Institusi: Universitas Paramadina

  • Sinopsis One On One – Wijayanto Samirin (Ekonom Senior Paramadina): 1001 Cara Hadapi Tarif Impor Amerika

    Sinopsis One On One – Wijayanto Samirin (Ekonom Senior Paramadina): 1001 Cara Hadapi Tarif Impor Amerika

    loading…

    Simak perbincangan hangat Wicky Adrian bersama Wijayanto Samirin dalam One On One, Jumat 11 April 2025 pukul 21.30 WIB, hanya di SINDOnews TV. Foto/SINDOnews TV

    JAKARTA – Kebijakan Presiden Donald Trump yang kembali mengetatkan tarif impor global memantik gelombang kecemasan ekonomi lintas negara. Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang Amerika Serikat, ikut merasakan tekanan.

    Kenaikan tarif hingga 125% untuk produk dari China turut menyeret ketidakpastian di kawasan Asia, termasuk rantai pasok dan pasar ekspor RI.

    Namun alih-alih membalas dengan retaliasi, Presiden Prabowo Subianto memilih langkah diplomasi. Pendekatan negosiasi langsung, penguatan pasar domestik, serta dorongan perluasan ekspor ke negara non-tradisional menjadi strategi utama pemerintah.

    Dalam Sarasehan Ekonomi bersama Presiden, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menegaskan perlunya deregulasi total dan fleksibilitas dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “Bukan waktunya kaku. Saatnya adaptif, progresif, dan berani menjemput investasi,” ujarnya lugas.

    Wijayanto juga mendorong komunikasi bilateral langsung antara Prabowo dan Trump, serta revitalisasi sektor manufaktur untuk mengembalikan performa ekonomi nasional.

    Lantas, sejauh mana strategi ini akan efektif? Bagaimana pemerintah menjaga daya saing nasional tanpa kehilangan arah kedaulatan?

    Simak perbincangan hangat Wicky Adrian bersama Wijayanto Samirin dalam One On One, Jumat 11 April 2025 pukul 21.30 WIB, hanya di SINDOnews TV.

    (shf)

  • Sinopsis One On One – Wijayanto Samirin (Ekonom Senior Paramadina): 1001 Cara Hadapi Tarif Impor Amerika

    Sinopsis One On One – Wijayanto Samirin (Ekonom Senior Paramadina): 1001 Cara Hadapi Tarif Impor Amerika

    loading…

    Simak perbincangan hangat Wicky Adrian bersama Wijayanto Samirin dalam One On One, Jumat 11 April 2025 pukul 21.30 WIB, hanya di SINDOnews TV. Foto/SINDOnews TV

    JAKARTA – Kebijakan Presiden Donald Trump yang kembali mengetatkan tarif impor global memantik gelombang kecemasan ekonomi lintas negara. Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang Amerika Serikat, ikut merasakan tekanan.

    Kenaikan tarif hingga 125% untuk produk dari China turut menyeret ketidakpastian di kawasan Asia, termasuk rantai pasok dan pasar ekspor RI.

    Namun alih-alih membalas dengan retaliasi, Presiden Prabowo Subianto memilih langkah diplomasi. Pendekatan negosiasi langsung, penguatan pasar domestik, serta dorongan perluasan ekspor ke negara non-tradisional menjadi strategi utama pemerintah.

    Dalam Sarasehan Ekonomi bersama Presiden, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menegaskan perlunya deregulasi total dan fleksibilitas dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “Bukan waktunya kaku. Saatnya adaptif, progresif, dan berani menjemput investasi,” ujarnya lugas.

    Wijayanto juga mendorong komunikasi bilateral langsung antara Prabowo dan Trump, serta revitalisasi sektor manufaktur untuk mengembalikan performa ekonomi nasional.

    Lantas, sejauh mana strategi ini akan efektif? Bagaimana pemerintah menjaga daya saing nasional tanpa kehilangan arah kedaulatan?

    Simak perbincangan hangat Wicky Adrian bersama Wijayanto Samirin dalam One On One, Jumat 11 April 2025 pukul 21.30 WIB, hanya di SINDOnews TV.

    (shf)

  • Pertemuan Prabowo dan Megawati Diduga Hasilkan Kesepakatan Politik yang Signifikan

    Pertemuan Prabowo dan Megawati Diduga Hasilkan Kesepakatan Politik yang Signifikan

    Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri menghasilkan suatu kesepakatan alias dealpolitik yang signifikan.

    Meski demian, Hensa, sapaan akrabnya, melihat pertemuan yang berlangsung selama 1,5 jam di kediaman Megawati, Teuku Umar, Jakarta Pusat itu merupakan langkah positif bagi pemerintahan ke depan. 

    “Deal. Pasti deal. Dealnya apa? Kita tidak usah tahu kok, tidak usah kita pikirin. Tapi yang jelas, ini bagus buat pemerintahan,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis (10/4/2025).

    Adapun, secara pribadi Hensa beranggapan salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah kemungkinan masuknya kader PDIP dalam kabinet Prabowo dan juga kehadiran Prabowo dalam Kongres PDIP mendatang.

    Dia menduga kesepakatan antara Prabowo dan Megawati tersebut memerlukan waktu yang lama dan matang, karena salah satu isu krusialnya adalah dinamika hubungan antara Megawati dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

    “Kelihatannya deal-nya agak lama dipikirkan, terutama soal hubungan Ibu Mega dan Pak Jokowi. Mungkin Ibu Mega bilang, ‘Pak Prabowo, urusan saya dengan Pak Jokowi itu urusan saya,’ dan Pak Prabowo setuju. Soal berapa menteri PDIP yang masuk kabinet atau jabatan lain, kita lihat nanti,” duganya.

    Maka demikan, Direktur Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) ini memprediksi akan ada pertemuan lanjutan, termasuk keterlibatan Jokowi dalam dinamika ini.

    “Saya yakin Pak Jokowi sudah tahu. Buktinya, dia mengomentari bahwa ini bagus. Selamat buat Prabowo, Mega, dan semoga selamat juga buat Pak Jokowi, dan tentu saja selamat buat Dasco yang berhasil menginisiasi pertemuan ini. Apakah baik? Menurut saya baik. Apakah perlu dikritisi? Tetap harus dikritisi,” tegasnya.

    Isi Obrolan Prabowo dan Megawati

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal atau Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menuturkan Megawati banyak berbicara tentang pengalamannya saat menjadi Presiden RI ke-5, terutama ketika menghadapi situasi yang tak mudah dalam pemulihan ekonomi nasional.

    “Karena Pak Prabowo juga bicara tentang berbagai macam problem dan tantangan global yang sekarang ini mengemuka, utamanya akibat dari kebijakan Presiden Donald Trump berkaitan dengan pengenaan tarif yang digunakan untuk produk-produk Indonesia terhadap ekspor di Amerika dan banyak negara-negara yang juga terkena,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2025).

    Sebab itu, kata Muzani, Megawati menyampaikan pengalamannya dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional yang pada saat masanya juga tidak mudah. Prabowo, imbuhnya, sangat memperhatikan berbagai pandangan dan pengalaman yang pernah dilakukan oleh Megawati dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional.

    “Itulah beberapa hal yang dibicarakan oleh kedua pemimpin di dalam pertemuan hampir satu setengah jam yang saya dapatkan dari penjelasan Pak Prabowo,” tukasnya.

  • Penundaan Tarif AS Untungkan Posisi Tawar Indonesia

    Penundaan Tarif AS Untungkan Posisi Tawar Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Penundaaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpotensi memperkuat posisi tawar Indonesia terhadap AS. 

    Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah Indonesia harus memanfaatkan momentum penundaan tarif ini untuk menyesuaikan kembali skema negosiasi.

    “Penundaan [tarif tinggi] ini bisa dibaca sebagai jendela waktu untuk memperkuat posisi tawar, terutama dalam kerangka kerja sama perdagangan dan investasi yang lebih seimbang dengan AS,” kata Andry kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

    Menurut Andry, pemerintah harus bisa memanfaatkan situasi ini untuk mempercepat penyelesaian perjanjian perdagangan (trade agreement) yang sempat tertunda, termasuk strategi memperbesar impor dari AS.

    Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga harus mendorong relaksasi hambatan non-tarif untuk produk ekspor unggulan dalam negeri serta harus tetap memperkuat diversifikasi pasar ekspor ke negara lain.

    “Indonesia juga harus tetap memperkuat diversifikasi pasar ekspor dan investasi, mengingat ketidakpastian global masih sangat tinggi,” tuturnya.

    Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan pemerintah memiliki waktu yang untuk menyusun strategi negosiasi dengan AS.

    “Kita punya waktu lebih untuk menyusun strategi dan menata diri. Kita juga jadi paham bahwa AS tidak sekuat yang kita kira dan Trump tidak seberani yang kita duga,” kata Wijayanto kepada Bisnis.

    Dia menyebut pemerintah harus siap dengan berbagai skenario pengenaan kebijakan tarif Trump. “Tetap tidak boleh kendor. Harus siap dengan berbagai skenario. Jangan maju terlalu awal, kita bisa overshooting,” tuturnya.

    Menurutnya, setidaknya ada empat faktor yang membuat AS menunda kebijakan tarif tinggi ini. Salah satunya adalah terkait kesiapan teknis implementasi kebijakan tersebut. Terlebih, kata dia, menaikkan tarif dengan banyak variasi untuk 180 negara bukan sesuatu yang mudah.

    Faktor kedua, kata dia, Trump mendapatkan protes dari pengusaha yang menjadi donor utamanya, lantaran nilai saham yang turun drastis. 

    Ketiga, kebijakan tarif meningkatkan risiko global, sehingga yield obilgas AS melejit. Serta, faktor keempat, Trump memberi kesempatan negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan terbaik.

  • Analis: Pertemuan Prabowo-Megawati tunjukkan ada kesepakatan politik

    Analis: Pertemuan Prabowo-Megawati tunjukkan ada kesepakatan politik

    Jakarta (ANTARA) – Analis komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio (Hensa) menilai pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Senin (8/4) malam menunjukkan adanya kesepakatan politik yang signifikan.

    “Deal. Pasti deal. Dealnya apa? Kita nggak usah tahu kok, nggak usah kita pikirkan, tapi yang jelas ini bagus buat pemerintahan,” kata Hensa dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

    Dia menengarai salah satu hasil dari pertemuan tersebut ialah kemungkinan masuknya kader PDI Perjuangan ke dalam kabinet pemerintahan Prabowo, serta kehadiran Prabowo dalam Kongres PDI Perjuangan mendatang.

    “Sangat mungkin kader PDI Perjuangan akan masuk ke kabinetnya Prabowo, dan Prabowo mungkin saja akan hadir di acara Kongres PDI Perjuangan,” ucapnya.

    Dia lantas menyinggung suasana pertemuan Prabowo-Megawati yang digagas dalam situasi yang menurutnya tampak “mendesak”.

    Menurut dia, urgensi tersebut menunjukkan adanya opsi politik yang sedang dikembangkan, yang baru terungkap setelah foto pertemuan keduanya dirilis ke publik.

    “(Pertemuan) dilakukan malam hari, seperti tak bisa menunggu pagi, tapi setiap silaturahim adalah baik,” ujarnya.

    Dia menyoroti pula proses di balik kesepakatan pertemuan tersebut, yang dinilainya memerlukan waktu untuk dimatangkan.

    Dia menduga salah satu isu krusial terkait hal tersebut ialah dinamika hubungan antara Megawati dan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo.

    “Kelihatannya deal-nya agak lama dipikirkan, terutama soal hubungan Ibu Mega dan Pak Jokowi. Mungkin Ibu Mega bilang, ‘Pak Prabowo, urusan saya dengan Pak Jokowi itu urusan saya,’ dan Pak Prabowo setuju. Soal berapa menteri PDIP yang masuk kabinet atau jabatan lain, kita lihat nanti,” katanya.

    Meski pertemuan kedua tokoh tersebut terkesan positif bagi pemerintahan ke depan, dia mengingatkan bahwa pertemuan tersebut juga dapat menjadi tantangan bagi demokrasi.

    Dia menyebut hal itu terkait pentingnya fungsi DPR RI sebagai penampung aspirasi rakyat di tengah situasi elit politik yang tampak semakin solid.

    “Buat demokrasi, ini challenge bagus. Masyarakat sipil harus benar-benar mengandalkan DPR untuk mengkritisi pemerintah,” tuturnya.

    Terakhir, dia pun memprediksi adanya pertemuan lanjutan, termasuk keterlibatan Jokowi dalam dinamika tersebut.

    “Saya yakin Pak Jokowi sudah tahu. Buktinya, dia mengomentari bahwa ini bagus,” ucap dia.

    Dia lantas berkata, “Sekali lagi, selamat buat Prabowo, Mega, dan semoga selamat juga buat Pak Jokowi, dan tentu saja selamat buat Dasco yang berhasil menginisiasi pertemuan ini. Apakah baik? Menurut saya baik. Apakah perlu dikritisi? Tetap harus dikritisi”.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ekonom Prediksi Teknologi jadi Medan Perang Dagang, RI Pilih AS atau China?

    Ekonom Prediksi Teknologi jadi Medan Perang Dagang, RI Pilih AS atau China?

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memperkirakan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China akan makin memanas, termasuk di sektor teknologi. Hal ini seiring dengan langkah Presiden AS Donald Trump yang mengerek tarif menjadi 125% untuk China.

    Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menyebut perang dagang AS–China masih jauh dari kata selesai.

    “Justru, eskalasi dengan China makin tinggi. AS tetap mempertahankan tarif yang sangat besar pada China, bahkan meningkatkan level tarif hingga 125%,” kata Andry kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

    Di sisi lain, Andry menilai China juga sudah menunjukkan sikap keras dengan membalas tarif AS dan memperkuat strategi substitusi impor hingga diversifikasi pasar ekspor.

    “Jadi, yang akan kita lihat adalah pertarungan jangka panjang, dengan kemungkinan babak baru perang tarif, pembalasan kebijakan non-tarif, dan persaingan teknologi yang semakin tajam,” ujarnya.

    Seiring dengan perang dagang AS—China yang semakin memanas, kata Andry, Indonesia harus memperkuat daya saing domestik dan tetap melakukan diversifikasi pasar ekspor. Serta, menjaga hubungan baik dengan kedua kekuatan besar, tanpa terjebak dalam blokade geopolitik.

    “Bagi negara seperti Indonesia, ini berarti kita harus cermat membaca dinamika dan fleksibel dalam merespons setiap perubahan,” imbuhnya.

    Sementara itu, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan sepanjang AS di bawah pimpinan Donald Trump, perang dagang dengan Negeri Tirai Bambu akan semakin sengit

    “Akan sangat brutal [perang dagang AS—China]. Trump masih memimpin 3,5 tahun lagi, sepanjang masa itu akan selalu ada kejutan baru,” kata Wijayanto kepada Bisnis.

    Bahkan, Wijayanto menyebut pengganti dari Trump di periode berikutnya pun tidak akan mudah mengubah arah, lantaran sifat perubahan yang Trump lakukan sangat struktural.

    Terlebih, dia menyebut AS melihat China sebagai calon hegemoni baru dunia. “Dia tidak ingin berbagi kekuasaan, sehingga AS akan menghentikan kebangkitan China at all cost. Tetapi, langkah yang diambil AS salah, sehingga justru akan mempercepat kejatuhan AS,” tandasnya.

  • Soal Penghapusan Kuota Impor, Ekonom Wijayanto Samirin: Akhiri Kelangkaan Barang – Halaman all

    Soal Penghapusan Kuota Impor, Ekonom Wijayanto Samirin: Akhiri Kelangkaan Barang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Ekonomi Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin berpendapat, penghapusan kuota impor beberapa komoditas seperti yang diinginkan Presiden RI Prabowo Subianto bertujuan mengakhiri kelangkaan barang di pasar.

    “Presiden ingin mengakhiri dominasi sistem kuota yang seringkali menyebabkan kelangkaan barang sehingga menyebabkan harga tinggi di dalam negeri dan seringkali menjadi ajang kongkalingkong,” kata Wijayanto saat dihubungi Tribunnews, Kamis (10/4/2025).

    Menurut Wijayanto, pembukaan keran impor ini dilakukan Presiden Prabowo bukan diperuntukkan semua komoditas. Melainkan, komoditas-komoditas yang tidak bisa dihasilkan dalam negeri misalnya gandum dan jagung.

    Meski begitu, Wijayanto meyakini bahwa pemerintah akan menutup keran impor bagi komoditas yang diproduksi dalam negeri. 

    “Kompetisi ini diharapkan membuat konsumen di dalam negeri akan mendapatkan harga terbaik,” jelas dia.

    “Untuk produk-produk yang kita bisa memproduksi di dalam negeri, saya yakin Pemerintah tidak akan membuka keran impor, kalaupun dibuka akan sangat terbatas dengan tetap mempertimbangkan produsen dalam negeri,” imbuhnya menegaskan.

    Pada forum Sarasehan Ekonomi bertajuk “Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang Tarif Perdagangan” yang diselenggarakan di Menara Mandiri, Sudirman, Jakarta, Selasa (8/4) kemarin, Presiden Prabowo Subianto meminta kepada jajaran para menteri untuk membuka kuota impor kepada pelaku usaha.

    “Saya minta Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan tidak usah ada kuota-kuota. Siapa mau impor daging, silahkan boleh impor.”

    “Mau impor apa silahkan buka saja. Terakhir kita (konsumen) juga pandai kok. Bikin kuota-kuota, habis itu perusahaan A, B, C yang hanya ditunjuk yang hanya boleh impor, enak saja,” tutur Prabowo.

    Presiden juga meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan untuk menghilangkan batasan menyoal kuota impor.

    Terutama, pertimbangan kuota impor untuk produk-produk yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Meski begitu, orang nomor satu di Indonesia tersebut tetap memberikan syarat bagi para calon pengusaha yang akan impor barang ke Tanah Air tanpa kuota.

    “Siapa yang mampu dan siapa yang mau impor silakan. Tidak lagi kita tunjuk-tunjuk hanya ini yang boleh, itu tidak boleh. Itu salah satu upaya kita untuk merampingkan dan memudahkan iklim usaha,” ungkapnya.

    Di sisi lain, melalui kebijakan ini Prabowo juga ingin menjaga kemudahan iklim investasi di dalam negeri dan mempermudah akses pengusaha.

    “Bikin supaya pengusaha merasa dimudahkan. Para pengusaha itu menciptakan lapangan kerja. Pengusaha itu adalah pelaku yang di depan, dia boleh cari untung tidak masalah, tetapi kita juga meminta para pengusaha bayar pajak yang benar.”

    “Jangan pelihara dua atau tiga buku,” kata Prabowo.

  • Presiden Prabowo Buka Wawancara Tanpa Sensor, Era Baru Komunikasi Politik Indonesia – Halaman all

    Presiden Prabowo Buka Wawancara Tanpa Sensor, Era Baru Komunikasi Politik Indonesia – Halaman all

    Presiden Prabowo komitmen terhadap transparansi, komunikasi terbuka, dan kesiapan untuk menjawab berbagai pertanyaan tajam yang beredar di masyarakat

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mencatatkan sejarah baru dalam komunikasi politik Indonesia dengan membuka wawancara langsung tanpa sensor dengan enam pemimpin redaksi media massa. 

    Wawancara yang berlangsung selama empat jam tersebut tidak hanya memperlihatkan keterbukaan, tetapi juga menunjukkan komitmen Presiden terhadap transparansi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tajam dari media. 

    Langkah ini dianggap sebagai terobosan penting dalam menciptakan komunikasi yang lebih terbuka antara pemerintah dan masyarakat. 

    Transparansi dalam Komunikasi Politik

    Pertemuan yang diadakan di Hambalang, Jawa Barat, pada 6 April 2025, melibatkan tujuh jurnalis senior dari media-media terkemuka di Indonesia. 

    Dalam wawancara ini, Presiden Prabowo menjawab berbagai pertanyaan sulit yang diajukan oleh para jurnalis tanpa ragu. 

    “Hari ini saya berkesempatan wawancara bersama 7 jurnalis dari 7 media yang ada di tanah air,” ujar Prabowo melalui akun Instagram resminya, memberikan kesan bahwa pertemuan ini adalah bentuk keterbukaan yang langka dalam politik Indonesia. 

    “Semoga jawaban dan penjelasan yang saya berikan dapat diterima dan menjadi informasi yang utuh dan jelas bagi masyarakat semua,” tambahnya. 

    Selama wawancara, Presiden Prabowo juga menunjukkan kemampuannya dalam merespons kritik tajam dan isu-isu sensitif yang beredar di masyarakat.

    Iwan Setiawan, Direktur Indonesia Political Review (IPR), mengungkapkan apresiasinya terhadap wawancara ini. 

    “Presiden menjawab semua pertanyaan sulit yang diberikan dengan jelas dan tepat. Penguasaan beliau atas berbagai persoalan bangsa luar biasa,” ujar Iwan. 

    Ini mencerminkan kesiapan Presiden untuk menerima dan menjelaskan kebijakan-kebijakan pemerintahannya dengan cara yang lebih terbuka dan konstruktif. 

    Iwan juga menambahkan bahwa wawancara ini merupakan bukti Presiden Prabowo pro terhadap keterbukaan informasi. 

    PRABOWO KETEMU PEMRED – Presiden Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan enam pemimpin redaksi (pemred) media nasional di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025). Adapun keenam pemred tersebut adalah Alfito Deannova Ginting (Pemred Detik), Lalu Mara Satriawangsa (Pemred tvOne), Uni Lubis (Pemred IDN Times), Najwa Shihab (Founder Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemred Harian Kompas), dan Retno Pinasti (Pemred SCTV). Presiden Prabowo membuka wawancara tanpa sensor dengan tujuh pemimpin redaksi, menandai era baru komunikasi politik Indonesia yang lebih transparan. (Tangkapan layar dari Instagram Prabowo Subianto)

    Bukti Kemajuan Komunikasi Politik Indonesia 

    Bagi banyak pengamat, langkah ini menjadi bukti kemajuan dalam komunikasi politik di Indonesia. 

    Hendri Satrio, pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina, menilai bahwa komunikasi publik yang buruk sebelumnya menyebabkan Presiden merasa perlu untuk langsung berbicara kepada para pemimpin redaksi. 

    “Karena komunikasi publiknya buruk, Presiden merasa harus menyampaikan langsung ke para pemred sekaligus untuk menjaga hubungan baik antara pemerintah dengan media massa,” jelas Hendri. 

    Langkah ini sekaligus mengubah dinamika hubungan antara pemerintah dan media massa, menuju era yang lebih transparan dan akuntabel.

    https://wartakota.tribunnews.com/2025/04/08/wawancara-khusus-dengan-para-jurnalis-senior-prabowo-disebut-ingin-tunjukkan-tidak-anti-kritik

  • RI Bakal Impor Kapas Cs, Ekonom: Bisa Kurangi Gap Defisit AS

    RI Bakal Impor Kapas Cs, Ekonom: Bisa Kurangi Gap Defisit AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menuturkan langkah pemerintah dengan mengimpor minyak dan gas (migas), kapas, hingga gandum dari Amerika Serikat (AS) merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi jarak (gap) defisit neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam.

    Seperti diketahui, langkah yang diambil pemerintah ini untuk menegosiasikan kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal 32% yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump untuk Indonesia.

    “Ini langkah yang tepat, apalagi kita memang butuh kapas, migas, dan gandum,” kata Samirin kepada Bisnis, Senin (7/4/2025).

    Menurutnya, importasi kapas hingga gandum dari AS ini nantinya akan mengurangi gap defisit neraca perdagangan dengan AS. Apalagi, lanjut dia, Indonesia merupakan net importir migas, gandum, dan kapas, sehingga tidak berkompetisi dengan produk dalam negeri.

    “Saya yakin, hal-hal seperti ini bisa mendorong Indonesia untuk mendapatkan deal terbaik,” ujarnya.

    Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memastikan langkah importasi komoditas migas, kapas, hingga gandum dari AS tidak akan mengganggu industri dalam negeri.

    Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah berupaya mencari jalan keluar untuk mengurangi neraca perdagangan AS—Indonesia yang defisit. Alhasil, Indonesia menjadi salah satu negara yang dikenakan tarif resiprokal tinggi, yakni 32%.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), AS merupakan penyumbang surplus perdagangan terbesar pada 2024 yaitu sebesar US$16,8 miliar.

    Namun, pada prinsipnya, Shinta menjelaskan bahwa pengenaan tarif impor AS tidak hanya untuk Indonesia, melainkan juga semua negara.

    Adapun, untuk mengurangi angka defisit itu, Shinta menerangkan bahwa pemerintah akan membuka keran impor beberapa komoditas dari AS yang dibutuhkan Tanah Air. Namun, dia memastikan importasi ini tidak akan mengganggu industri dalam negeri.

    “Kalau mengurangi defisit [AS-Indonesia], itu berarti jenis-jenis produk apa yang bisa kita impor dari Amerika yang memang dibutuhkan oleh Indonesia. Jadi bukan mengganggu industri dalam negeri kita, tetapi yang dibutuhkan oleh Indonesia,” kata Shinta saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).

    Adapun saat ini, dunia usaha tengah menjajaki untuk mengimpor kapas dari AS. Meski begitu, Shinta menyampaikan bahwa ada beberapa produk untuk pertahanan.

    “Jadi pada prinsipnya kita yang langsung saja, bagimana mengidentifikasi produk-produk Amerika yang dibutuhkan oleh Indonesia. Tentu saja dari segi oil and gas sudah pasti, cotton, wheat, bean, corn,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Shinta menambahkan bahwa Apindo memastikan agar kegiatan ekspor yang dilakukan eksportir ke AS tidak terganggu dengan adanya kebijakan Trump.

    Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan Indonesia tidak akan mengambil langkah retaliasi atau tindakan balasan, melainkan akan mengambil jalur negosiasi. Menurutnya, ada beberapa langkah negosiasi yang sedang dikaji pemerintah.

    Menko Airlangga menyatakan pemerintah Indonesia tidak perlu mengikuti langkah Vietnam yang memutuskan menurunkan bea masuk semua barang impor AS ke 0%. Sebab, tarif impor barang-barang AS ke Indonesia sudah rendah, yaitu 5% bahkan 0% untuk produk kedelai dan gandum.

    “Kita meningkatkan jumlah volume beli sehingga trade deficit [defisit perdagangan] yang US$18 billion itu bisa dikurangi,” terang Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).

  • Alasan Trump Ganjar Indonesia dengan Tarif Impor 32%

    Alasan Trump Ganjar Indonesia dengan Tarif Impor 32%

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut hambatan perdagangan berbasis tarif dan nontarif dengan negara-negara mitra menjadi alasan pemerintahannya mengenakan tarif impor bea masuk perdagangan yang lebih tinggi. Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran penerapan tarif timbal balik (reciprocal tariff) AS dengan besaran 32%.

    Sebagai informasi, Trump resmi menetapkan tarif minimum sebesar 10% untuk seluruh mitra dagang AS, tak terkecuali negara dalam kategori miskin atau least developed countries (LDCs).

    Sementara itu, negara-negara yang dianggap menerapkan hambatan perdagangan tinggi bagi produk-produk AS akan menjadi sasaran tarif yang lebih besar di kisaran 40% sampai dengan 50%. Kebijakan itu diumumkannya di Gedung Putih pada Rabu sore (2/4/2025), waktu setempat. 

    Trump yang terkenal dengan kebijakan proteksionis itu mengemukakan kondisi defisit neraca dagang AS merupakan salah satu faktor mengapa kebijakan tarif impor diberlakukan. Salah satu aspek yang ia soroti adalah kurangnya azas timbal balik pada hubungan dagang dengan negara-negara lain. 

    “Sebagaimana terindikasi pada defisit tahunan perdagangan barang AS yang besar dan terus menerus, hal ini merupakan ancaman yang luar biasa terhadap keamanan nasional dan ekonomi AS,” ujarnya, dikutip dari keterangan resmi Gedung Putih, Kamis (3/4/2025). 

    Trump pun mengakui bahwa defisit neraca perdagangan yang terus menerus dialami AS berdampak pada pelemahan sektor manufaktur di negaranya.

    Trump juga menyoroti perbedaan jomplang antara besaran tarif rata-rata yang diterapkan oleh AS dan negara mitranya atas barang-barang yang diperdagangkan. Dia memberi contoh besaran tarif untuk impor kendaraan yang masuk AS di level 2,5%, sementara Uni Eropa, India dan China masing-masing menerapkan tarif rata-rata sebesar 10%, 70% dan 15% untuk produk serupa.

    Untuk saklar jaringan, AS menerapkan tarif impor 0%, sementara itu India menerapkan 10%. 

    “Brasil dan Indonesia menerapkan tarif lebih tinggi untuk etanol yakni 18% dan 30%, jauh dari AS yakni 2,5%,” paparnya.

    Ada pula hambatan nontarif yang dinilainya berimpak pada pelemahan sektor manufaktur negeri Paman Sam. Trump menyebut hambatan-hambatan nontarif itu meliputi hambatan impor dan pembatasan perizinan; hambatan bea cukai dan kekurangan dalam fasilitasi perdagangan; hambatan teknis terhadap perdagangan (misalnya, standar pembatasan perdagangan yang tidak perlu, prosedur penilaian kesesuaian, atau peraturan teknis); dan tindakan sanitasi dan fitosanitasi yang membatasi perdagangan secara tidak perlu tanpa memajukan tujuan keselamatan. 

    Kemudian, rezim paten, hak cipta, rahasia dagang, dan merek dagang yang tidak memadai dan penegakan hak kekayaan intelektual yang tidak memadai; persyaratan perizinan atau standar peraturan yang diskriminatif; hambatan terhadap arus data lintas batas dan praktik diskriminatif yang memengaruhi perdagangan produk digital; hambatan investasi; subsidi; serta praktik anti persaingan. 

    “Diskriminasi yang menguntungkan perusahaan milik negara dalam negeri, dan kegagalan pemerintah dalam melindungi standar ketenagakerjaan dan lingkungan; penyuapan; dan korupsi,” jelasnya.

    Niat Asli Trump

    Meski demikian, niat Presiden Trump mengenakan tarif impor ke negara-negara mitra dagangnya dinilai tidak jauh dari ambisinya untuk mengurangi defisit anggaran negaranya.

    Ekonom senior dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menjelaskan bahwa defisit anggaran pemerintahan AS tahun ini diperkirakan menembus 6,3% dari PDB dan utang mencapai US$56 triliun pada 2034. 

    Wijayanto menilai tarif adalah pajak yang terselubung, karena pada akhirnya harga barang impor yang masuk ke AS menjadi lebih tinggi di tingkat konsumen. 

    “Tarif adalah pajak terselubung, yang bisa dinarasikan sebagai upaya melindungi industri dan menciptakan lapangan kerja. Padahal, yang membayar tarif adalah konsumen AS, dan bagi pemerintah federal, tarif adalah pendapatan negara,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (3/4/2025).

    Adapun kebijakan-kebijakan di Indonesia seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), persyaratan impor yang sulit hingga Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam atau DHE SDA 100% sempat ditengarai menjadi faktor pemicu Trump memasukkan Indonesia ke daftar negara-negara yang dikenakan tarif resiprokal. 

    Belum lagi, AS adalah mitra dagang utama Indonesia. Posisinya terbesar kedua setelah China. 

    Namun demikian, Wijayanto menilai TKDN dan aspek lainnya bukanlah hal penting, melainkan hanya justifikasi yang dicari-cari oleh Trump. 

    “Intinya, Trump ingin menghukum negara yang lebih kompetitif dari AS, untuk memperbaiki fiskal,” paparnya.

    Ekonom dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan menyampaikan pendapat serupa. Menurutnya, kebijakan-kebijakan RI itu sebenarnya tidak terkait langsung dengan tarif impor Trump. Apalagi, janji untuk mengganjar tarif impor 10% dan lebih untuk beberapa negara tertentu sudah lama digembor-gemborkan Trump sejak memenangkan Pilpres kedua kalinya pada 2024.

    Misalnya, Trump sudah lebih dulu mengenakan tarif impor yang besar ke dua negara tetangannya yakni Kanada dan Meksiko sebelum pengumuman Rabu kemarin. 

    “Ini berlaku bukan hanya untuk Indonesia saja, tetapi untuk banyak negara di dunia, terutama yang memiliki surplus perdagangan terhadap AS atau punya kedekatan dengan China,” terang Deni saat dihubungi.

    Meski demikian, lanjut Deni, bukan berarti kebijakan-kebijakan RI itu sama sekali tidak berdampak kepada penetapan tarif impor 32% itu. Dia menilai kebijakan “America First” dari Trump sejatinya memang bertujuan untuk membalas kebijakan-kebijakan negara lain yang dianggap tidak adil atau merugikan kepentingan bisnis atau perusahaan-perusahaan di AS.  

    Adapun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, sejumlah komoditas dari Indonesia yang paling banyak diekspor ke AS adalah elektronik, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, minyak sawit, karet, furnitur, udang dan produk-produk perikanan laut.