasar mungkin sudah memasuki wilayah jenuh beli.
“Untuk tetap berada di atas level US$ 3.000 per troy ons, emas perlu melihat peningkatan lebih lanjut dalam permintaan ritel untuk batangan dan koin di Eropa serta Amerika Utara, atau adanya pembelian besar dari bank sentral,” ujar John Reade, ahli strategi pasar di WGC.
Sejalan dengan harga emas dunia yang melonjak ke level tertinggi, di dalam negeri, harga emas batangan Antam juga pecah rekor pada level Rp 1,742 juta per gram.