Institusi: University of California

  • Tren Kanker Usus Besar di Usia 20-an ‘Ngegas’, Peneliti Ungkap Dugaan Pemicunya

    Tren Kanker Usus Besar di Usia 20-an ‘Ngegas’, Peneliti Ungkap Dugaan Pemicunya

    Jakarta

    Kasus kanker usus besar atau kolorektal meningkat tajam di kelompok usia 20-30 tahun. Para dokter sampai saat ini masih mencari tahu penyebab pasti peningkatan kasus tersebut namun ada satu faktor yang dianggap menjadi pemicu terbesarnya.

    Tinjauan menyeluruh terhadap lebih dari 3.000 penelitian menunjukkan bahwa partikel kecil yang lebih kecil dari sebutir beras atau mikroplastik bisa jadi penyebab meningkatnya kanker usus besar di usia muda.

    Para peneliti dari University of California San Francisco (UCSF) mengatakan partikel yang menyebar luas ini dapat terakumulasi di organ tubuh seiring waktu, menyebabkan kerusakan DNA yang tidak dapat dipulihkan. Hal ini menyebabkan peradangan kronis yang membunuh sel-sel sehat dan menyebabkan sel kanker tumbuh tak terkendali.

    “Mikroplastik ini pada dasarnya adalah polusi udara berupa partikel, dan kita tahu bahwa jenis polusi udara ini berbahaya,” kata Dr Tracey Woodruf, profesor ilmu reproduksi di UCSF dikutip dari DailyMail, Sabtu (28/12/2024).

    Kanker usus besar adalah salah satu bentuk kanker yang paling cepat berkembang, terutama pada orang Amerika yang berusia di bawah 50 tahun. Kasus-kasus ini dianggap sebagai kanker yang muncul lebih awal. Kasus-kasus ini diperkirakan akan meningkat hingga 90 persen pada orang berusia 20 hingga 34 tahun dari tahun 2010 hingga 2030.

    Tinjauan tersebut, yang diterbitkan di jurnal Environmental Science & Technology, mengamati 3.000 penelitian yang dilakukan antara tahun 2018 dan 2024. Tim peneliti mengatakan bahwa meskipun sebagian besar studi yang dikutip dilakukan pada hewan, kesimpulan tersebut juga kemungkinan berlaku untuk manusia karena manusia dan hewan memiliki paparan yang sama.

    Para peneliti juga menunjukkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat meningkatkan risiko perubahan struktural pada usus besar.

    Misalnya, satu studi tahun 2022 terhadap tikus di China menemukan bahwa tikus yang terpapar mikroplastik secara kronis mengalami ‘gangguan usus besar yang luar biasa’, seperti kerusakan pada dinding usus besar. Studi lain yang diterbitkan pada tahun yang sama menunjukkan bahwa paparan mikroplastik menyebabkan usus besar menghasilkan lebih sedikit lendir, yang membentuk lapisan pelindung di sekitar usus besar.

    “Kami menyimpulkan bahwa paparan mikroplastik “diduga” berdampak buruk pada usus besar dan usus halus pada manusia,” tulis peneliti.

    Mereka juga menyarankan bahwa menghirup mikroplastik dapat meningkatkan risiko kerusakan jaringan di paru-paru dan memicu peradangan kronis.

    Mikroplastik ada di mana-mana di lingkungan, bersirkulasi melalui udara dan masuk ke tubuh manusia melalui kontak dengan makanan, air, dan tanah yang terkontaminasi. Mikroplastik juga dapat meresap ke aliran darah melalui pakaian sintetis dan produk pembersih.

    Mikroplastik paling umum ditemukan dalam botol dan wadah plastik, kosmetik, produk pembersih, dan makanan yang berasal dari laut seperti makanan laut.

    (kna/kna)

  • Peneliti Ungkap Harta Karun di Kerak Bumi yang Menakjubkan

    Peneliti Ungkap Harta Karun di Kerak Bumi yang Menakjubkan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dasar laut yang sulit dijangkau manusia ternyata menyimpan keajaiban. Para ilmuwan mengungkap ‘harta karun’ berbagai kehidupan di dasar laut yang tidak pernah disangka sebelumnya. 

    Salah satu hasil penemuan yang menarik adalah ventilasi hidrotermal laut dalam, tempat air laut yang panas dan kaya mineral di tengah Samudra Pasifik.

    Ciri ekosistem ventilasi laut dalam adalah suhu dan tekanan ekstrim, mineral beracun, dan kurangnya sinar Matahari. Spesies yang hidup di sana sangat unik dan terus berevolusi.

    Terbaru, ilmuwan mengungkap rahasia yang lebih dalam lagi yaitu adanya kehidupan tidak hanya ada di sekitar ventilasi hidrotermal, tetapi juga di bawahnya yakni rongga-rongga kerak Bumi.

    “Di bawah dasar laut, di bawah ventilasi hidrotermal memuntahkan air panas, komunitas hewan berkembang,” demikian tulis penelitian yang diterbitkan di Nature Communications.

    Menurut salah satu tim peneliti, Sabine Gollner dari Royal Netherlands Institute for Sea Research, mereka awalnya berangkat untuk melakukan eksperimen lain. Namun ternyata menemukan sebuah temuan tak terduga di dalam rongga kerak bumi.

    Tim peneliti melaporkan penemuan cacing tabung raksasa (Riftia Pachyptila) siput, dan cacing laut lainnya yang hidup di rongga-rongga di bawah dasar laut.

    Rongga-rongga ini terbentuk oleh lapisan lava yang mendingin, memiliki tinggi sekitar 10 cm dan terletak sekitar 2.500 meter di bawah permukaan laut.

    “Kami segera tahu bahwa kami membuat penemuan penting,” kata Gollner.

    Penemuan ini menunjukkan bahwa larva cacing tabung dan hewan lainnya kemungkinan terbawa oleh pusaran air dari ventilasi hidrotermal ke dalam rongga-rongga tempat mereka menetap dan tumbuh.

    Meskipun ventilasi itu sendiri bisa sangat panas, namun lingkungan di sekitarnya tidak terlalu ekstrem. Terdapat banyak makhluk yang tinggal di dekat ventilasi dengan suhu sekitar 20 derajat Celcius.

    Tapi, tanpa cahaya masuk hewan-hewan yang tinggal di sana telah mengembangkan kemampuan luar biasa untuk menghasilkan energi dengan cara lain.

    Untuk penelitian ini, para ilmuwan hanya bisa melihat lapisan pertama di bawah dasar laut, tetapi dengan beberapa lapisan rongga lava di bawah permukaan kemungkinan ada hewan yang tinggal lebih jauh lagi di bawah laut.

    “Makhluk yang lebih besar mungkin tidak ditemukan terlalu jauh lebih dalam, tapi benar-benar kita tidak tahu,” kata Andrew Fisher hidrogeolog di University of California.

    “Lebih kecil, terutama makhluk mobile bisa pergi jauh lebih dalam selama mereka memiliki sumber nutrisi,” ia menambahkan.

    (fab/fab)

  • Kucing Mau Memakan Jenazah Pemiliknya? Ini Hasil Penelitiannya

    Kucing Mau Memakan Jenazah Pemiliknya? Ini Hasil Penelitiannya

    Jakarta: Kucing, hewan peliharaan yang dikenal penuh kasih dan menggemaskan, ternyata memiliki sisi gelap yang jarang dibicarakan. 

    Sebuah penelitian tahun 2020 mengungkap bahwa dalam kondisi tertentu, kucing bisa memakan jenazah manusia, termasuk jenazah pemiliknya.

    Fakta ini didasarkan pada bukti ilmiah dari studi yang dilakukan di fasilitas forensik Colorado Mesa University, Amerika Serikat.
     
    Penelitian di Fasilitas “Body Farm”
    Fasilitas ini, yang dikenal sebagai “body farm,” digunakan untuk mempelajari proses dekomposisi tubuh manusia. Dalam studi tersebut, kamera pengawas menangkap momen saat dua kucing liar memasuki area penelitian dan memilih tubuh manusia untuk disantap.

    Menariknya, kucing-kucing ini menunjukkan preferensi yang jelas: mereka hanya memakan jenazah tertentu dan kembali ke tubuh tersebut hampir setiap malam selama lebih dari sebulan.

    Kucing-kucing ini mulai makan saat jenazah berada dalam tahap awal dekomposisi dan berhenti ketika tubuh memasuki fase “moist decomposition,” yaitu ketika cairan tubuh mulai keluar.

    “Teori utamanya adalah, kucing adalah pemakan yang pilih-pilih. Setelah menemukan makanan yang mereka sukai, mereka akan terus mengonsumsinya,” ucap Sara Garcia, melansir Washington Post.
     
    Kucing: Predator atau Pemulung?
    Kucing dikenal sebagai predator alami, bukan pemulung. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, kucing bisa berperilaku seperti pemulung.

    Mereka tidak menunjukkan minat pada tubuh lain yang tersedia di area tersebut, meskipun ada lebih dari 40 jenazah di lokasi. Temuan ini memperkuat anggapan bahwa kucing dapat bertindak di luar karakteristik predator mereka jika diberi kondisi yang mendukung.
     
    Kasus Serupa dalam Kehidupan Nyata
    Kisah kucing yang memakan jenazah pemiliknya tidak hanya terbatas pada penelitian ini. Mikel Delgado, seorang peneliti perilaku kucing dari University of California, menceritakan pengalaman bekerja di tempat penampungan hewan.

    Ia mengingat kasus seekor kucing yang ditemukan telah memakan hidung pemiliknya yang meninggal dunia.

    “Ini bukan masalah perilaku, tetapi fakta kehidupan. Hewan mencari sumber makanan ketika mereka lapar,” tulis Delgado di blog miliknya.
     
    Apakah Ini Berarti Kucing Berbahaya?
    Meskipun terdengar menakutkan, perilaku ini biasanya terjadi dalam kondisi ekstrem. Penelitian menunjukkan bahwa kasus ini lebih mungkin terjadi pada pemilik hewan peliharaan yang hidup sendirian dan meninggal secara tiba-tiba tanpa ada yang menemukannya selama beberapa waktu.

    Selain itu, hewan peliharaan lain seperti anjing, hamster, bahkan burung juga dilaporkan memakan jenazah pemiliknya dalam kondisi serupa.

    Perilaku kucing memakan jenazah bukanlah tanda dari sifat agresif atau “jahat.” Sebaliknya, ini adalah respons alami hewan terhadap kelangsungan hidup.

    Studi ini mengingatkan kita untuk tidak memproyeksikan moralitas manusia pada hewan peliharaan.

    Jika sobat hidup sendirian dan memiliki hewan peliharaan, mungkin ini saatnya memastikan ada orang yang memeriksa kondisi sobat secara berkala. Sebab, pada akhirnya, hewan peliharaan sobat hanya mengikuti naluri alaminya.

    Apakah ini mengubah pandangan sobat tentang kucing kesayangan sobat? Biarkan rasa penasaran dan kasih sayang tetap seimbang!

    Baca Juga:
    Gerakan Ekor Kucing Ada Artinya Lho! Ini Kata Ahli

    Jakarta: Kucing, hewan peliharaan yang dikenal penuh kasih dan menggemaskan, ternyata memiliki sisi gelap yang jarang dibicarakan. 
     
    Sebuah penelitian tahun 2020 mengungkap bahwa dalam kondisi tertentu, kucing bisa memakan jenazah manusia, termasuk jenazah pemiliknya.
     
    Fakta ini didasarkan pada bukti ilmiah dari studi yang dilakukan di fasilitas forensik Colorado Mesa University, Amerika Serikat.
     
    Penelitian di Fasilitas “Body Farm”
    Fasilitas ini, yang dikenal sebagai “body farm,” digunakan untuk mempelajari proses dekomposisi tubuh manusia. Dalam studi tersebut, kamera pengawas menangkap momen saat dua kucing liar memasuki area penelitian dan memilih tubuh manusia untuk disantap.
    Menariknya, kucing-kucing ini menunjukkan preferensi yang jelas: mereka hanya memakan jenazah tertentu dan kembali ke tubuh tersebut hampir setiap malam selama lebih dari sebulan.
     
    Kucing-kucing ini mulai makan saat jenazah berada dalam tahap awal dekomposisi dan berhenti ketika tubuh memasuki fase “moist decomposition,” yaitu ketika cairan tubuh mulai keluar.
     
    “Teori utamanya adalah, kucing adalah pemakan yang pilih-pilih. Setelah menemukan makanan yang mereka sukai, mereka akan terus mengonsumsinya,” ucap Sara Garcia, melansir Washington Post.
     
    Kucing: Predator atau Pemulung?
    Kucing dikenal sebagai predator alami, bukan pemulung. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, kucing bisa berperilaku seperti pemulung.
     
    Mereka tidak menunjukkan minat pada tubuh lain yang tersedia di area tersebut, meskipun ada lebih dari 40 jenazah di lokasi. Temuan ini memperkuat anggapan bahwa kucing dapat bertindak di luar karakteristik predator mereka jika diberi kondisi yang mendukung.
     
    Kasus Serupa dalam Kehidupan Nyata
    Kisah kucing yang memakan jenazah pemiliknya tidak hanya terbatas pada penelitian ini. Mikel Delgado, seorang peneliti perilaku kucing dari University of California, menceritakan pengalaman bekerja di tempat penampungan hewan.
     
    Ia mengingat kasus seekor kucing yang ditemukan telah memakan hidung pemiliknya yang meninggal dunia.
     
    “Ini bukan masalah perilaku, tetapi fakta kehidupan. Hewan mencari sumber makanan ketika mereka lapar,” tulis Delgado di blog miliknya.
     
    Apakah Ini Berarti Kucing Berbahaya?
    Meskipun terdengar menakutkan, perilaku ini biasanya terjadi dalam kondisi ekstrem. Penelitian menunjukkan bahwa kasus ini lebih mungkin terjadi pada pemilik hewan peliharaan yang hidup sendirian dan meninggal secara tiba-tiba tanpa ada yang menemukannya selama beberapa waktu.
     
    Selain itu, hewan peliharaan lain seperti anjing, hamster, bahkan burung juga dilaporkan memakan jenazah pemiliknya dalam kondisi serupa.
     
    Perilaku kucing memakan jenazah bukanlah tanda dari sifat agresif atau “jahat.” Sebaliknya, ini adalah respons alami hewan terhadap kelangsungan hidup.
     
    Studi ini mengingatkan kita untuk tidak memproyeksikan moralitas manusia pada hewan peliharaan.
     
    Jika sobat hidup sendirian dan memiliki hewan peliharaan, mungkin ini saatnya memastikan ada orang yang memeriksa kondisi sobat secara berkala. Sebab, pada akhirnya, hewan peliharaan sobat hanya mengikuti naluri alaminya.
     
    Apakah ini mengubah pandangan sobat tentang kucing kesayangan sobat? Biarkan rasa penasaran dan kasih sayang tetap seimbang!
     
    Baca Juga:
    Gerakan Ekor Kucing Ada Artinya Lho! Ini Kata Ahli
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (SUR)

  • Akademisi Jepang-Indonesia Kembangkan Inovasi Teknologi Mobilitas Udara, Apa Itu?

    Akademisi Jepang-Indonesia Kembangkan Inovasi Teknologi Mobilitas Udara, Apa Itu?

    Jakarta

    Mobilitas udara (air mobility) telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang digadang-gadang paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Inovasi tersebut buah kolaborasi akademisi Jepang dan Indonesia.

    Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi terkini, konsep ini melibatkan transportasi udara jarak pendek menggunakan drone, pesawat listrik, dan kendaraan udara otonom (AAV). Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika akademisi dan profesional dari Jepang dan Indonesia berkumpul untuk membahas topik ini.

    Perkembangan mobilitas udara telah menghadirkan solusi transportasi yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan, khususnya untuk wilayah perkotaan dan terpencil. Jepang berada di garis depan perkembangan ini, mengandalkan teknologi canggih dan infrastruktur modern untuk memajukan inovasi di bidang tersebut.

    Dalam konteks ini, diskusi akademis yang diadakan di Universitas Hosei, Tokyo dari tanggal 11 hingga 13 Desember, menandai tonggak penting dengan mempertemukan para ahli dari Jepang dan Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh akademisi terkemuka dari Universitas Hosei Prof. Dr. Gaku Minorikawa, seorang ahli dalam penelitian akustik dan penerbangan, dan Dr. Senichiro Yatsuda, seorang spesialis dalam teknologi listrik, keduanya juga mewakili HIEN Aero Technologies, Jepang.

    Selain itu, hadir pula Takeshi Hompo, seorang magister teknik kedirgantaraan lulusan University of California, San Diego, Master of Science degree in Aerospace Engineering. Hadir pula Firmantoko Soetopo, Magister Teknik Sistem, Presiden Direktur Bagaskara Jakarta, dan Prof. Dr. Rudy Harjanto, Kepala Program Doktor Ilmu Komunikasi LSPR.

    Negeri Matahari Terbit ini telah memanfaatkan teknologi canggih untuk mendorong pengembangan mobilitas udara. Salah satu inovasi utamanya adalah kendaraan udara listrik yang mampu terbang secara otonom.

    HIEN Aero Technologies telah memperkenalkan sistem propulsi listrik hemat energi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini dirancang untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, menjadikan mobilitas udara sebagai solusi transportasi masa depan yang ramah lingkungan, dan memastikan bahwa kendaraan udara masa depan tidak hanya efisien tetapi juga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat perkotaan.

    “Kota-kota besar seperti Tokyo dan Jakarta menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas yang signifikan. Mobilitas udara menawarkan solusi praktis melalui layanan taksi udara yang dapat mengurangi beban transportasi darat,” kata Takeshi Hompo.

    “Di sisi lain, di daerah terpencil dan kepulauan, mobilitas udara menjadi alat vital untuk pengiriman logistik, terutama makanan dan obat-obatan,” sambungnya.

    Solusi ini sangat penting, terutama bagi Jepang, negara yang kerap dilanda bencana alam. Mobilitas udara dapat berperan penting dalam mendukung operasi penyelamatan, karena kendaraan udara otonom dapat mengirimkan bantuan ke daerah yang sulit dijangkau.

    “Teknologi ini terbukti sangat berharga selama gempa bumi dan tsunami Fukushima, di mana drone digunakan untuk memantau daerah yang terdampak bencana dan mengirimkan pasokan darurat,” jelas Yatsuda.

    Sementara itu, Minorikawa menuturkan bahwa air mobility memberikan berbagai manfaat sosial, seperti aksesibilitas yang memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan.

    “Kendaraan udara otonom mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan transportasi darat, dan dalam situasi darurat, mobilitas udara memungkinkan pengiriman bantuan dengan cepat,” ungkap Minorikawa.

    Minorikawa seraya menjelaskan bahwa penggunaan mobilitas udara dapat mengurangi biaya operasional logistik melalui pengiriman yang lebih cepat dan tepat waktu. Tidak hanya itu, industri mobilitas udara menciptakan peluang baru di bidang manufaktur, perawatan, dan pengembangan teknologi. Mobilitas udara juga membuka peluang bagi wisatawan untuk menjangkau destinasi yang sebelumnya sulit diakses.

    “Di Jepang, air mobility bukan hanya soal transportasi, tapi juga dianggap sebagai bagian dari semangat inovasi negara ini,” imbuhnya.

    Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memastikan kemajuan ini tetap berpegang pada nilai-nilai tradisional, seperti menghargai lingkungan. Ditambah lagi, kendaraan udara modern sering kali mencerminkan prinsip desain Jepang, yang berfokus pada kesederhanaan dan efisiensi.

    “Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadopsi air mobility, terutama untuk logistik pulau, pengiriman barang antarpulau kecil yang sulit dijangkau, dan bantuan bencana, seperti di Jepang, di mana mobilitas udara dapat digunakan untuk menyalurkan bantuan ke daerah-daerah yang terkena bencana alam”, kata Firmantoko Soetopo.

    Diskusi tiga hari di Universitas Hosei difokuskan pada peluang dan tantangan pengembangan mobilitas udara di Jepang dan Indonesia. Prof. Dr. Rudy Harjanto menekankan peran penting komunikasi lintas budaya dalam memperkenalkan teknologi baru kepada masyarakat Indonesia. Ia mencatat bahwa komunikasi yang efektif dapat mempercepat adopsi teknologi mobilitas udara di sektor logistik antarpulau di Indonesia, yang penting bagi negara kepulauan yang membutuhkan solusi transportasi udara yang efisien.

    “Air mobility merupakan salah satu inovasi teknologi yang berpotensi besar untuk mengubah cara kita hidup, bekerja, dan bepergian. Dengan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya yang signifikan, masa depan mobilitas udara terlihat menjanjikan, terutama di Jepang dan Indonesia. Kolaborasi internasional seperti diskusi ini menunjukkan bahwa teknologi ini bukan hanya soal inovasi, tapi juga memberikan manfaat nyata bagi kemanusiaan,” pungkas Prof. Dr. Rudy Harjanto.

    (agt/agt)

  • Hasil Perkawinan Silang Manusia Purba Diungkap Ilmuwan

    Hasil Perkawinan Silang Manusia Purba Diungkap Ilmuwan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dua kelompok penelitian mencoba mengungkap hasil perkawinan dari manusia purba dan Neanderthal.

    Kebanyakan orang non-Afrika mengaitkan memiliki hubungan dengan DNA Neanderthal. Walaupun jumlahnya tak banyak hanya 1%-2% dari DNA mereka.

    Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature and Science menunjukkan keduanya melakukan kawin silang sekitar 43.500-50.500 tahun lalu. Tercatat perkawinan terjadi saat manusia meninggalkan Afrika dan berpindah ke benua baru, dikutip dari NBC News, Jumat (13/12/2024).

    Namun 100 generasi berikutnya, sebagian besar DNA Neanderthal mulai menghilangkan. DNA yang tersisa seperti pigmentasi kulit, respon imun dan metabolisme.

    Temuan itu juga mengungkapkan rentang waktu yang sempit terjadinya perkawinan silang saat manusia menyebar ke wilayah seperti China dan Australia.

    Selain itu para peneliti menyinggung soal populasi dari fosil sisa manusia yang ditemukan di luar Afrika, seperti Eropa. Fosil tersebut lebih dari 50 ribu tahun lalu.

    Menurut studi, populasi tersebut sudah punah. “Ada beberapa garis keturunan yang teridentifikasi yang tidak berkontribusi pada orang di kemudian hari,” jelas penulis dari Institut Max Planck, Johannes Krause.

    Kedua penelitian menggunakan pendekatan yang berbeda. Salah satu tim dari University of California membuat katalog dari 59 manusia purba yang hidup antara 2.000 tahun lalu dan 45 ribu tahun lalu serta 275 manusia masa kini.

    Mereka menemukan gen Neanderthal ke manusia terjadi 47 ribu tahun lalu dan berhenti pada 7.000 tahun lalu.

    Pada jurnal yang ada di Nature, melakukan analisis pada enam genom yang ditemukan di Ranis, situs gua di Jerman. Sisa sisa genom berasal dari 45 tahun lalu.

    Hasilnya, DNA menunjukkan dua dari enam individu merupakan ibu dan anak perempuan.

    Mereka juga melakukan analisa DNA dari individu yang ditemukan pada situs gua di Ceko sekitar 140 mil (225 km) dari Ranis. Hasilnya dua orang dari Ranis memiliki hubungan kerabat dengan yang ditemukan di Ceko.

    (luc/luc)

  • PKUMI Yudisium 38 Kader Ulama Masjid Istiqlal

    PKUMI Yudisium 38 Kader Ulama Masjid Istiqlal

    Jakarta, Beritasatu.com – Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) di bawah Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) melakukan yudisium 38 kader ulama Masjid Istiqlal yang diharapkan menjadi role model atau teladan ulama Indonesia dan dunia. 

    “Alhamdulillah, hari ini kami yudisium 38 kader ulama Masjid Istiqlal. Besok pada 12 Desember 2024 kami akan melakukan wisuda dan pengukuhan untuk angkatan pertama sebanyak 38 mahasiswa di Masjid Istiqlal,” kata Direktur PKUMI Ahmad Thib Raya di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

    PKUMI didirikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar sejak 2021 bekerja sama oleh dengan Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Universitas PTIQ Jakarta.

    Dia mengatakan, pengukuhan 38 kader ulama Masjid Istiqlal akan dihadiri manteri agama, menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, menteri keuangan, dan menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. “Ini adalah produk ulama yang telah dihasilkan oleh Masjid Istiqlal melalui PKUMI,” tambah Ahmad Thib Raya.

    Dia mengatakan, produk PKUMI diharapkan menjadi kader ulama Masjid Istiqlal dan role model ulama Indonesia dan dunia. 

    Terdapat tiga program yang ditawarkan dalam beasiswa PKUMI, yaitu Magister Pendidikan Kader Ulama (S2 PKU), Magister Pendidikan Kader Ulama Perempuan (S2 PKUP) dan Doktor Pendidikan Kader Ulama (S3 PKU). Pendidikan formal (Magister dan Doktor Ilmu Al-Qur’an dan tafsir) ditempuh di Universitas PTIQ, dan pendidikan keulamaan didapatkan di PKUMI.

    Selain itu, mahasiswa wajib mengikuti program penguatan kapasitas menjadi ulama bertaraf internasional yang merupakan bagian dari kurikulum atau kegiatan akademik. Program diselenggarakan dalam bentuk short course dengan durasi 3 bulan bagi peserta program magister dan 6 bulan bagi peserta program doktor.

    Sampai saat ini, PKUMI yang telah melahirkan kader ulama Masjid Istiqlal, menjalin kerja sama dengan berbagi perguruan tinggi di dunia, seperti University of California, Riverside di Amerika Serikat dan Universitas Al-Azhar, Cairo di Mesir.

  • Profil Todung Mulya Lubis Ketua Tim Hukum Pramono-Rano yang Siap Lawan RIDO di MK 

    Profil Todung Mulya Lubis Ketua Tim Hukum Pramono-Rano yang Siap Lawan RIDO di MK 

    TRIBUNJAKARTA.COM – Simak profil Todung Mulya Lubis yang ditunjuk pasangan Pramono Anung-Rano Karno sebagai ketua tim hukum untuk menghadapi sengketa Pilkada Jakarta 2024.

    Todung Mulya Lubis bakal melawan kubu Ridwan Kamil-Suswono atau RIDO yang telah siap melayangkan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) hasil Pilkada Jakarta 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK)

    Sebanyak 20 pengacara sudah disiapkan kubu Pramono Anung-Rano Karno berlaga di MK.

    Todung menyatakan tim hukumnya siap menghadapi proses di MK dengan fokus pada pembuktian bahwa pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta telah berjalan sesuai aturan. 

    “Kami punya tim hukum yang cukup kuat ya. Dan kami siap untuk berlaga di Mahkamah Konstitusi,” ujarnya.

    Mantan Ketua Tim Hukum Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024 ini berharap, MK bisa menjaga harkat dan marwah demokrasi di Indonesia.

    “Demokrasi ini tidak boleh dirusak oleh intimidasi, oleh tekanan dan sebagainya itu,” ucap Todung.

    Lalu, siapakah Todung Mulya Lubis? simak profil dan karier mantan duta besar itu.

    Todung Mulya Lubis lahir pada 4 Juli 1949 di Muara Botung, Sumatra Utara (Sumut).

    Todung sempat menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia.

    Masa jabatannya selesai pada 31 Januari 2023.

    Todung adalah seorang diplomat, ahli hukum, penulis, dan tokoh gerakan hak asasi manusia di Indonesia.

    Ia mendirikan The Law of Mulya Lubis and Partners pada 1991.

    Dikutip dari Tribun Medan, pria keturunan Batak ini lahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai wiraswasta dan sering berpindah-pindah tempat.

    Ketika kecil, Todung menempuh pendidikan di SD Jambi dan lulus pada 1963.

    Ia lantas melanjutkan sekolah SMP di Pekanbaru dan mengenyam bangku SMA di Medan.

    Todung lulus dari sekolah menengah atas pada 1968.

    Setelah itu, Todung melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dan lulus tahun 1974.

    Sementara pendidikan S2 ia jalani di University of California di Berkeley pada tahun 1978 dan Harvard University pada 1987.

    Kemudian, Todung memperoleh gelar doktor pada 1990, yakni Doctor of Juridical Science (SJD) dari University of California di Berkeley dengan disertasi berjudul In Search of Human Rights: Legal-Political Dilemmas of Indonesia’s 
    New Order 1966-1990.

    Kiprah di Pilpres 2024

    Pada Pilpres 2024 lalu, Todung Mulya Lubis bergabung dengan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

    Saat itu, Todung diposisikan sebagai Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud.

    Lalu, pada saat sengketa perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 bergulir, Todung berposisi sebagai Ketua Tim Hukum Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

    Karier Todung Mulya Lubis

    – Pengacara bisnis terkemuka dalam penyelesaian sengketa di Indonesia;

    – Anggota Asosiasi Advokat Indonesia (IKADIN);

    – Asosiasi Konsultan Hukum Pasar Modal (Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal/HKHPM);

    – International Bar Association (IBA);

    – Kurator berlisensi dan Administrator serta Konsultan Paten Terdaftar;

    – Panel arbiter Dewan Arbitrase Nasional Indonesia (Badan Arbitrase Nasional Indonesia/BANI) dan Chambers of Commerce Internasional (ICC) Paris;

    – Dosen di beberapa Universitas di Indonesia, antara lain Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan;

    – Pembicara dalam lokakarya di darat maupun lepas pantai, seminar atau konferensi di bidang hukum dan hak asasi manusia;

    – Duta Besar Indonesia untuk Norwegia (2018-2023). (TribunJakarta/Tribunnews.com)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • Penyakit Misterius di DR Kongo Bikin Khawatir, Sudah Ada 376 Orang Sakit

    Penyakit Misterius di DR Kongo Bikin Khawatir, Sudah Ada 376 Orang Sakit

    Jakarta

    Penyakit misterius mirip flu dilaporkan menewaskan lebih dari 100 warga di Republik Demokratik Kongo. Setidaknya 376 orang jatuh sakit akibat penyakit tersebut.

    “Penyakit itu masih belum diketahui asalnya,” kata Kemeterian Kesehatan Masyarakat, Kebersihan dam Jaminan Sosial negara itu.

    Pejabat kesehatan terkait mengatakan beberapa gejala yang dikeluhkan termasuk demam, sakit kepala, batuk, hidung tersumbat, sulit bernapas dan anemia.

    Dilaporkan APNews, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa jenazah orang yang telah meninggal setelah mengalami gejala serupa tidak boleh ditangani tanpa melibatkan otoritas kesehatan yang berwenang. Mereka juga meminta warga melaporkan penyakit yang mencurigakan atau kematian yang tak biasa.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan telah mengetahui adanya laporan tentang penyakit yang tidak teridentifikasi dan sedang bekerja sama dengan otoritas setempat.

    “Kami telah mengirim tim ke daerah terpencil untuk mengumpulkan sampel guna penyelidikan laboratorium,” kata juru bicara WHO Tarik Jašarević.

    Anne Rimoin, seorang ahli epidemiologi di University of California, Los Angeles, yang telah bekerja di Kongo sejak 2002, mengatakan diagnosis penyakit tersebut mungkin rumit karena terbatasnya infrastruktur perawatan kesehatan dan karena masalah kesehatan yang mendasarinya pada sebagian penduduk, termasuk malaria dan kekurangan gizi.

    “Saya pikir sangat penting untuk menyadari apa yang sedang terjadi, dan saya pikir juga sangat penting untuk tidak panik sampai kita memiliki informasi lebih lanjut,” katanya kepada NBC News.

    “Itu bisa apa saja,” tambahnya. “Itu bisa influenza, bisa Ebola, bisa Marburg, bisa meningitis, bisa campak. Pada titik ini, kita benar-benar tidak tahu.”

    (kna/kna)

  • Profil Alvin Lim, Pengacara yang Tantang Denny Sumargo dan Teh Novi dalam Kasus Agus Salim

    Profil Alvin Lim, Pengacara yang Tantang Denny Sumargo dan Teh Novi dalam Kasus Agus Salim

    Jakarta, Beritasatu.com – Polemik uang donasi untuk korban penyiraman air keras, Agus Salim, hingga kini belum ada kejelasan. Terbaru, pengacara ternama Alvin Lim menyatakan dukungannya kepada Agus. Namun, bagaimana profil Alvin Lim dan perjalanan kariernya?

    Alvin Lim bahkan memberikan tantangan kepada Denny Sumargo dan Pratiwi Noviyanthi, yang dikenal sebagai Teh Novi, untuk melakukan penyiraman air keras, sebagai bentuk protes atas situasi yang ada.

    Menurut Alvin Lim, dukungan yang dia berikan kepada Agus Salim adalah bentuk pembelaan terhadap kebenaran dan sebagai respons terhadap ketidakadilan yang terjadi.

    Diketahui, Teh Novi adalah seorang YouTuber yang kerap membantu orang-orang yang mengalami musibah. Salah satu yang dia bantu adalah Agus Salim, yang menjadi korban penyiraman air keras oleh karyawannya.

    Untuk membantu pengobatan Agus, Teh Novi melakukan penggalangan dana dan juga menawarkan kesempatan bagi Agus untuk tampil di podcast Denny Sumargo guna menarik lebih banyak donasi.

    Lantas, siapa pengacara kondang Alvin Lim yang mendukung Agus Salim dan menantang Denny Sumargo serta Teh Novi? Berikut ini profilnya.

    Profil Alvin Lim 
    Alvin Lim merupakan pengacara terkenal di Indonesia dan sempat berkarier di bidang perbankan luar negeri. Selain itu, dia juga mendirikan LQ Indonesia Law Firm atau kantor hukum yang sudah mempunyai empat kantor di beberapa wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Surabaya, dan berpusat di Tangerang.

    Sebelum dikenal sebagai pengacara, Alvin Lim menitik karier dengan bekerja sebagai bankir di Wells Fargo Bank & Co, Amerika Serikat pada 1997 hingga 1999. Kemudian, kariernya terus berkembang menjadi financial advisor di American Express & Co, pada 1997-1999, assistant vice president di Bank of America San Francisco pada 1999-2002, dan vice president di US Bank Concord pada 2002-2005.

    Selanjutnya, pada 2006 Alvin Lim menjadi presiden direktur di PT Power Center Indonesia pada 2006 hingga 2009 dan lawyer serta pendiri LQ Indonesia Law Firm – Quotient Group.

    Dalam hal pendidikan, Alvin Lim merupakan lulusan sarjana hukum di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Gunung Jati Tangerang. Setelahnya dia melanjutkan pendidikan ke luar negeri, yaitu di Colorado Graduate School of Banking, Florida State University, University of California Berkeley, dan Santa Barbara City College.

    Di sisi lain, Alvin Lim juga aktif dalam media sosial dengan membuat konten berbentuk video di YouTube-nya. Saat ini, nama Alvin Lim kembali menjadi perbincangan karena mendukung korban penyiraman Agus Salim terkait kasus uang donasi dan menantang Denny Sumargo serta Teh Novi.

    Namun, sebelumnya nama Alvin Lim juga menjadi sorotan karena mengungkapkan sebuah argumentasi terkait tersangka dari kasus pembunuhan Brigadir J, yaitu Ferdy Sambo yang tidak tidur di dalam sel.

  • Gegara AI, Makin Banyak Puluhan Juta Perangkat Dibuang Setiap Tahun

    Gegara AI, Makin Banyak Puluhan Juta Perangkat Dibuang Setiap Tahun

    Jakarta

    Setiap kali artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif punya kemampuan baru, planet yang kita tinggali ini membayarnya.

    Sebagai gambaran, membuat dua gambar dapat menghabiskan energi sebanyak mengisi daya smartphone, satu pertukaran chat dengan ChatGPT dapat memanaskan server sedemikian rupa sehingga memerlukan sebotol air untuk mendinginkannya.

    Dalam skala besar, biaya ini melonjak. Pada 2027, sektor AI global dapat menghabiskan listrik sebanyak yang dihabiskan Belanda setiap tahunnya, menurut sebuah studi baru-baru ini.

    Dan sebuah penelitian baru di Nature Computational Science mengidentifikasi kekhawatiran lain, AI berkontribusi besar terhadap tumpukan sampah elektronik dunia yang terus meningkat.

    Studi tersebut menemukan bahwa aplikasi AI generatif sendiri dapat menambah 1,2 juta hingga lima juta metrik ton sampah berbahaya ke Bumi pada 2030, tergantung pada seberapa cepat industri tersebut tumbuh.

    Kontribusi semacam itu akan menambah puluhan juta ton produk elektronik yang dibuang dunia setiap tahunnya. Ponsel, oven microwave, komputer, dan produk digital lain yang ada di mana-mana sering kali mengandung merkuri, timbal, atau racun lainnya.

    Jika dibuang secara tidak benar, produk-produk tersebut dapat mencemari udara, air, dan tanah. Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa pada 2022, sekitar 78% limbah elektronik dunia berakhir di tempat pembuangan sampah atau di tempat daur ulang tidak resmi, tempat para pekerja mempertaruhkan kesehatan mereka untuk mencari logam langka.

    Ledakan AI di seluruh dunia dengan cepat mengubah perangkat penyimpanan data fisik, ditambah unit pemrosesan grafis dan komponen berkinerja tinggi lainnya yang dibutuhkan untuk memproses ribuan kalkulasi secara bersamaan.

    Seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (26/11/2024) perangkat keras ini bertahan selama dua hingga lima tahun, tetapi sering kali diganti segera setelah versi yang lebih baru tersedia.

    Asaf Tzachor, seorang peneliti keberlanjutan di Reichman Israel University yang turut menulis studi baru tersebut, mengatakan temuannya menekankan perlunya memantau dan mengurangi dampak lingkungan dari teknologi ini.

    Untuk menghitung seberapa besar kontribusi AI generatif terhadap masalah ini, Tzachor dan rekan-rekannya memeriksa jenis dan volume perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan model bahasa besar (large language model), lamanya waktu komponen-komponen ini bertahan, dan tingkat pertumbuhan sektor AI generatif.

    Para peneliti memperingatkan bahwa prediksi mereka adalah perkiraan kasar yang dapat berubah berdasarkan beberapa faktor tambahan. Misalnya, lebih banyak orang mungkin mengadopsi AI generatif daripada yang diantisipasi oleh model para para peneliti.

    Sementara itu, inovasi desain perangkat keras dapat mengurangi limbah elektronik dalam sistem AI tertentu, tetapi kemajuan teknologi lainnya dapat membuat sistem lebih murah dan lebih mudah diakses oleh publik, sehingga meningkatkan jumlah penggunaannya.

    Shaolei Ren, peneliti di University of California, Riverside, Amerika Serikat (AS), menyebutkan bahwa nilai terbesar dari studi ini berasal dari perhatiannya terhadap dampak AI yang luas terhadap lingkungan.

    “Kita mungkin ingin perusahaan-perusahaan (AI generatif) ini sedikit melambat,” katanya.

    Hanya sedikit negara yang mewajibkan pembuangan limbah elektronik dengan benar, dan negara-negara yang mewajibkannya sering kali gagal menegakkan hukum yang berlaku.

    Dua puluh lima negara bagian AS misalnya, memiliki kebijakan pengelolaan limbah elektronik, tetapi tidak ada hukum federal yang mewajibkan daur ulang elektronik.

    Pada Februari, Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts memperkenalkan sebuah RUU yang mewajibkan lembaga federal untuk mempelajari dan mengembangkan standar dampak lingkungan AI, termasuk limbah elektronik.

    Namun, RUU tersebut, Undang-Undang Dampak Lingkungan Kecerdasan Buatan tahun 2024 (yang belum disahkan Senat), tidak akan memaksa pengembang AI untuk bekerja sama dengan sistem pelaporan sukarela.

    Namun, beberapa perusahaan mengklaim telah mengambil tindakan independen. Microsoft dan Google telah berjanji untuk mencapai nol limbah bersih dan nol emisi bersih masing-masing pada 2030. Upaya ini kemungkinan akan melibatkan pengurangan atau daur ulang limbah elektronik terkait AI.

    Perusahaan yang menggunakan AI memiliki banyak pilihan untuk membatasi limbah elektronik. Misalnya, server dapat diperpanjang masa pakainya melalui perawatan dan pembaruan rutin atau dengan mengganti perangkat yang usang ke aplikasi yang tidak terlalu intensif.

    Tzachor dan rekan penulisnya mencatat dalam studi baru tersebut, dengan memperbarui dan menggunakan kembali komponen perangkat keras yang usang. Desain chip dan algoritma yang lebih efisien dapat mengurangi permintaan AI generatif terhadap perangkat keras dan listrik. Menurut perkiraan penulis studi, menggabungkan semua strategi ini akan mengurangi limbah elektronik hingga 86%.

    “Namun, ada kendala lain. Produk AI cenderung lebih sulit didaur ulang daripada elektronik standar karena produk AI sering kali berisi banyak data pelanggan yang sensitif,” kata Kees Baldé, peneliti limbah elektronik di United Nations Institute for Training and Research, yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut.

    Meski demikian, perusahaan teknologi besar mampu menghapus data tersebut dan membuang barang elektronik mereka dengan benar. “Ya, memang ada biayanya. Tetapi manfaatnya bagi masyarakat jauh lebih besar,” sebutnya.

    (rns/fay)