Institusi: University of California

  • Profil Singkat Paslon Pilgub DKI Jakarta 2024

    Profil Singkat Paslon Pilgub DKI Jakarta 2024

    Melansir dari situs KPU  pasangan Ridwan Kamil dan Suswono diusung oleh 14 partai politik yaitu Partai NasDem, PKS, PAN, PKB, Golkar, Gerindra, PPP, Demokrat, Perindo, PKN, Partai Garuda, PBB, PSI, hingga Partai Gelora Indonesia.

    Profil Ridwan Kamil

    Ridwan Kamil merupakan politikus yang cukup populer di Indonesia dan sebelumnya dikenal sebagai mantan Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023. Pria kelahiran 4 Oktober 1971 di Bandung ini memiliki nama lengkap Mochamad Ridwan Kamil.

    Selain itu, Ridwan Kamil juga dikenal sebagai seorang arsitek yang telah mendesain sejumlah bangunan selama bertahun-tahun. Melansir dari KPU Ridwan Kamil meraih gelar Sarjana di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1990 hingga 1995.

    Kemudian berhasil meraih gelar magister di University of California tahun 1999 hingga 2001. Pria berusia 53 tahun itu juga meraih gelar Doktor di the University of Glasgow pada tahun 2024.

    Profil Suswono

    Suswono dikenal sebagai mantan Menteri Pertanian periode 2009 hingga 2014 dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI periode 2004-2009. Suswono lahir pada 20 April 1959 di Tegal.

    Saat ini dia juga dikenal sebagai dosen dan memiliki riwayat yang tidak kalah mentereng dari pasangannya. Suswono pernah menempuh pendidikan SMA di SMA Negeri Slawi (1976-1979).

    Kemudian menempuh pendidikan Sarjana di Institut Pertanian Bogor (1979-1984) hingga meraih gelar Magister tahun 2001-2004 dan gelar Doktor tahun 2005-2010 di kampus yang sama.

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Konsumsi 2-4 Telur dalam Seminggu

    Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Konsumsi 2-4 Telur dalam Seminggu

    Jakarta

    Telur merupakan makanan yang sering dikonsumsi dan kaya akan protein. Produk hewani yang disebut memiliki kolesterol tinggi itu ternyata tidak seburuk yang dikira.

    Para peneliti di University of California San Diego (UCSD) menganalisis data kesehatan dari 890 pria dan wanita. Mereka menemukan bahwa mengkonsumsi 2-4 telur dalam seminggu dikaitkan dengan kolesterol darah yang lebih rendah.

    Dari 531 wanita yang ikut dalam studi yang mengkonsumsi lebih banyak telur menunjukkan sedikit penurunan dalam memori jangka pendek dan panjang. Hal ini membuktikan bahwa kolesterol dalam telur tidak memberikan efek yang merugikan pada fungsi kognitif atau otak.

    “Meskipun memiliki kadar kolesterol yang tinggi, telur tidak memberikan efek yang merugikan, tetapi berperan penting dalam pemeliharaan fungsi kognitif dari waktu ke waktu,” tutur Peneliti kesehatan masyarakat Donna Kritz-Silverstein dan Ricki Bettencourt dari UCSD, dikutip dari Science Alert.

    Telur juga kerap kali dihindari karena kadar kolesterol yang tinggi, yang disebut dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Namun, faktanya telur adalah makanan rendah lemak, tinggi protein, dan padat nutrisi yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol.

    Bahkan, kandungan-kandungan tersebut yang berperan untuk membantu melindungi otak dari penurunan kemampuan kognitif. Kritz-Silverstein dan Bettencourt juga menunjukkan bahwa telur kaya akan protein, asam amino, dan kolesterol.

    Faktor-faktor ini mungkin dapat berfungsi untuk melestarikan struktur dan fungsi neuron di otak.Studi yang dipublikasikan di Nutrients juga menyebutkan bahwa telur mengandung karotenoid yang dikaitkan dengan peningkatan kinerja kognitif, dan mengandung banyak kolin yang merupakan prekursor neurotransmitter penting.

    “Studi lintas bagian telah menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi lebih banyak kolin dan mereka yang memiliki konsentrasi plasma kolin yang lebih tinggi memiliki skor yang lebih baik pada beberapa ukuran fungsi kognitif,” catat Kritz-Silverstein dan Bettencourt.

    Temuan terbaru ini juga menekankan bahwa telur yang mengandung kolesterol tinggi tidak selalu buruk bagi otak dan tubuh. Namun, tingkat kolesterol pada telur bisa meningkat tergantung pada cara memasaknya.

    Bukti menunjukkan telur yang dimasak dengan berbagai bahan tambahan, seperti lemak jenuh, gula, dan natrium menjadi kontributor utama penumpukan plak di arteri. Artinya, tingginya kadar kolesterol bukan semata-mata berasal dari kolesterol alami pada telur.

    (sao/suc)

  • Jubir RIDO Pede Ridwan Kamil-Suswono Menang Debat Ketiga, Ini Alasannya

    Jubir RIDO Pede Ridwan Kamil-Suswono Menang Debat Ketiga, Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono diyakini bakal menangkan debat terakhir, Minggu (17/11/2024) malam ini.

    Pasalnya, calon gubernur Jakarta Ridwan Kamil memiliki pengalaman yang sangat luas di bidang perkotaan, sehingga berhasil membuat Kota Bandung menjadi lebih baik.

    Ridwan Kamil juga memiliki latar belakang sebagai arsitek lulusan ITB dan Master Urban Design dari University of California, Berkeley, serta portofolio lainnya berskala internasional.

    “Ridwan Kamil adalah ahli tata kota yang sesungguhnya dan karyanya telah diakui dunia. Dia bukan insinyur yang lahir dari cerita sinetron,” tutur Juru Bicara Paslon Ridwan Kamil-Suswono, Fahlino Sjuib di Jakarta, jelang debat.

    Dia menjelaskan bahwa Ridwan Kamil telah membuktikan kemampuannya merancang dan menata kota besar dunia, termasuk proyek-proyek internasional seperti Marina Bay Waterfront Master Plan di Singapura, Beijing Finance Street Super Block dan Ningbo Newton di Tiongkok, serta Masjid Syaikh ‘Ajlin di Gaza, Palestina. 

    “Proyek-proyek ini mencerminkan keahlian beliau dalam merancang ruang publik dan bangunan monumental yang tidak hanya indah, tetapi juga berfungsi dengan baik dalam konteks sosial dan ekonomi,” katanya

    Dia mengatakan bahwa Ridwan Kamil dan Suswono harus memenangkan Pilkada DKI Jakarta karena hanya paslon tersebut yang diklaim mampu menjawab persoalan tata kota di DKI Jakarta.

    “Ridwan Kamil sudah punya pengalaman yang diakui oleh dunia internasional. Ini bisa menjadi bukti bahwa Ridwan Kamil itu bisa menjawab semua persoalan tata kota dan lingkungan di Jakarta,” ujarnya.

    Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta akan menggelar debat ketiga Pilkada Jakarta 2024  di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024) malam. 

    Debat kali ini mengangkat tema “Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim” dengan enam subtema, yaitu penanganan banjir, penataan permukiman, penurunan emisi dan polusi udara serta transisi energi terbarukan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.

  • OPINI: Mimpi Indonesia, Mimpi Prabowo

    OPINI: Mimpi Indonesia, Mimpi Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom University of California, Los Angeles, Mariko Sakakibara (2000) mengukur intensitas research and development (R&D) dari dua sisi, yaitu besarnya alokasi anggaran publik dan privat untuk R&D pada sisi input dan jumlah pendaftaran paten pada sisi output.

    Intensitas R&D negara berpendapatan menengah, baik menengah atas maupun bawah masih rendah, seperti Vietnam mengalokasikan 0,43% dari Gross Domestic Product (GDP) untuk R&D, Turkiye 1,40%, Thailand 1,21%, Indonesia 0,30%, dan Afrika Selatan 0,60% pada 2021 (World Bank, 2023).

    Sementara negara-negara maju intensitas R&D-nya sangat tinggi, seperti Amerika Serikat mengalokasikan 3,46% dari GDP untuk R&D, Inggris 2,91%, Swiss 3,36%, Korea Selatan 4,93%, Jepang 3,30%, dan Jerman 3,14% tahun 2021.

    Akibatnya, pendaftaran paten di negara berpendapatan menengah sangat rendah. Inovasi teknologi lambat. Efisiensi ekonomi rendah yang tercermin pada nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dalam 10 tahun terakhir. ICOR Indonesia termasuk tertinggi sebesar 7,05% tahun 2015 dan 6,33% pada 2023. Jauh dari nilai ideal sekitar 3%.

    Di tengah rendahnya intensitas R&D Indonesia membuat mimpi Prabowo untuk menjadikan Indonesia negara maju pada 2045 semakin berat. Perekonomian Indonesia harus tumbuh 8% per tahun dalam 20 tahun ke depan berbasis pada inovasi dan peningkatan produktivitas.

    Akselerasi pertumbuhan ekonomi dari sekitar 5% menjadi 8% pada 2026—2027 membutuhkan pergeseran model pertumbuhan ekonomi nasional dari exogenous growth model menjadi endogenous growth model.

    Exogenous growth model diperkenalkan oleh Robert Solow, peraih Nobel ekonomi 1987. Pendekatan Solow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang hanya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Penggunaan teknologi tinggi meningkatkan productivity growth yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

    Namun, pendekatan itu menempatkan teknologi yang digunakan dalam suatu perekonomian bersumber dari luar perekonomian bersangkutan. Kemajuan teknologi tidak bersumber dari kekuatan internal perekonomiannya.

    Sementara endogenous growth model yang diinisiasi oleh Paul M. Romer, penerima Nobel ekonomi 2018. Romer menyatakan bahwa investasi dan tenaga kerja berdampak temporer pada pertumbuhan. Efeknya hanya dalam jangka pendek.

    Pendekatan ini menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan pertumbuhan produktivitas harus bersumber dari kekuatan internal suatu per­ekonomian. Kemajuan teknologi ditunjang oleh kemampu­an inovasi, tingginya in­­­­ten­­­­­sitas R&D dan ketersedia­­an tenaga kerja terampil.

    Kemampuan inovasi suatu perekonomian bergantung pada stock of knowledge (banyaknya pengetahuan) dalam perekonomian bersangkutan. Hal ini tercermin pada jumlah pendaftaran paten dalam perekonomian bersangkutan.

    Selama ini terdapat kesenjangan pendaftaran paten antara negara maju dan berkembang. Berdasarkan publikasi World Intelectual Property Rights Organisation (WIPO), sekitar 80% – 90% pendaftaran paten dilakukan oleh negara maju sejak tahun 2010. Sementara hanya 10% – 20% berasal dari EMEs.

    Menjadi Kaya

    Mimpi Indonesia dan Prabowo untuk menjadikan Indonesia negara kaya pada 2045 terwujud jika mampu mentransformasi ekonominya dari factor driven economy ke perekonomian yang digerakkan oleh inovasi (innovation driven economy).

    Salah satu negara yang sering menjadi rujukan karena sukses bertransformasi menjadi negara kaya dalam jangka 50—60 tahun adalah Korea Selatan. Pemerintah Korea konsisten menyediakan anggaran pendidikan sebesar 20% atau lebih dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejak 1980-an hingga saat ini.

    Pemerintah Korea mendirikan research university sebagai sarana mengadopsi dan mengadaptasi teknologi baru dari negara maju. Institusi pendidikan Korea menyerap technology inflow dan sekaligus menciptakan teknologi baru. Kebijakan pendidikan Korea membuat keterkaitan kuat antara pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi.

    Ketersediaan tenaga kerja terampil dan berkualitas dalam jumlah besar menjadi modal dasar pemerintah Korea mengadopsi dan mengadaptasi teknologi terbaru dari negara maju. Bahkan, tenaga kerja Korea juga dapat memprediksi arah pengembangan teknologi manufaktur terbaru di negara maju.

    Tingginya proporsi tenaga kerja terampil dan pesatnya perkembangan sektor manufaktur membuat jumlah kelas menengah Korea, sejak 1990-an hingga saat ini, lebih dari 53% populasi. Kelas menengah berpendidikan tinggi menjadi basis dalam mengembangkan knowledge-based economy.

    Dalam rangka mewujudkan mimpi Prabowo, ada baiknya kita belajar dari Brasil dan Korea. Sejak 1965—1980, Brasil tumbuh rata-rata 5,6% dengan PDB per kapita US$7.600 tahun 1980. Tetapi Brasil tidak sukses menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita US$12.500 karena intensitas R&D-nya rendah dan pekerja profesional berpengetahuan tinggi (kelas menengah) rendah.

    Hal berbeda dengan Korea yang tumbuh 6,5% selama periode 1965–1980 memiliki pendapatan per kapita US$7.700 tahun 1986. Gini ratio yang rendah, membuat kelas menengah Korea lebih dari 53% populasi sejak 1990-an. Pekerja terampil yang besar menjadi penggerak utama inovasi Korea hingga mencapai pendapatan per kapita US$12.500 (2003).

    Akhirnya, kata kunci kemajuan ekonomi Korea yang perlu kita adopsi adalah tingginya intensitas R&D, besarnya persentase pekerja terampil dan berpengetahuan tinggi (kelas menengah). Modal ini yang memudahkan Korea mengadopsi, mengadaptasi dan menciptakan teknologi manufaktur terbaru dengan produk manufaktur yang sangat kompetitif di pasar ekspor.

  • Gletser Kiamat Cair Lebih Cepat, Ilmuwan Didesak Rekayasa Bumi

    Gletser Kiamat Cair Lebih Cepat, Ilmuwan Didesak Rekayasa Bumi

    Jakarta

    Studi baru tentang Gletser Thwaites di Antartika, yang juga disebut ‘Gletser Kiamat’, telah memicu perbincangan tentang geoengineering atau rekayasa Bumi sebagai solusi perubahan iklim.

    Satu studi yang diterbitkan pada Mei dan dipimpin oleh para ilmuwan di University of California Irvine dan University of Waterloo menemukan bahwa arus pasang surut yang menghangat mempercepat pencairan Thwaites dan menyebabkan penyusutan lebih cepat daripada yang diprediksi oleh model.

    Sementara itu, studi lain yang diterbitkan pada Agustus dan dipimpin oleh para peneliti di Dartmouth College dan University of Edinburgh menemukan bahwa Thwaites mungkin kurang rentan terhadap ketidakstabilan dan keruntuhan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

    Karena nasib Thwaites masih belum pasti, sejumlah ilmuwan dan insinyur beralih ke ide kontroversial tentang cara mengubah lingkungan untuk memperlambat pencairan gletser.

    Gletser Thwaites merupakan salah satu dari deretan gletser yang terletak di sepanjang tepian West Antarctic Ice Sheet (WAIS) yang menghadap ke laut. Gletser raksasa ini satu-satunya benteng yang mencegah lautan mengisi cekungan dan mencairkan atau menggeser es.

    Situasi ini telah menyebabkan para ilmuwan dan media menjuluki Thwaites sebagai Gletser Kiamat karena jika gletser ini jebol, air laut yang lebih hangat akan mencairkan WAIS dan menaikkan permukaan laut hingga hampir 3,3 meter. Hal ini akan menempatkan banyak kota pesisir besar dan negara kepulauan kecil pada risiko ekstrem.

    Pegunungan Thwaites menyusut dengan cepat akibat perubahan iklim dan sudah menyumbang 4% kenaikan muka air laut di Bumi. Ia kehilangan 50 miliar ton es setiap tahunnya. Akibat kenaikan muka air laut yang dahsyat yang akan terjadi, jebolnya Pegunungan Thwaites dan lepasnya WAIS selanjutnya merupakan titik kritis dalam ilmu iklim.

    Titik kritis terjadi ketika melewati ambang batas kritis. Dalam hal ini, pemanasan atmosfer dan samudra mengakibatkan perubahan besar, semakin cepat, dan tak dapat diubah dalam sistem iklim.

    Mencairnya Gletser Thwaites akan menyebabkan runtuhnya WAIS yang pada gilirannya akan menyebabkan kenaikan permukaan laut yang tak dapat diubah, yang dapat membahayakan jutaan orang dan mempercepat pemanasan es lainnya.

    Studi PNAS yang dipimpin oleh para peneliti dari UC Irvine dan University of Waterloo menggunakan citra satelit beresolusi tinggi dan data hidrologi untuk mengidentifikasi area tempat arus pasang surut hangat mengalir di bawah es dan menyebabkan pencairan lebih cepat.

    “Memahami laju pencairan sangat penting untuk memprediksi kenaikan permukaan laut,” kata Christine Dow, profesor glasiologi di University of Waterloo dan salah satu penulis penelitian tersebut, dikutip dari Phys.org.

    “Kami berharap butuh waktu seratus hingga 500 tahun untuk mencairkan es tersebut. Kekhawatiran terbesar saat ini adalah jika hal itu terjadi jauh lebih cepat dari itu,” ujarnya.

    Namun, masih ada harapan bagi WAIS. Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Dartmouth College dan University of Edinburgh menemukan bahwa Thwaites tidak terlalu rentan terhadap proses yang disebut marine ice cliff instability (MICI) atau ketidakstabilan tebing es laut seperti yang diperkirakan sebelumnya.

    Hipotesis MICI menunjukkan bahwa tebing es tinggi yang terbentuk oleh gletser yang mencair tidak stabil dan lebih mudah runtuh, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa penipisan Thwaites sebenarnya dapat mengurangi tingkat pecahnya dan menstabilkan tebing es, sehingga menyoroti perlunya model yang lebih baik saat membuat prediksi tentang WAIS.

    Sekelompok ahli glasiologi yang berafiliasi dengan Climate Systems Engineering Initiative di University of Chicago merilis laporan pada Juli tahun ini yang menyerukan lebih banyak penelitian tentang geoengineering gletser sebagai respons terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh gletser yang mencair dengan cepat.

    John Moore, seorang profesor di Arctic Center di University of Lapland dan salah satu penulis laporan tersebut, menjelaskan perlunya memulai pekerjaan ini sekarang.

    “Butuh waktu 15 hingga 30 tahun bagi kita untuk memahami dengan cukup baik guna merekomendasikan atau mengesampingkan intervensi rekayasa geoglasial apa pun, yang berarti intervensi tersebut harus segera dimulai agar siap,” ujarnya.

    Beberapa ide untuk melindungi Thwaites dan gletser lain yang berakhir di laut seperti itu dianggap radikal, termasuk membuat tirai bawah laut raksasa yang setidaknya akan mencegah sebagian arus pasang surut hangat mencapai es gletser.

    Tirai tersebut dapat dibuat dari kain atau bahkan gelembung jika pipa dengan lubang yang dibor ke dalamnya dan udara yang dipompa melaluinya dapat ditempatkan di antara Thwaites dan air hangat.

    Intervensi geoengineering glasial seperti ini bisa sangat berguna jika diterapkan dengan benar, menurut Gernot Wagner, ekonom iklim di Columbia Climate School.

    “Untuk beberapa titik kritis kutub seperti es laut Arktik dan WAIS, geoengineering glasial tampaknya menjadi satu-satunya cara bagi kita untuk lebih atau kurang menjamin bahwa kita dapat mengatasi titik kritis ini,” sebutnya.

    Akan tetapi, banyak dari ide-ide ini menghadapi tentangan dari para ahli glasiologi dan ilmuwan iklim yang menyatakan bahwa ide-ide tersebut akan sulit atau tidak mungkin dicapai dan mengalihkan perhatian dari pembahasan yang lebih penting tentang pengurangan emisi karbon. Dengan terlalu mengandalkan strategi seperti geoengineering, para ilmuwan ini berpendapat bahwa kita mungkin gagal bertindak untuk mengekang emisi.

    “Ketika kita berbicara tentang rekayasa geo glasial, kita perlu mengatakan yang sebenarnya, yaitu bahwa itu bukanlah solusi untuk perubahan iklim, melainkan semacam pereda rasa sakit. Geoengineering tidak menyelesaikan apa pun, jadi kita perlu menggunakan waktu yang diberikannya untuk mengatasi emisi,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • 8 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh

    8 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh

    Jakarta, Beritasatu.com – Sistem kekebalan tubuh yang kuat sangat penting untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit dan infeksi. Selain menjaga gaya hidup sehat, salah satu cara untuk memperkuat sistem imun adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi yang mendukung fungsi kekebalan tubuh. Apalagi, di tengah-tengah cuaca panas ekstrem.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini kepada masyarakat di sejumlah daerah agar waspada terhadap cuaca panas ekstrem yang diperkirakan dapat mencapai suhu 37-38,4 derajat celsius. 

    Kondisi cuaca panas ekstrem seperti ini dapat mempengaruhi kesehatan, terutama dalam hal daya tahan tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 

    Dilansir dari laman BBC Good Food pada Jumat (8/11/2024), berikut adalah 8 makanan yang dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh:

    1. Yoghurt

    Yoghurt kaya akan probiotik dan protein, yang keduanya sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sebuah analisis menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi probiotik secara rutin memiliki risiko lebih rendah untuk terkena flu dibandingkan mereka yang tidak. 

    2. Buah delima

    Buah delima mengandung polifenol yang dapat membantu mencegah dan mengobati batuk serta pilek. Penelitian menunjukkan, antioksidan polifenol yang terkonsentrasi dalam jus delima dapat mengurangi durasi pilek hingga 40%.

    3. Kiwi

    Kiwi adalah buah yang kaya nutrisi, dengan kandungan vitamin C dua kali lipat dari jeruk. Selain itu, kiwi juga mengandung antioksidan, seperti lutein dan zeaxanthin. Berbagai senyawa dalam kiwi, termasuk vitamin C, serat, karoten, dan polifenol, terbukti mendukung fungsi kekebalan tubuh.

    4. Jahe

    Jahe dikenal sebagai salah satu makanan terbaik untuk meredakan flu. Sifat antiinflamasi jahe yang kuat berperan penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan membantu melawan infeksi.

    5. Brokoli

    Brokoli merupakan makanan yang sangat baik untuk mendukung kekebalan tubuh. Penelitian dari University of California menunjukkan, brokoli mengandung sulforaphane, senyawa yang membantu mengaktifkan gen antioksidan dalam sel kekebalan tubuh sehingga dapat mengurangi risiko penyakit.

    6. Salmon liar

    Salmon liar mengandung seng, nutrisi yang telah terbukti membantu mengurangi gejala flu. Selain itu, salmon juga kaya akan asam lemak omega-3, yang membantu mengurangi peradangan, mencegah infeksi virus, dan meningkatkan fungsi sel kekebalan tubuh.

    7. Teh hijau 

    Teh hijau mengandung flavonoid, antioksidan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Antioksidan katekin yang terkandung dalam teh hijau terbukti memiliki sifat antibakteri dan antivirus, yang dapat membunuh bakteri penyebab flu dan virus influenza.

    8. Cokelat hitam (dark chocolate)

    Cokelat hitam mengandung magnesium, mineral yang penting untuk mendukung sistem kekebalan tubuh. Magnesium membantu limfosit dalam mengikat patogen, sehingga dapat mengeluarkannya dari tubuh. 

    Pilih cokelat hitam dengan kandungan kakao 80% atau lebih untuk mendapatkan manfaat maksimal bagi kesehatan dan kekebalan tubuh.

    Dengan memperhatikan pola makan yang sehat dan mengonsumsi makanan-makanan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, Anda dapat lebih siap menghadapi cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi kesehatan. 

    Selain itu, menjaga pola hidup sehat dan tetap waspada terhadap peringatan cuaca dari BMKG juga sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

  • 10
                    
                        Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel?
                        Internasional

    10 Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel? Internasional

    Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel?
    Tim Redaksi
    GAZA, KOMPAS.com
    – “Di mana orang-orang Arab?! Di mana orang-orang Arab?!”
    Pertanyaan itu dilontarkan seseorang yang muncul dari puing-puing seraya menggendong anak-anak yang sudah meninggal. Dia berteriak tanpa daya ke arah kamera yang menyorotnya.
    Pertanyaan ini terus diulang oleh warga Gaza yang keheranan mengapa orang-orang di negara kawasan Arab tidak melindungi mereka dari pengeboman Israel.
    Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 warga Israel terbunuh dan 250 orang lainnya diculik, semua mata langsung tertuju pada Timur Tengah.
    Seberapa jauh pembalasan yang akan dilakukan Israel? Bagaimana penduduk dan pemerintah Arab menanggapi guncangan kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut?
    Pertanyaan pertama masih belum terjawab: Pengeboman Israel telah menghancurkan Jalur Gaza, merenggut nyawa lebih dari 42.500 warga Palestina, tetapi belum ada titik terang.
    Yang kedua adalah benar: Jika ada orang yang mengharapkan adanya protes besar di ibu kota utama dunia Arab, mereka akan kecewa.
    Adapun pemerintah negara-negara itu, “tanggapannya suam-suam kuku atau tidak sama sekali,” menurut Walid Kazziha, profesor ilmu politik di American University in Cairo (AUC), kepada
    BBC Mundo
    .
    Di luar kritik retoris terhadap Israel atau peran mediasi yang diadopsi oleh pemerintah seperti Qatar atau Mesir yang “murni sebagai perantara dan tidak mendukung Palestina,” kata Kazziha, tak satu pun negara-negara Arab memutuskan hubungan dengan Israel atau melakukan tindakan diplomatik dan tekanan ekonomi apa pun untuk mengakhiri perang.
    Mengapa perjuangan Palestina kehilangan relevansinya di antara pemerintah-pemerintah Arab di wilayah ini? Seperti hampir semua hal di Timur Tengah, jawabannya cukup rumit.
    Wilayah Timur Tengah tidak pernah benar-benar menjadi blok yang utuh dan homogen.
    Sepanjang sejarah, masyarakat Arab telah berbagi rasa identitas, bahasa, dan sebagian besar agama, serta kekhawatiran yang timbul dari pengaruh kolonial Eropa di wilayah tersebut.
    Namun, kepentingan pemerintah mereka terkadang berseberangan.
    Hubungan antara Palestina dan negara-negara Arab juga tidak mudah, terutama dengan negara-negara yang menerima sejumlah besar pengungsi setelah proklamasi Negara Israel pada 1948.
    Namun, perjuangan Palestina juga merupakan faktor pemersatu negara-negara Arab selama beberapa dekade.
    Selama periode ini, negara Israel dipandang “sebagai perpanjangan tangan dari kekuatan kolonial sebelumnya, yang telah menarik diri dari Timur Tengah,” menurut profesor kebijakan publik di Institut Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout.
    “Israel sengaja ditempatkan di sana sebagai agen untuk melindungi kepentingan mereka, yang sebelumnya merupakan kepentingan Inggris dan Perancis, dan sekarang kepentingan Amerika Serikat,” ujar Tamer Qarmout kepada
    BBC Mundo
    .
    Perang yang dilancarkan terhadap Israel di masa lalu oleh negara-negara seperti Mesir, Suriah, dan Yordania tidak hanya untuk membela kepentingan nasional mereka, tetapi juga kepentingan Palestina, kata para analis.
    Namun, perang tersebut kini telah berlalu. Mesir dan Yordania telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel beberapa dekade yang lalu.
    Maroko, Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menormalisasi hubungan dengan Israel—negara yang hingga beberapa tahun lalu merupakan negara paria di wilayah tersebut.
    Bahkan Arab Saudi pun hampir melakukan hal yang sama sebelum 7 Oktober dan serangan Hamas.
    Bagi Dov Waxman, direktur Y&S Nazarian Center for Israel Studies di University of California, sejak awal konflik hingga hari ini, selama beberapa dekade terakhir, “masing-masing negara Arab mengikuti kepentingannya sendiri”.
    “Mereka berbicara tentang mendukung Palestina dan solidaritas, dan bukan berarti perasaan itu tidak tulus, tetapi pada akhirnya mereka mengikuti kepentingan nasional mereka.”
    “Ada banyak simpati terhadap bencana kemanusiaan yang dihadapi warga Gaza, dan mereka ingin pemerintah mereka berbuat lebih banyak. Mereka ingin hubungan diplomatik diputus. Mereka ingin para duta besar diusir, setidaknya ada tanggapan semacam itu,” ujar Fakhro.
    Namun, hal ini tidak terjadi.
    Menurut Imad K. Harb, direktur Riset dan Analisis di lembaga riset Arab Center di Washington, DC, “Pemerintah Arab telah lama meninggalkan Palestina.”
    Bagi Tamer Qarmout, ada sebuah titik balik yang telah mengubah seluruh dinamika di kawasan ini: pemberontakan rakyat yang mengguncang Timur Tengah dan Afrika Utara antara tahun 2010 dan 2012, yang dikenal dengan sebutan Kebangkitan Arab
    (Arab Spring).
    “Sejak saat itu, gelombang telah berubah sepenuhnya dan kegagalan pemberontakan ini telah membuat kawasan ini berada dalam ketidakpastian: banyak negara yang masih terbenam dalam konflik sipil, seperti Yaman, Suriah, atau Irak,” kata profesor dari universitas di Qatar ini.
    “Dua negara terakhir, yang merupakan negara sentral dan kuat dengan ide-ide politik yang dapat menantang AS, telah lenyap.”
    Di tengah keadaan krisis permamen ini, kendati bersimpati kepada Palestina, masyarakat Arab “merasa tak berdaya”, menurut Qarmout.
    “Mereka sendiri hidup di bawah tirani, otokrasi, dan kediktatoran. Dunia Arab berada dalam kondisi yang menyedihkan, orang-orang tidak memiliki kebebasan atau kemampuan dan aspirasi untuk hidup bermartabat,” kecam Qarmout.
    Meski begitu, respons sosial jauh lebih kuat daripada respons pemerintah, meskipun hal ini berkembang terutama di media sosial.
    Sejak
    Arab Spring
    , jalan-jalan di banyak negara di kawasan ini, seperti Mesir, menjadi terlarang bagi aktivisme.
    Jika dulu pemerintah otoriter mengizinkan masyarakat untuk melampiaskan rasa frustasi mereka dalam aksi demonstrasi membela Palestina, kini mereka khawatir protes semacam itu akan berujung pada hal yang lebih besar.
    Namun, itu bukan satu-satunya hal yang berubah dalam tahun-tahun penuh gejolak ini, ketika jutaan orang Arab turun ke jalan di negara-negara seperti Tunisia, Mesir, Libya, Suriah, Bahrain, dan Maroko untuk menuntut demokrasi dan hak-hak sosial.

    Arab Spring
    benar-benar merupakan guncangan dan mengubah dinamika dan prioritas banyak negara,” kata Qarmout.
    “Beberapa rezim lama tidak ada lagi dan yang lainnya berpikir bahwa mereka akan tertinggal, sehingga mereka panik, melihat ke kiri dan ke kanan dan mencari perlindungan.”
    “Banyak yang percaya pada gagasan yang dijual oleh Amerika Serikat bahwa Israel, sekutunya di kawasan itu, dapat melindungi mereka,” ujarnya.
    Perjanjian itu menjadi kesepakatan hubungan Barhain dan Uni Emirat Arab dengan Israel—perjanjian ini kemudian diikuti oleh Maroko dan Sudan.
    Lalu, dampak perjanjian ini kemudian datang. Washington, misalnya, mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat, yang membuat referendum penentuan nasib sendiri menjadi tidak mungkin.
    “Ketika kita melihat hubungan yang telah dibangun oleh negara-negara ini dengan Israel, kita melihat bahwa pada dasarnya bermuara pada Israel yang menjual sistem untuk memata-matai penduduk mereka sendiri,” kata Walid Kazziha.
    Dugaan kasus spionase menggunakan program Pegasus—yang dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO Group—telah mempengaruhi Maroko, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan bahkan Arab Saudi, meskipun tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel.
    Menurut
    The New York Times
    , Riyadh membeli program tersebut pada 2017 dan kehilangan akses ke program tersebut setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun berikutnya.
    Namun, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman berhasil memulihkan layanan setelah menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang melakukan intervensi untuk mengizinkan Saudi menggunakan perangkat lunak itu lagi, demikian laporan surat kabar Amerika tersebut.
    Hubungan Hamas dan Hizbullah dengan Iran juga menimbulkan kecurigaan di negara-negara Arab.
    Bagi negara-negara Teluk, misalnya, Iran adalah ancaman yang lebih besar daripada Israel. Banyak pemerintah Arab “telah mengadopsi narasi Israel dan Amerika bahwa gerakan-gerakan ini adalah perpanjangan tangan Iran di wilayah tersebut, dan bahwa mereka diciptakan untuk menyabotase proyek perdamaian regional dengan mengabaikan Palestina,” kata Qarmout.
    Ini adalah narasi yang didorong oleh sebagian besar media resmi di dunia Arab—sebuah wilayah di mana hampir tidak ada media independen, menurut para analis.
    “Bagi media Saudi, misalnya, perhatian utama bukanlah Palestina, tetapi bagaimana Iran mendapatkan tempat,” Kazziha berpendapat.
    Akan tetapi, negara-negara ini kemudian menjadi waspada terhadap kekuatan gerakan yang terus meningkat.
    “Ketika pintu-pintu tertutup bagi mereka dan tidak ada yang mau memberi mereka senjata untuk melawan Israel, mereka bersedia membantu penjahat untuk mendapatkannya,” tambahnya.
    Hal yang sama berlaku untuk Hizbullah dan kelompok-kelompok lain yang menerima dukungan dari Iran, tetapi juga ingin membela Palestina,
    Menurut Kazziha, ketika Iran dikedepankan sebagai promotor, maka orang-orang Arab tidak lagi menjadi tokoh utama.
    “Saya pikir ada beberapa gerakan Arab yang benar-benar tertarik untuk mendukung Palestina dan bahkan mati untuk mereka, seperti Hizbullah, Houthi di Yaman, dan beberapa gerakan Syiah di Irak,” ujar peneliti AUC tersebut.
    Selain kepentingan geostrategis dan krisis di negara-negara Arab, perjuangan Palestina telah dilupakan seiring berlalunya waktu.
    Konsep-konsep yang pernah membuat jantung Timur Tengah berdegup kencang, seperti pan-Arabisme, kini hanya menjadi gema masa lalu.
    “Sebagian besar generasi muda di wilayah ini bersimpati kepada Palestina, tetapi mereka tidak mengetahui dinamika konflik karena hal-hal tersebut tidak lagi diajarkan di sekolah-sekolah,” jelas Qarmout.
    “Pada 1960-an dan 1970-an, banyak negara Arab yang memiliki kurikulum sekolah yang lengkap tentang Palestina, namun saat ini masyarakat telah berubah dengan kekuatan globalisasi, bahkan identitas,” jelas Qarmout,” katanya.
    Hal yang sama juga terjadi pada para pemimpin baru.
    “Di negara-negara Teluk, misalnya, ada generasi pemimpin baru seperti Mohamed Bin Salman dari Arab Saudi, yang sebagian besar berpendidikan Barat, yang tidak pan-Arab dan tidak melihat Palestina sebagai sebuah isu,” jelas Qarmout.
    “Prioritas mereka berbeda dan begitu pula ambisi mereka,” cetusnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Samudra ke-6 Perlahan Muncul, Ini yang Bakal Terjadi pada Bumi

    Samudra ke-6 Perlahan Muncul, Ini yang Bakal Terjadi pada Bumi

    Jakarta

    Berkat geologi, bola dunia, peta, dan berbagai pengetahuan di buku, kita cukup familiar seperti apa rupa Bumi sekarang. Planet yang kita huni ini memiliki lima samudra, tujuh benua, dan bentuk daratan yang dapat dikenali.

    Namun, Bumi tidak selalu terlihat seperti ini. Kemunculan perlahan samudra keenam membuktikan bahwa samudra tersebut tidak akan tetap seperti ini. Proses ini mungkin memakan waktu jutaan tahun, namun tidak ada yang dapat menghentikannya.

    Para ilmuwan telah mengonfirmasi bahwa perairan baru itu muncul di tengah benua Afrika, yang mulai terbelah dua. Negara-negara seperti Uganda dan Zambia saat ini terkurung daratan, namun di masa mendatang mereka berpotensi memiliki garis pantai sendiri.

    Perubahan ini terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik, lempengan batu padat raksasa yang membentuk kerak Bumi dan mantel atas, yang juga dikenal sebagai litosfer. Lempeng tektonik terus bergerak, meskipun pergerakannya tidak terlihat oleh mata telanjang.

    Lempeng tektonik Afrika, Arab, dan Somalia saling berbatasan, tetapi selama 30 juta tahun terakhir, baik lempeng Arab maupun lempeng Somalia perlahan-lahan menjauh dari lempeng Afrika, sehingga mengakibatkan apa yang dikenal sebagai Rift Afrika Timur.

    “Ini adalah satu-satunya tempat di Bumi, tempat Anda dapat mempelajari bagaimana retakan benua berubah menjadi retakan samudra,” kata Christopher Moore, seorang mahasiswa doktoral di University of Leeds di Inggris, dikutip dari Unilad.

    Mengingat diperlukan waktu 30 juta tahun agar retakan nyata terbuka, cukup aman untuk mengatakan bahwa penduduk Uganda atau Zambia belum akan memiliki garis pantai mereka sendiri dalam waktu dekat.

    Namun perubahan ini tidak akan berhenti. Hal tersebut ditunjukkan oleh Ken Macdonald, seorang ahli geofisika kelautan dan profesor di University of California.

    “Dengan pengukuran GPS, Anda dapat mengukur laju pergerakan hingga beberapa milimeter per tahun. Seiring dengan semakin banyaknya pengukuran dari GPS, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi,” ujarnya.

    Melihat ke masa depan, Macdonald juga mampu memperkirakan seperti apa wujud dunia ketika jutaan tahun berlalu, dan lautan akhirnya terbuka.

    “Teluk Aden dan Laut Merah akan membanjiri wilayah Afar dan Lembah Rift Afrika Timur lalu menjadi samudra baru, dan bagian Afrika Timur itu akan menjadi benua kecil yang terpisah,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Nggak Perlu Lama-lama, Efek Olahraga 30 Menit Bisa Sebesar Ini Buat Otak

    Nggak Perlu Lama-lama, Efek Olahraga 30 Menit Bisa Sebesar Ini Buat Otak

    Jakarta

    Olahraga teratur secara umum dapat memberikan manfaat yang besar untuk kesehatan tubuh. Dalam sebuah penelitian terbaru, aktivitas olahraga, bahkan waktu singkat, dapat memberikan manfaat yang besar untuk otak.

    Para ahli di University of California Santa Barbara meneliti 113 hasil penelitian sebelumnya yang melibatkan total 4.390 peserta. Mereka menemukan olahraga dengan aktivitas yang lebih tinggi intensitasnya seperti bersepeda dan high-intensity interval training (HIIT), memiliki dampak yang lebih baik untuk kemampuan kognitif.

    Kemampuan kognitif berkaitan dengan memori kerja, merencanakan pekerjaan, hingga mengerjakan banyak tugas.

    “Penelitian kami menunjukkan bukti terkuat untuk efek positif dari sesi olahraga tunggal pada kognisi dan bahwa bukti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,” kata ahli saraf Barry Giesbrecht dikutip dari Science Alert, Kamis (31/10/2024).

    Meski ada peningkatan dalam beberapa aspek kognitif, seperti waktu reaksi yang lebih baik setelah berolahraga, tidak semua aspek mengalami peningkatan. Misalnya tidak ada peningkatan akurasi dalam mengerjakan tugas kognitif.

    Peneliti menyebut ada banyak faktor yang memungkinkan sebuah sesi latihan secara khusus dapat meningkatkan kekuatan otak saat dibutuhkan. Latihan yang melibatkan tantangan mental dan fisik juga dapat membantu.

    Peningkatan kinerja otak terbesar ditemukan pada orang yang latihan di bawah 30 menit. Perlu dicatat, pemeriksaan kemampuan kognitif dilakukan setelah olahraga, bukan selama olahraga.

    “Hasil ini mengejutkan, mengingat intensitas latihan diyakini memiliki hubungan terbalik dengan kinerja. Ketika latihan dengan intensitas sedang menghasilkan peningkatan terbesar, sementara latihan yang lebih intens dan melelahkan menghasilkan penurunan,” tulis peneliti.

    Peneliti berkesimpulan masyarakat sebenarnya tidak perlu olahraga terlalu berat untuk mendapatkan manfaat kesehatan tubuh. Terpenting adalah menjaga tubuh tetap berolahraga sebagai bentuk memperbaiki kondisi tubuh dan meningkatkan suasana hati.

    Selain pada otak, olahraga seperti latihan HIIT juga sangat besar perannya untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurang berbagai risiko masalah kesehatan di masa mendatang.

    HIIT merupakan jenis latihan yang mengombinasikan periode singkat intensitas tinggi dengan periode istirahat. Tujuannya meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan membakar lebih banyak kalori dalam waktu singkat.

    Selanjutnya ilmuwan akan meneliti lebih dalam terkait temuan tersebut. Mereka akan melakukan pengujian di laboratorium dan memantau sesi latihan atau olahraga secara langsung.

    “Ada bukti sedang bahwa latihan aerobik secara akut dapat menyebabkan sedikit peningkatan kinerja keseluruhan pada tugas kognitif, terutama pada tugas yang menguji fungsi eksekutif dan mengukur waktu respons,” tulis para peneliti.

    (avk/naf)

  • Presiden Prabowo tunjuk Erick Thohir jadi Menteri BUMN

    Presiden Prabowo tunjuk Erick Thohir jadi Menteri BUMN

    Erick Thohir sebelumnya juga merupakan Menteri BUMN pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di bawah pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko-Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf AminJakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto menunjuk Erick Thohir untuk kembali menjabat sebagai Menteri BUMN di Kabinet Merah Putih 2024-2029.

    Presiden Prabowo mengumumkan nama Erick Thohir dalam daftar 48 menteri dan tiga kepala lembaga, serta jaksa agung dan sekretaris kabinet.

    “Erick Thohir, Menteri BUMN,” kata Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta, MInggu.

    Erick Thohir sebelumnya juga merupakan Menteri BUMN pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di bawah pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko-Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

    Erick yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini sebelumnya turut diundang oleh Prabowo Subianto ke kediaman Presiden ke-8 RI itu di Jalan Kertanegara pada Senin (14/10/2024). Ia juga kembali menghadiri pertemuan dengan Prabowo dan para calon menteri di Hambalang, Kabupaten Bogor, Rabu (16/10)

    Pria kelahiran Jakarta pada 30 Mei 1970 itu merupakan wakil Indonesia di Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan Federasi Bola Basket Internasional (FIBA). Dia juga terpilih menjadi Ketua Umum PSSI sejak 16 Februari 2023.

    Baca juga: Maruarar Sirait terpilih jadi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman

    Di bidang ekonomi, Erick juga dipercaya sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah/MES dan anggota Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

    Sebelum masuk ke dunia politik, Erick dikenal sebagai pengusaha di industri media dan olahraga. Lulusan Master of Business Administration di National University of California ini mendirikan Mahaka Media dan menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan itu pada 2010-2019.

    Sebelum menjadi Menteri BUMN, Erick adalah Komisaris Utama Mahaka Media (2010-2019), Presiden Klub Inter Milan (2013-2016), Direktur Utama PT Intermedia Capital Tbk, perusahaan induk ANTV, pada 2014-2019, Ketua Komite Olimpiade Indonesia (2015-2019), dan Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee/INASGOC (2018).

    Menyelesaikan pendidikan formal di Amerika Serikat, Erick Thohir mendapatkan gelar Associate of Arts bidang Komunikasi dari Glendale College, Bachelor of Arts bidang Periklanan di American College, dan MBA bidang Periklanan dari National University.

    Pada 3 Maret 2023, Erick Thohir dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Universitas Brawijaya (UB) di Malang, Jawa Timur, atas jasanya memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

    Baca juga: Airlangga Hartarto terpilih jadi Menko Bidang Perekonomian
    Baca juga: Pekan depan, Kabinet Merah Putih dilantik hingga pembekalan di Akmil

    Pewarta: Indra Arief Pribadi
    Editor: Indra Gultom
    Copyright © ANTARA 2024