Institusi: Universitas Indonesia

  • Kasus Tom Lembong Berpotensi Cacat dan Diusut Ulang, Begini Penjelasannya

    Kasus Tom Lembong Berpotensi Cacat dan Diusut Ulang, Begini Penjelasannya

    Jakarta: Pengusutan perkara mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) disorot, karena kontroversi. Kejaksaan Agung (Kejagung) diminta memastikan penanganan perkara dugaan korupsi impor gula itu, apakah lawful atau sah dan diperbolehkan oleh hukum, atau tidak.

    “Begitu prosesnya tidak lawful, maka cacat. Kalau cacat, maka ulang dari awal. Itu konsekuensi terhadap pelanggaran hukum acara. Nah, diulang dari awal,” kata pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI) Gandjar Laksamana Bondan dalam materikulasi hukum di KPK yang dikutip pada Kamis, 7 November 2024.

    Gandjar menjelaskan pembukaan kronologi kasus dari Kejagung penting untuk keterbukaan publik untuk menyegah adanya kecurigaan atas kepentingan politik dari perkara yang diusut. Data terpenting yang harus dibuka yakni tanggal pelaporan, serta waktu dibukanya penyelidikan, dan penyidikan.
     

    “Cuma laporannya kapan, dan ini mulai proses karena apa? Karena ada laporan, kalau ada laporan, kapan? Supaya kita lihat. Jangan-jangan sudah dilaporkan sejak 2017. Makin enggak masuk akal kan kenapa sekian lama diabaikan. Jangan-jangan dilaporkan sejak 3 hari sebelum ditetapkan tersangka? Oh cepat banget prosesnya,” ujar Gandjar.

    Jioka dibuka, timeline pengusutan kasus itu bisa membuat kecurigaan publik atas kasus Tom Lembong hilang jika dibuka. Tuduhan berpolitik pun diyakini buyar jika Kejagung memerinci informasi tersebut.

    “Begitu ada yang tidak wajar, jadi sulit nanti, publik percaya bahwa ini ada politik dan lain-lain,” ucap Gandjar.

    Gandjar mengamini penegak hukum harus menjaga kerahasiaan proses penyidikan sampai persidangan digelar. Namun, ada sejumlah data yang boleh dibuka di tahap penyidikan, dan diyakini tidak merusak perkara.

    “Iya, substansi dan pembuktian tentu di pengadilan, tapi publik ini harus dikasih keyakinan bahwa kasusnya ada lho, prosesnya seperti ini, begini, begini. Nah, penjelasan yang ada memunculkan pertanyaan kenapa menteri lain tidak dikejar,” terang Gandjar.

    Thomas ‘Tom’ Trikasih Lembong ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait importasi gula pada Kementerian Perdagangan periode 2015-2016. Kasus ini disebut merugikan negara hingga mencapai Rp400 miliar.

    “Kerugian negara akibat perbuatan importasi gula yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, negara dirugikan kurang lebih Rp400 miliar,” kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung), Abdul Qohar, di Kompleks Kejagung Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.

    Qohar menjelaskan kasus itu berawal saat Tom memberikan izin persetujuan impor gula kristal mentah sebanyak 105 ribu ton kepada PT AP untuk diolah menjadi gula kristal putih pada 2015. Padahal, saat itu Indonesia mengalami surplus gula.

    Jakarta: Pengusutan perkara mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) disorot, karena kontroversi. Kejaksaan Agung (Kejagung) diminta memastikan penanganan perkara dugaan korupsi impor gula itu, apakah lawful atau sah dan diperbolehkan oleh hukum, atau tidak.
     
    “Begitu prosesnya tidak lawful, maka cacat. Kalau cacat, maka ulang dari awal. Itu konsekuensi terhadap pelanggaran hukum acara. Nah, diulang dari awal,” kata pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI) Gandjar Laksamana Bondan dalam materikulasi hukum di KPK yang dikutip pada Kamis, 7 November 2024.
     
    Gandjar menjelaskan pembukaan kronologi kasus dari Kejagung penting untuk keterbukaan publik untuk menyegah adanya kecurigaan atas kepentingan politik dari perkara yang diusut. Data terpenting yang harus dibuka yakni tanggal pelaporan, serta waktu dibukanya penyelidikan, dan penyidikan.
     

    “Cuma laporannya kapan, dan ini mulai proses karena apa? Karena ada laporan, kalau ada laporan, kapan? Supaya kita lihat. Jangan-jangan sudah dilaporkan sejak 2017. Makin enggak masuk akal kan kenapa sekian lama diabaikan. Jangan-jangan dilaporkan sejak 3 hari sebelum ditetapkan tersangka? Oh cepat banget prosesnya,” ujar Gandjar.
    Jioka dibuka, timeline pengusutan kasus itu bisa membuat kecurigaan publik atas kasus Tom Lembong hilang jika dibuka. Tuduhan berpolitik pun diyakini buyar jika Kejagung memerinci informasi tersebut.
     
    “Begitu ada yang tidak wajar, jadi sulit nanti, publik percaya bahwa ini ada politik dan lain-lain,” ucap Gandjar.
     
    Gandjar mengamini penegak hukum harus menjaga kerahasiaan proses penyidikan sampai persidangan digelar. Namun, ada sejumlah data yang boleh dibuka di tahap penyidikan, dan diyakini tidak merusak perkara.
     
    “Iya, substansi dan pembuktian tentu di pengadilan, tapi publik ini harus dikasih keyakinan bahwa kasusnya ada lho, prosesnya seperti ini, begini, begini. Nah, penjelasan yang ada memunculkan pertanyaan kenapa menteri lain tidak dikejar,” terang Gandjar.
     
    Thomas ‘Tom’ Trikasih Lembong ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait importasi gula pada Kementerian Perdagangan periode 2015-2016. Kasus ini disebut merugikan negara hingga mencapai Rp400 miliar.
     
    “Kerugian negara akibat perbuatan importasi gula yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, negara dirugikan kurang lebih Rp400 miliar,” kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung), Abdul Qohar, di Kompleks Kejagung Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.
     
    Qohar menjelaskan kasus itu berawal saat Tom memberikan izin persetujuan impor gula kristal mentah sebanyak 105 ribu ton kepada PT AP untuk diolah menjadi gula kristal putih pada 2015. Padahal, saat itu Indonesia mengalami surplus gula.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ADN)

  • Undang 3 Cagub Jakarta tapi Hanya Dihadiri Pramono, Mahasiswa UI: Tidak Profesional
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 November 2024

    Undang 3 Cagub Jakarta tapi Hanya Dihadiri Pramono, Mahasiswa UI: Tidak Profesional Megapolitan 8 November 2024

    Undang 3 Cagub Jakarta tapi Hanya Dihadiri Pramono, Mahasiswa UI: Tidak Profesional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com

    Pramono Anung
    menjadi satu-satu calon gubernur (cagub) yang menghadiri acara Dialog Jakarta dengan tema “Ragam Perspektif Membangun Kota” yang digelar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Kota Depok, Kamis (7/11/2024).
    Ketiga cagub sebenarnya diundang dalam acara ini. Namun, Ridwan Kamil (RK) berhalangan hadir, sedangkan Dharma Pongrekun diwakilkan oleh Kun Wardana.
    “Tapi tadi pagi kami secara mendadak mendapatkan informasi pembatalan secara sepihak. Ini merupakan bentuk dari ketidakprofesional cagub dan tidak menghargai ruang-ruang akademik dan ilmiah,” kata Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HMIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) 2024, Muhammad Rihandi, dalam sambutannya, Rabu.
    Padahal, kata Rihandi, acara ini bertujuan untuk menggali informasi beragam perspektif pembangunan Jakarta ke depan.
    Rihandi mengungkapkan kekecewaannya dengan paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono yang semula menyatakan bersedia hadir, tetapi membatalkan sepihak.
    Di sisi lain, Pramono mengakui memiliki kesempatan untuk menghadiri acara tersebut merupakan hal yang menyenangkan.
    Pasalnya, bisa mendapatkan banyak masukan yang cukup tajam dari para panelis, salah satunya soal literasi.
    Seorang mahasiswa UI mengeluhkan minimnya keberadaan perpustakaan di Jakarta.
    “Menurut saya, program literasi ini juga hal yang harus diseriusi oleh pemerintah Jakarta,” kata Pramono.
    Pria yang akrab dipanggil Mas Pram itu juga akan melibatkan anak muda dalam pengambilan keputusan di Jakarta jika terpilih sebagai gubernur.
    Menurut Pramono, berdasarkan pengalaman yang ada, anak muda sekarang sangat berbeda.
    Mereka lebih kreatif karena ditunjang kecanggihan teknologi.
    “Kalau anak muda tidak dilibatkan, sebaik apa pun program itu menurut saya kurang bermanfaat. Saya akan melibatkan anak muda untuk program-program saya,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Skandal Judi “Online” di Tubuh Komdigi, Mungkinkah Ada Beking yang Lebih Kuat?

    Skandal Judi “Online” di Tubuh Komdigi, Mungkinkah Ada Beking yang Lebih Kuat?

    GELORA.CO –  Skandal judi online di tubuh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang dicurigai sudah berlangsung lama pada akhirnya terungkap.

    Sampai saat ini, polisi telah menetapkan 15 tersangka, di mana 11 di antaranya dipastikan sebagai pegawai Komdigi.

    Namun, kesebelas pegawai yang ditangkap ternyata tak memiliki jabatan strategis di Komdigi.

    “Setahu saya tidak (jabatan strategis), namun demikian yang mengetahui persis jabatan-jabatanya juga ada di kepolisian. Namun setahu saya tidak ada eselon 1 eselon 2,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid di Gedung DPR RI, Selasa (5/11/2024).

    Adakah beking lebih kuat yang lindungi situs judol?

    Tak adanya jabatan tinggi yang dimiliki oleh kesebelas pegawai itu pun cukup mencurigakan.

    Sebab, bagaimana mungkin mereka yang tak punya jabatan tinggi itu bisa berani melindungi ribuan situs judi online dengan keuntungan mencapai miliaran rupiah.

    Lantas, mungkinkah ada beking yang lebih kuat yang melindungi situs judi online selain kesebelas pegawai Komdigi yang ditangkap?

    Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, berujar, ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi soal kasus pegawai Komdigi tanpa jabatan tinggi bisa melindungi situs judi online.

    “Kemungkinannya dua. Satu, tidak diketahui sama sekali oleh pejabat atasan para tersangka, termasuk menterinya. Atau, mereka (atasan) mengetahui, tetapi sengaja menutupinya karena mendapatkan sesuatu materi yang menguntungkan,” kata Fickar kepada Kompas.com, Kamis (7/11/2024).

    Fickar menyampaikan, dalam kasus ini, siapa pun yang terlibat berdasarkan bukti-bukti yang ada, di antaranya keterangan saksi, keterangan ahli, dan bukti surat, maka mereka harus diperiksa.

    Pemeriksaan, kata Fickar, juga harus dilakukan terhadap mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, yang disebut-sebut terlibat dalam lingkaran kasus beking situs judi online di Komdigi.

    “Bahkan, jika ada indikasi keterlibatannya, maka bisa ditetapkan sebagai tersangka,” kata Fickar.

    Fickar tak menampik soal kemungkinan adanya beking yang lebih kuat selain kesebelas pegawai Komdigi yang ditangkap.

    Karena itu, ia menegaskan soal pentingnya pemeriksaan kepada orang-orang yang disebut terlibat dalam kasus ini guna bisa mengungkap beking yang lebih kuat sekaligus aktor intelektualnya.

    “Jika terbukti ada keterlibatan, maka para atasan itu, termasuk bekas menteri (Budi Arie) juga bisa dipanggil, diperiksa atau ditetapkan sebagai tersangka,” kata Fickar.

    “Karena selain ada kelalaian (jika tidak tahu) dan juga bisa ada kesengajaan menutupi, bahkan melindungi dan mendapatkan sesuatu dari itu (membekingi situs judo),” imbuhnya.

    Budi Arie perlu diperiksa

    Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ubedilah Badrun, menilai, Presiden Prabowo perlu memanggil Budi Arie terkait kasus judi online di tubuh Komdigi.

    Setelah itu, Prabowo perlu mengajak Budi Arie untuk membahas masalah ini dengan Menteri Komdigi saat ini.

    “Ini perlu dilakukan untuk mencari tahu duduk persoalan yang membuat pegawai di Kemenkomdigi tersangkut kasus judi online. Sebab, bagaimanapun Budi Arie berstatus atasan para pegawai ini selama menjabat sebagai Menkominfo,” kata Ubed, dikutip dari Kompas.id, Kamis.

    Menurut Ubed, Prabowo juga perlu memberikan sanksi tegas terhadap para pegawai Komdigi yang tersangkut kasus judi online.

    Sementara itu, pengamat kepolisian Bambang Rukminto, menilai, keterangan Budi Arie diperlukan untuk mencari tahu bagaimana proses pengawasan saat ia memimpin Kemenkominfo (saat ini Komdigi).

    “Pemeriksaan Budi wajib dilakukan. Meskipun belum bisa dipastikan apakah Budi terlibat atau tidak. Sebagai atasan dia harus bertanggung jawab terkait kontrol dan pengawasan jajarannya,” kata Rukminto.

    Harus ungkap aktor intelektual

    Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menyampaikan, polisi harus membongkar praktik perlindungan judi online yang dilakukan pegawai Komdigi. Pertama, dengan mencari aktor intelektual dan operatornya di Komdigi sendiri.

    “Artinya polisi harus serius mendalami peran Budi Arie. Informasi dari pegawai memang dibutuhkan karena akan membawa informasi permainan judol di kementerian,” jelas Uchok dikutip dari Kompas.tv, Rabu (6/11/2024).

    Kedua, kata Uchok, polisi harus mengusut aliran dana perlindungan situs judi online di Komdigi.

    “Artinya polisi juga harus mengusut bank-bank nasional yang ada rekening judi online-nya,” ujar Uchok.

    Lebih lanjut, Uchok menilai polisi harus memanggil para direktur dari bank yang dijadikan aliran dana judi online.

    “Kalau tidak ada perbankan, tidak ada judi online,” kata Uchok.

    Diberitakan sebelumnya, Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkap 15 orang terkait perkara judi online (judol).

    Sebanyak 11 dari 15 tersangka berlatar belakang sebagai pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang dulu bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sementara, 4 yang lainnya adalah warga sipil.

    Sementara, terdapat dua pelaku yang masih buron dan dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka adalah A dan M.

    Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam menjelaskan, Kemenkomdigi sedianya memiliki kewenangan memblokir situs judol.

    Namun, mereka justru memanfaatkan wewenang untuk meraup keuntungan pribadi. Mereka melindungi ribuan situs judol dari sebuah kantor satelit yang berlokasi di Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.

    “Sebenarnya judi online dapat diberantas dengan menutup atau memblokir ribuan website judi online,” kata Ade Ary saat dikonfirmasi, Jumat (1/11/2024).

    “Tetapi karena ada oknum yang bermain dan menerima uang sehingga website judi online tertentu tetap masih bisa beroperasi,” ujar Ade Ary lagi.

    Sejauh ini, polisi telah menggeledah kantor satelit dan Kementerian Komdigi pada Jumat (1/11/2024). Mereka juga menggeledah dua money changer atau tempat penukaran uang.

    Kantor satelit yang dikendalikan oleh tersangka berinisial AK, AJ, dan R, itu melindungi sejumlah situs judol yang telah menyetor uang setiap dua minggu sekali.

    Dalam penggeledahan di kantor satelit, salah satu tersangka mengungkapkan bahwa seharusnya ada 5.000 situs judi online yang diblokir. Namun, 1.000 dari 5.000 situs tersebut justru “dibina” agar tidak diblokir.

    “5.000 web? Tapi yang diblokir berapa?” tanya Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra kepada tersangka saat penggeledahan.

    “Biasanya 4.000 Pak, 1.000 sisanya dibina, dijagain supaya enggak keblokir,” jawab tersangka.

  • Skandal Judi "Online" di Tubuh Komdigi, Mungkinkah Ada Beking yang Lebih Kuat?
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 November 2024

    Skandal Judi "Online" di Tubuh Komdigi, Mungkinkah Ada Beking yang Lebih Kuat? Megapolitan 8 November 2024

    Skandal Judi “Online” di Tubuh Komdigi, Mungkinkah Ada Beking yang Lebih Kuat?
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Skandal judi
    online
    di tubuh Kementerian Komunikasi dan Digital (
    Komdigi
    ) yang dicurigai sudah berlangsung lama pada akhirnya terungkap.
    Sampai saat ini, polisi telah menetapkan 15 tersangka, di mana 11 di antaranya dipastikan sebagai pegawai Komdigi.
    Namun, kesebelas pegawai yang ditangkap ternyata tak memiliki jabatan strategis di Komdigi.
    “Setahu saya tidak (jabatan strategis), namun demikian yang mengetahui persis jabatan-jabatanya juga ada di kepolisian. Namun setahu saya tidak ada eselon 1 eselon 2,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid di Gedung DPR RI, Selasa (5/11/2024).
    Tak adanya jabatan tinggi yang dimiliki oleh kesebelas pegawai itu pun cukup mencurigakan.
    Sebab, bagaimana mungkin mereka yang tak punya jabatan tinggi itu bisa berani melindungi ribuan situs judi
    online
    dengan keuntungan mencapai miliaran rupiah.
    Lantas, mungkinkah ada beking yang lebih kuat yang melindungi situs judi
    online
    selain kesebelas pegawai Komdigi yang ditangkap?
    Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, berujar, ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi soal kasus pegawai Komdigi tanpa jabatan tinggi bisa melindungi situs judi
    online
    .
    “Kemungkinannya dua. Satu, tidak diketahui sama sekali oleh pejabat atasan para tersangka, termasuk menterinya. Atau, mereka (atasan) mengetahui, tetapi sengaja menutupinya karena mendapatkan sesuatu materi yang menguntungkan,” kata Fickar kepada
    Kompas.com
    , Kamis (7/11/2024).
    Fickar menyampaikan, dalam kasus ini, siapa pun yang terlibat berdasarkan bukti-bukti yang ada, di antaranya keterangan saksi, keterangan ahli, dan bukti surat, maka mereka harus diperiksa.
    Pemeriksaan, kata Fickar, juga harus dilakukan terhadap mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo),
    Budi Arie
    Setiadi, yang disebut-sebut terlibat dalam lingkaran kasus beking situs judi online di Komdigi.
    “Bahkan, jika ada indikasi keterlibatannya, maka bisa ditetapkan sebagai tersangka,” kata Fickar.
    Fickar tak menampik soal kemungkinan adanya beking yang lebih kuat selain kesebelas pegawai Komdigi yang ditangkap.
    Karena itu, ia menegaskan soal pentingnya pemeriksaan kepada orang-orang yang disebut terlibat dalam kasus ini guna bisa mengungkap beking yang lebih kuat sekaligus aktor intelektualnya.
    “Jika terbukti ada keterlibatan, maka para atasan itu, termasuk bekas menteri (Budi Arie) juga bisa dipanggil, diperiksa atau ditetapkan sebagai tersangka,” kata Fickar.
    “Karena selain ada kelalaian (jika tidak tahu) dan juga bisa ada kesengajaan menutupi, bahkan melindungi dan mendapatkan sesuatu dari itu (membekingi situs judo),” imbuhnya.
    Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ubedilah Badrun, menilai, Presiden Prabowo perlu memanggil Budi Arie terkait kasus judi
    online
    di tubuh Komdigi.
    Setelah itu, Prabowo perlu mengajak Budi Arie untuk membahas masalah ini dengan Menteri Komdigi saat ini.
    “Ini perlu dilakukan untuk mencari tahu duduk persoalan yang membuat pegawai di Kemenkomdigi tersangkut kasus judi
    online
    . Sebab, bagaimanapun Budi Arie berstatus atasan para pegawai ini selama menjabat sebagai Menkominfo,” kata Ubed, dikutip dari
    Kompas.id,
     Kamis.
    Menurut Ubed, Prabowo juga perlu memberikan sanksi tegas terhadap para pegawai Komdigi yang tersangkut kasus judi
    online
    .
    Sementara itu, pengamat kepolisian Bambang Rukminto, menilai, keterangan Budi Arie diperlukan untuk mencari tahu bagaimana proses pengawasan saat ia memimpin Kemenkominfo (saat ini Komdigi).
    “Pemeriksaan Budi wajib dilakukan. Meskipun belum bisa dipastikan apakah Budi terlibat atau tidak. Sebagai atasan dia harus bertanggung jawab terkait kontrol dan pengawasan jajarannya,” kata Rukminto.
    Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menyampaikan, polisi harus membongkar praktik perlindungan judi
    online
    yang dilakukan pegawai Komdigi. Pertama, dengan mencari aktor intelektual dan operatornya di Komdigi sendiri.
    “Artinya polisi harus serius mendalami peran Budi Arie. Informasi dari pegawai memang dibutuhkan karena akan membawa informasi permainan judol di kementerian,” jelas Uchok dikutip dari
    Kompas.tv
    , Rabu (6/11/2024).
    Kedua, kata Uchok, polisi harus mengusut aliran dana perlindungan situs judi
    online
    di Komdigi.
    “Artinya polisi juga harus mengusut bank-bank nasional yang ada rekening judi
    online
    -nya,” ujar Uchok.
    Lebih lanjut, Uchok menilai polisi harus memanggil para direktur dari bank yang dijadikan aliran dana judi
    online
    .
    “Kalau tidak ada perbankan, tidak ada judi
    online
    ,” kata Uchok.
    Diberitakan sebelumnya, Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkap 15 orang terkait perkara judi
    online
    (judol).
    Sebanyak 11 dari 15 tersangka berlatar belakang sebagai pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang dulu bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sementara, 4 yang lainnya adalah warga sipil.
    Sementara, terdapat dua pelaku yang masih buron dan dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka adalah A dan M.
    Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam menjelaskan, Kemenkomdigi sedianya memiliki kewenangan memblokir situs judol.
    Namun, mereka justru memanfaatkan wewenang untuk meraup keuntungan pribadi. Mereka melindungi ribuan situs judol dari sebuah kantor satelit yang berlokasi di Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
    “Sebenarnya judi
    online
    dapat diberantas dengan menutup atau memblokir ribuan website judi
    online
    ,” kata Ade Ary saat dikonfirmasi, Jumat (1/11/2024).
    “Tetapi karena ada oknum yang bermain dan menerima uang sehingga
    website
    judi
    online
    tertentu tetap masih bisa beroperasi,” ujar Ade Ary lagi.
    Sejauh ini, polisi telah menggeledah kantor satelit dan Kementerian Komdigi pada Jumat (1/11/2024). Mereka juga menggeledah dua
    money changer
    atau tempat penukaran uang.
    Kantor satelit yang dikendalikan oleh tersangka berinisial AK, AJ, dan R, itu melindungi sejumlah situs judol yang telah menyetor uang setiap dua minggu sekali.
    Dalam penggeledahan di kantor satelit, salah satu tersangka mengungkapkan bahwa seharusnya ada 5.000 situs judi
    online
    yang diblokir. Namun, 1.000 dari 5.000 situs tersebut justru “dibina” agar tidak diblokir.
    “5.000 web? Tapi yang diblokir berapa?” tanya Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra kepada tersangka saat penggeledahan.
    “Biasanya 4.000 Pak, 1.000 sisanya dibina, dijagain supaya enggak keblokir,” jawab tersangka.
    (Penulis: Atiek Ishlahiyah Al Hamasy (Kompas.id), Iman Firdaus (Kompas.tv) | Editor: Maria Susy Berindra (Kompas.id) Edy A Putra (Kompas.tv))
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Lho Hambatan yang Ngejegal Perkembangan Industri Otomotif

    Ini Lho Hambatan yang Ngejegal Perkembangan Industri Otomotif

    Jakarta: Ekosistem industri otomotif Indonesia mendapatkan perhatian dari para akademisi. Adapun kondisi industri otomotif Tanah Air saat ini dinilai terhimpit perjanjian eksklusivitas.
     
    Hal tersebut tertuang dalam salah satu panel di acara The 6th International Conference on Law and Governance in a Global Context (icLave) 2024 pada 4-5 November oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta. Konferensi yang diadakan sejak 2017 ini bertujuan memberikan perkembangan terbaru terkait hukum dan kebijakan publik internasional.
     
    Dosen FEB Universitas Indonesia Mone Stepanus, Dosen Hukum Persaingan Usaha Universitas Pelita Harapan (UPH) Dian Parluhutan, dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Jakarta Guntur Saragih memaparkan kajian ilmiah terkait apa saja yang menghambat industri otomotif. Salah satu pokoknya terkait perjanjian eksklusivitas.
    “Penting bagi kami mengangkat perjanjian eksklusivitas ini dalam forum internasional untuk menunjukkan kondisi persaingan usaha di Indonesia yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),” ucap Mone Stepanus, dikutip Kamis, 7 November 2024.
     
    Jika perjanjian ini masih diterapkan, menurut Mone risikonya adalah kurang kondusifnya iklim persaingan usaha dan mungkin saja menghalangi pemain baru untuk berinvestasi dan memasuki pasar otomotif di Indonesia.
     
     

     

    Tantangan industri otomotif

    Industri otomotif di Indonesia didominasi oleh lima produsen besar, yakni Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, dan Mitsubishi Motors. Mereka telah menguasai 82,3 persen dari total produksi nasional. Mone menjelaskan industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan.
     
    “Ada berbagai kondisi telah memicu penerapan praktik monopoli atau oligopoli, baik melalui perjanjian vertikal maupun horizontal antar produsen,” ujar Mone, di acara yang dihadiri pembicara dari berbagai universitas di Indonesia, dan beberapa pembicara asing dari Leiden University, Chulalongkorn University, Western Sydney University, dan Monash University ini.
     
    Mone menyebutkan bukan hal yang aneh bagi produsen mobil untuk terlibat dalam perjanjian horizontal maupun vertikal dengan tujuan untuk mendominasi pasar. Perjanjian vertikal merupakan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan induk berdasarkan tempat asal, seperti Toyota dari Jepang, yang membuat perjanjian dengan agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia, yaitu PT Astra International.
     

    Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet
     

    Selain itu juga ada fenomena ATPM mengadakan perjanjian eksklusivitas dengan dealer di bawahnya. Menurutnya ini salah satu trik untuk untuk meningkatkan volume penjualan mobil tertentu. “Di sisi lain ada yang perlu diwaspadai, karena perjanjian eksklusivitas ini membuat dealer susah untuk mengembangkan bisnisnya,” kata dia.
     
    Dian Parluhutan menambahkan, meskipun industri otomotif dianggap sebagai sektor strategis, terdapat risiko yang muncul dari praktik perjanjian eksklusivitas yang tidak sehat. Tidak jarang distributor membuat perjanjian eksklusivitas dengan dealer yang mewajibkan dealer untuk meminta izin kepada distributor jika mendirikan perusahaan baru menjual produk otomotif merek lain.
     
    Dengan kata lain, investor dilarang menjual merek lain, walaupun dengan mendirikan badan usaha baru yang tidak berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual pemegang merek ataupun distributor. Perjanjuan ekslusivitas ini berdampak buruk pada lanskap persaingan sektor otomotif.
     
    “Praktik seperti ini dapat menciptakan hambatan bagi pendatang baru, yang kesulitan bersaing dengan produsen besar yang telah mendominasi pasar,” ucapnya.
     
     

     

    Pengawasan ketat dari KPPU

    Dia menekankan pentingnya pengawasan yang ketat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk memastikan persaingan yang adil tetap terjaga. Dian menambahkan KPPU dan asosiasi pelaku usaha otomotif perlu segera bertindak secara proaktif untuk merumuskan regulasi khusus di sektor otomotif. Cara ini dapat mendorong ekosistem persaingan usaha yang efektif dan sehat.
     
    Relevansi UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga mendapat sorotan. Menurutnya, diterapkannya perjanjian eksklusivitas pada industri otomotif telah melanggar UU 5/1999. Meski telah diatur dalam undang-undang, acap kali ada mereka yang nakal. Relasi kuasa antara ATPM dengan pengecer bisa menjadi celah mengakali UU 5/1999 tersebut.
     
    Dian pun menegaskan perjanjian eksklusivitas ini dilarang di Indonesia. Meskipun regulasi telah ada, penerapannya sering kali belum optimal. Industri ini membutuhkan pengaturan yang lebih komprehensif untuk mendukung iklim persaingan yang sehat.
     
    Sementara itu, Guntur menyarankan agar kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan KPPU dibutuhkan untuk mendorong inovasi dan investasi yang berkelanjutan di sektor otomotif. Apalagi pada 2023 ada peningkatan ekspor untuk sektor otomotif sebesar 5,96 persen (yoy).
     
    “Industri otomotif tidak hanya berkontribusi terhadap perekonomian, tetapi juga menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 1,5 juta orang di seluruh Indonesia,” tambah dia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Pakar Hukum Internasional Soroti Aturan Kemasan Polos, Ada Intervensi Asing?

    Pakar Hukum Internasional Soroti Aturan Kemasan Polos, Ada Intervensi Asing?

    Bisnis.com, JAKARTA – Aturan kemasan rokok polos tanpa identitas merek dinilai sarat dengan kepentingan asing dan berisiko mengurangi daya saing produk dalam negeri.

    Pakar hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menuturkan Rancangan Permenkes yang diinisasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) justru membuat seluruh kemasan rokok yang dipasarkan harus memiliki fitur kemasan yang seragam tanpa pembeda apapun.

    Dia mempertanyakan poin dalam Rancangan Permenkes tersebut. Sebab, pemuatan identitas merek merupakan hak pemilik usaha untuk menjadi pembeda dengan kompetitor.

    “Tentu pelaku usaha ingin bersaing dengan pelaku usaha lainnya dengan memunculkan apa sih perbedaan dari mereknya dengan merek pesaingnya,” ujar Hikmahanto dalam forum diskusi, dikutip Kamis (7/11/2024).

    Menurutnya, penyeragaman kemasan rokok merupakan intervensi asing melalui Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Aturan yang membuat kehilangan identitas merek ini sebagai agenda pemaksaan asing terhadap pasar Indonesia.

    Dia menambahkan Rancangan Permenkes untuk mengatur kemasan rokok tanpa identitas merek ini menjadi paradoks di Indonesia. Ketika Australia pertama kali menjalankan aturan penghilangan identitas merek di bungkus rokok pada 2012, Indonesia menjadi salah satu negara yang melawannya.

    “Tapi, kini justru Indonesia berupaya menerapkan kebijakan kontradiktif dengan melakukan langkah serupa. Padahal tindakan tersebut telah memberikan gangguan yang terasa oleh tenaga kerja hingga produk ekspor Indonesia, khususnya produk hasil tembakau,” ujarnya.

    Seperti diketahui, Australia tidak memiliki industri ataupun ekosistem pertembakauan yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja, hingga hilirisasi ekspor produk tembakau manufaktur seperti di Indonesia.

    Pemerintah, lanjutnya, perlu untuk mengkaji kembali aturan tersebut dan memilih untuk tidak meratifikasi ketentuan di FCTC. Tindakan mengadopsi ketentuan FCTC ke dalam kebijakan dinilai tidak sesuai dengan pandangan Presiden Prabowo Subianto.

    Hikmahanto mengatakan, Prabowo telah menegaskan melawan berbagai macam bentuk intervensi dari luar negeri dan berkomitmen menjadikan Indonesia lepas dari segala intervensi asing.

  • 2.000 Peserta Ramaikan Festival Film Bulanan di 10 Kampus

    2.000 Peserta Ramaikan Festival Film Bulanan di 10 Kampus

    Bandung: Festival Film Bulanan (Fesbul) kembali menggelar rangkaian acara di kampus-kampus Indonesia sebagai bagian dari Road to Perayaan Fesbul 2024. Kampus menjadi lokasi strategis dalam pembuatan film, terutama film pendek.

    Sineas Inggris Kenneth Branagh pernah mengatakan, “Film pendek, mengutip kata Shakespeare, adalah hal baik di dunia yang buruk karena mengandung orisinalitas, kebebasan kreatif, energi, dan inovasi yang menginspirasi serta menghibur.” 

    Ucapan itu menegaskan bahwa film pendek memiliki nilai penting meskipun kerap terpinggirkan di tengah kemajuan teknologi informasi dan dominasi konten video singkat di media sosial. Hal ini terbukti dengan antusiasme yang tinggi dalam Road to Perayaan Fesbul 2024. Sebanyak 2.000-an peserta mendaftar dari 10 kampus di enam kota besar di Indonesia.

    Rangkaian kegiatan Road to Perayaan Fesbul 2024 dimulai dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta (21 Oktober), Universitas Indonesia (21 Oktober), Universitas Mercu Buana Jakarta (23 Oktober), Universitas Negeri Jakarta (24 Oktober), Institut Seni Indonesia Padang Panjang (28 Oktober), STIKI Malang (29 Oktober), Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (30 Oktober), Institut Seni Indonesia Yogyakarta (31 Oktober), Institut Seni Indonesia Denpasar (1 November), dan Universitas Trisakti Jakarta (4 November). Seluruh acara sukses diselenggarakan dengan semarak.

    Selain diskusi bersama sineas-sineas lokal, kegiatan ini juga menampilkan pemutaran film-film pendek pilihan dari Indonesia dan mancanegara. Dukungan Fesbul dan Kemenparekraf ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengapresiasi film pendek, memupuk semangat, dan membuka ruang diskusi yang sering digagas di lingkungan kampus. 

    Tujuannya bukan sekadar mengapresiasi film terbaik, tetapi juga memotivasi sineas-sineas muda untuk terus maju dan membangun masa depan perfilman Indonesia.

    Semangat inilah yang akan dibawa ke puncak acara, yaitu Perayaan Fesbul 2024 bertajuk “Epic Cinematic Weekend” pada 15-16 November 2024 di Jakarta. Acara ini akan menghadirkan pemutaran sejumlah film pendek berkualitas serta Masterclass Spesial bersama Carlo F. Manatad, sutradara terkenal dari film Jodilerks De La Cruz, Employee of the Month. Perayaan ini berlangsung atas kolaborasi dengan SAE Institute Indonesia, Jakarta Film Week, dan Clermont-Ferrand International Short Film Festival.

    Rangkaian Road to Perayaan Fesbul 2024 akan mencapai puncaknya pada Malam Anugerah Fesbul 2024 di The Ballroom, Djakarta Theatre pada 17 November 2024. Dalam malam penghargaan itu, Fesbul akan mengumumkan lima film terbaik yang terpilih dari 20 film yang lolos seleksi dari 10 lokasi Fesbul 2024. 

    Dengan antusiasme tinggi dan kesuksesan Road to Perayaan Fesbul 2024, masa depan perfilman nasional kian cerah. Selama sineas berani berkarya melalui film pendek, sinema Tanah Air akan terus berkilau.

    Bandung: Festival Film Bulanan (Fesbul) kembali menggelar rangkaian acara di kampus-kampus Indonesia sebagai bagian dari Road to Perayaan Fesbul 2024. Kampus menjadi lokasi strategis dalam pembuatan film, terutama film pendek.
     
    Sineas Inggris Kenneth Branagh pernah mengatakan, “Film pendek, mengutip kata Shakespeare, adalah hal baik di dunia yang buruk karena mengandung orisinalitas, kebebasan kreatif, energi, dan inovasi yang menginspirasi serta menghibur.” 
     
    Ucapan itu menegaskan bahwa film pendek memiliki nilai penting meskipun kerap terpinggirkan di tengah kemajuan teknologi informasi dan dominasi konten video singkat di media sosial. Hal ini terbukti dengan antusiasme yang tinggi dalam Road to Perayaan Fesbul 2024. Sebanyak 2.000-an peserta mendaftar dari 10 kampus di enam kota besar di Indonesia.
    Rangkaian kegiatan Road to Perayaan Fesbul 2024 dimulai dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta (21 Oktober), Universitas Indonesia (21 Oktober), Universitas Mercu Buana Jakarta (23 Oktober), Universitas Negeri Jakarta (24 Oktober), Institut Seni Indonesia Padang Panjang (28 Oktober), STIKI Malang (29 Oktober), Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (30 Oktober), Institut Seni Indonesia Yogyakarta (31 Oktober), Institut Seni Indonesia Denpasar (1 November), dan Universitas Trisakti Jakarta (4 November). Seluruh acara sukses diselenggarakan dengan semarak.
     
    Selain diskusi bersama sineas-sineas lokal, kegiatan ini juga menampilkan pemutaran film-film pendek pilihan dari Indonesia dan mancanegara. Dukungan Fesbul dan Kemenparekraf ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengapresiasi film pendek, memupuk semangat, dan membuka ruang diskusi yang sering digagas di lingkungan kampus. 
     
    Tujuannya bukan sekadar mengapresiasi film terbaik, tetapi juga memotivasi sineas-sineas muda untuk terus maju dan membangun masa depan perfilman Indonesia.
     
    Semangat inilah yang akan dibawa ke puncak acara, yaitu Perayaan Fesbul 2024 bertajuk “Epic Cinematic Weekend” pada 15-16 November 2024 di Jakarta. Acara ini akan menghadirkan pemutaran sejumlah film pendek berkualitas serta Masterclass Spesial bersama Carlo F. Manatad, sutradara terkenal dari film Jodilerks De La Cruz, Employee of the Month. Perayaan ini berlangsung atas kolaborasi dengan SAE Institute Indonesia, Jakarta Film Week, dan Clermont-Ferrand International Short Film Festival.
     
    Rangkaian Road to Perayaan Fesbul 2024 akan mencapai puncaknya pada Malam Anugerah Fesbul 2024 di The Ballroom, Djakarta Theatre pada 17 November 2024. Dalam malam penghargaan itu, Fesbul akan mengumumkan lima film terbaik yang terpilih dari 20 film yang lolos seleksi dari 10 lokasi Fesbul 2024. 
     
    Dengan antusiasme tinggi dan kesuksesan Road to Perayaan Fesbul 2024, masa depan perfilman nasional kian cerah. Selama sineas berani berkarya melalui film pendek, sinema Tanah Air akan terus berkilau.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ALB)

  • Pemilihan Ketum Iluni FHUI Disebut Ajang Pengabdian

    Pemilihan Ketum Iluni FHUI Disebut Ajang Pengabdian

    Jakarta: Lima calon ketua umum Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI) terus melakukan pengenalan ke basis massa menjelang Pemilu Raya Ikatan Alumni (Pemira).

    Sebagai pemanasan sebelum memasuki momen debat pada 10 dan 17 November, kelima kandidat yakni Raden Rahmat Bastian (FHUI 1992), Fernandes Raja Saor (FHUI 2006), Mohamad Fajri Mekka Putra (FHUI 1999), Robby Ferliansyah Asshiddiqie (FHUI 2005), dan Yusuf Didi Setiarto (FHUI 1994) sharing gagasan di YouTube Channel @podcastsembilan.

    “Sinergi dan konektivitas antaralumni tidak bisa dipisahkan. Kami merasa tidak bisa membangun ILUNI yang kuat tanpa peran masing-masing alumni. Kita berlima ini adalah kandidat caketum ILUNI FHUI terbanyak dalam sejarah. Di sini kita bukan berkompetisi melainkan pengabdian,” kata kandidat no 5, Raden Rahmat Bastian, dikutip Selasa, 5 November 2024.
     

    Raden menjelaskan pemberdayaan SDM alumni FHUI kunci utama. Faktanya tidak semua lulusan FHUI menggeluti bidang hukum, melainkan ada yang menjadi entrepreneur dan birokrat.

    “Saya punya data dari 1964 dan variasi profesi alumni ini sangat beragam. Saya sendiri berangkat dari korporat lawyer kemudian mendirikan lawfirm sendiri dan mulai belajar manajemen perkantoran. Saya merasa HRE (Human Resources Empowerment) adalah elemen penting dari ILUNI,” jelas pria yang kini menjabat sebagai CEO PT Kalimatera Kotawaringin itu.

    Dia meyakini semua alumni FHUI adalah jenius dan istimewa. Karena bukan hal mudah bisa lolos dan mengenyam pendidikan di FHUI. Tapi menurut dia masih banyak lulusan FHUI yang mengantre pekerjaan.

    “Saya sempat mendapat sentilan dari alumni lain di luar UI, kenapa alumni FHUI tidak membuka lapangan pekerjaan. Jadi saya ingin, kita di ILUNI nanti, jika saya terpilih, akan proaktif ke masing-masing alumni bisa diberdayakan agar bisa berdaya dan membuka lapangan kerja bagi adik-adik lulusan FHUI lainnya,” jelasnya.

    ILUNI juga wajib berperan aktif menjalin link and match dengan dunia praktek. “Karena kalau dunia kerja berdasarkan lamaran kemudian diseleksi lalu diterima. Tapi dunia praktek itu lebih luas dan dinamis hingga ke level kewirausahaan yang menciptakan lapangan kerja,” ungkapnya.

    Dirinya yakin niatnya membawa FHUI menjadi lebih baik kedepannya bisa dipahami oleh para alumni yang akan menjadi voters-nya nanti. Jika dirinya terpilih sebagai Ketum ILUNI FHUI 2024-2027, ia telah menyiapkan 3 poin penting. 

    Pertama membangun konektivitas dan networking bagi ILUNI FHUI dan mahasiswa FHUI.

    “Kedua, memberikan kontribusi yang konkret bagi kemajuan pendidikan hukum di Indonesia. Dan poin ketiga, saya ingin menjadikan ILUNI FHUI sebagai organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” beber pemilik akun Instagram @rahmatbastianilunifhui itu.

     

    Jakarta: Lima calon ketua umum Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI) terus melakukan pengenalan ke basis massa menjelang Pemilu Raya Ikatan Alumni (Pemira).
     
    Sebagai pemanasan sebelum memasuki momen debat pada 10 dan 17 November, kelima kandidat yakni Raden Rahmat Bastian (FHUI 1992), Fernandes Raja Saor (FHUI 2006), Mohamad Fajri Mekka Putra (FHUI 1999), Robby Ferliansyah Asshiddiqie (FHUI 2005), dan Yusuf Didi Setiarto (FHUI 1994) sharing gagasan di YouTube Channel @podcastsembilan.
     
    “Sinergi dan konektivitas antaralumni tidak bisa dipisahkan. Kami merasa tidak bisa membangun ILUNI yang kuat tanpa peran masing-masing alumni. Kita berlima ini adalah kandidat caketum ILUNI FHUI terbanyak dalam sejarah. Di sini kita bukan berkompetisi melainkan pengabdian,” kata kandidat no 5, Raden Rahmat Bastian, dikutip Selasa, 5 November 2024.
     

    Raden menjelaskan pemberdayaan SDM alumni FHUI kunci utama. Faktanya tidak semua lulusan FHUI menggeluti bidang hukum, melainkan ada yang menjadi entrepreneur dan birokrat.
    “Saya punya data dari 1964 dan variasi profesi alumni ini sangat beragam. Saya sendiri berangkat dari korporat lawyer kemudian mendirikan lawfirm sendiri dan mulai belajar manajemen perkantoran. Saya merasa HRE (Human Resources Empowerment) adalah elemen penting dari ILUNI,” jelas pria yang kini menjabat sebagai CEO PT Kalimatera Kotawaringin itu.
     
    Dia meyakini semua alumni FHUI adalah jenius dan istimewa. Karena bukan hal mudah bisa lolos dan mengenyam pendidikan di FHUI. Tapi menurut dia masih banyak lulusan FHUI yang mengantre pekerjaan.
     
    “Saya sempat mendapat sentilan dari alumni lain di luar UI, kenapa alumni FHUI tidak membuka lapangan pekerjaan. Jadi saya ingin, kita di ILUNI nanti, jika saya terpilih, akan proaktif ke masing-masing alumni bisa diberdayakan agar bisa berdaya dan membuka lapangan kerja bagi adik-adik lulusan FHUI lainnya,” jelasnya.
     
    ILUNI juga wajib berperan aktif menjalin link and match dengan dunia praktek. “Karena kalau dunia kerja berdasarkan lamaran kemudian diseleksi lalu diterima. Tapi dunia praktek itu lebih luas dan dinamis hingga ke level kewirausahaan yang menciptakan lapangan kerja,” ungkapnya.
     
    Dirinya yakin niatnya membawa FHUI menjadi lebih baik kedepannya bisa dipahami oleh para alumni yang akan menjadi voters-nya nanti. Jika dirinya terpilih sebagai Ketum ILUNI FHUI 2024-2027, ia telah menyiapkan 3 poin penting. 
     
    Pertama membangun konektivitas dan networking bagi ILUNI FHUI dan mahasiswa FHUI.
     
    “Kedua, memberikan kontribusi yang konkret bagi kemajuan pendidikan hukum di Indonesia. Dan poin ketiga, saya ingin menjadikan ILUNI FHUI sebagai organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” beber pemilik akun Instagram @rahmatbastianilunifhui itu.
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Pelajaran dari strategi komunikasi Jokowi untuk Pemerintahan Prabowo

    Pelajaran dari strategi komunikasi Jokowi untuk Pemerintahan Prabowo

    Jakarta (ANTARA) – Memasuki era baru di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, terdapat pelajaran penting yang bisa diambil dari strategi komunikasi Joko Widodo selama satu dekade sebelumnya.

    Dari penggunaan media sosial hingga pendekatan blusukan, Jokowi telah membentuk pola komunikasi yang tidak hanya memperkenalkan pemimpin sebagai “presiden rakyat”, tetapi juga berhasil menciptakan kedekatan yang mendalam antara pemerintah dan masyarakat. Meskipun demikian, tantangan-tantangan yang dihadapi selama era Jokowi menunjukkan bahwa komunikasi pemerintah harus terus berkembang, terutama di era digital yang cepat berubah ini.

    Beberapa pelajaran dapat menjadi landasan penting bagi pemerintahan baru untuk membangun komunikasi yang efektif, transparan, dan adaptif.

    Pertama, komunikasi media sosial. Salah satu strategi paling menonjol dari pemerintahan Jokowi adalah pemanfaatan media sosial untuk menjangkau masyarakat. Selama bertahun-tahun, Jokowi memanfaatkan platform, seperti Instagram, Twitter, dan Facebook untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat, terutama generasi muda. Langkah ini memberikan kesan pemimpin yang dekat dengan masyarakat, yang secara langsung hadir di ruang-ruang digital tempat rakyat banyak menghabiskan waktu mereka.

    Hanya saja, meskipun strategi media sosial ini sangat efektif dalam meningkatkan visibilitas, tantangan besar yang muncul adalah kurangnya kedalaman informasi. Banyak isu yang dikemas secara sederhana dan viral, yang akhirnya kurang memberikan pemahaman menyeluruh terhadap kebijakan yang kompleks.

    Untuk pemerintahan Presiden Prabowo, kedalaman ini bisa dicapai dengan menyertakan edukasi dalam setiap konten. Komunikasi yang mendidik tentang latar belakang, proses pengambilan keputusan, dan dampak dari kebijakan publik akan membantu masyarakat memahami konteks secara lebih komprehensif.

    Penggunaan buzzer

    Pelajaran kedua adalah mengurangi ketergantungan pada buzzer. Penggunaan buzzer dan influencer selama masa Jokowi merupakan strategi yang mengundang banyak perhatian publik. Di satu sisi, pendekatan ini memperkuat eksposur isu-isu pemerintah di media sosial, namun di sisi lain, ketergantungan pada buzzer mengurangi keaslian pesan dan menimbulkan kesan komunikasi yang direkayasa. Dampak lainnya adalah fenomena echo chamber, di mana diskusi kebijakan hanya berputar di kalangan tertentu di media sosial, sehingga tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

    Bagi pemerintahan Presiden Prabowo, komunikasi yang autentik dan tulus sangat penting untuk membangun kepercayaan publik. Mengurangi ketergantungan pada influencer akan memungkinkan pemerintah lebih fokus pada pesan yang jelas dan langsung, tanpa risiko distorsi yang disebabkan oleh aktor-aktor media sosial eksternal. Pesan yang orisinal dan edukatif, terutama jika disampaikan langsung oleh pemerintah, akan jauh lebih efektif dalam menjangkau dan memenangkan hati rakyat.

    Pelajaran ketiga, penggunaan juru bicara tunggal. Tantangan lain yang sering muncul selama pemerintahan Jokowi adalah banyaknya juru bicara dan pernyataan yang terkadang tidak selaras. Inkonsistensi ini memunculkan kebingungan di kalangan masyarakat, terlebih ketika beberapa isu krusial, seperti pandemi atau kebijakan ekonomi nasional, dibahas dengan cara yang tidak seragam.

    Govcom Insights, sebuah agensi yang memfokuskan diri pada komunikasi pemerintah, dalam laporannya menekankan pentingnya satu juru bicara utama yang kompeten, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua pernyataan publik dari pemerintah.

    Dalam pemerintahan Prabowo, langkah ini dapat diimplementasikan dengan menunjuk satu juru bicara yang memiliki kompetensi dalam berkomunikasi dan pemahaman mendalam tentang kebijakan publik. Selain membantu memastikan konsistensi, juru bicara ini akan memperkuat koordinasi di internal pemerintah dan menjaga agar pesan tetap akurat serta mudah dipahami oleh masyarakat.

    Pelajaran keempat, pemanfaatan teknologi. Di era informasi yang serba cepat, pemerintahan Prabowo dapat memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung strategi komunikasi publiknya. Dengan AI, pemerintah bisa menganalisis opini publik secara real-time, mendeteksi tren, dan mengidentifikasi isu-isu yang berkembang dengan cepat. Pemantauan ini memungkinkan pemerintah untuk merespons berbagai situasi secara tepat dan efektif.

    Sebagai contoh, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi topik-topik yang sedang ramai dibicarakan masyarakat, serta membantu pemerintah mengatur narasi yang akurat dan relevan. Teknologi ini juga dapat berperan dalam mengantisipasi dan menanggulangi penyebaran disinformasi atau hoaks yang sering kali dapat memicu kebingungan dan kesalahpahaman. Dengan memanfaatkan data dan teknologi, pemerintahan Prabowo akan memiliki kontrol lebih besar dalam menjaga keakuratan dan ketepatan informasi yang disampaikan kepada publik.

    Menjaga transparansi

    Pelajaran kelima yang bisa dipetik adalah menjaga transparansi. Selama satu dekade terakhir, pendekatan blusukan Jokowi menjadi simbol komunikasi langsung antara pemerintah dan rakyat. Melalui kunjungan langsung ke berbagai daerah, Jokowi berhasil menciptakan ikatan yang kuat dengan masyarakat dan menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu di lapangan. Hanya saja, pendekatan blusukan ini juga memiliki keterbatasan, publik menganggap bahwa hal ini kadang digunakan untuk membangun citra semata, tanpa memberikan solusi nyata.

    Di era Prabowo, pendekatan ini bisa diperluas dengan format dialog publik yang lebih terstruktur dan reguler, seperti town hall meetings atau forum-forum terbuka. Ini akan membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka secara langsung, sementara pemerintah juga dapat memberikan penjelasan rinci tentang kebijakan yang diambil. Keterlibatan masyarakat dalam proses dialog ini tidak hanya memperkuat kepercayaan publik, tetapi juga membuat pemerintah lebih responsif terhadap masukan langsung dari rakyat.

    Keenam, membangun komunikasi berbasis edukasi. Salah satu kelemahan yang sering terlihat dalam komunikasi pemerintah di era Jokowi adalah kurangnya edukasi dalam penyampaian pesan. Publik sering kali menerima informasi yang bersifat satu arah, tanpa penjelasan yang memadai tentang konteks dan dampak dari kebijakan tersebut. Dalam laporan Govcom Insights, direkomendasikan agar pemerintah lebih banyak memanfaatkan komunikasi yang bersifat edukatif.

    Pemerintahan Prabowo dapat mengatasi hal ini dengan menyertakan komponen edukasi dalam setiap kebijakan publik yang disampaikan. Misalnya, untuk kebijakan ekonomi, pemerintah bisa memanfaatkan berbagai media, termasuk infografis dan video edukatif, untuk menjelaskan dampak kebijakan terhadap masyarakat. Dengan strategi komunikasi yang mendidik, masyarakat akan menjadi lebih memahami dan menghargai proses pengambilan kebijakan pemerintah.

    Ketujuh, membangun kepercayaan publik yang kuat dan berkelanjutan. Laporan Govcom Insights juga menyimpulkan bahwa pemerintahan Jokowi telah memberikan fondasi kuat dalam membangun komunikasi pemerintah yang merakyat dan transparan. Namun, tantangan yang dihadapi, mulai dari konsistensi pesan hingga keterlibatan buzzer yang berlebihan, perlu diatasi oleh pemerintahan baru agar komunikasi dapat semakin efektif dan relevan di era digital.

    Untuk pemerintahan Prabowo, membangun komunikasi yang konsisten, berbasis data, dan responsif terhadap perkembangan zaman adalah langkah penting yang tidak bisa diabaikan. Dengan pendekatan yang lebih adaptif, mendidik, dan berfokus pada dialog langsung dengan rakyat, maka pemerintahan baru dapat memperkuat kepercayaan publik dan menciptakan komunikasi yang inklusif serta berdampak. Ke depan, ini adalah kesempatan bagi Presiden Prabowo untuk mewujudkan visi pemerintah yang dekat dan relevan dengan kehidupan rakyat, menjadikan komunikasi sebagai jembatan untuk mewujudkan perubahan yang berarti.

    *) Irwan Hermawan, S.E., MMktgComm, CPR adalah seorang Humas Pemerintah di Kanwil DJP Jakarta Pusat, Ketua Litbang APPRI, Pengajar Komunikasi-Humas di Universitas Indonesia dan Co-Founder Govcom Insights

     

    Copyright © ANTARA 2024

  • Viral Spanduk Jasa Kilat Gelar Akademik UI Bergambar Bahlil Lahadalia

    Viral Spanduk Jasa Kilat Gelar Akademik UI Bergambar Bahlil Lahadalia

    GELORA.CO – Viral melalui media sosial spanduk promosi jasa kilat akademik Universitas Indonesia (UI). 

    Uniknya, di spanduk berwarna kuning itu ada gambar Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia dengan pose tersenyum.

    Berdasarkan penelusuran redaksi, spanduk tersebut terpasang di gerbang masuk UI, Depok, Jawa Barat.

    Dalam spanduk yang terpampang turut disertakan nomor testimoni di +62 84717 8390. 

    Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL pun mencoba menghubungi nomor tersebut namun tidak dapat terhubung.

    “Maaf saat ini Anda tidak tidak dapat menggunakan layanan ini. Mohon hubungi 132 untuk informasi lebih lanjut,” demikian informasi operator.

    Usut punya usut, ternyata spanduk tersebut sengaja dipasang Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) sebagai bentuk sindiran kepada pihak kampus.

    Bahlil Lahadalia yang meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) menuai kontroversi karena ditempuh kurang dari dua tahun.

    Banyak kalangan menilai proses capaian gelar doktor tersebut tampak kilat dan simsalabim. 

    Pencapaian Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia yang bisa meraih gelar doktor dari UI cuma 20 bulan, juga membuat iri warganet.

    “Ih apa tuh? jasa kilat gelar akademik UI. emangnya bisa ya kayak gitu? tapi udah ada testimoninya tuh Bahlil Lahadalia. Coba kali ya bisa di nego sampai jadi lagi,” bunyi narasi yang disampaikan perekam, seperti dikutip redaksi, Rabu 5 November 2024.

    Bahlil Lahadalia selesai menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar oleh Kajian Stratejik dan Global (SKSG) di Universitas Indonesia, Depok, pada Rabu, 16 Oktober 2024. 

    Judul disertasi yang diujikan adalah “Kebijakan, Kelembapan dan Tata Kelola Hirilisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia”

    Dalam sidang itu, Bahlil Lahadalia dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar doktor dari Universitas Indonesia.