Institusi: UNPAD

  • Pemerintah Dinilai Perlu Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

    Pemerintah Dinilai Perlu Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

    loading…

    Ilustrasi penelitian. FOTO/IFL Science

    JAKARTA – Pemerintahdinilai perlu mendukung penelitian mengenai produk tembakau alternatif. Penelitian mengenai metode Pengurangan Risiko Tembakau atau Tobacco Harm Reduction (THR) sebagai alternatif berhenti merokok diyakini menjadi salah satu strategi dalam dasar penyusunan aturan.

    Dokter Ahli Fisiologi Universitas Padjajaran (Unpad) Ronny Lesmana menilai peran pemerintah untuk mendukung riset tentang ini sangat diperlukan. Hasil riset nantinya bakal menjadi data awal untuk merumuskan peraturan berbasis data, mengingat angka kematian akibat rokok di Indonesia saat ini mencapai 300.000 nyawa per tahun.

    “Data dari penelitian menjadi komparasi yang baik sebagai dasar bagaimana memutuskan suatu regulasi. Regulasi ini mau dibuat seperti apa? Pemerintah harus investasi untuk penelitian, termasuk metode alternatif ini. Sebab, untuk memahami suatu ilmu itu mahal. Topik ini (THR) tidak pernah diangkat,” ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta dikutip Minggu (2/2/2025).

    Dia melihat penelitian selama ini didominasi sudut pandang tembakau sebagai komoditas. Sedangkan dari sisi kesehatan, studi untuk memanfaatkan produk alternatif tembakau yang rendah risiko belum dilakukan. Akademisi pun melakukan studi-studi alternatif setelah melihat situasi tersebut, termasuk lembaga yang dinaungi universitas tempat Ronny bekerja.

    Kendati demikian, penelitian tersebut dinilai belum diterima dengan baik oleh pemerintah sebagai penunjang penetapan aturan. Dia berpendapat, pemerintah masih belum melihat THR sebagai peluang yang bisa dimaksimalkan untuk membuat perokok beralih hingga akhirnya berhenti merokok.

    Lebih lanjut Ronny menuturkan, merujuk pada riset “Lives Saved Report” yang terbit November 2024, penerapan THR dalam kebijakan publik diproyeksikan akan menyelamatkan 4,6 juta nyawa di Indonesia hingga 2060. Dikatakannya, metode THR hadir sebagai pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok dengan memberikan opsi alternatif yang lebih rendah risiko bagi pengguna.

    Hasil penelitian pun membuktikan bahwa produk alternatif yang tersedia mendukung upaya untuk berhenti merokok. Dia mengungkapkan THR di negara-negara maju seperti Swedia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang menjadi bagian vital bagi pemerintahnya dalam mendesain kampanye berhenti merokok.

    Dia melanjutkan, tingkat merokok di Swedia menurun dalam 15 tahun terakhir, dari 15 persen menjadi 5,3 persen. “Pemerintah kita terlalu ketat dalam memandang produk tembakau alternatif ini, hanya jalan dengan paradigma tidak boleh merokok. Namun, fakta di lapangan, selama rokok masih diizinkan, perlu opsi menurunkan risiko dalam bentuk lain. Secara rasional, ini bukan sesuatu yang bisa ditunda, tapi dipikirkan bersama untuk ke depannya,” imbuhnya.

    Usaha-usaha tersebut dianggap sebagai bagian yang dilakukan untuk menurunkan risiko dan dampak buruk penggunaan tembakau. Dia menilai konsep THR yang masih asing juga perlu diperkenalkan kepada masyarakat dan digali lebih mendalam mengenai manfaatnya bagi perokok untuk beralih hingga akhirnya benar-benar berhenti merokok.

  • Undip Duduki Peringkat Ke-4 Nasional Webometrics 2025, Rektor: Ini "Mood Booster" di Awal Tahun
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        1 Februari 2025

    Undip Duduki Peringkat Ke-4 Nasional Webometrics 2025, Rektor: Ini "Mood Booster" di Awal Tahun Regional 1 Februari 2025

    Undip Duduki Peringkat Ke-4 Nasional Webometrics 2025, Rektor: Ini “Mood Booster” di Awal Tahun
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com

    Universitas Diponegoro
    (Undip) Semarang berhasil meraih peringkat ke-4 terbaik di Indonesia dalam pemeringkatan Webometrics Ranking of World Universities edisi Januari 2025.
    Rektor Undip Suharnomo, mengungkapkan bahwa pencapaian ini merupakan yang tertinggi bagi Undip sejak pertama kali mengikuti pemeringkatan Webometrics, dengan posisi ke-4 nasional dan peringkat 995 dunia.
    “Terima kasih, ini
    mood booster
    di awal tahun ini. Jadi Undip, selama pemeringkatan ini kurang bagus. Tahun 2022 kita peringkat 21 Indonesia, 2023 menjadi 8, dan sekarang ranking 4 ya, sangat luar biasa,” ujarnya usai menandatangani kerja sama dengan
    PT Siam Flotilla Persada
    dalam proyek restorasi ekosistem pesisir di Gedung Rektorat Undip, Jumat (31/1/2025).


    KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Direktur PT Siam Flotilla Persada, Andi Hartayo dan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Suharnomo menandatangani perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman di Gedung Rektorat Undip, Jumat (31/1/2025).
    Dalam pemeringkatan ini, Undip berada di belakang Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
    Sementara itu, Undip berhasil mengungguli Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Universitas Brawijaya.
    Suharnomo menjelaskan bahwa penilaian tersebut didasarkan pada berbagai pertimbangan, termasuk jangkauan dan kebermanfaatan hasil riset dari kampus yang dapat diakses oleh masyarakat global.
    “Jadi yang dilihat adalah seberapa besar tulisan kita di Scopus dan lain sebagainya, yang bisa diakses di masyarakat, masyarakat bisa belajar dari apa-apa yang sudah didapatkan oleh kampus. Semoga menjadi motivasi bagi seluruh akademisi Undip untuk terus berkarya,” tambahnya.
    Sementara itu, Wakil Rektor III Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi, Hukum, dan Organisasi, Adian Fatchur Rochim, menjelaskan bahwa metode pemeringkatan pada edisi Januari 2025 ini menggunakan dua indikator, yaitu webometric dan bibliometric.
    “Sehingga bukan hanya dari struktur website di domain perguruan tinggi, tapi juga jumlah karya ilmiah, jumlah sitasi dosen/peneliti, dan reputasi penerbitnya,” jelasnya.
    Pemeringkatan ini bertujuan untuk mengukur keakuratan website dengan kinerja akademik universitas.
    Edisi Januari 2025 mencakup hampir 32.000 institusi pendidikan tinggi dari seluruh dunia.
    KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Direktur PT Siam Flotilla Persada, Andi Hartayo dan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Suharnomo menandatangani perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman di Gedung Rektorat Undip, Jumat (31/1/2025).
    Model pemeringkatan ini didasarkan pada indikator webometrik dan bibliometrik yang dikumpulkan dari sumber tepercaya seperti Majestic, Google Scholar, dan Scimago-Scopus.
    Bagi perguruan tinggi, peringkat Webometrics mencerminkan daya saing global dalam bidang akademik dan penelitian.
    Semakin tinggi peringkatnya, semakin besar pengakuan terhadap kontribusi universitas dalam ilmu pengetahuan yang dapat diakses luas oleh masyarakat dunia.
    Lebih lanjut, Suharnomo juga mendorong implementasi hasil riset ilmiah untuk mengatasi permasalahan di masyarakat.
    Salah satu langkah konkret adalah menggandeng PT Siam Flotilla Persada untuk melakukan pengembangan dan perlindungan pesisir melalui
    pilot project
    penanaman mangrove buatan sepanjang 100 meter di Morodemak.
    Direktur PT Siam Flotilla Persada, Andi Hartayo, menjelaskan bahwa teknologi Flotilla Abrasion Defense System (FADS) miliknya telah berhasil diterapkan di Thailand untuk melindungi pesisir dan ekosistem mangrove.
    “FADS itu merupakan akar mangrove buatan yang kita bentuk untuk perlindungan pesisir dan pantai. Jadi, mengurangi abrasi dan erosi di pantai, itu tujuan utamanya,” ujar Andi saat ditemui di Undip.
    Dalam video proyek, teknologi FADS dibuat dengan bahan ramah lingkungan yang menyerupai akar mangrove dan berukuran sama.
    Peletakan dilakukan di pesisir dalam jumlah banyak, sedikit menjorok ke laut agar dapat membentuk sedimen yang baik untuk ditanami mangrove alami.
    “Ini memberi perlindungan di dalam hutan bakau, agar di belakang sistem (FADS) kita itu dapat terbentuk akumulasi sedimen dalam tahap waktu tertentu. Saat cukup padat, cukup kuat, dan cukup tinggi, maka ditanami mangrove yang asli,” ungkap Andi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sosok Sopir Sedan Merah Penyebab Kecelakaan Maut di Jatinangor, Ini Alasan Polisi Belum Menahannya

    Sosok Sopir Sedan Merah Penyebab Kecelakaan Maut di Jatinangor, Ini Alasan Polisi Belum Menahannya

    TRIBUNJATIM.COM – Terungkap alasan polisi belum menahan Putra Akbar, sopir sedan merah yang menyebabkan kecelakaan maut di Jatinangor.

    Kecelakaan beruntun tersebut mengakibatkan beberapa korban.

    Ada yang terluka hingga meregang nyawa.

    Sopir Hyundai Avega merah, Putra Akbar (23) ditetapkan jadi tersangka dalam kecelakaan beruntun maut yang terjadi di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/1/2025)

    Putra Akbar diduga jadi pemicu tabrakan beruntun tersebut.

    Meski telah ditetapkan jadi tersangka, namun mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) ini masih belum ditahan.

    Putra Akbar belum ditahan karena ia mengaku tak mengingat peristiwa kecelakaan yang menewaskan satu orang ini.

    “Hingga saat ini, statusnya sudah ditetapkan jadi tersangka, tetapi belum dilakukan penahanan, karena yang bersangkutan mengaku tidak ingat sama sekali peristiwa kecelakaan tersebut,” kata Plh Kanit Gakkum Satlantas Polres Sumedang, Ipda Arief.

    Mengutip TribunJabar.id, pihak kepolisian juga menggandeng psikolog dari RSUD Umar Wirahadikusumah untuk memeriksa kejiwaan tersangka.

    “Kita akan libatkan psikolog untuk lakukan pemeriksaan lanjutan,” ujarnya.

    Diketahui, sebuah mobil Hyundai Avega berwarna merah menabrak sejumlah pengendara dan menyebabkan satu orang tewas.

    Kecelakaan beruntun ini terjadi di depan kantor bank berpelat merah di Jatinangor, Jalan Raya Sumedang-Bandung, Desa Cikeruh, Senin (27/1/2025) pagi.

    AKP Mohammad Ali selaku Kasat Lantas Polres Sumedang menuturkan, ada lima korban dalam kecelakaan ini.

    Tiga di antaranya dirawat di rumah sakit, satu orang luka berat, dan satu orang meninggal dunia.

    Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya ini pun ditetapkan jadi tersangka setelah pihak kepolisian melakukan gelar perkara, Rabu (29/1/2025) sore.

    Demikian yang disampaikan Plh Kanit Gakkum Satlantas Polres Sumedang, Ipda Arief.

    “Gelar perkara selesai pukul 17.30 WIB, Putra Akbar kita tetapkan sebagai tersangka,” kata Arief kepada TribunJabar.id ( grup TribunJatim.com ).

    Arief menuturkan, tersangka dianggap lalai hingga menyebabkan kecelakaan yang menewaskan satu orang juru parkir.

    “Berdasarkan keterangan sejumlah saksi dan hasil olah TKP, yang bersangkutan lalai dalam berkendara sehingga mengakibatkan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa,” katanya. 

    Tersangka pun dikenakan Pasal 310 ayat 4 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

    “Terancam hukuman enam tahun penjara,” kata Arief.

    Pickup Pengangkut Pekerja Kopi di Bondowoso Alami Kecelakaan

    Pickup yang mengangkut pekerja kopi mengalami kecelakaan di jalanan Ijen, tepatnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso, Minggu (19/1/2025). (Istimewa/TribunJatim.com)

    Sebuah pickup yang mengangkut pekerja kopi mengalami kecelakaan di jalanan Ijen, tepatnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso, Minggu (19/1/2025).  

    Kecelakaan yang videonya viral di media sosial itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.  

    “Iya, ada kecelakaan tadi di sekitar dekat Kopi Kluncing itu, sekitar jam 13.00 WIB siang,” jelas Agus, warga Desa Sumberwringin, Kecamatan Sumberwringin. 

    Sekretaris Desa Sukosari Kidul, Fadil Susanto, membenarkan kejadian kecelakaan tersebut.

    Namun, ia mengaku tak tahu pasti bagaimana kronologi kecelakaan. 

    “Dibawa ke Puskesmas Sukosari,” terangnya.  

    Dalam video yang beredar luas di media sosial, terlihat sebuah pickup hitam nopol P 8034 ringsek bagian depannya.

    Sementara sejumlah pekerja sudah duduk berhamburan di jalanan.

    Terdengar tangisan karena kesakitan di video tersebut.

    “Kecelakaan di Kluncing, Kluncing. Aduh saya patah tangan,” kata salah seorang pekerja yang terluka sembari menangis.  

    Kasat Lantas Polres Bondowoso, AKP Achmat Rochan, membenarkan kecelakaan tersebut.  

    “Anggota sudah meluncur ke TKP. Nanti diinfokan kalau sudah ada laporan lengkapnya,” katanya singkat.  

    Kapolsek Sumberwringin, AKP Didik Waluyo, mengatakan, pickup mengangkut penumpang pekerja kopi yang hendak pulang atau turun dari Kecamatan Ijen.  

    “Dilarikan ke Puskesmas Sukosari. Ada lima. Tiak cukup ada yang dilarikan ke Puskesmas Pujer, karena sudah penuh di sana. Di Pujer dua kalau tidak salah,” pungkasnya. 

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • Sopir Sedan Merah yang Jadi Tersangka Kecelakaan di Jatinangor Belum Ditahan, Ini Kata Polisi – Halaman all

    Sopir Sedan Merah yang Jadi Tersangka Kecelakaan di Jatinangor Belum Ditahan, Ini Kata Polisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Putra Akbar (23) sopir sedan merah yang diduga jadi pemicu tabrakan beruntun maut di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, ditetapkan jadi tersangka.

    Tersangka sendiri merupakan seorang mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) Fakultas Ilmu Budaya.

    Putra Akbar ditetapkan sebagai tersangka setelah pihak kepolisian melakukan gelar perkara, Rabu (29/1/2025) sore.

    Demikian yang disampaikan Plh Kanit Gakkum Satlantas Polres Sumedang, Ipda Arief.

    “Gelar perkara selesai pukul 17.30 WIB, Putra Akbar kita tetapkan sebagai tersangka,” kata Arief kepada TribunJabar.id.

    Arief menuturkan, tersangka dianggap lalai hingga menyebabkan kecelakaan yang menewaskan satu orang juru parkir.

    “Berdasarkan keterangan sejumlah saksi dan hasil olah TKP, yang bersangkutan lalai dalam berkendara sehingga mengakibatkan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa,” katanya. 

    Tersangka pun dikenakan Pasal 310 ayat 4 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

    “Terancam hukuman enam tahun penjara,” kata Arief.

    Meski telah ditetapkan jadi tersangka, namun Putra Akbar masih belum ditahan.

    Hal tersebut karena tersangka mengaku tak ingat sama sekali peristiwa kecelakaan.

    “Hingga saat ini, statusnya sudah ditetapkan jadi tersangka, tetapi belum dilakukan penahanan, karena yang bersangkutan mengaku tidak ingat sama sekali peristiwa kecelakaan tersebut,” kata Arief kepada TribunJabar.id.

    Kini, pihak kepolisian juga melibatkan psikolog dari RSUD Umar Wirahadikusumah untuk memeriksa kejiwaan tersangka.

    “Kita akan libatkan psikolog untuk lakukan pemeriksaan lanjutan, rencananya besok,” katanya. 

    Diketahui, sebuah mobil Hyundai Avega berwarna merah menabrak sejumlah pengendara dan menyebabkan satu orang tewas.

    Kecelakaan beruntun ini terjadi di depan kantor bank berplat merah di Jatinangor, Jalan Raya Sumedang-Bandung, Desa Cikeruh, Senin (17/1/2025) pagi.

    AKP Mohammad Ali selaku Kasat Lantas Polres Sumedang menuturkan, ada lima korban dalam kecelakaan ini.

    Tiga di antaranya dirawat di rumah sakit, satu orang luka berat, dan satu orang meninggal dunia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Jadi Tersangka Tapi Tak Ingat Kejadian, Mahasiswa Unpad Sopir Mobil Maut di Sumedang Belum Ditahan

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Kiki Andriana)

  • 100 Hari Pemerintahan, Pengamat: Presiden Prabowo Tunjukkan Peran Aktif Indonesia di Kancah Internasional

    100 Hari Pemerintahan, Pengamat: Presiden Prabowo Tunjukkan Peran Aktif Indonesia di Kancah Internasional

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, menilai kunjungan luar negeri yang dilakukan Presiden Prabowo dalam 100 hari pertama masa pemerintahannya merupakan langkah yang tepat untuk menunjukkan peran aktif Indonesia di kancah internasional.

    Menurut Rezasyah, kebijakan ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam membantu penyelesaian berbagai krisis internasional, sekaligus memenuhi amanat konstitusi untuk turut memelihara perdamaian dunia.

    “Ini menunjukkan Indonesia proaktif dalam membantu penyelesaian krisis internasional, sekaligus mengupayakan amanat konstitusi kita, yaitu turut memelihara perdamaian dunia,” ujar Rezasyah kepada Beritasatu.

    Kunjungan tersebut juga dinilai membawa dampak positif bagi kepentingan nasional Indonesia.

    “Setiap kunjungan luar negeri membawa kepentingan nasional. Ini menunjukkan Indonesia siap menjadi aktor yang bertanggung jawab dalam dunia internasional,” tambahnya.

    Langkah diplomasi ini memberikan sinyal kuat Indonesia tidak hanya ingin menjadi penonton dalam percaturan politik internasional, tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan lintas negara.

    Kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Presiden Prabowo sejauh ini mencakup beberapa negara strategis, seperti China dan anggota BRICS lainnya, serta negara-negara mitra ASEAN. Hal ini dianggap sebagai upaya memperkuat hubungan bilateral dan multilateral, sekaligus menjalin kerja sama di bidang ekonomi, pertahanan, dan stabilitas kawasan.

    “Angka 100 hari adalah angka psikologis yang menunjukkan arah kebijakan dan langkah awal yang diambil oleh sebuah pemerintahan,” kata Rezasyah.

    Dalam 100 hari pertama kerjanya, Prabowo telah melakukan berbagai kunjungan luar negeri dan menjalin dialog bilateral yang intensif dengan sejumlah pemimpin negara.

    Menurut Rezasyah, kerja sama internasional adalah proses yang membutuhkan waktu, dan tidak dapat dievaluasi sepenuhnya dalam rentang waktu yang singkat.

    “Dari kunjungan beliau, terjalin banyak dialog bilateral dan interaksi dengan diaspora Indonesia di luar negeri. Ini adalah langkah awal yang penting. Jika kita berbicara tentang proses, tentu kita tidak bisa mengharapkan segalanya terwujud dalam 100 hari,” tambahnya.

    Kunjungan luar negeri Presiden Prabowo dalam 100 hari awal pemerintahannya bisa diartikan sebagai proses perkenalan. Prabowo Subianto menunjukkan dirinya sebagai presiden Indonesia yang baru dan siap memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional.

  • Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 Januari 2025

    Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran Nasional 28 Januari 2025

    Memanusiakan Orang Papua Sejak dari dalam Pikiran
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    JIKA
    kita amati secara mendalam kehidupan dan perkembangan di
    Papua
    , dari berbagai sisi, kita akan mendapati daerah yang sangat jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di belahan Nusantara ini, alih-alih dibandingkan dengan Jakarta.
    Sebagai pengamat dan peneliti dan juga sering ke Bumi Cendrawasih, menyaksikan kondisi tersebut, terkadang terbesit di dalam alam pikiran saya untuk mencoba memahami mengapa pada akhirnya konflik dan pemberontakan di Papua muncul dan tidak juga kunjung selesai.
    Namun, lebih dari sekadar memahami hadirnya resistensi yang berkelanjutan di sana, saya justru jauh lebih tertarik untuk memikirkan opsi-opsi perdamaian yang permanen antara Jakarta dan para pihak yang telah dianggap sebagai ‘pemberontak atau teroris’ di Papua tersebut, ketimbang berpikir sebaliknya.
    Artinya, setiap masalah sejatinya adalah sebab dan solusinya. Sehingga tidak mungkin masalah di Papua tidak jelas sebabnya di satu sisi dan tidak bisa diselesaikan di sisi lain.
    Setiap masalah, tentu ada solusi yang pas dan tepat, jika diagnosa atas persoalan dilakukan secara jujur dan objektif, pun dengan niat yang tulus untuk menyelesaikan masalah.
    Lantas apa penyebab fundamentalnya dan mengapa solusi sekaligus strategi yang diambil selama ini tak juga berimbas positif terhadap penyelesaian persoalan di Papua?
    Dalam hemat saya, kita semua, termasuk pemerintah, sebenarnya memahami secara prinsipil masalah di Papua adalah masalah keadilan, tentunya keadilan dari berbagai sisi, yang belum juga hadir di sana.
    Sejak Papua pertama kali berhasil dirangkul sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kecenderungan Jakarta memandang Papua tak lebih dari lahan eksploitasi di satu sisi dan daerah di mana “orang-orang terbelakang” harus didikte untuk menjadi maju seperti yang diinginkan oleh Jakarta di sisi lain.
    Dari cara pandang awal ini saja, sejatinya Jakarta sudah tidak adil terhadap Papua. Unsur dasar dari keadilan sudah tercederai sebelum keadilan tersebut bisa dihadirkan sebagai substansi kebijakan dari Jakarta.
    Karena adagium awal dari keadilan, sebagaimana kita semua telah memahaminya, adalah bahwa keadilan harus dimulai dari dalam pikiran.
    Dan sejarah membuktikan bahwa Indonesia bahkan belum mampu untuk bersikap adil terhadap Papua sedari dalam pikiran, alih-alih dalam kenyataan.
    Dengan kata lain, bahkan sampai hari ini, Papua di mata para elite di Jakarta, baik sipil maupun militer, adalah daerah di mana sumber daya alamnya bisa dikeruk untuk sebesar-besarnya keuntungan Jakarta.
    Untuk mewujudkan itu, dianggap rakyatnya bisa diakal-akali dengan berbagai macam cara dan gaya serta pendekatan, elite-elite lokalnya dianggap bisa diikat dengan berbagai macam perjanjian tidak adil, budayanya seolah-olah dihargai dan dianggap unik, tapi sekaligus dibiarkan terbelakang, dan semua itu diasumsikan harus dipastikan realisasinya di bawah “pengawalan” strategi-strategi perang ala militer.
    Model berpikir terhadap Papua semacam ini, diakui atau tidak, menjadi perkara awal mengapa urusan Papua terkesan tak pernah bisa selesai, karena dilihat dari sisi manapun, model relasi yang dibangun atas logika-logika tak adil di atas akan berujung kemarahan, resistensi dan bahkan perlawanan.
    Sebodoh-bodohnya manusia dan masyarakat, jika diperlakukan tak adil, tentu pada satu titik akan melawan, sekalipun dalam bentuk yang paling rendah, yakni dalam bentuk kebencian yang disimpan di dalam hati.
    Celakanya, di saat perkara Papua yang tak pernah selesai tersebut, upaya pengerukan atas sumber daya alamnya, tanahnya, hutannya, dan segala sumber ekonomi yang ada di sana terus saja berlangsung ibarat tak peduli dengan kondisi lapangan yang ada.
    Lahannya terus saja dikavling berdasarkan “kalkulator” Jakarta, sumber daya alam yang terkandung di dalamnya pun demikian, tidak terkecuali sumber daya kehutanan dan perikanannya sekalipun.
    Sebagaimana telah saya jelaskan dalam beberapa tulisan tentang Papua sebelumnya, pendekatan keamanan (
    security approach
    ) sekaligus pendekatan “Jakarta Centric” yang telah dijalankan oleh pemerintah selama ini justru memperumit persoalan, memperpanjang jalan menuju kehadiran keadilan di Papua.
    Sehingga, semakin panjang jalan untuk menciptakan keadilan, maka akan semakin suram jalan menuju kedamaian di tanah Papua. Sesederhana itu sebenarnya urusannya.
    “If you want peace, work for justice”, kata Pope Paul IV.
    Dengan kata lain, jika tidak mampu menghadirkan keadilan, maka jangan pernah berharap akan hadir kedamaian dan perdamaian di Papua.
    Kondisi tersebut kemudian menjadi semakin rumit dan “complicated” ketika berbaur dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek dari oknum-oknum elite, baik di pusat maupun di daerah, yang akan tetap terjaga dengan baik selama konflik tetap bertahan di bumi Papua.
    Boleh jadi, para pihak ini dengan sengaja dan dengan segala cara menyuarakan pendekatan keamanan sebagai satu-satunya pendekatan terbaik, yang secara substantif sebenarnya hanya untuk menjaga kepentingan jangka pendek yang telah mereka nikmati di balik keberlanjutan konflik di Papua selama ini.
    Pertanyaannya kemudian; jika asumsi itu benar demikian, mengapa cara pandang Jakarta terhadap Papua senaif itu selama ini?
    Hemat saya, jawaban awalnya sangatlah sederhana, karena Jakarta tak pernah menganggap orang Papua setara dengan orang Jawa, Sumatera, Kalimantan, atau orang dari pulau lainnya di Indonesia.
    Jakarta masih menganggap orang Papua terbelakang, sekaligus bodoh dan mudah untuk diakali.
    Padahal sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, Orang Papua sebenarnya menyadari bahwa mereka sedang dibodoh-bodohi. Namun, karena proses pemiskinan yang terstruktur dan dalam jangka waktu yang lama di Papua, peluang dan kapasitas mereka untuk menyampaikan dan menyuarakan dirinya akhirnya menjadi sangat terbatas.
    Sehingga yang tersisa hanya ungkapan yang sering kita dengar belakangan di Papua, yakni “Sa bodoh, tapi sa tau”.
    Cara pandang yang “kurang manusiawi” terhadap orang Papua menyebabkan opsi pendekatan dialogis dan interaktif menjadi tidak layak lagi di mata elite-elite di Jakarta.
    Pasalnya, kegagalan Jakarta untuk “memanusiakan orang Papua” membuat Jakarta merasa jauh lebih tinggi dan lebih “pintar” sekaligus lebih “beradab” dibanding orang Papua.
    Hal itu memunculkan anggapan awal yang fatal bahwa dialog tidak perlu dilakukan, karena posisi kedua pihak dianggap tidak setara, tidak
    equal
    , seolah-olah orang Papua bukanlah manusia. Sangat disayangkan cara pandang kolonial semacam itu masih tetap dipakai sampai hari ini.
    Bahkan dalam beberapa kesempatan
    off the record
    , saya mendengar cerita beberapa pihak yang mengisahkan bagaimana oknum-oknum elite memunculkan pernyataan-pernyataan yang tidak terlalu membedakan orang Papua dengan “makluk nonmanusia”, yang dianggap bisa diperlakukan sesuai keinginan orang Jakarta di satu sisi dan didikte sesuai dengan kepentingan-kepentingan oknum-oknum elite tertentu di Jakarta dan di daerah Papua di sisi lain.
    Sebagai contoh, jika bukan karena cara pandang yang demikian, tidak mungkin lahir wacana “dua juta hektare lahan” untuk ketahanan gula di Papua.
    Pertanyaan sederhananya, atas dasar apa wacana tersebut bisa lahir, sementara orang Papua sendiri tidak pernah ditanya atau diajak bicara tentang hal itu.
    Berapa banyak manusia Papua yang akan direlokasi dan dicerabutkan dari lahannya, jika itu benar-benar terwujud, tak pernah terpikirkan oleh pembuat wacana tersebut.
    Mengapa ada wacana yang menyembunyikan logika seolah-olah Jakarta bisa dengan mudah mengatakan bahwa urusan dua juta hektare lahan di Papua adalah urusan sepele dan mudah, tanpa terlebih dulu berkonsultasi dengan masyarakat Papua?
    Bukankan akhirnya wacana semacam itu terasa sangat naif, yang menunjukkan secara vulgar bagaimana sebenarnya pemerintah dan para elite di Jakarta memandang orang Papua.
    Saya cukup yakin bahwa Jakarta tentu tak mau dipersalahkan atas berkelanjutannya konflik di Papua, seolah-olah tak ada jalan penyelesaian selain dengan senjata dan pendekatan keamanan.
    Saat ini, tentu masalahnya sudah bukan lagi soal siapa yang salah, tapi apa langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada di Papua.
    Bukan berarti tak dibutuhkan kehadiran militer di sana, karena di mana pun daerah konflik di dunia ini, tentu membutuhkan kehadiran militer.
    Masalahnya bukan terletak di sana tentunya, tapi terletak pada cara pandang awal dan pendekatan yang dilahirkan dari cara pandang tersebut, yang saya yakin juga membutuhkan kehadiran militer pada akhirnya.
    Artinya, selama Jakarta masih belum mampu memandang orang Papua sebagai manusia layaknya manusia-manusia dari pulau lain, termasuk layaknya orang-orang di Jakarta, maka selama itu pula pendekatan keamanan akan dianggap sebagai satu-satunya cara penyelesaian persoalan di Papua.
    Nahasnya dengan cara pandang ini adalah bahwa Indonesia, utamanya Jakarta, akan terperangkap selamanya dengan pendekatan yang sama sekali belum mampu membuahkan perdamaian di Papua, yakni pendekatan keamanan.
    Senaif itukah Indonesia memandang Papua, sehingga tak pernah mampu, bahkan untuk mencoba memikirkan cara yang jauh lebih manusiawi dalam memandang dan memperlakukan orang Papua, sehingga bisa berujung pada pendekatan yang jauh lebih manusiawi dan bersahabat?
    Keadilan di Papua, bagaimanapun, seharusnya tidak sepenuhnya hasil pendefinisian dari orang Jakarta, apalagi jika pendefinisian tersebut lahir dari arogansi ke-Jakarta-an yang berlebihan.
    Adil menurut Jakarta, selama ini terbukti tidak adil menurut orang Papua. Karena itulah konflik tak pernah menemukan titik damai.
    Lagi-lagi penyebabnya adalah ketidakmampuan Jakarta dalam memosisikan orang Papua setara dengan orang Jakarta di satu sisi dan ketidakberhasilan Jakarta dalam memanusiakan orang Papua secara utuh dan adil di sisi lain.
    Awal mulanya memang dari sana, yakni di dalam diri elite-elite Jakarta sendiri, justru bukan dari orang Papua. Papua hanya pelengkap penderita selama ini, karena terlanjur dipandang tidak layak untuk berada pada posisi “pembuat definisi keadilan” untuk Papua sendiri.
    Jadi pendeknya, dalam hemat saya, menghadirkan cara pandang yang adil terlebih dahulu, sebelum berusaha untuk berbuat adil untuk Papua, adalah poin paling penting dalam penyelesaian masalah Papua.
    Jika Jakarta tidak mampu memanusiakan orang-orang Papua layaknya manusia-manusia lain di negeri ini, maka selama itu pula masalah Papua akan terus berkelanjutan tanpa jelas juntrungan penyelesaiannya. Dan selama itu pula sebenarnya Jakarta sedang mengingkari keadilan yang sebenarnya.
    Masalahnya, Jakarta tak selamanya bisa mengendalikan pergerakan isu di tingkat global, katakanlah di PBB, terkait dengan posisi OPM dan organisasi sejenis di Papua. Apalagi situasi geopolitik dunia terlihat semakin tak pasti dari waktu ke waktu.
    Dengan kata lain, jangan sampai Indonesia terlambat dalam mengubah cara pandang, pendekatan, dan strategi dalam menyelesaikan masalah Papua ini, karena tak ada yang benar-benar mengetahui kapan situasi geopolitik dunia akan berpindah dukungan kepada kelompok-kelompok yang dianggap teroris dan pemberontak di Papua.
    Karena itu, cara pandang, pendekatan, dan strategi yang lebih sesuai dengan asas keadilan dan kemanusiaan semestinya segera dimulai.
    “Justice delayed is justice denied,” kata Martin Luther King Jr.
    Menunda-nunda perwujudan dan realisasi keadilan di Papua, yang sejatinya harus dimulai sejak dalam pikiran orang-orang di Jakarta, maka selama itu pula sebenarnya Indonesia dan Jakarta sedang mengingkari keadilan itu sendiri, tentunya keadilan terkait dengan masalah penyelesaian di Papua.
    Dan selama itu pula keadilan tidak akan pernah ikut memelihara kita sebagai negara bangsa. Karena sejatinya keadilan adalah penjaga Indonesia yang hakiki sebagai sebuah negara bangsa.
    Karena sebab itulah mengapa keadilan diletakan pada sila kelima oleh para pendiri bangsa kita.
    Nah, selama keadilan sulit diwujudkan, selama itu pula berbagai ancaman dan masalah sedang menanti kita sebagai bangsa.
    “If we do not maintain justice, justice will not maintain us,” kata Filosof Francis Bacon. Dan saya cukup yakin, logika keadilan yang sama juga berlaku bagi Papua.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5 Fakta Mobil Mahasiswa Unpad ‘Terbang’ Tabrak Tukang Parkir hingga Tewas: Ini Respons Pihak Kampus

    5 Fakta Mobil Mahasiswa Unpad ‘Terbang’ Tabrak Tukang Parkir hingga Tewas: Ini Respons Pihak Kampus

    TRIBUNJAKARTA.COM – Kecelakaan beruntun di Jalan Raya Bandung-Sumedang, Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Senin (27/1/2025) viral di media sosial. 

    Sebuah sedan yang dikemudikan mahasiswa berinisial PA (22) melaju dengan kecepatan tinggi.

    Mobil lalu menabrak tiga kendaraan serta tiga orang warga. 

    Nahas, seorang warga tewas dan beberapa orang lainnya luka. 

    Kecelakaan tersebut sempat terekam dalam rekaman kamera pemantau (CCTV). 

    Terlihat mobil berwarna merah yang dikendarai PA sampai terbang menimpa seorang tukang parkir. 

    Ketika mendarat, mobil tersebut sudah dalam keadaan ringsek parah. 

    Berikut sederet fakta yang dihimpun TribunJakarta.com. 

    1. Terjadi pagi hari

    Insiden nahas itu terjadi sekitar pukul 06.34 WIB. 

    Saat itu, mobil yang dikendarai PA melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Sumedang ke Bandung. 

    Mobil berpelat D 1667 YVI itu lalu hilang kendali dan menabrak dua pengendara motor dan satu mobil di jalan.

    Mobil itu kemudian berpindah jalur dan menabrak lagi tiga warfa yang berada di depan kantor sebuah bank. 

    2. Tukang parkir tewas

    Kejadian itu sempat terekam kamera pemantau (CCTV). 

    Terlihat mobil merah itu sampai terbang hingga menimpa seorang tukang parkir bernama Ade Supriatna. 

  • 15 Universitas Terbaik di Indonesia dalam Bidang Ilmu Hayati versi THE WUR 2025

    15 Universitas Terbaik di Indonesia dalam Bidang Ilmu Hayati versi THE WUR 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Times Higher Education (THE) World University Rankings by Subject 2025 telah merilis daftar universitas terbaik di Indonesia dalam bidang Ilmu Hayati. Pemeringkatan ini mencakup empat disiplin inti, yaitu Ilmu Kedokteran Hewan, Ilmu Biologi, Pertanian dan Kehutanan, serta Ilmu Olahraga.

    Berdasarkan data THE WUR by subject 2025, berikut adalah 15 universitas Indonesia yang masuk dalam pemeringkatan global:

    1. Universitas Indonesia (UI)

    UI menempati peringkat 601-800 dunia dalam bidang Ilmu Hayati. Sebagai universitas tertua di Indonesia, UI menawarkan program studi unggulan di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA), yang berfokus pada Biologi dan Biokimia.

    UI juga aktif dalam penelitian dan pengembangan di bidang bioteknologi serta ilmu lingkungan, menjadikannya salah satu institusi terkemuka dalam ilmu hayati di Indonesia.

    2. Institut Teknologi Bandung (ITB)

    ITB berada pada peringkat 801-1000 dunia, dengan kekuatan di bidang sains dan teknologi hayati. fakultas ilmu dan teknologi hayati (FITB) ITB menawarkan program studi bioteknologi, mikrobiologi, dan rekayasa hayati.

    Fokus ITB adalah pada penelitian inovatif dan penerapan teknologi dalam ilmu hayati, termasuk pengembangan bioproses dan rekayasa lingkungan.

    3. IPB University

    IPB University, yang juga menempati peringkat 801-1000 dunia, merupakan pusat unggulan dalam bidang pertanian dan ilmu hayati. Dengan fakultas-fakultas seperti fakultas pertanian, fakultas kedokteran hewan, dan fakultas kehutanan, IPB memimpin dalam penelitian pertanian berkelanjutan, teknologi pangan, serta konservasi lingkungan. Universitas ini juga dikenal atas inovasi dalam bioteknologi pertanian dan pengelolaan ekosistem.

    4. Universitas Airlangga (Unair)

    Unair menempati peringkat 801-1000 dunia dengan kekuatan di bidang biomedis dan ilmu hayati. Fakultas sains dan teknologi serta fakultas kedokteran hewan Unair berkontribusi besar dalam penelitian bioteknologi, kesehatan hewan, serta studi lingkungan. Universitas ini aktif dalam pengembangan farmasi hayati dan terapi berbasis sel punca.

    5. Universitas Gadjah Mada (UGM)

    Menempati peringkat 801-1000 dunia, UGM memiliki berbagai fakultas yang mendukung pengembangan ilmu hayati, seperti fakultas biologi, fakultas pertanian, dan fakultas kedokteran hewan. UGM aktif dalam penelitian biologi molekuler, ekologi, dan konservasi, serta mengembangkan teknologi pertanian presisi untuk meningkatkan ketahanan pangan.

    6. Universitas Diponegoro (Undip)

    Undip berada pada peringkat 1001+ dunia dan memiliki keunggulan dalam bidang bioteknologi dan ekologi lingkungan. Fakultas sains dan matematika serta fakultas peternakan dan pertanian Undip berfokus pada penelitian konservasi lingkungan, bioteknologi pangan, dan pertanian berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

    7. Universitas Hasanuddin (Unhas)

    Unhas juga berada pada peringkat 1001+ dunia, dengan kekuatan di bidang kehutanan dan pertanian tropis. Fakultas kehutanan dan ilmu lingkungan serta fakultas pertanian Unhas memainkan peran penting dalam penelitian konservasi sumber daya alam, ekosistem laut, serta agroforestri yang berkelanjutan di kawasan timur Indonesia.

    8. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    ITS menempati peringkat 1001+ dunia dan memiliki departemen biologi di bawah fakultas sains. ITS berfokus pada penelitian bioteknologi, bioinformatika, dan biologi lingkungan. Universitas ini berkomitmen mengembangkan inovasi yang dapat diterapkan dalam industri dan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

    9. Universitas Andalas (Unand)

    Unand di Padang juga berada di peringkat 1001+ dunia dengan keunggulan di bidang agronomi dan peternakan. Fakultas pertanian dan fakultas peternakan unand aktif dalam penelitian teknologi pertanian berbasis ekosistem lokal, serta pengembangan sumber daya hayati yang berkelanjutan di Sumatera.

    10. Universitas Padjadjaran (Unpad)

    Unpad menempati peringkat 1001+ dunia, memiliki fakultas pertanian, fakultas peternakan, serta fakultas perikanan dan ilmu kelautan yang berkontribusi dalam ilmu hayati. Unpad berfokus pada pengelolaan sumber daya alam, pemuliaan tanaman, serta inovasi dalam pengolahan hasil pertanian dan peternakan.

    11. Universitas Sebelas Maret (UNS)

    UNS di Surakarta menempati peringkat 1001+ dunia dengan kekuatan dalam bioteknologi, ekologi, dan pertanian berkelanjutan. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA) serta fakultas pertanian UNS aktif dalam penelitian bioindustri dan inovasi pangan, serta pengelolaan lingkungan berbasis teknologi hayati.

    12. Universitas Sriwijaya (Unsri)

    Unsri yang juga berada pada peringkat 1001+ dunia memiliki kekuatan di bidang pertanian dan kehutanan. Dengan letaknya di Sumatera Selatan, Unsri berkontribusi dalam penelitian agroindustri, bioteknologi pertanian, serta konservasi sumber daya alam untuk mendukung ekosistem berkelanjutan di wilayah tropis.

    13. Universitas Sumatera Utara (USU)

    USU menempati peringkat 1001+ dunia, dengan fakultas kedokteran, fakultas pertanian, dan fakultas kehutanan yang unggul dalam bidang bioteknologi tropis dan farmasi hayati. USU juga berperan dalam konservasi ekosistem Sumatera dan pengelolaan sumber daya hayati yang berkelanjutan.

    14. Universitas Syiah Kuala (USK)

    USK di Banda Aceh berada di peringkat 1001+ dunia dan unggul dalam bidang kelautan, ekologi tropis, serta bioteknologi. Fakultas kelautan dan perikanan serta fakultas pertanian USK berperan dalam pengembangan teknologi konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan.

    15. Universitas Brawijaya (UB)

    UB di Malang menempati peringkat 1001+ dunia dengan kekuatan di bidang bioteknologi, agroindustri, serta kesehatan hewan. Fakultas MIPA, fakultas pertanian, dan fakultas kedokteran hewan UB aktif dalam pengembangan pertanian presisi serta biofarmasi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan hewan di Indonesia.

    Dengan masuknya 15 universitas Indonesia dalam THE WUR by Subject 2025 untuk bidang ilmu hayati, terlihat bahwa institusi-institusi ini terus meningkatkan kualitas pendidikan dan riset di bidang biologi, pertanian, kehutanan, serta kedokteran hewan. Hal ini menunjukkan komitmen mereka dalam menghasilkan inovasi dan solusi bagi berbagai tantangan di sektor ilmu hayati, baik di tingkat nasional maupun global.

  • Mencari Otak di Balik Pagar Laut Tangerang

    Mencari Otak di Balik Pagar Laut Tangerang

    JAKARTA – Kuman diseberang lautan terlihat, gajah dipelupuk mata tidak terlihat. Pribahasa ini mungkin laik ditujukan kepada semua aparatur negara di pemerintah daerah hingga pusat. Wilayah perairan alias laut seharusnya bukan merupakan wilayah private. Nyatanya, di perairan Tangerang justru berdiri pagar laut yang panjangnya tak main-main, mencapai 30,16 kilometer!

    Berdasarkan hasil investigasi Ombudsman RI (ORI), pagar laut sepanjang 30,16 km itu berdampak pada 16 desa di 6 kecamatan, termasuk Kronjo, Kemiri, Mauk, Sukadiri, Pakuhaji, dan Teluknaga. Wilayah ini masuk dalam kawasan pemanfaatan umum yang diatur oleh Perda Nomor 1 Tahun 2023. Kawasan ini meliputi berbagai zona penting seperti zona perikanan tangkap, pelabuhan perikanan, hingga zona pariwisata dan pengelolaan energi.

    Fakta itulah yang membuat ORI menginvestigasi dugaan maladministrasi dalam pemagaran laut tersebut. Ketua ORI, Mokhammad Najih mengungkapkan, investigasi dilakukan secara langsung oleh perwakilan Ombudsman Provinsi Banten dengan supervisi dari ORI. Meski membutuhkan waktu, tim investigasi akan mencari tahu siapa pihak yang melakukan maladministrasi.

    “Karena masih dalam proses, kami belum bisa menyampaikan tentang adanya dugaan malaadministrasi itu dilakukan oleh pihak siapa. Apakah itu oleh pihak pemerintahan di tingkat daerah, atau oleh kantor kementerian, atau lembaga di tingkat pusat. Kesulitan yang sedang kami hadapi adalah belum adanya kejelasan siapa yang paling bertanggung jawab terhadap pemasangan pagar tersebut,” tutur Najih dalam keterangan pers, Kamis 16 Januari 2025.

    Dia menerangkan, berbagai pihak yang diminta keterangan Ombudsman kompak menjawab tidak mengetahui pemasangan pagar itu. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang selama ini dianggap paling bertanggung jawab, juga tidak memberi jawaban lugas.

    “Pihak KKP yang sudah dihubungi, dimintai keterangan oleh Ombudsman memberikan penjelasan bahwa kementerian belum pernah menerbitkan izin apapun terkait dengan pemagaran laut. Demikian juga pihak pemerintahan di tingkat daerah, juga masih belum ada yang merasa bahwa ada instansi mana atau pihak mana yang mengajukan perizinan,” imbuhnya.

    Ombudsman RI (ORI) datangi pagar laut (Istimewa)

    Najih menegaskan, Ombudsman akan tetap menelusuri dugaan maladministrasi dalam kasus pemasangan pagar laut tersebut. “Kami tidak ingin bermain di air keruh, kami ingin melihat lebih jernih siapa yang melakukan maladministrasi. Mudah-mudahan dalam waktu 30 hari ke depan kami sudah memperoleh hasil yang kami harapkan,” tukasnya.

    Bersamaan dengan berlangsung investigasi oleh ORI, Najih mendorong seluruh pihak untuk mendukung langkah yang telah dilakukan oleh KKP yang melarang adanya aktivitas apa pun di area pagar laut tersebut. Sebab, hal itu diperlukan agar bisa melihat persoalan dengan lebih jernih, meski pada saat bersamaan Ombudsman menerima keluhan dari masyarakat ihwal hambatan menangkap ikan lantaran harus memutar untuk pergi ke laut.

    Hambatan tersebut, lanjut Najih, membuat nelayan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk melaut. Ombudsman memperkirakan kerugian yang mungkin diderita nelayan sebesar Rp9 miliar akibat pemagaran laut di Tangerang tersebut. Penghitungan kerugian dilakukan dengan memperkirakan kerugian nelayan akibat tambahan jarak untuk melaut. Dengan adanya pagar laut itu, nelayan harus memutar kurang lebih 30 kilometer. Hal itu menyebabkan nelayan menghabiskan tiga liter BBM dari sebelumnya hanya satu liter.

    Di sisi lain, ORI juga melihat ada upaya memecah belah masyarakat di tengah polemik pemasangan pagar laut di perairan Tangerang. Pasalnya, di tengah kontroversi yang muncul, ada kelompok masyarakat bernama Jaringan Rakyat Pantura (JRP) yang mengaku sebagai pemasang pagar. Mereka mengklaim pembangunan dilakukan untuk mencegah abrasi dan mengurangi dampak gelombang besar. Koordinator JRP, Sandi Martapraja, mengaku masyarakat sekitar ikut membangun pagar laut tersebut. Tapi, kata Najih, klaim tersebut justru berbeda dengan pengaduan masyarakat sekitar kepada Ombudsman yang mengatakan keberadaan pagar itu justru menimbulkan masalah.

    Polisi, Kejagung dan Pemprov Banten Mustahil Tidak Mengetahui Persoalan Pagar Laut

    “Kebingungan” Ombudsman inilah yang membuat Wakil Ketua Komisi III DPR, Hinca Panjaitan menyentil aparat penegak hukum berkaitan dengan pagar laut di Tangerang. Politikus dari Fraksi Partai Demokrat ini menilai, seharusnya Polri dan Kejaksaan Agung mengetahui pemagaran tersebut. Dia juga mempertanyakan sikap Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Banten yang hingga kini belum memberikan penjelasan terkait pagar laut sepanjang 30,16 kilometer.

    “Kepolisian pasti enggak mungkin enggak tau, Polres Tangerang misalnya atau Polda Banten kan gitu kan. Apalagi lokasinya masuk ke dalam ZEE sejauh 12 mil. Zona itu kan masuk ke dalam wilayah atau bidang Polisi Air. Jadi itu kalau bagian dari kejahatan dia harusnya juga tau,” tandasnya.

    Hinca menambahkan, Komisi III DPR juga akan menanyakan pada Kejaksaan Agung terkait pemagaran laut mengingat saat Proyek Strategis Nasional (PSN) di PIK 2 diresmikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut didampingi Kejagung.

    “Ini harus dikejar, PSN, Proyek Strategis Nasional yang di-launching oleh Presiden Jokowi, waktu itu selalu didampingi oleh Kejaksaan Agung, ya kan? Khususnya Jaksa Agung Muda bidang Datun dan intelijen, jadi dia pastinya tau karena dia masuk proyek strategis yang di PIK 2, itu dikejar juga,” kata dia.

    Wakil Ketua Komisi III DPR, Rano Alfath meminta pelaku pemasangan pagar laut di Tangerang ditindak tegas. Pasalnya, pagar laut tersebut bertentangan dengan prinsip penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang seharusnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, sesuai dengan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Selain itu, pagar tersebut dapat memunculkan potensi konflik kepentingan karena daerah tersebut merupakan zona perikanan strategis untuk mata pencaharian warga.

    “Hal ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga menciptakan ketimpangan dan merusak ekosistem perairan yang menjadi penopang ekonomi rakyat setempat. Jika dibiarkan, hal ini akan berdampak sistemik pada ketahanan ekonomi pesisir di Kabupaten Tangerang,” tukasnya.

    Politikus dari Fraksi PKB ini menyatakan bahwa pelaksanaan PSN yang kerap dikaitkan dengan kasus pemagaran laut, bukan menjadi masalah utama. Menurut dia, permasalahan utamanya adalah pelaksanaannya yang kerap melewati aturan. “PSN itu tidak salah, yang salah adalah pelaksananya. Pemerintah pusat dan daerah harus memperhatikan hal ini lebih serius ke depannya. Penting untuk membentuk badan khusus yang bisa menjamin pelaksanaan PSN yang baik dan adil,” tambah Rano.

    Sementara itu, Pakar Hukum Tata Ruang Unpad, Maret Priyanta menilai bahwa Pemerintah Provinsi Banten harus lebih aktif dalam menyelesaikan persoalan pagar laut di perairan Tangerang. Pasalnya, Pemprov Banten memiliki kewenangan pengawasan sehingga seharusnya mengetahui tujuan pembangunan pagar laut tersebut.

    Dia menjelaskan, berdasarkan Perda 1 Tahun 2023 tentang RTRW Provinsi Banten, perairan sepanjang 30,16 kilometer yang dipagar masuk di ruang laut dengan peruntukan sebagai zona perikanan tangkap, zona pelabuhan, dan rencana waduk lepas pantai. Dengan demikian, ketika ada pemagaran, Pemda seyogyanya yang mengetahui terlebih dahulu tujuan pembangunan apakah sesuai aturan RTRW yang sudah dibuat atau tidak.

    “Apalagi lokasi pembangunan berada di bawah 12 mil laut yang pengaturan RTRW-nya menjadi kewenangan pemerintah daerah. Maka Pemprov Banten seharusnya dapat lebih berperan aktif dalam upaya pengawasan pada wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan wilayah administratif daratnya,” tukas Maret.

    Lebih lanjut, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang, seluruh kegiatan pemanfaatan di ruang laut harus sesuai dan didasarkan pada peruntukan yang sudah diatur oleh RTRW Provinsi Banten dan semua pihak yang melakukan pemanfaatan ruang laut wajib memiliki Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

    Pagar laut yang terpasang di kawasan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten,

    “Karena itu langkah KKP dalam melakukan penyegelan terhadap pagar laut tersebut telah tepat, sebab aktivitas itu tidak mengantongi KKPRL. KKP memiliki kewenangan dan tanggung jawab termasuk pengawasan pada seluruh kegiatan yang berada ruang laut, sehingga langkah yang diambil saat ini sudah tepat,” tambah Maret.

    Manajer kampanye infratruktur dan tata ruang Walhi, Dwi Sawung menyatakan, jika pagar laut tersebut merupakan struktur awal pembangunan reklamasi maka akan berdampak besar pada lingkungan. Salah satunya, akan mengubah ekosistem di pesisir pantai yang akan rentan tenggelam jika air laut pasang. Selain itu, juga berdampak pada mata pencaharian warga sekitar sebagai nelayan.

    “Kami menduga ini untuk reklamasi dari grid pemasangan bambu dan metodenya, mirip sekali dengan proses reklamasi dari arah darat. Ini bukan pemecah ombak karena kalau pemecah ombak bahan baku yang digunakan material lebih padat dan rapat bukan dari bambu,” ungkapnya.

    Agung Sedayu Group Bantah Terlibat Pembangunan Pagar Laut

    Terpisah, kuasa hukum PSN PIK 2 (Agung Sedayu Group), Muannas Alaidid menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam pemasangan pagar laut di pesisir Tangerang. Dia menyinggung pernyataan Direktur Perencanaan Ruang Laut KKP, Suharyanto serta Kepala DKP Banten, Eli Susiyanti yang menyebutkan belum ada pihak yang mengajukan izin pemagaran laut, sebagaimana tertera dalam badan berita. Dengan demikian, tidak ada hubungan antara PSN PIK 2 dengan keberadaan pagar laut.

    “Tidak ada keterlibatan Agung Sedayu Group dalam pemasangan pagar laut. Kami menegaskan hingga saat ini tidak ada bukti maupun fakta hukum yang mengaitkan Agung Sedayu Group dengan tindakan tersebut,” tegasnya.

    Pagar laut Tangerang Diantara 6 Gedung Bertingkat (Ist)

    Muannas menerangkan, kawasan komersil PIK 2 dengan kawasan PSN adalah dua wilayah yang berbeda. Menurutnya, kawasan PIK 2 diperoleh melalui izin lokasi dari Pemda dan jual beli dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang, secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

    “PIK 2 juga tidak dapat dilepaskan dari sejarahnya sejak tahun 2011, khususnya terkait pengembangan kawasan di utara Tangerang, ide kota baru sebagai pengembangan wilayah yang sesuai Perda Kabupaten Tangeran No.13 Tahun 2011, bahwa pengembangan kawasan baru di Pantai Utara Tangerang sebagai bentuk penganekaragaman kegiatan selain industri dan permukiman,” jelasnya.

    Adapun kawasan PSN yang ditetapkan Presiden RI Joko Widodo, berada di sekitar kawasan komersial PIK 2, yakni pengembangan Green Area dan Eco-City yang dinamai Tropical Coastland. Kawasan PSN di PIK 2 tersebut merupakan hutan mangrove yang dahulu sangat kritis, fungsi lindungnya sudah sangat minim. Karena itu, pemerintah mengusulkan kawasan ini dikembangkan sebagai PSN agar daya dukung lingkungan bisa dimaksimalkan dan bisa berdampak pada ekonomi serta pariwisata skala besar.

    Muannas juga menepis tuduhan PSN dan proyek PIK 2 melanggar RTRW atau mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Dia memastikan pengembangan proyek tersebut dilakukan dengan pengawasan ketat dari instansi terkait. Sebab, Agung Sedayu Group memiliki komitmen tinggi untuk melibatkan masyarakat lokal dalam setiap tahap pembangunan.

    Bahkan, dalam proyek PIK 2 berbagai program CSR perusahaan telah dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, termasuk nelayan. Muannas memastikan Agung Sedayu Group tidak pernah melakukan tindakan yang menghalangi akses masyarakat, termasuk nelayan, ke sumber daya laut.

  • Pakar dorong pertemuan Prabowo-Megawati jadi rekonsiliasi politik

    Pakar dorong pertemuan Prabowo-Megawati jadi rekonsiliasi politik

    Kita butuh elite politik yang solid tanpa harus menyatukan semuanya dalam kekuasaan.

    Jakarta (ANTARA) – Pakar Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Luthfi Makhasin mendorong rencana pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menjadi bagian dari rekonsiliasi politik.

    “Pileg dan pilpres sudah berlalu. Saatnya membangun komunikasi politik yang sehat dengan semua kekuatan politik yang ada,” kata Luthfi saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.

    Luthfi menjelaskan bahwa rekonsiliasi politik menjadi penting mengingat adanya tantangan ekonomi politik global yang pengaruhnya ke Indonesia tidak ringan.

    “Oleh sebab itu, kita butuh elite politik yang solid tanpa harus menyatukan semuanya dalam kekuasaan,” ujarnya.

    Selain itu, dia mengatakan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan elite politik yang visioner dan memahami perbedaan politik tidak harus memutus silaturahmi.

    Bila pertemuan antara Prabowo dan Megawati terlaksana, pakar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Caroline Paskarina berharap PDI Perjuangan tetap berkomitmen menjadi partai politik yang dapat mengkritisi kinerja pemerintah dan tidak bergabung ke koalisi pemerintahan.

    “Jika sikap ini bisa ditunjukkan PDI Perjuangan, menjadi nilai penting untuk memulihkan kepercayaan publik bahwa ada parpol yang akan tetap menyuarakan aspirasi rakyat di luar koalisi,” kata Caroline saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.

    Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1), mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya pertemuan Prabowo dan Megawati pada hari ulang tahun Ketua Umum PDI Perjuangan pada tanggal 23 Januari 2025.

    Pada kesempatan berbeda, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1), menyebut telah menyampaikan titipan minyak urut dari Megawati kepada Prabowo.

    Namun, dia mengaku belum dapat memastikan pertemuan kedua tokoh tersebut bisa terjadi pada hari ulang tahun Megawati.

    Pewarta: Rio Feisal
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025