Kasus Kematian Calon Pramugari di Medan: Bekas Luka Lebam dan Bantahan Sekolah
Editor
KOMPAS.com
– Pihak keluarga calon pramugari beriisial ANF (19) mengutarakan alasan mereka melaporkan Sumatera Flight Education (SFE), Kota
Medan
, Sumatera Utara (Sumut), terkait tanda-tanda dugaan kekerasan yang memicu kematian ANF.
ANF, warga Kabupaten Asahan, itu dinyatakan meninggal dunia setelah mengeluhkan sakit kepala ketika berada di asrama sekolahnya pada 1 Oktober 2024.
“Sewaktu dimandikan, kami lihat di dada adik kami ada bekas memar,” ujar Putri, kakak kandung korban sambil menangis, Sabtu (26/10).
Setelah itu keluarga juga menemukan bekas luka lebam di bagian leher, bahu, punggung, serta jari-jari tangan dan kaki yang membiru.
Pihak keluarga ANF juga mengungkap adanya konflik yang dialami ANF sebelum kematiannya dengan teman seasramanya.
“Sempat ada cekcok. Katanya, berkelahi dengan anak asrama sebelah,” ujar Putri.
Sementara itu, keluarga ANF melalui kuasa hukum mereka, Tommy Faisal Pane, telah melaporkan kasus ini ke Polda Sumatera Utara dengan nomor laporan STTLP/B/1507/X/2024/SPKT/Polda Sumatera Utara pada 23 Oktober 2024.
“Kami membuat laporan atas dugaan adanya tindakan kekerasan yang dialami oleh klien kita, karena kita menduga kematian itu tidak wajar,” jelas Tommy.
Tommy juga mendesak pihak kepolisian untuk melakukan otopsi melalui pembongkaran makam demi mengungkap penyebab kematian ANF.
“Kalau dari tanda-tandanya, ada luka lebam di bagian bahu, kemudian di pinggang ada luka memar, dan juga jarinya membiru. Di lehernya ada bekas jari. Kalau dari forensik, itu menandakan meninggal dunia karena kehabisan oksigen,” ungkapnya.
Berdasarkan laporan awal, kasus ini diselidiki dengan Pasal 351 ayat 3, subsider jo Pasal 338 tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Namun, Tommy menyebutkan bahwa pihaknya akan menuntut agar kasus ini diproses dengan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana. “Kami lihat ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan nyawa,” tambahnya.
Menurut Putri, ANF adalah sosok yang berprestasi dan bercita-cita tinggi untuk menjadi pramugari agar bisa membantu pendidikan adik-adiknya.
“Kami inginkan adik kami lebih baik, dan kalau sudah bekerja nanti bisa bantu keluarga,” ujarnya.
Saat ini, pihak kepolisian telah menerima laporan dari keluarga dan sedang menyelidiki kasus ini.
Keluarga serta kuasa hukum menegaskan pentingnya keadilan dan transparansi dalam penyelidikan kasus yang mengakibatkan kematian calon pramugari muda tersebut.
Menurut keterangan kuasa hukum Sumatera Flight Education, Hendra Manatar Sihaloho, korban mengeluhkan sakit kepala di asrama saat sedang berkumpul dengan enam teman perempuan.
“Saat itu korban lagi ngobrol dengan enam orang temannya. Tiba-tiba korban menjerit, ‘sakit kepalaku’,” kata Hendra kepada Kompas.com, Sabtu.
Setelah mengeluh sakit kepala, ANF mendadak pingsan. Teman-teman dan pengasuh asrama segera membawanya ke klinik terdekat.
Lalu karena kondisinya yang semakin kritis, pihak klinik merujuk ANF ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), tetapi nyawanya tidak terselamatkan.
“Begitu sampai di RS USU, rupanya korban sudah meninggal dunia. Itu lah keluarga korban dihubungi dan menjemput jenazah,” ujar Hendra.
Dirinya juga membantah adanya tudingan dugaan kekerasan yang jadi pemicu kematian korban.
“Nah itu (dugaan ADF alami kekerasan) yang kita bantah. Kita ini tempat pelatihan, bukan seperti tempat akademi segala macam,” ujar Hendra, Selasa (29/10/2024).
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Institusi: Universitas Sumatera Utara
-
/data/photo/2017/06/09/1103009578.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kasus Kematian Calon Pramugari di Medan: Bekas Luka Lebam dan Bantahan Sekolah Medan 29 Oktober 2024
-
/data/photo/2024/10/29/672083a56e4cc.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Polisi Akan Bongkar Makam Calon Pramugari di Medan untuk Usut Penyebab Kematian Medan 29 Oktober 2024
Polisi Akan Bongkar Makam Calon Pramugari di Medan untuk Usut Penyebab Kematian
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com –
Polisi masih menyelidiki kasus kematian Ade Nurul Fadillah (19),
calon pramugari
asal Kabupaten Asahan, yang meninggal saat mengikuti kursus penerbangan di Sumatera Flight Education, Komplek Citra Garden, Kota Medan, Sumatera Utara.
“Proses penyelidikan masih berlangsung. Minggu ini, keluarga dan saksi lainnya akan diperiksa,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/10/2024).
Hadi menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan ini akan menjadi dasar untuk langkah penyelidikan lebih lanjut guna mengungkap apa yang terjadi pada korban.
Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Sumut, Kompol Bayu Putra Samara, menambahkan telah bekerja sama dengan Rumah Sakit Bhayangkara untuk merencanakan ekshumasi atau pembongkaran makam korban.
“Terkait ekshumasi, kami akan koordinasi dengan keluarga korban,” ujar Bayu saat diwawancarai di Polda Sumut.
Bayu juga mengungkapkan bahwa penyidik telah mendatangi lokasi kursus, klinik, dan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara untuk mencari bukti tambahan. “Hasil penyelidikan akan kami ungkap nantinya,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa Ade meninggal pada 1 Oktober 2024. Kuasa hukum keluarga korban, Thomy Faisal Sitorus Pane, mengatakan keluarga menemukan beberapa kejanggalan saat memandikan jenazah.
“Terdapat lebam di leher yang diduga akibat cekikan, juga lebam di punggung dan rusuk, serta jari tangan dan kaki yang membiru. Keluarga menduga ini akibat kekerasan,” ungkap Thomy kepada
Kompas.com
.
Berdasarkan temuan ini, keluarga melaporkan kasus tersebut ke Polda Sumut dengan nomor laporan STTLP/B/1507/X/2024/SPKT/Polda Sumatera Utara pada 23 Oktober 2024.
Di sisi lain, pihak Sumatera Flight Education membantah bahwa korban mengalami kekerasan selama berada di asrama.
“Kami bantah adanya dugaan kekerasan. Ini adalah tempat pelatihan, bukan akademi dengan sistem senioritas,” kata Hendra Manatar Sihaloho, kuasa hukum Sumatera Flight Education, kepada Kompas.com.
Hendra menjelaskan bahwa selama dua bulan pendidikan, korban dikenal sebagai pribadi yang baik dan tidak memiliki masalah dengan orang lain. “Kami juga berharap agar Polda Sumut segera melaksanakan ekshumasi agar kasus ini menjadi jelas,” ucapnya.
“Dengan ekshumasi, fitnah dapat dicegah dan nama orang yang membantu tidak ikut tercemar,” tambah Hendra.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

