Institusi: University of California

  • Kebiasaan Ini Bikin Otak Anak Tumpul, Orang Tua Wajib Tahu

    Kebiasaan Ini Bikin Otak Anak Tumpul, Orang Tua Wajib Tahu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah studi mengungkap bahwa anak pra-remaja yang sering menggunakan media sosial cenderung memiliki kemampuan membaca, kosa kata, dan daya ingat yang lebih buruk dibandingkan mereka yang jarang atau tidak menggunakan media sosial sama sekali.

    Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah JAMA ini menunjukkan adanya hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dan penurunan fungsi kognitif pada remaja awal.

    “Temuan ini menegaskan apa yang banyak kita dengar dari sekolah-sekolah di seluruh negeri. Anak-anak semakin kesulitan untuk fokus dan belajar sebaik dulu, mungkin karena media sosial telah mengubah cara mereka memproses informasi,” kata psikolog Mitch Prinstein dari University of North Carolina at Chapel Hill, yang tidak terlibat dalam penelitian, dikutip dari NPR, Rabu (15/10/2025).

    Penulis studi, Jason Nagata, dokter anak dari University of California, San Francisco, menegaskan pentingnya memahami dampak media sosial terhadap kemampuan belajar anak. “Terutama saat banyak sekolah tengah mempertimbangkan larangan ponsel di lingkungan sekolah,” ujarnya.

    Penelitian ini menggunakan data dari proyek Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) Study, yang memantau ribuan anak sejak usia 9-10 tahun hingga remaja.

    Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang semakin sering memakai media sosial mengalami penurunan kemampuan kognitif seiring waktu.

    Anak-anak dikelompokkan ke dalam tiga kategori:

    – 58% anak jarang atau tidak menggunakan media sosial.

    – 37% mulai menggunakan sedikit, namun meningkat hingga satu jam per hari di usia 13 tahun.

    – Dan 6% tergolong pengguna berat, dengan durasi tiga jam atau lebih per hari.

    Hasil tes menunjukkan bahwa kelompok pengguna media sosial ringan memiliki nilai 1-2 poin lebih rendah dalam tes membaca dan memori dibandingkan yang tidak menggunakan. Sedangkan pengguna berat turun hingga 4-5 poin.

    “Bahkan penggunaan satu jam per hari sudah menurunkan skor kemampuan membaca dan mengingat,” ujar Nagata. “Semakin tinggi intensitasnya, semakin rendah hasilnya.”

    Psikolog Sheri Madigan dari University of Calgary menyebut temuan ini sebagai “efek dosis.” Menurutnya, media sosial tidak hanya berbahaya dalam penggunaan berlebihan, tetapi juga memiliki dampak negatif bahkan dalam dosis kecil.

    Penurunan ini dianggap signifikan karena masa remaja merupakan periode penting dalam perkembangan otak. “Sedikit perbedaan dalam waktu singkat dapat menempatkan anak pada jalur perkembangan yang berbeda,” kata Prinstein.

    Ia menambahkan, kesenjangan kemampuan antara pengguna berat dan ringan bisa menjadi sangat besar dalam beberapa tahun ke depan.

    Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa dua pertiga anak mulai menggunakan media sosial sebelum usia 13 tahun, dengan rata-rata memiliki tiga akun. Bahkan separuh dari mereka mengaku sulit mengontrol waktu penggunaan ponsel, dan 11% mengatakan media sosial berdampak negatif terhadap pekerjaan sekolah.

    Para ahli sepakat bahwa hasil ini perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret. Madigan mencontohkan Denmark yang berencana melarang anak di bawah 15 tahun menggunakan media sosial, serta Australia yang akan mewajibkan platform menolak akun dari anak di bawah 16 tahun mulai Desember 2025.

    “Saya berharap negara lain juga mengikuti langkah ini. Itu akan sangat bermanfaat bagi anak-anak.” pungkasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kisah Omar Yaghi, Peraih Nobel Kimia yang Dapat Selamatkan Miliaran Nyawa Manusia

    Kisah Omar Yaghi, Peraih Nobel Kimia yang Dapat Selamatkan Miliaran Nyawa Manusia

    Bisnis.com, JAKARTA — Ilmuwan berdarah Palestina, Omar M. Yoghi, menarik perhatian dunia berkat temuannya yang dapat menyaring air langsung dari udara. Atas temuan tersebut, Omar menjadi pemenang Hadiah Nobel Kimia 2025, karena dengan solusi tersebut Omar dapat membantu mengatasi krisis air di dunia dan menyelamatkan miliaran hidup manusia.

    Menurut World Meteorological Organization (WMO) dan PBB, satu dari tiga sungai besar dunia tahun 2024 berada pada kondisi tidak stabil, menandai enam tahun berturut-turut ketidakseimbangan pasokan air global. Hal ini membuat masyarakat makin sulit untuk mendapat air bersih.

    Krisis air juga dilaporkan menyebabkan kerugian ekonomi global hingga US$550 miliar dan 95% kerusakan infrastruktur dunia disebabkan oleh bencana terkait air seperti banjir dan kekeringan

    Tidak hanya itu lebih dari 2,2 miliar orang atau sekitar 1 dari 4 penduduk dunia tidak memiliki akses ke air minum aman.

    Berangkat dari hal tersebut, Omar menemukan sebuah terobosan inovatif.

    Omar merancang material kristalin baru berbasis senyawa logam dan organik. Inovasi tersebut mampu menyimpan energi, menangkap karbon, dan bahkan mengumpulkan air dari udara.

    Omar membuat proyek Atoco Mission yang mengembangkan sistem dengan kemampuan memanen air bersih langsung dari atmosfer, bahkan di daerah paling kering di dunia.

    Proyek Atoco Mission lahir dari pengalaman Yaghi kecil yang tumbuh dalam lingkungan krisis air, sehingga memotivasinya mengembangkan solusi untuk krisis air global.

    Atoco Mission dinilai sebagai salah satu inovasi global yang sangat potensial dalam menghadapi tantangan kekurangan air bersih di masa depan.

    Sistem Atoco Mission telah diuji dan terbukti dapat berfungsi di daerah gurun dengan kelembapan sangat rendah, menjadikannya salah satu terobosan terpenting di bidang air dan lingkungan abad ini.

    Teknologi dari Atoco Mission tidak hanya dipuji secara akademis, tapi juga dipertimbangkan untuk diadopsi secara luas sebagai solusi global, terutama karena kemampuannya menghasilkan air bersih tanpa infrastruktur air konvensional dan tanpa ketergantungan pada sumber air permukaan.

    Lelaki yang lahir di Amman, Yordania pada tahun 1965, berupaya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di muka bumi.

    Latar Belakang Omar

    Omar lahir dalam keluarga pengungsi Palestina yang pindah pasca perang Arab-Israel. Masa kecilnya penuh tantangan. Dia hidup bersama sembilan saudara dalam satu ruangan sempit tanpa listrik dan harus bangun subuh hanya untuk mendapatkan air yang sangat terbatas.

    Sejak kecil, Omar sudah tertarik pada kimia dan mulai serius belajar sejak usia 10 tahun. Didukung keluarganya, pada usia 15 tahun Dia berangkat ke Amerika Serikat dengan kemampuan bahasa Inggris yang minim demi menempuh pendidikan yang lebih baik.

    Pengorbanan Omar berbuah manis. Omar sempat menjadi Postdoctoral Fellow di Harvard University dan asisten profesor di Arizona State University. Dia kemudian berkarier di University of Michigan, UCLA, hingga akhirnya menjadi profesor dan peneliti utama di University of California, Berkeley.

    Dia juga mendirikan Berkeley Global Science Institute dan menjadi anggota berbagai akademi sains prestisius di dunia.

  • Penelitian Ungkap Kebiasaan Simpanse Minum Alkohol

    Penelitian Ungkap Kebiasaan Simpanse Minum Alkohol

    Jakarta

    Simpanse secara rutin mengonsumsi buah yang telah difermentasi di alam liar, dan dalam prosesnya, mereka juga menelan alkohol dalam jumlah yang cukup signifikan, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan oleh jurnal Science.

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Aleksey Maro dari University of California melaporkan bahwa setiap hari, simpanse mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang setara dengan satu botol bir kecil bagi manusia.

    Di Taman Nasional Kibale di Uganda dan Taman Nasional Taï di Pantai Gading, para peneliti menganalisis 20 varietas buah yang paling sering dimakan simpanse, yang mengandung kandungan alkohol rata-rata 0,3%.

    Seekor simpanse bisa mengonsumsi sekitar 4,5 kilogram buah-buahan ini setiap hari, dengan total kandungan alkohol mencapai 14 gram. Jika diukur berdasarkan berat badan simpanse yang berkisar 41 kilogram, jumlah tersebut setara dengan konsumsi lebih dari setengah liter bir.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi alkohol secara rutin bukan hanya fenomena budaya bagi manusia, tetapi mungkin berakar lebih dalam pada perilaku kerabat terdekat kita.

    Temuan ini sejalan dengan hasil studi lain yang diterbitkan pada tahun lalu, ketika tim dari University of Exeter juga mengamati simpanse mengonsumsi buah-buahan fermentasi secara bersama-sama di Taman Nasional Hutan Cantanhez di Guinea-Bissau, Afrika Barat.

    Sebagian besar buah pohon sukun Afrika yang diteliti memiliki kandungan alkohol hingga 0,61%. Namun, belum jelas apakah kadar alkohol yang rendah tersebut menyebabkan mabuk pada simpanse.

    “Data kami memberikan bukti pertama tentang berbagi makanan beralkohol dan pemberian makan oleh primata besar non-manusia liar, dan mendukung gagasan bahwa konsumsi alkohol oleh manusia bukanlah hal yang ‘baru’, melainkan berakar dalam sejarah evolusi kita yang dalam,” papar tim tersebut dalam jurnal Current Biology pada bulan April 2025.

    Konsumsi alkohol bukan hal langka di dunia hewan

    Selama bertahun-tahun, para peneliti menganggap bahwa hewan liar hanya sesekali dan secara tidak sengaja mengonsumsi etanol, yang secara ilmiah dikenal sebagai alkohol. Namun, pada Januari 2025, sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Trends in Ecology & Evolution menemukan bahwa konsumsi alkohol di kalangan monyet liar, burung, dan serangga ternyata tidaklah langka.

    “Konsumsi alkohol jauh lebih umum di alam liar daripada yang kita duga sebelumnya dan sebagian besar hewan yang memakan buah-buahan manis akan terpapar pada tingkat alkohol tertentu,” kata Kimberley Hockings, ahli ekologi perilaku dari University of Exeter yang juga terlibat dalam studi sebelumnya, dalam situs web universitas tersebut, sambil menambahkan bahwa zat tersebut dapat ditemukan di hampir setiap ekosistem.

    Cikal bakal kebiasaan minum pada manusia?

    Tim peneliti menyatakan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami alasan makanan fermentasi tersebut dikonsumsi dan kesengajaan alkohol itu dikonsumsi.

    “Dari perspektif ekologi, mabuk saat memanjat pohon atau dikelilingi predator di malam hari bukanlah hal yang menguntungkan, itu justru alasan untuk tidak meneruskan gen Anda,” kata Matthew Carrigan, salah satu penulis studi dari College of Central Florida, dalam situs web tersebut.

    Namun, pengamatan ini mendukung gagasan bahwa konsumsi makanan yang mengandung alkohol secara bersama-sama sudah umum terjadi dan mungkin telah lama memainkan peran dalam kehidupan sosial manusia.

    “Dari sisi kognitif, ada teori bahwa etanol bisa memicu sistem endorfin dan dopamin, yang menghasilkan perasaan rileks dan mungkin bermanfaat untuk membangun hubungan sosial,” kata penulis utama studi, Anna Bowland dari University of Exeter. “Untuk menguji hal ini, kita perlu tahu apakah etanol benar-benar memicu respons fisiologis di alam liar.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Algadri Muhammad dan Muhammad Hanafi

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga Video: Viral Prabowo-Macron Disebut Bersulang Alkohol, Istana: Sari Apel

    (ita/ita)

  • Ada Benarnya, Bukti Ilmiah Sebut Makan Pakai Tangan Lebih Menyehatkan

    Ada Benarnya, Bukti Ilmiah Sebut Makan Pakai Tangan Lebih Menyehatkan

    Jakarta

    Makan menggunakan tangan seringkali dianggap kuno atau kurang higienis di era modern yang serba praktis. Padahal, tradisi ini telah dilakukan berabad-abad pada berbagai budaya, termasuk Indonesia. Menariknya, sejumlah ahli menilai kebiasaan sederhana ini justru punya manfaat kesehatan, baik dari pencernaan hingga metabolisme tubuh.

    Penjelasan ahli bedah NHS di Inggris, Dr Karan Rajan, makan menggunakan tangan mendorong kita untuk lebih pelan dan sadar ketika menikmati makanan. Sentuhan jari pada makanan dapat merangsang indera peraba, penglihatan, hingga penciuman, sehingga proses makan terasa lebih utuh. Hal ini dapat membuat otak lebih cepat mengenali rasa kenyang, mengurangi risiko makan berlebihan, sekaligus meningkatkan kesehatan cerna.

    Tak hanya itu, paparan mikroba dalam jumlah kecil yang tidak berbahaya dari tangan yang bersih diyakini dapat melatih sistem imun. Dengan kata lain, praktik sederhana ini dapat memberi latihan alami pada usus untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Hasilnya tubuh tidak hanya mendapat asupan nutrisi yang lebih baik, tetapi juga daya tahan yang lebih kuat.

    Tapi benarkah klaim tersebut punya bukti ilmiah? Mari ditelusur satu persatu.

    Bukti Ilmiah yang Mendukung

    Beberapa klaim Dr Rajan ternyata punya dasar ilmiah. Salah satunya terkait kebiasaan mengunyah lebih lama.

    Penelitian Department of Food Science and Technology, University of California menunjukkan mastikasi atau proses mengunyah dapat meningkatkan aliran air liur dan sekresi enzim amilase yang penting untuk memecah karbohidrat. Artinya, makan dengan ritme lebih lambat memang membantu kerja pencernaan lebih maksimal.

    Selain itu, studi terbaru di Journal Eating Behaviors menemukan bahwa makan dengan tempo lambat bisa menurunkan jumlah asupan kalori sekaligus meningkatkan rasa kenyang. Hal ini mendukung klaim bahwa makan dengan penuh kesadaran dapat membantu mencegah makan berlebihan.

    Selain itu, tahun 2021 dalam European Journal of Nutrition melaporkan bahwa kecepatan makan mempengaruhi metabolisme. Mengunyah lebih lama dan memperlambat proses makan terbukti membantu respon insulin lebih baik dan menstabilkan lonjakan gula darah setelah makan, serta rasa kenyang

    Namun, perlu diketahui bahwa pernyataan makan dengan tangan secara alami memperlambat mengunyah makanan lebih lama, belum ada penelitian ilmiah yang mendukung. Bisa jadi makan dengan alat makan juga bisa memperlambat proses mengunyah makanan. Maka diperlukan studi yang membandingkan kedua hal tersebut.

    Hipotesis yang Perlu Diteliti Lebih Lanjut

    Meski begitu, tidak semua klaim Dr Rajan sudah terbukti secara ilmiah. Ada beberapa yang masih berupa hipotesis dan perlu adanya riset lebih lanjut.

    Misalnya, klaim bahwa makan dengan tangan bisa memberi “latihan kecil” pada sistem imun karena adanya paparan mikroba tidak berbahaya. Hingga kini, belum ada penelitian yang secara khusus meneliti pengaruh makan pakai tangan terhadap keseimbangan mikrobiota usus atau imunitas tubuh.

    Lebih Baik Mana, Makan Pakai Tangan atau Alat Makan?

    Perdebatan tentang lebih baik makan pakai tangan atau menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu sebenarnya tidak mempunyai satu jawaban pasti. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, jika dilihat dari aspek kesehatan, kebersihan, maupun budaya.

    Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menggunakan alat makan cenderung lebih higienis, terutama ketika fasilitas cuci tangan terbatas. Pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah penyakit diare dan infeksi pencernaan sebelum makan. Beberapa studi menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia soal mencuci tangan sebelum makan, terutama pada praktik cuci tangan yang benar. Sehingga dalam konteks ini, alat makan bisa berfungsi sebagai “pelindung” antara mikroba yang ada di tangan dengan makanan yang akan dikonsumsi.

    Sementara itu, makan dengan tangan memiliki nilai budaya yang kuat di Indonesia serta dipercaya meningkatkan pengalaman sensorik dan kedekatan emosional dengan makanan. Dari sisi psikologis, riset tentang mindful eating juga mengaitkan keterlibatan kesadaran penuh saat makan dengan konsumsi yang lebih lambat, meski belum ada penelitian yang secara langsung membandingkan tangan dan sendok.

    Melihat kondisi di Indonesia, pilihan yang paling efektif dan bermanfaat bergantung pada kondisi. Dalam tradisi atau acara keluarga, makan pakai tangan bisa memperkuat kebersamaan sekaligus menghadirkan pengalaman makan yang lebih personal.

    Namun, di tempat umum atau lingkungan dengan sanitasi kurang terjamin, penggunaan alat makan jelas lebih disarankan. Intinya tetap sama yaitu menjaga kebersihan tangan, mencuci dengan sabun, dan memastikan makanan dalam kondisi higienis.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kepala BGN Ungkap Alasan Impor Food Tray MBG dari Cina”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 3 Dosen Terkaya di Dunia, Hartanya Sampai Ratusan Triliun

    3 Dosen Terkaya di Dunia, Hartanya Sampai Ratusan Triliun

    Jakarta

    Ada beberapa dosen yang kaya luar biasa. Mereka rata-rata dosen yang juga berkecimpung dan berbisnis di jagat teknologi. Seperti dikutip detikINET dari VNExpress, inilah mereka:

    Fan Daidi: USD 4,2 miliar (Rp 69 triliun)

    Fan Daidi, 59 tahun, pada bulan April diangkat sebagai wakil presiden Universitas Northwest di provinsi Shaanxi, China. Ia diyakini memiliki kekayaan bersih tertinggi di antara para eksekutif universitas secara nasional di China, menurut South China Morning Post.

    Daidi, bersama suaminya Yan Jianya, mendirikan Giant Biogene Holding. Perusahaan tersebut, berspesialisasi dalam kolagen dan produk perawatan kulit lain, terdaftar di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 2022. Selain itu, Fan menjabat sebagai dekan Institut Penelitian Biomedis di Universitas Northwest.

    Ia peneliti tamu senior Massachusetts Institute of Technologi dari 1999 hingga 2000. Fan juga punya saham di Beauty Farm Medical and Health Industry, penyedia layanan kecantikan yang go public di Bursa Efek Hong Kong tahun 2023. Ia sekarang berada di peringkat orang terkaya ke-923 secara global di daftar miliarder Forbes.

    David Cheriton: USD 15,4 miliar (Rp 253 triliun)

    David Cheriton, profesor emeritus di Universitas Stanford, mengumpulkan kekayaannya melalui investasi awal di Google. Bersama Andreas von Bechtolsheim, yang sekarang juga menjadi miliarder, Cheriton menginvestasikan USD 100.000 di Google saat perusahaan itu masih dalam tahap awal.

    Bersama-sama, mereka juga mendirikan tiga perusahaan yaitu Arista Networks, yang go public pada tahun 2014, Granite Systems yang diakuisisi oleh Cisco pada tahun 1996, dan Kealia, yang dijual ke Sun Microsystems pada tahun 2004.

    Cheriton mengundurkan diri dari dewan direksi Arista pada tahun 2014. Setelah perusahaannya Apstra diakuisisi oleh Juniper Networks pada tahun 2021, Cheriton mengambil peran sebagai kepala ilmuwan pusat data di Juniper Networks. Ia kini menjadi orang terkaya ke-162 di dunia.

    Henry Samueli: USD 26,8 miliar (Rp 440 triliun)

    Henry Samueli, 70 tahun, adalah profesor di University of California, Los Angeles (UCLA) yang juga salah satu pendiri dan chairman perusahaan semikonduktor Broadcom.

    Ia meluncurkan perusahaan tersebut bersama miliarder lainnya Henry Nicholas pada tahun 1991 dari sebuah kondominium di Redondo Beach, California. Di 2016, perusahaan chip yang berbasis di Singapura Avago mengakuisisi Broadcom senilai USD 37 miliar dalam bentuk tunai dan saham.

    Pada tahun 2017, keluarga Samueli memberikan donasi USD 200 juta kepada University of California, Irvine, donasi terbesar dalam sejarah institusi tersebut.

    Sebagai profesor di UCLA, ia menginspirasi mahasiswanya untuk meraih prestasi lebih tinggi. “Menjadi seorang insinyur adalah sangat berarti, membuat hidup orang-orang menjadi lebih baik (dengan) menerapkan matematika dan sains,” katanya. Samueli kini berada di peringkat ke-74 dunia dalam hal kekayaan.

    (fyk/fyk)

  • Selain Halusinasi AI, Apa Benar Kecerdasan Buatan Bisa Bikin Orang Kena Psikosis? – Page 3

    Selain Halusinasi AI, Apa Benar Kecerdasan Buatan Bisa Bikin Orang Kena Psikosis? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kasus chatbot Artificial Intelligence (AI) yang “berhalusinasi” atau mengarang fakta sudah sering terdengar dan terjadi. Namun, sekarang muncul sebuah permasalahan baru yang berpotensi lebih berbahaya dan masih belum dikenal oleh publik.

    Mengutip Mashable, Rabu (20/8/2025), “AI Psychosis” (Psikosis AI) adalah sebuah fenomena yang mulai dilaporkan oleh beberapa orang dan didiagnosis oleh beberapa ahli terjadi setelah pengguna setia chatbot melakukan periode interaksi yang sangat intensif.

    Untuk mengenal lebih dalam, Psychosis atau “Psikosis” sendiri adalah sebuah keadaan kehilangan kontak dengan realitas dari mental seseorang. Kondisi ini seringkali disertai dengan delusi (keyakinan salah) dan juga halusinasi yang dirasakan nyata.

    Uniknya, walau di Indonesia hal seperti ini belum atau tidak pernah dijumpai, para psikiater di Amerika Serikat (AS) sudah mulai menemukan dan merawat pasien di rumah sakit yang mengidap permasalahan ini.

    Salah satu kasus yang mencuat berasal dari seorang pengguna ChatGPT. Setelah berkonsultasi dengan chatbot tersebut, ia menjadi yakin telah menemukan formula matematika baru yang akan membuatnya kaya.

    Delusi ini menjadi semanis madu karena pada awalnya AI mengakui bahwa ia memang menemukan suatu rumus baru, namun akhirnya, bot mengkonfirmasi bahwa dirinya baru saja membenarkan sebuah ilusi tak nyata.

    Seorang psikiater dari University of California, Dr. Keith Sakata, menilai bahwa mesin pesan kecerdasan buatan bisa menjadi sangat berbahaya.

    “Psikosis berkembang pesat saat realitas berhenti melawan, dan AI benar-benar dapat meruntuhkan realitas dengan membenarkan delusi pengguna,” katanya.

    Dengan kata lain, AI yang selalu setuju bisa membuat pemikiran delusi seseorang menjadi lebih kuat. Dalam beberapa kasus bisa memicu percobaan bunuh diri apabila korban curhat dengan chatbot terkait masalah kehidupan yang terlalu dalam dan gelap.

  • Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

    Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

    Jakarta

    Para ilmuwan punya hipotesis baru soal bintang terjauh dari Bumi yang pernah ditemukan pada 2022, Earendel. Menurut mereka, mungkin Earendel merupakan gugus bintang.

    Jadi ilmuwan menilai kalau Earendel bukan bintang tunggal, melainkan sekumpulan bintang yang terikat oleh gravitasi dan terbentuk dari awan gas serta debu. Informasi ini terungkap berdasarkan studi yang diterbitkan pada 31 Juli 2025 di Astrophysical Journal.

    Saat kembali mengamati Earendel, sejumlah astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Dari situ mereka mencoba mengeksplorasi lebih dalam, dan akhirnya mendatangkan dugaan baru, dilansir detikINET dari Lives Science, Selasa (19/8/2025).

    Mereka menemukan bahwa fitur spektral Earendel cocok dengan gugus bola. Mahasiswa doktoral astronomi di University of California, Berkeley, dan penulis utama studi ini, Massimo Pascale, mengaku akan sangat bersyukur jika memang Earendel sebuah gugus bintang.

    “Penelitian ini menemukan bahwa Earendel tampaknya cukup konsisten dengan bagaimana kita memperkirakan gugus bola yang kita lihat di alam semesta lokal akan terlihat pada miliaran tahun pertama alam semesta,” kata Pascale.

    Earendel terletak di galaksi Sunrise Arc, yang mana jaraknya sekitar 12,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Saat itu keberadaannya ditemukan melalui fenomena yang dikenal sebagai pelensaan gravitasi.

    Setelah penemuan Earendel pada 2022, para peneliti menganalisis objek tersebut menggunakan data dari Near Infrared Imager (NIRCam) JWST. Dengan memeriksa kecerahan dan ukurannya, mereka menyimpulkan bahwa Earendel bisa jadi merupakan bintang masif, yang suhunya dua kali lebih panas dari matahari dan satu juta kali lebih terang daripada bintang di sekitar Bumi.

    “Setelah beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa Earendel memang bisa (tetapi belum tentu) jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya, saya yakin ada baiknya untuk mengeksplorasi skenario gugus bintang,” ujar Pascale.

    Menggunakan data spektroskopi dari instrumen NIRSpec JWST, Pascale dan tim mempelajari usia dan kandungan logam Earendel. Tim mendapati bagaimana kecerahannya berubah secara halus pada berbagai panjang gelombang cahaya. Pola ini sesuai dengan apa yang diharapkan dari sebuah gugus bintang dan, setidaknya, sesuai dengan gabungan cahaya dari beberapa bintang.

    Peneliti pascadoktoral di Universitas Maryland dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, Brian Welch, menganggap data baru tersebut cukup untuk mengonfirmasi bahwa Earendel adalah gugus bintang.

    Pascale dan Welch sepakat bahwa kunci untuk memecahkan misteri Earendel adalah memantau efek pelensaan mikro. Perubahan kecerahan akibat pelensaan mikro lebih terlihat ketika objek yang jauh berukuran kecil, daripada gugus bintang yang jauh lebih besar.

    “Akan menarik untuk melihat apa yang dapat dilakukan program JWST di masa mendatang untuk lebih mengungkap misteri Earendel,” ujar Pascale.

    (vmp/fay)

  • Ilmuwan Masih Terus Lacak Spesies Manusia Pertama

    Ilmuwan Masih Terus Lacak Spesies Manusia Pertama

    Jakarta

    Semua manusia saat ini adalah anggota spesies manusia modern Homo sapiens, bahasa Latin untuk ‘manusia yang berpengetahuan.’ Namun, kita bukanlah satu-satunya manusia yang pernah ada.

    Fosil-fosil semakin mengungkap lebih banyak tentang manusia purba dalam genus Homo, nenek moyang seperti Homo erectus (bahasa Latin untuk ‘manusia tegak’), yang hidup di Afrika, Asia, dan sebagian Eropa antara 1,9 juta dan 110.000 tahun yang lalu.

    Para ilmuwan kini mengenali lebih dari selusin spesies dalam genus Homo. Jadi, apa sebenarnya spesies manusia pertama? Jawabannya, ternyata tidak begitu jelas.

    Penemuan fosil di Maroko telah mengungkapkan bahwa manusia modern secara anatomis muncul setidaknya 300 ribu tahun yang lalu. Namun, spesies manusia tertua yang diketahui secara pasti oleh para ilmuwan disebut Homo habilis, atau ‘manusia serba bisa’, primata pengguna alat yang berjalan tegak dan hidup di Afrika antara 2,4 juta hingga 1,4 juta tahun yang lalu.

    Teori Evolusi Darwin

    Teori evolusi melalui seleksi alam pertama kali dirumuskan dalam buku Darwin ‘On the Origin of Species’ pada 1859. Buku ini menjelaskan bagaimana organisme berubah seiring waktu sebagai akibat dari perubahan sifat fisik atau perilaku yang diwariskan.

    Namun, fosil-fosil yang lebih awal menunjukkan bahwa spesies Homo lain mungkin mendahului H. habilis. Kelangkaan fosil manusia purba menyulitkan untuk mengetahui apakah spesimen yang tidak biasa tersebut merupakan spesies yang baru ditemukan atau sekadar anggota tipikal dari spesies yang telah dikenal.

    Selain itu, evolusi dapat berlangsung secara bertahap, sehingga sulit untuk menentukan kapan spesies baru muncul, terutama ketika fosil memiliki campuran ciri-ciri dari spesies yang berbeda.

    “Proses evolusi itu berkelanjutan, tetapi label yang kita berikan untuk memudahkannya bersifat statis,” ujar Tim D. White, seorang paleoantropolog di University of California Berkeley, dikutip dari Live Science, Selasa (19/8/2025).

    Homo Tertua

    Sebagian besar teori evolusi menyatakan bahwa H. habilis berevolusi dari genus primata yang lebih awal bernama Australopithecus, bahasa Latin untuk ‘kera selatan’ karena fosilnya pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

    Berbagai spesies Australopithecus hidup sekitar 4,4 juta hingga 1,4 juta tahun yang lalu. Kemungkinan H. habilis berevolusi langsung dari spesies Australopithecus afarensis, contoh paling terkenal adalah ‘Lucy’ yang digali di Hadar, Ethiopia, pada 1974.

    Fosil-fosil genus kita biasanya dibedakan dari fosil Australopithecus berdasarkan gigi Homo yang lebih kecil dan otak yang relatif besar, yang menyebabkan penggunaan alat-alat batu yang lebih luas.

    Namun, White mencatat bahwa ciri-ciri seperti gigi yang lebih kecil dan otak yang lebih besar pasti muncul pada populasi Australopithecus tempat Homo purba berevolusi.

    “Jika Anda memiliki Australopithecus betina, tidak ada kelahiran yang pada saat itu ia akan menamai anaknya Homo,” katanya.

    Akibatnya, tidak ada titik waktu pasti kapan Homo berasal. Sebaliknya, genus Homo muncul kira-kira antara 2 juta hingga 3 juta tahun yang lalu, kata White.

    Berkembang di Afrika

    Sejak 1970-an, para peneliti di Afrika telah menemukan fosil yang mereka kaitkan dengan spesies purba lain, Homo rudolfensis, yang menantang gagasan bahwa H. habilis adalah Homo paling awal.

    H. rudolfensis tampaknya secara fisik jauh lebih besar, memiliki otak yang lebih besar, dan struktur wajah yang lebih datar daripada H. habilis, yang mungkin membuatnya lebih mirip manusia modern.

    Fosil-fosilnya kira-kira seusia dengan H. habilis, sekitar 2,4 juta tahun. Namun, hanya ada satu fosil Homo rudolfensis yang benar-benar bagus, menurut Smithsonian National History Museum, sehingga para ilmuwan tidak tahu apakah H. rudolfensis adalah H. habilis yang tidak biasa atau bahkan Austrolopithicus dengan otak yang lebih besar dari biasanya.

    Paleoantropolog Rick Potts, yang mengepalai program Asal Usul Manusia di Smithsonian Institute, mengatakan bahwa bahkan fosil yang lebih tua dari Afrika tampaknya berasal dari genus Homo dan mungkin mendahului kedua spesies tersebut.

    Fosil tertua dari fosil-fosil tersebut berasal dari sekitar 2,8 juta tahun yang lalu, tetapi hanya berupa fragmen, beberapa tulang rahang dan beberapa gigi, sehingga tidak cukup untuk memastikan apakah fosil tersebut berasal dari spesies Homo yang berbeda dan tidak disebutkan namanya. Sebuah studi pada 2025 menemukan gigi tambahan yang berasal dari 2,59 juta hingga 2,78 juta tahun yang mungkin juga berasal dari spesies Homo awal yang misterius ini.

    Jadi, mungkin saja spesies manusia pertama belum ditemukan. “Ada banyak kegembiraan, tetapi juga banyak ketidakpastian, tentang upaya untuk menemukan lebih banyak tentang asal-usul genus Homo,” kata Potts.

    (rns/fay)

  • Ingin Anak Tumbuh Cerdas? Jangan Lewatkan Nutrisi yang Tepat di Usia 0-3 Tahun

    Ingin Anak Tumbuh Cerdas? Jangan Lewatkan Nutrisi yang Tepat di Usia 0-3 Tahun

    Jakarta

    Sebagian besar struktur dan kapasitas otak terbentuk sejak dini sebelum anak berusia 3 tahun. Karenanya, nutrisi di rentang periode 0-3 tahun perlu dioptimalkan demi tumbuh kembang mereka.

    Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Wamendiktisaintek Prof Stella Christie menekankan perkembangan otak di golden periode tersebut relatif sangat cepat.

    “Gizi ini meningkatkan atau berpengaruh terhadap juga kondisi kognitif kita. Otak sebenarnya berkembang sangat cepat di 0 sampai 3 tahun. Jadi gizi-gizi yang diasup sejak di kandungan itu sudah mempengaruhi perkembangan otaknya,” tutur Prof Stella dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (18/7/2025).

    Bila tidak mendapatkan gizi yang tepat, dampak buruk yang muncul berpengaruh pada perkembangan kognitif, daya ingat, perhatian, dan kemampuan akademik di kemudian hari.

    Dampak Buruk ke Otak saat Kekurangan Nutrisi

    Mengacu jurnal ‘The Role of Nutrition in Brain Development: The Golden Opportunity of the ‘First 1000 Days’, otak terdiri dari berbagai wilayah anatomi dan proses, masing-masing memiliki lintasan perkembangan yang relatif berbeda. Sebagian besar, pertumbuhannya paling pesat terjadi dalam kandungan hingga sesaat setelah lahir.

    Mielinisasi ditemukan meningkat tajam pada usia kehamilan 32 minggu dan paling aktif dalam dua tahun pertama setelah lahir. Mielinisasi adalah proses pembentukan lapisan lemak yang disebut mielin di sekitar akson atau ‘serabut saraf’, berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf dan meningkatkan fungsi otak.

    Begitu juga dengan sistem neurotransmiter monoamin yang berperan dalam emosi, perasaan menghargai, dan suasana hati. Sistem ini mulai berkembang sejak prenatal dan terus bertumbuh cepat setidaknya hingga usia 3 tahun.

    Hal yang tidak kalah penting adalah hippocampus, pusat pengaturan memori dan pengenalan spasial. Keduanya memasuki fase pertumbuhan dalam sekitar usia kehamilan 32 minggu dan terus berkembang selama 18 bulan pertama pasca kelahiran.

    Dilanjut dengan korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi vital dalam kemampuan multitasking anak, perkembangan bagian otak ini mulai melonjak dalam satu bulan pertama kehidupan.

    “Menjaga lintasan perkembangan setiap wilayah otak sangat penting, bukan hanya agar wilayah itu berfungsi optimal, tetapi juga agar dapat bekerja secara terkoordinasi dalam jaringan otak kompleks yang membentuk perilaku,” beber Professor of Pediatrics Michael K Georgieff di University of Minnesota School of Medicine.

    Masa Kritis Perkembangan Otak Anak

    Bila kekurangan nutrisi terjadi lebih awal, bagian hippocampus lebih mungkin terdampak dibanding korteks prefrontal. Dalam temuan riset 2020 di The Journal of Pediatrics, ketidakseimbangan antara input hippocampal dan prefrontal di sirkuit otak, juga sirkuit area tegmental ventral, bisa menyebabkan gangguan perilaku serius, bahkan salah satunya skizofrenia, gangguan mental berat.

    Karenanya, sejumlah ilmuwan saraf menekankan pentingnya memperhatikan masa kritis dan sensitif. Masa kritis adalah periode awal kehidupan ketika masalah nutrisi menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang tidak dapat dipulihkan.

    Sementara masa sensitif menjadi periode ketika otak lebih rentan terhadap faktor lingkungan, tetapi dampaknya tidak selalu permanen. Keduanya sama-sama penting sehingga tak boleh terabaikan.

    Dari temuan tersebut, orangtua perlu memahami apa saja nutrisi yang sebaiknya diberikan pada anak, bahkan sejak awal kehamilan. Rekomendasi Kemenkes RI terkait pedoman gizi seimbang, ibu hamil setidaknya memerlukan pemenuhan gizi asam folat, protein dari kacang-kacangan, juga hati dan sayur.

    Kalsium dari susu dan ikan-ikanan, protein dari ikan, ayam, serta telur, zat besi dari daging merah tanpa lemak, terakhir vitamin D dari ikan dan jeruk.

    Komite Nutrisi dari American Academy of Pediatrics merekomendasikan nutrisi tertentu untuk perkembangan otak yang sehat pada balita, di antaranya kolin, folat, yodium, hingga zat besi. Anak juga memerlukan asam lemak tak jenuh seperti omega 3, protein, vitamin A, D, B6, B12, juga seng.

    Makanan dan Nutrisi Penting pada Anak

    Tak ada satu makanan atau ‘superfood’ yang bisa sekaligus menjamin perkembangan otak maksimal pada anak. Anak perlu mendapatkan beragam nutrisi dari sejumlah sumber makanan:

    Dalam laman University of California Los Angeles (UCLA), berikut nutrisi yang disarankan untuk anak 0-3 tahun.

    Protein dan kolin

    Nutrisi peningkat kecerdasan otak termasuk kolin, vitamin B12, dan protein. Kolin sangat penting untuk perkembangan otak normal dan dapat meningkatkan fungsi kognitif. Sumbernya bisa didapatkan dari telur. Telur kaya akan gizi dan biasanya mudah disukai anak. Dua butir telur utuh sehari mencukupi kebutuhan kolin yang dibutuhkan anak usia 8 tahun ke bawah.

    Omega 3

    Nutrisi yang tak kalah penting adalah lemak omega 3. Bisa didapatkan dari ikan dan makanan laut lain yang kaya manfaat perkembangan otak, meliputi protein, seng, zat besi, kolin, yodium, dan lemak omega-3. Namun, hindari memberi anak dengan kandungan tinggi merkuri seperti tuna dan ikan todak.

    Terlalu banyak merkuri dapat berdampak buruk pada perkembangan sistem saraf anak. Sebagai gantinya, pilihlah pangan rendah merkuri seperti udang, salmon, nila, kepiting, atau ikan kod. Anak-anak di bawah usia 3 tahun dapat mengonsumsi satu porsi 25 gram dua hingga tiga kali seminggu.

    Asam folat

    Penelitian menunjukkan anak-anak yang mendapatkan cukup asam folat cenderung memiliki kemampuan kognitif lebih baik daripada anak-anak yang tidak mendapatkannya. Menurut dokter spesialis tumbuh kembang anak dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), asupannya diperlukan sejak masa kehamilan hingga 2 tahun.

    “Jadi asam folat itu dibutuhkan untuk pembentukan sistem persarafan pada janin, jadi dia dibutuhkan pada ibu hamil, bahkan sebaiknya itu masa kandungan kehamilan yang di awal sekali,” pesan dr Bernie, beberapa waktu lalu.

    Bagi ibu hamil yang mungkin baru mengetahui masa kehamilannya pasca dua hingga empat pekan mengandung, tidak ada salahnya untuk langsung menambah suplementasi kebutuhan asam folat. Asam folat tidak hanya didapat dari suplemen, makanan sehari-hari juga bisa memperkaya kebutuhan kandungan tersebut, termasuk telur.

    Kacang kacangan, makanan tinggi protein, hingga sejumlah buah seperti alpukat juga kaya akan asam folat.

    “Itu kalau hamil harus sudah tercukupi dulu asam folatnya. Banyak sebenarnya pengganti asam folat, dari makanan sehari-hari, seperti telur, itu juga cukup, intinya kebutuhan asam folat wajib terpenuhi,” sambung dia.

    Zat besi

    Zat besi sangat penting bagi anak, karena berperan dalam mendukung kecerdasan otak anak. Minimnya asupan zat besi, memicu anak kesulitan belajar dan berpotensi mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

    Hal yang sama sempat dijelaskan dr Wisvici Yosua Yasmin, M.Sc, SpA, asupan zat besi wajib terpenuhi dalam golden period perkembangan anak setidaknya hingga 2 tahun.

    Artinya, sejak hamil perlu diperhatikan. Ibu harus bisa memenuhi kebutuhan zat besi pribadi melalui asupan makanan padat nutrisi, atau dengan bantuan suplementasi.

    Menurutnya, proses ‘transfer’ perpindahan zat besi dari ibu ke janin paling besar terjadi pada trimester ke-3. Terlebih, perkembangan otak bayi berkembang secara signifikan pada enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan periode kedua pada usia 6-18 bulan, dilanjutkan sampai usia 2 tahun.

    “Jadi kita bilang dalam trimester 1 ke trimester 2, itu organnya terbentuk, rumahnya, wadahnya. Dan pemadatan sel-sel saraf itu terjadi di trimester 2 ke trimester 3. Begitu pula dengan transfer dari zat besi,” katanya beberapa waktu lalu.

    Kekurangan zat besi juga erat kaitannya dengan anemia. Insiden kasus anemia pada anak di Indonesia bahkan relatif masih cukup tinggi. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi anemia pada remaja usia 15-24 tahun adalah 15,5 persen. Untuk anak usia 5-14 tahun, prevalensinya berkisar 26 persen.

    Kolin dan Yodium

    Nutrisi seperti protein, seng, kolin, dan yodium dibutuhkan untuk memproduksi hormon tiroid, yang penting untuk perkembangan otak dan proses neurologis. Bahkan kekurangan yodium ringan pun dapat memengaruhi fungsi kognitif dan kemampuan berpikir anak secara keseluruhan.

    Pilihan sumber makanan kaya kandungan tersebut bisa didapatkan dari yogurt tanpa pemanis, cara mudah dan simpel untuk mendukung pertumbuhan otak si anak.

    Seng

    Seng juga berperan penting selama masa balita, saat otak sedang berkembang pesat. Kekurangan seng dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak, mengganggu daya ingat dan kemampuan belajarnya.

    Makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan selai kacang merupakan sumber kaya protein dan seng.

    Probiotik

    Perkembangan otak anak juga berkaitan dengan sistem pencernaan, sehingga penting untuk anak mendapatkan sumber probiotik yang cukup. Banyak riset menunjukkan hubungan erat antara otak dan sistem pencernaan melalui mekanisme yang dikenal gut-brain-axis.

    Mekanisme ini tidak hanya menunjukkan kondisi otak memengaruhi kesehatan saluran cerna, tetapi juga sebaliknya, sistem pencernaan bisa berdampak pada fungsi otak.

    Dalam riset ‘Microbiome-gut-brain axis in brain development, cognition and behavior during infancy and early childhood’ keduanya bahkan jelas berkaitan dan berperan penting dalam awal kehidupan.

    Otak dapat mengirimkan instruksi langsung ke saluran cerna. Sistem saraf ini dikenal sebagai enteric nervous system (ENS), dan kerap disebut sebagai ‘otak kedua’ karena kemampuannya mengatur sistem pencernaan secara otonom.

    Gut-Brain Axis dan Kaitannya dengan Otak

    1. Saraf Vagus: Jalur Penghubung Langsung

    Saraf vagus merupakan jalur utama yang menghubungkan otak dan usus. Studi dalam Nature Reviews: Neuroscience (2011) mencatat bahwa saraf ini memainkan peran penting dalam komunikasi dua arah tersebut. Misalnya, kondisi stres diketahui dapat menghambat aktivitas saraf vagus, yang berdampak pada munculnya gangguan pencernaan, seperti sakit perut, kembung, atau diare.

    2. Neurotransmiter: Pengendali Emosi dan Mood

    Neurotransmiter adalah senyawa kimia yang membawa pesan antarsel saraf. Salah satu yang paling dikenal adalah serotonin, yang berperan besar dalam mengatur suasana hati. Menariknya, sekitar 90 persen serotonin tubuh diproduksi di usus, bukan di otak.

    Selain serotonin, mikroba usus juga memproduksi GABA (gamma-aminobutyric acid), neurotransmiter yang berfungsi meredakan kecemasan dan stres. Ini memperkuat bukti bahwa usus memegang peran besar dalam mengatur emosi dan keseimbangan mental.

    Gut-brain axis tidak hanya memengaruhi sistem pencernaan atau suasana hati, tetapi juga berkontribusi dalam sejumlah proses vital.

    Menurut jurnal Neuroscience Letters (2016), SCFA seperti butirat membantu memperkuat blood-brain barrier atau sawar darah-otak, lapisan pelindung antara pembuluh darah otak dan jaringan saraf. Fungsi ini sangat krusial untuk mencegah zat-zat berbahaya seperti racun, alkohol, atau logam berat memasuki otak.

    Keseimbangan mikrobiota usus menjadi kunci untuk menjaga fungsi optimal gut-brain axis. Salah satu cara untuk merawatnya adalah dengan mengonsumsi makanan kaya serat, prebiotik, serta probiotik, seperti yogurt, tempe, dan produk fermentasi lainnya.

    Probiotik mengandung bakteri baik yang mendukung keberagaman mikroba usus, membantu sintesis neurotransmitter penting, serta memperkuat pertahanan terhadap patogen penyebab penyakit.

    Probiotik sudah teruji memelihara kesehatan pencernaan serta meningkatkan sistem imun tubuh. Terdapat pula Triple Bifidus, gabungan tiga jenis probiotik Bifidobacterium yang memiliki banyak manfaat.

    Tidak hanya merangsang produksi sel-sel imun, tetapi membantu meningkatkan penyerapan nutrisi makro dan mikro dengan lebih optimal. Enzim yang dimiliki spesies ini dapat menguraikan serat makanan yang sulit dicerna oleh tubuh.

    Walhasil, anak akan lebih mudah mendapatkan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan, termasuk perkembangan otaknya.

    Masa depan Si Kecil bukan terjadi karena kebetulan, tapi terbentuk dari pilihan terbaik yang orang tua buat hari ini. Karena #WaktuTakBisaKembali Morinaga memahami bahwa peran orang tua sangat penting dalam menentukan arah tumbuh kembang anak. Karena itu, Morinaga hadir mendampingi Bunda dan Ayah melalui tiga kunci penting: memberikan Atensi penuh di setiap tahap perkembangan Si Kecil, mengasah Potensi unik yang dimilikinya, dan memenuhi kebutuhan Nutrisi Tepat sebagai fondasi tumbuh kembang optimal. Dengan dukungan terbaik sejak sekarang, setiap pilihan Ayah dan Bunda adalah langkah besar menuju masa depan terbaik Si Kecil.

    Morinaga. Your Choice, Their Future

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Ini Batas Normal Tantrum Anak, Waspada Bila Berlebihan “
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

  • Tanda Kiamat Muncul di Bawah Tanah, Pakar Ungkap Faktanya

    Tanda Kiamat Muncul di Bawah Tanah, Pakar Ungkap Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para ilmuwan menemukan dua ancaman besar yang dapat mengubah wajah Bumi secara drastis. Ancaman tersebut adalah penyusutan air tanah global yang semakin cepat dan pelemahan arus laut raksasa di Samudra Atlantik yang belum pernah terjadi selama lebih dari 10.000 tahun.

    Ancaman ini diungkapkan melalui penelitian terbaru dari University of California, Santa Barbara, yang menyebut cadangan air tanah dunia mengalami penurunan drastis. Data menunjukkan 71% wilayah yang dipantau mengalami penyusutan air tanah, melonjak tajam dibanding hanya 16% pada periode 1980-1990.

    “Dalam beberapa lokasi, tingkat penurunannya mencapai tiga kali lipat dari perkiraan awal,” kata salah satu peneliti, seperti dikutip dari laporan resmi universitas. Analisis ini dilakukan dengan menggabungkan catatan nasional, subnasional, dan data dari lembaga riset internasional.

    Air tanah merupakan sumber vital bagi miliaran manusia, dan penipisannya dapat memicu krisis pangan, kekeringan ekstrem, hingga migrasi massal.

    Ancaman lain datang dari Samudra Atlantik. Tim peneliti internasional menemukan bahwa sistem sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) atau “sabuk pengangkut” laut yang memindahkan panas, karbon, dan nutrisi dari tropis ke Arktik, kini menunjukkan tanda-tanda kerusakan mendadak.

    Model komputer dan data historis menunjukkan AMOC telah melemah sekitar 15% sejak 1950, menjadikannya yang terlemah dalam 1.000 tahun terakhir. Pelemahan ini dipicu oleh mencairnya gletser Greenland dan lapisan es Arktik, yang menambah aliran air tawar ke laut dan menghambat tenggelamnya air asin dari selatan.

    “Jika AMOC runtuh, dampaknya akan dirasakan di seluruh dunia, mulai dari perubahan pola cuaca, kenaikan permukaan laut di pesisir timur AS, hingga terganggunya ekosistem laut,” ujar peneliti kelautan Dr. Stefan Rahmstorf dalam studi yang dipublikasikan sebelumnya.

    Meski beberapa penelitian memperkirakan titik kritis dapat terjadi antara 2025 hingga 2095, Kantor Meteorologi Inggris menilai skenario tersebut “sangat tidak mungkin” terjadi di abad ke-21.

    Namun, para ilmuwan menegaskan kedua fenomena ini, yakni penyusutan air tanah dan melemahnya AMOC, adalah sinyal peringatan keras bahwa perubahan iklim tengah berlangsung cepat dan meluas, dengan risiko yang bisa melampaui prediksi terburuk.

     

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]