Institusi: University of California

  • Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Malam Hari Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah

    Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Malam Hari Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah

    Jakarta

    Kebiasaan seperti tidur pada jam yang sama setiap malam ternyata dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep Advances.

    Peneliti melaporkan, peserta dalam studi berskala kecil mengalami penurunan signifikan pada tekanan darah secara keseluruhan, termasuk tekanan darah malam hari, setelah menyesuaikan jadwal tidur agar konsisten setiap malam.

    “Tidur pada waktu yang teratur bisa menjadi strategi tambahan yang sederhana dan berisiko rendah untuk membantu mengontrol tekanan darah pada banyak penderita hipertensi,” tulis para peneliti, dikutip Healthline.

    Namun, peneliti menekankan bahwa studi ini hanya melibatkan 11 orang, berlangsung selama dua minggu, dan tidak memiliki kelompok pembanding. Karena itu, hipotesis tersebut masih perlu diuji melalui uji klinis acak dengan jumlah peserta yang lebih besar.

    Meski demikian, para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini menilai hasilnya cukup menarik untuk diperhatikan.

    “Ini studi yang bermanfaat karena menunjukkan bahwa intervensi yang sangat sederhana bisa memberikan dampak yang cukup signifikan,” ujar Cheng-Han Chen, MD, dokter spesialis jantung intervensi sekaligus direktur medis Program Jantung Struktural di MemorialCare Saddleback Medical Center, Laguna Hills, California.

    Senada, Brian Brady, MD, seorang nefrolog sekaligus profesor klinis kedokteran di Stanford University, mengatakan meski penelitiannya masih terbatas, hasil studi ini menyoroti potensi perbaikan kontrol hipertensi melalui intervensi murah dan mudah diterapkan, serta layak diteliti lebih lanjut lewat uji klinis acak.

    Tidur Berkualitas dan Tekanan Darah

    Untuk mencapai kesimpulan tersebut, peneliti merekrut 11 orang dengan hipertensi. Tujuh peserta adalah perempuan dan empat laki-laki, dengan rentang usia 45-62 tahun dan usia rata-rata 53 tahun.

    Seluruh peserta memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang masuk kategori obesitas dan tidak memiliki penyakit kronis lain.

    Sebelum studi dimulai, waktu tidur peserta bervariasi rata-rata hingga 30 menit setiap malam. Selama dua minggu penelitian, variasi ini berkurang drastis menjadi sekitar tujuh menit.

    Peserta diminta menjaga jadwal tidur yang konsisten, dengan durasi tidur yang relatif sama setiap malam, serta tidak tidur siang. Tekanan darah mereka dipantau secara terus-menerus selama 48 jam menggunakan metode ambulatory blood pressure monitoring.

    Hasilnya, jadwal tidur yang konsisten menurunkan tekanan darah sistolik 24 jam (angka atas) rata-rata sebesar 4 poin, serta tekanan darah diastolik (angka bawah) sekitar 3 poin.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya tekanan darah sistolik pada malam hari dan penurunan tekanan darah diastolik secara keseluruhan. Lebih dari setengah peserta juga mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan.

    Peneliti mencatat, penurunan tekanan darah malam hari sebesar 5 poin saja dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular lebih dari 10 persen.

    Menurut peneliti, jadwal tidur yang tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, yang berperan mengatur siklus tidur-bangun dan fungsi kardiovaskular. Secara normal, tekanan darah akan menurun saat tidur malam. Orang yang tekanan darahnya tidak turun secara optimal saat malam hari diketahui memiliki risiko kardiovaskular yang lebih tinggi.

    Meski demikian, para ahli mengingatkan agar hasil studi ini ditafsirkan dengan hati-hati.

    “Ini studi proof of concept yang baik, tetapi masih perlu diuji pada penelitian acak berskala besar dan dengan durasi lebih panjang untuk benar-benar menilai dampaknya terhadap penurunan tekanan darah,” kata Nissi Suppogu, MD, ahli jantung sekaligus direktur medis Women’s Heart Center di MemorialCare Heart & Vascular Institute, California.

    Sementara itu, Kin Yuen, MD, dokter spesialis gangguan tidur dari University of California San Francisco, juga mengingatkan tekanan darah dipengaruhi banyak faktor.

    “Ini konsep yang menarik, tetapi tekanan darah sangat dipengaruhi oleh aktivitas malam hari, tanggung jawab merawat keluarga, konsumsi obat, hingga ritme biologis individu, sehingga sulit untuk digeneralisasi,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pada orang dengan kecenderungan insomnia, fokus berlebihan pada jadwal tidur justru dapat memicu kecemasan saat hendak tidur, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Malam Hari Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah

    Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Malam Hari Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah

    Jakarta

    Kebiasaan seperti tidur pada jam yang sama setiap malam ternyata dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep Advances.

    Peneliti melaporkan, peserta dalam studi berskala kecil mengalami penurunan signifikan pada tekanan darah secara keseluruhan, termasuk tekanan darah malam hari, setelah menyesuaikan jadwal tidur agar konsisten setiap malam.

    “Tidur pada waktu yang teratur bisa menjadi strategi tambahan yang sederhana dan berisiko rendah untuk membantu mengontrol tekanan darah pada banyak penderita hipertensi,” tulis para peneliti, dikutip Healthline.

    Namun, peneliti menekankan bahwa studi ini hanya melibatkan 11 orang, berlangsung selama dua minggu, dan tidak memiliki kelompok pembanding. Karena itu, hipotesis tersebut masih perlu diuji melalui uji klinis acak dengan jumlah peserta yang lebih besar.

    Meski demikian, para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini menilai hasilnya cukup menarik untuk diperhatikan.

    “Ini studi yang bermanfaat karena menunjukkan bahwa intervensi yang sangat sederhana bisa memberikan dampak yang cukup signifikan,” ujar Cheng-Han Chen, MD, dokter spesialis jantung intervensi sekaligus direktur medis Program Jantung Struktural di MemorialCare Saddleback Medical Center, Laguna Hills, California.

    Senada, Brian Brady, MD, seorang nefrolog sekaligus profesor klinis kedokteran di Stanford University, mengatakan meski penelitiannya masih terbatas, hasil studi ini menyoroti potensi perbaikan kontrol hipertensi melalui intervensi murah dan mudah diterapkan, serta layak diteliti lebih lanjut lewat uji klinis acak.

    Tidur Berkualitas dan Tekanan Darah

    Untuk mencapai kesimpulan tersebut, peneliti merekrut 11 orang dengan hipertensi. Tujuh peserta adalah perempuan dan empat laki-laki, dengan rentang usia 45-62 tahun dan usia rata-rata 53 tahun.

    Seluruh peserta memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang masuk kategori obesitas dan tidak memiliki penyakit kronis lain.

    Sebelum studi dimulai, waktu tidur peserta bervariasi rata-rata hingga 30 menit setiap malam. Selama dua minggu penelitian, variasi ini berkurang drastis menjadi sekitar tujuh menit.

    Peserta diminta menjaga jadwal tidur yang konsisten, dengan durasi tidur yang relatif sama setiap malam, serta tidak tidur siang. Tekanan darah mereka dipantau secara terus-menerus selama 48 jam menggunakan metode ambulatory blood pressure monitoring.

    Hasilnya, jadwal tidur yang konsisten menurunkan tekanan darah sistolik 24 jam (angka atas) rata-rata sebesar 4 poin, serta tekanan darah diastolik (angka bawah) sekitar 3 poin.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya tekanan darah sistolik pada malam hari dan penurunan tekanan darah diastolik secara keseluruhan. Lebih dari setengah peserta juga mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan.

    Peneliti mencatat, penurunan tekanan darah malam hari sebesar 5 poin saja dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular lebih dari 10 persen.

    Menurut peneliti, jadwal tidur yang tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, yang berperan mengatur siklus tidur-bangun dan fungsi kardiovaskular. Secara normal, tekanan darah akan menurun saat tidur malam. Orang yang tekanan darahnya tidak turun secara optimal saat malam hari diketahui memiliki risiko kardiovaskular yang lebih tinggi.

    Meski demikian, para ahli mengingatkan agar hasil studi ini ditafsirkan dengan hati-hati.

    “Ini studi proof of concept yang baik, tetapi masih perlu diuji pada penelitian acak berskala besar dan dengan durasi lebih panjang untuk benar-benar menilai dampaknya terhadap penurunan tekanan darah,” kata Nissi Suppogu, MD, ahli jantung sekaligus direktur medis Women’s Heart Center di MemorialCare Heart & Vascular Institute, California.

    Sementara itu, Kin Yuen, MD, dokter spesialis gangguan tidur dari University of California San Francisco, juga mengingatkan tekanan darah dipengaruhi banyak faktor.

    “Ini konsep yang menarik, tetapi tekanan darah sangat dipengaruhi oleh aktivitas malam hari, tanggung jawab merawat keluarga, konsumsi obat, hingga ritme biologis individu, sehingga sulit untuk digeneralisasi,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pada orang dengan kecenderungan insomnia, fokus berlebihan pada jadwal tidur justru dapat memicu kecemasan saat hendak tidur, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Yozua Makes Raih Penghargaan Pelopor Transformasi Bisnis di BIG 40 Awards 2025

    Yozua Makes Raih Penghargaan Pelopor Transformasi Bisnis di BIG 40 Awards 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis Indonesia Group resmi menggelar BIG 40 Awards, sebuah malam apresiasi bagi para tokoh yang membentuk lanskap bisnis Indonesia, pada Senin (8/12/2025). 

    Di antara para penerima penghargaan, nama Yozua Makes tampil menonjol sebagai peraih kategori “Tokoh Pendiri, Pelopor, & Transformasi Bisnis”, sebuah pengakuan atas kiprahnya yang telah melampaui batas industri hospitality.

    Yozua, pendiri sekaligus Presiden Direktur Plataran Group, telah menorehkan jejak panjang dalam menggabungkan hospitality eksklusif dengan komitmen mendalam terhadap alam dan budaya. 

    Apa yang membedakan Plataran bukan sekadar kemewahan fasilitas: melainkan filosofi mereka—“Hospitality with Impact”—yang menegaskan bahwa pelayanan bukan hanya soal kenyamanan tamu, tetapi juga tentang dampak positif bagi komunitas dan lingkungan.

    Karier Yozua sendiri sebenarnya bermula dari dunia hukum: beliau menamatkan studi hukum di Universitas Indonesia, melanjutkannya ke gelar LL.M di University of California, Berkeley dan gelar manajemen dari Asian Institute of Management. 

    Dia kemudian mendirikan firma hukum tersohor Makes & Partners, yang terkenal karena reputasinya dalam merger & akuisisi serta transaksi lintas negara, bahkan pernah terlibat dalam pencatatan saham besar di bursa global.

    Namun, dari semula, Yozua dan istrinya, Dewi Makes, memiliki kecintaan mendalam pada budaya, alam, dan warisan Nusantara. Pada 2009, dari sebuah vila kecil di Canggu, Bali, mereka “tanpa sengaja” memulai Plataran, semua karena keinginan untuk memperkenalkan keindahan Indonesia ke dunia sambil menjaga kearifan lokal.

    Dalam lebih dari satu dekade, Plataran berkembang pesat: kini mencakup deretan hotel dan resor premium di lokasi ikonik seperti Borobudur, Komodo, Ubud, Menjangan, dan Bali. 

    Selain penginapan dan restoran, Plataran juga menawarkan pengalaman wisata budaya, alam dan komunitas — seperti resort, spa terpadu, kapal pesiar, venue acara, dan bahkan program edukasi komunitas lokal.

    Namun di balik gemerlap kemewahan, visi sosial dan lingkungan Plataran tetap kuat. 

    Lewat pilar “Nature, Culture, Community”, Plataran menggabungkan pelestarian alam, penghormatan terhadap tradisi lokal, serta pemberdayaan komunitas dan ekonomi daerah. 

    Dalam hal ini, Yozua dan Dewi juga aktif dalam gerakan filantropi melalui “Give Back Programme”, mendukung pendidikan, pelestarian budaya dan peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah-daerah sekitar proyek mereka.

    Keberhasilan ini pernah diganjar penghargaan global: pada 2023, Yozua Makes dinobatkan sebagai EY Entrepreneur of The Year 2023, menjadi wirausahawan pertama dari sektor hospitality yang menerima titel tersebut di Indonesia.

    Penghargaan BIG 40 Awards hari ini semakin menegaskan perannya sebagai arsitek transformasi pariwisata Indonesia. 

    Melalui Plataran, Yozua telah menunjukkan bahwa kemewahan dapat berjalan selaras dengan konservasi; bahwa bisnis dapat memberi dampak sosial-ekologi; dan bahwa pariwisata dapat menjadi kebanggaan bangsa serta teladan pelestarian budaya berkelanjutan.

  • Presiden Iran Peringatkan Warga Mungkin Harus Ngungsi

    Presiden Iran Peringatkan Warga Mungkin Harus Ngungsi

    Jakarta

    Teheran, Iran, bergulat dengan krisis air parah hingga presiden Iran menyarankan warganya mungkin perlu mengungsi. Minggu demi minggu berlalu, hujan tak kunjung turun. Muncul kekhawatiran air bisa habis sepenuhnya di kota luas dan sibuk ini, yang wilayah metropolitannya dihuni sekitar 15 juta orang.

    Dalam pidato awal bulan ini, Presiden Masoud Pezeshkian mengatakan air akan dijatah jika hujan tak turun di Teheran hingga Desember. Jika terus berlanjut, warga harus mengungsi. Meski ahli mengatakan evakuasi massal mustahil, retorika itu mencerminkan betapa serius situasi.

    Krisis air meluas melampaui ibu kota. Sekitar 20 provinsi belum melihat setetes hujan pun sejak awal musim hujan pada akhir September, menurut Mohsen B. Mesgaran, profesor ilmu tanaman di University of California, Davis. Menurut Reuters, sekitar 10% bendungan negara itu mengering.

    Akar masalah mirip dengan yang terjadi di belahan dunia lain yaitu puluhan tahun ekstraksi berlebihan, infrastruktur tua, menjamurnya bendungan, salah urus, hingga tuduhan korupsi. Di balik semua itu, ada perubahan iklim yang memicu cuaca lebih panas dan kering. Tahun demi tahun, waduk yang kering tidak terisi kembali.

    Kekeringan Iran saat ini adalah yang terburuk setidaknya dalam 40 tahun terakhir. “Level air menyusut saat di mana Anda biasanya mengharapkan cadangan air pulih, bukan malah makin merosot,” kata Amir AghaKouchak, profesor lingkungan di University of California, Irvine.

    Iran yang sebagian besar wilayahnya semi gersang, tidak asing dengan kelangkaan air. Namun jarang sekali hal itu berdampak pada Teheran, rumah bagi sebagian besar kaum kaya dan berkuasa di negara tersebut.

    Waduk utama yang memasok kota hanya terisi sekitar 11%. Bendungan Latyan, sekitar 15 mil di luar kota, hanya terisi sekitar 9%. Sejak Mei, waduk di kaki pegunungan Alborz ini surut hingga menyisakan dasar sungai yang hampir sepenuhnya kering, dengan hanya beberapa aliran air kecil tersisa.

    Bendungan Amir Kabir, sekitar 40 mil di barat laut Teheran, juga berada pada level rendah yang berbahaya, hanya sekitar 8% dari total kapasitasnya. Di luar Teheran, level air di waduk yang memasok kota terbesar kedua di Iran, Mashhad, hanya tersisa 3%.

    Kaveh Madani, direktur United Nations University Institute for Water, Environment and Health menyebut Iran dalam kondisi kebangkrutan air. Pengambilan air dari sungai, danau, dan lahan basah serta akuifer bawah tanah dilakukan jauh lebih cepat daripada pengisian.

    Tujuan pemerintah untuk mencapai swasembada pangan turut bertanggung jawab atas situasi ini. “Selama beberapa dekade, kebijakan mendorong perluasan pertanian irigasi di daerah gersang,” kata AghaKouchak yang dikutip detikINET dari CNN.

    Lahan pertanian irigasi berlipat ganda sejak 1979. Tanaman pangan sangat butuh air, terutama beras, makanan pokok orang Iran. Sebagian besar air Iran, sekitar 90%, digunakan untuk pertanian. Danau Urmia adalah korban nyata. Pernah menjadi salah satu danau air asin terbesar, Urmia menyusut drastis beberapa dekade terakhir.

    Kekeringan turut berperan, tapi pendorong terbesarnya adalah bendungan dan sumur yang bermunculan di dekatnya untuk mendukung pertanian, yang memutus pasokan air ke danau. Industri rakus air seperti minyak dan gas juga dibangun di wilayah kering, menambah tekanan di daerah yang sudah rapuh.

    Populasi perkotaan membengkak juga meningkatkan permintaan. Situasi diperparah infrastruktur yang menua. “Diperkirakan 30% air minum olahan hilang melalui sistem distribusi tua yang bocor, dan daur ulang air sangat minim,” kata Mesgaran. Di atas semua masalah ini adalah krisis iklim.

    Iran kini memasuki tahun keenam kekeringan berturut-turut. Bagi warga Teheran, ini adalah penantian mencemaskan. Ada harapan musim gugur akan membawa hujan yang sangat dibutuhkan, tapi selain beberapa hujan sesaat yang terisolasi, hujan tak kunjung datang.

    (fyk/rns)

  • Bukan Pertanda Buruk, Ternyata Ini Penyebab Mata Kedutan Menurut Medis

    Bukan Pertanda Buruk, Ternyata Ini Penyebab Mata Kedutan Menurut Medis

    Jakarta

    Siapa yang pernah mengalami mata kedutan? Kondisi ini terkadang justru dikaitkan dengan mitos pertanda baik atau pertanda buruk. Sebenarnya, ada penjelasan medis yang jelas di baliknya.

    Kondisi mata kedutan memiliki istilah medis myokymia. Kondisi ini sebenarnya merupakan kondisi medis yang umum dan jarang menjadi tanda masalah serius.

    Mata kedutan biasanya muncul berkali-kali dalam sehari, tidak menimbulkan rasa sakit, dan muncul di kelopak mata atas, bawah, atau keduanya, sehingga mata kadang menutup sendiri tanpa dikendalikan. Rupanya kondisi ini berkaitan erat dengan kelelahan, sehingga solusinya adalah istirahat yang cukup.

    “Ocular myokymia bisa disebabkan oleh kelelahan, terlalu banyak kafein, atau stres. Jadi tidak heran lebih banyak beristirahat dan mengurangi asupan kafein dapat membantu meredakan gejalanya,” jelas pihak University of California Los Angeles (UCLA) Health dikutip dari IFL Science, Kamis (27/11/2025).

    Myokymia bukan satu-satunya jenis kedutan mata. Ada juga kondisi lain yang dikenal dengan benign essential blepharospasm (BEB).

    Hingga saat ini, peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi BEB. Namun, peneliti menduga ada masalah pada bagian otak tertentu yang memicu BEB.

    “Peneliti belum yakin apa yang menyebabkan BEB, tapi kondisi ini dapat memengaruhi kelompok otot di sekitar mata. Mereka juga menduga adanya masalah pada basal ganglia (bagian otak) mungkin berperan,” sambung mereka.

    Pemicu lainnya termasuk terlalu banyak konsumsi alkohol, nutrisi buruk, ketegangan mata atau sensitivitas cahaya, serta penggunaan obat tertentu.

    Dalam kasus yang lebih jarang, kedutan bisa menjadi tanda sesuatu lebih serius, misalnya parkinson (gangguan pada sistem saraf), kerusakan otak akibat peradangan atau stroke, lesi dan tumor otak, hingga sindrom Meige dan distonia lainnya (kejang otot tak terkendali).

    Meski begitu, jangan buru-buru panik. Biasanya kedutan yang menandakan ada masalah serius juga ditandai dengan adanya gejala penyerta.

    “Biasanya kondisi kesehatan tersebut disertai gejala lain. Kecuali kedutan berlangsung lebih dari seminggu, atau disertai gejala lain seperti kejang atau keluarnya cairan, kemungkinan besar tidak ada hal serius. Cukup istirahat, rileks, dan biarkan tubuh menenangkan diri,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Bukan Pertanda Buruk, Ternyata Ini Penyebab Mata Kedutan Menurut Medis

    Bukan Pertanda Buruk, Ternyata Ini Penyebab Mata Kedutan Menurut Medis

    Jakarta

    Siapa yang pernah mengalami mata kedutan? Kondisi ini terkadang justru dikaitkan dengan mitos pertanda baik atau pertanda buruk. Sebenarnya, ada penjelasan medis yang jelas di baliknya.

    Kondisi mata kedutan memiliki istilah medis myokymia. Kondisi ini sebenarnya merupakan kondisi medis yang umum dan jarang menjadi tanda masalah serius.

    Mata kedutan biasanya muncul berkali-kali dalam sehari, tidak menimbulkan rasa sakit, dan muncul di kelopak mata atas, bawah, atau keduanya, sehingga mata kadang menutup sendiri tanpa dikendalikan. Rupanya kondisi ini berkaitan erat dengan kelelahan, sehingga solusinya adalah istirahat yang cukup.

    “Ocular myokymia bisa disebabkan oleh kelelahan, terlalu banyak kafein, atau stres. Jadi tidak heran lebih banyak beristirahat dan mengurangi asupan kafein dapat membantu meredakan gejalanya,” jelas pihak University of California Los Angeles (UCLA) Health dikutip dari IFL Science, Kamis (27/11/2025).

    Myokymia bukan satu-satunya jenis kedutan mata. Ada juga kondisi lain yang dikenal dengan benign essential blepharospasm (BEB).

    Hingga saat ini, peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi BEB. Namun, peneliti menduga ada masalah pada bagian otak tertentu yang memicu BEB.

    “Peneliti belum yakin apa yang menyebabkan BEB, tapi kondisi ini dapat memengaruhi kelompok otot di sekitar mata. Mereka juga menduga adanya masalah pada basal ganglia (bagian otak) mungkin berperan,” sambung mereka.

    Pemicu lainnya termasuk terlalu banyak konsumsi alkohol, nutrisi buruk, ketegangan mata atau sensitivitas cahaya, serta penggunaan obat tertentu.

    Dalam kasus yang lebih jarang, kedutan bisa menjadi tanda sesuatu lebih serius, misalnya parkinson (gangguan pada sistem saraf), kerusakan otak akibat peradangan atau stroke, lesi dan tumor otak, hingga sindrom Meige dan distonia lainnya (kejang otot tak terkendali).

    Meski begitu, jangan buru-buru panik. Biasanya kedutan yang menandakan ada masalah serius juga ditandai dengan adanya gejala penyerta.

    “Biasanya kondisi kesehatan tersebut disertai gejala lain. Kecuali kedutan berlangsung lebih dari seminggu, atau disertai gejala lain seperti kejang atau keluarnya cairan, kemungkinan besar tidak ada hal serius. Cukup istirahat, rileks, dan biarkan tubuh menenangkan diri,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Banyak-banyak Cuci Piring, Bill Gates-Jeff Bezos Dapat Ide Jenius Lewat Aktivitas Ini

    Banyak-banyak Cuci Piring, Bill Gates-Jeff Bezos Dapat Ide Jenius Lewat Aktivitas Ini

    Jakarta

    Siapa sangka beberapa ide paling jenius bisa muncul di momen yang sederhana. Misalnya seperti sedang mandi air hangat, melipat cucian, hingga mencuci piring di wastafel.

    Ternyata, hal ini dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan. Bahkan, nama-nama besar seperti Bill Gates dan Jeff Bezos tetap memilih mencuci piring sendiri.

    Bagi Jeff Bezos, aktivitas tersebut adalah bagian yang penting dari rutinitas malamnya.

    “Saya mencuci piring setiap malam. Saya cukup yakin itu hal terseksi yang saya lakukan,” kata Bezos yang dikutip dari Times of India.

    Senada dengan Bezos, Bill Gates memberi jawaban yang hampir sama terkait kegiatan sederhana itu. Ia rutin melakukannya setiap malam.

    “Saya mencuci piring setiap malam. Orang lain menawarkan diri (untuk mencucinya), tapi saya lebih suka cara saya melakukannya,” sambungnya.

    Bahkan, Barack Obama juga pernah mengaku merindukan momen mencuci piring selama menjabat sebagai presiden. Dalam sebuah wawancara, ia menyebut aktivitas sederhana itu dapat membuatnya tenang.

    Kenapa Aktivitas Mencuci Piring Bisa Memicu Kreativitas?

    Peneliti dari University of California, Santa Barbara, menemukan tugas ringan yang tidak memakan banyak energi mental memungkinkan otak ‘mengambang bebas’. Pada kondisi ini, jaringan otak Default Mode Network (DMN) menjadi aktif.

    DMN bekerja saat seseorang melamun, merangkai memori, atau membayangkan masa depan. Itu merupakan fase-fase yang sering menghasilkan solusi kreatif.

    Studi lain yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology menunjukkan tugas berulang seperti mencuci piring atau menyapu lantai, dapat meningkatkan kemampuan berpikir divergen. Itu merupakan jenis pola pikir yang dibutuhkan untuk menghasilkan ide baru.

    Penelitian yang dilakukan di Florida State University pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hanya enam menit mencuci piring dengan penuh kesadaran, bisa menurunkan rasa gelisah sebesar 27 persen dan meningkatkan inspirasi hingga 25 persen.

    Efek Jangka Panjang untuk Otak

    Selain mengurangi stres, pekerjaan rumah tangga juga dikaitkan dengan kesehatan otak jangka panjang. Riset pada orang lanjut usia menunjukkan aktivitas fisik rutin di rumah, termasuk mencuci piring, berkaitan dengan volume materi abu-abu yang lebih besar di lobus frontal dan hipokampus.

    Itu merupakan area penting untuk memori dan pengambilan keputusan. Artinya, aktivitas kecil ini mungkin membantu menjaga otak tetap aktif seiring bertambahnya usia.

    Pada orang yang sangat produktif, kebosanan sering dianggap musuh. Padahal, bagi otak kebosanan adalah ruang bernapas.

    Saat tugas repetitif membuat tangan bekerja otomatis, pikiran punya kesempatan menjelajah lebih jauh dan menghubungkan ide-ide yang selama ini tersimpan. Seperti yang dilakukan Bill Gates, Jeff Bezos, dan Barack Obama, pekerjaan rumah tangga paling sederhana bisa menjadi salah satu ‘ritual’ paling ampuh untuk kesehatan mental serta kreativitas.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Pengganti Freon Sudah Ada, AC dan Kulkas Bakal Berubah Total

    Pengganti Freon Sudah Ada, AC dan Kulkas Bakal Berubah Total

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti berhasil menemukan metode baru untuk mendinginkan ruangan tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya seperti hydrofluorocarbons atau yang lebih dikenal lewat merek dagang freon. Menariknya, bahan penggantinya adalah garam.

    Dilansir dari IFL Science, sistem pendingin yang umum digunakan saat ini bekerja dengan cara memindahkan panas dari dalam ruangan menggunakan cairan penyerap panas.

    Cairan tersebut kemudian diuapkan menjadi gas dan dialirkan melalui sistem tertutup, sebelum dikondensasikan kembali menjadi cairan untuk mengulangi proses pendinginan.

    Proses ini sangat efektif sehingga menjadi teknologi standar untuk kulkas, pendingin ruangan (AC), hingga dispenser air minum.

    Permasalahannya, material yang digunakan menyimpan bahaya bagi lingkungan.

    Peneliti asal Lawrence Berkeley National Laboratory dari University of California, Berkeley mengembangkan cara baru untuk menyerap dan memindahkan energi panas. Model yang mereka gunakan memanfaatkan cara energi tersimpan dan dilepas saat material berubah bentuk, contohnya seperti saat es berubah menjadi air.

    Jika suhu ruangan naik, es akan mencair. Pada saat yang sama, es yang mencair menyerap panas dari sekitarnya sehingga membuat ruangan menjadi dingin.

    Untuk mencari alternatif proses pendinginan, peneliti fokus menemukan cara “mencairkan es” tanpa meningkatkan suhu. Metode yang ditemukan adalah dengan menambahkan partikel yang berisi energi yang dikenal sebagai ion.

    Proses pencairan menggunakan partikel ion ini contohnya adalah saat garam digunakan untuk mencegah terbentuknya es di jalan raya ketika musim dingin di negara-negara empat musim. Siklus perubahan bentuk ini dibeir nama siklus ionokalori (ionocaloric cycle)

    “Belum ada solusi alternatif yang sukses menciptakan dingin, yang bekerja dengan efisien, memenuhi aspek keselamatan, dan tidak berdampak buruk untuk lingkungan. Kami pikir siklus ionocalori punya potensi,” kata Drew Lilley dari Lawrence Berkeley National Laboratory.

    Tim peneliti telah menguji coba garam yang dibuat menggunakan yodium dan natrium untuk mencairkan etilena karbonat. Cairan yang diproduksi memanfaatkan karbon dioksida ini juga digunakan dalam baterai lithium-ion. Artinya, proses pembuatannya tidak hanya nol emisi, tetapi emisi negatif.

    Dalam uji coba itu, temperatur berubah hingga 25 derajat Celcius dengan hanya “charge” sebesar 1 volt.

    Kini, peneliti tengah menciptakan sistem praktis yang bisa terapkan secara komersial. Salah satu pengembangannya adalah mencari “garam” yang paling efektif untuk menarik panas dari ruang. Pada 2025, peneliti menemukan bahwa garam yang paling efisien adalah garam yang berbasis nitrat.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ilmuwan Peringatkan Arus Teluk Bisa Runtuh, Bumi Bakal Kembali ke Zaman Es

    Ilmuwan Peringatkan Arus Teluk Bisa Runtuh, Bumi Bakal Kembali ke Zaman Es

    Jakarta

    Arus utama Atlantik berada di ambang kehancuran dalam beberapa dekade, yang diduga akan memicu zaman es baru dan secara dramatis meningkatkan permukaan air laut, demikian klaim ilmuwan iklim dalam sebuah studi baru yang kontroversial yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment.

    Prediksi apokaliptik itu muncul sebagai hasil kerja sama antara peneliti di Institute of Oceanology of the Chinese Academy of Sciences (IOCAS) dan University of California, San Diego, beberapa minggu setelah Bill Gates, yang kini menjadi mantan penggiat isu perubahan iklim, secara terbuka meremehkan dampak fluktuasi suhu terhadap planet ini.

    Berdasarkan temuan baru ini, arus yang berisiko adalah Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) atau Sirkulasi Terbalik Meridian Atlantik. AMOC ibarat sabuk ban berjalan di samudra yang menyalurkan air hangat menuju permukaan samudra, dari daerah tropis ke Belahan Bumi Utara.

    Arus ini, yang meliputi Arus Teluk yang mengalir dari Teluk Meksiko ke Pantai Timur AS dan melintasi Atlantik ke Eropa, membantu menjaga iklim sedang di Eropa, Inggris, dan Pantai Timur AS.

    Studi tersebut menyatakan bahwa sumber pengatur suhu laut ini, lapisan es Greenland, sedang mencair di tengah meningkatnya suhu, yang menyebabkan limpasan air lelehan merembes ke Atlantik Utara, yang mengakibatkan stagnasi. Hal ini menghasilkan sidik jari suhu khas yang terletak sekitar 975 hingga 2.000 meter di bawah permukaan laut.

    “Di sini kami mengidentifikasi sidik jari suhu yang khas di Atlantik khatulistiwa yang menandakan perubahan AMOC,” kata para peneliti seperti dikutip dari The New York Post.

    “Mekanisme fisik yang kuat dan deteksi yang andal menjadikan sidik jari ini metrik yang berharga untuk pemantauan AMOC di iklim yang memanas,” tambah mereka.

    Kehadiran kantong panas laut tampaknya menunjukkan bahwa perlambatan saat ini telah terjadi selama beberapa dekade dan dapat memicu penurunan total sebelum akhir abad ini.

    Para peneliti menemukan titik hangat tersebut dengan menggunakan Massachusetts Institute of Technology General Circulation Model (MITgcm), sebuah model komputer yang mensimulasikan lautan, atmosfer, dan iklim, untuk memantau bagaimana sinyal terkait AMOC seperti gelombang energi beriak cepat menuju ekuator.

    Saat mereka sampai di rumah, mereka berkembang biak di sepanjang wilayah ekuator, yang secara efektif menciptakan titik panas samudra ini.

    Perlambatan AMOC mendorong pemanasan bawah permukaan di Atlantik Utara subkutub, wilayah antara subtropis di selatan dan Laut Nordik di utara, yang menghasilkan gelombang energi yang bergerak di sepanjang Atlantik Utara Barat menuju khatulistiwa.

    Dengan memeriksa data observasi sejak 1960, tim peneliti menemukan tren pemanasan kedalaman menengah yang meningkat pada akhir 2000-an, menunjukkan penurunan AMOC dimulai pada akhir abad ke-20.

    Jika AMOC melambat terlalu drastis, klaim mereka, hal itu dapat menimbulkan konsekuensi yang signifikan. Salah satunya adalah dugaan ekstrem bahwa suhu di seluruh Eropa akan turun hampir 60 derajat.

    “Musim dingin akan lebih khas di Kanada Arktik dan curah hujan juga akan berkurang,” ujar Jonathan Bamber, profesor observasi Bumi di University of Bristol.

    Secara kebetulan, terakhir kali AMOC runtuh adalah sebelum Zaman Es terakhir yang berakhir sekitar 12.000 tahun yang lalu.

    (rns/rns)

  • Gas Beracun Mudah Meledak Ditemukan di Luar Angkasa, Astronom Kaget

    Gas Beracun Mudah Meledak Ditemukan di Luar Angkasa, Astronom Kaget

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penemuan baru yang didapat dari teleskop luar angkasa James Webb (JWST) membuat para ilmuwan terkejut. Tim astronom berhasil mendeteksi keberadaan fosfin (PH3), gas beracun dan mudah meledak, di atmosfer sebuah objek langka di luar tata surya bernama Wolf 1130C.

    Padahal, gas tersebut sebelumnya dinilai sulit ditemukan di benda langit lain selain Jupiter dan Saturnus.

    Penemuan ini dipimpin oleh Profesor Astronomi dan Astrofisika dari University of California San Diego, Adam Burgasser. Hasil riset tersebut dipublikasikan dalam jurnal Science.

    Fosfin sendiri adalah molekul yang biasanya terbentuk di lingkungan kaya hidrogen, seperti atmosfer planet raksasa gas. Di Bumi, fosfin muncul dari proses pembusukan bahan organik di rawa-rawa.

    Karena sifatnya yang bisa terkait dengan proses biologis, gas ini kerap dianggap sebagai salah satu kandidat penanda kehidupan (biosignature) dalam penelitian luar angkasa, demikian dikutip dari Science Daily, Senin (10/11/2025).

    Namun keberadaannya di objek lain seperti eksoplanet dan katai cokelat justru selama ini sulit dipastikan. Pengamatan sebelumnya dengan JWST bahkan menunjukkan fosfin tidak muncul di sebagian besar atmosfer yang seharusnya mendukung pembentukannya.

    Wolf 1130C merupakan katai cokelat tua yang berada dalam sistem tiga bintang dan terletak sekitar 54 tahun cahaya di rasi Cygnus. Objek ini dikenal memiliki kadar logam, unsur lebih berat dari hidrogen dan helium, jauh lebih sedikit daripada Matahari.

    Dengan menggunakan data inframerah dari JWST, tim peneliti menemukan sinyal kuat fosfin di atmosfer Wolf 1130C. Analisis lanjutan menunjukkan konsentrasi gas tersebut sekitar 100 bagian per miliar.

    Hal ini mengejutkan karena fosfin justru tidak terdeteksi pada katai cokelat dan eksoplanet lain yang diperkirakan memiliki kondisi serupa.

    Lalu, kenapa bisa ada di sana?

    Para astronom menduga kondisi kimia Wolf 1130C yang miskin oksigen berperan besar. Dalam atmosfer biasa, fosfor lebih mungkin terikat dengan oksigen membentuk fosfor trioksida. Namun pada Wolf 1130C, kurangnya oksigen membuat fosfor justru bereaksi dengan hidrogen dan menghasilkan fosfin.

    Hipotesis lain menyebutkan fosfor mungkin berasal dari aktivitas bintang katai putih yang berada satu sistem dengan Wolf 1130C.

    Bintang katai putih dapat mengalami ledakan nuklir kecil yang disebut nova, dan proses ini berpotensi menghasilkan fosfor dalam jumlah signifikan. Jika pernah terjadi di masa lalu, jejak fosfor tersebut bisa bertahan hingga sekarang.

    Temuan ini tidak langsung menandakan adanya kehidupan di Wolf 1130C. Namun penelitian ini penting karena membantu memahami bagaimana fosfor terbentuk dan bergerak di ruang antar bintang.

    “Memahami kimia fosfin pada atmosfer katai cokelat di mana kita tidak mengharapkan adanya kehidupan sangat penting jika kita ingin menggunakan molekul ini sebagai penanda kehidupan di planet mirip Bumi di luar tata surya,” kata Burgasser.

    Tim peneliti berencana melakukan pengamatan lanjutan terhadap objek serupa untuk mencari pola yang sama.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]