Institusi: Universitas Diponegoro

  • 2
                    
                        Anggota DPR RI Alamudin Dimyati Rois Meninggal Dunia
                        Regional

    2 Anggota DPR RI Alamudin Dimyati Rois Meninggal Dunia Regional

    Anggota DPR RI Alamudin Dimyati Rois Meninggal Dunia
    Tim Redaksi
    KENDAL, KOMPAS.com
    – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Alamudin Dimyati Rois atau yang akrab disapa
    Gus Alam
    , meninggal dunia pada Selasa (6/5/2025) pagi.
    Kabar duka ini dibenarkan oleh kerabat almarhum, Ali Nahdhodin, melalui pesan WhatsApp kepada
    Kompas.com,
    Selasa.
    “Gus Alam,
    kapundut
    sekitar jam 05.30 WIB,” ungkap Ali.
    Saat ini, jenazah Gus Alam masih berada di Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan, Jawa Tengah.
    “Masih di rumah sakit,” tambahnya.
    Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Kendal Mahfud Sodiq menyampaikan rasa dukacita atas kepergian Gus Alam.
    Politisi PKB ini mengaku merasa kehilangan sosok yang merupakan putra almarhum KH. Dimyati Rois tersebut.
    “Gus Alam adalah panutan kami. Dia salah satu tokoh yang ikut membesarkan PKB. Saya dan teman-teman PKB merasa kehilangan,” ucap Mahfud.
    Sebelumnya, Gus Alam menjadi salah satu korban dalam kecelakaan maut yang terjadi di ruas Tol Pemalang–Batang, tepatnya di Km 315+900 jalur A, wilayah Desa Karangasem, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada Jumat (2/5/2025) sekitar pukul 02.40 WIB.
    Dalam insiden tersebut, Gus Alam merupakan penumpang mobil Toyota Innova bernomor polisi H-1980-CM yang menabrak truk Fuso dari belakang.
    Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua penumpang tewas dan dua lainnya mengalami luka berat, sedangkan Gus Alam mengalami luka berat.
    Alamuddin Dimyati Rois atau Gus Alam lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, pada 26 Desember 1980.
    Ia adalah alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang dan telah terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKB sebanyak empat kali, yaitu untuk periode 2009-2014, 2014-2019, 2019-2024, dan 2024-2029.
    Sebagai putra dari ulama KH. Dimyati Rois (almarhum) dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah Kendal, Gus Alam dikenal sebagai sosok yang ramah dan religius.
    Pada 2017, ia mendirikan dan menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah 2 di Srogo Sidorejo, Kecamatan Patebon, Kendal.
    Selain itu, Gus Alam juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Syuro DPW PKB Jawa Tengah dan Wakil Ketua Garda Bangsa, sebuah badan otonom PKB yang mengurusi bidang kepemudaan di Jawa Tengah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Buka-bukaan, Ini Daftar RS dan Prodi dengan Kasus Bullying PPDS Terbanyak di Indonesia

    Buka-bukaan, Ini Daftar RS dan Prodi dengan Kasus Bullying PPDS Terbanyak di Indonesia

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menerima 2.668 pengaduan terkait bullying atau perundungan di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sejak Juni 2023. Setelah diverifikasi, sebanyak 632 di antaranya terbukti sebagai tindakan perundungan.

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus bullying ini terjadi di berbagai jenis rumah sakit, mulai yang di bawah naungan Kemenkes, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), hingga rumah sakit swasta. Perundungan ini melibatkan tenaga medis di berbagai program studi (prodi).

    Menkes Budi menambahkan bahwa perundungan ini bentuknya beragam. Sekitar 57 bentuk perundungan merupakan non-fisik dan non-verbal, yakni 91 kasus pembiayaan di luar kebutuhan pendidikan, dengan kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah.

    Diikuti 91 kasus pengaduan tugas jaga di luar batas wajar, 50 kasus penugasan untuk kepentingan pribadi konsulen atau senior, dan terakhir 98 kasus pengucilan atau pengabaian. Bentuk perundungan lain adalah kekerasan verbal hingga 34 persen, seperti sebutan tidak pantas yang terlihat di jaringan komunikasi PPDS.

    “Yang fisik biasanya disuruh mengunyah cabai, harus push up, makan telur mentah, disuruh berdiri selama 7 sampai 8 jam, ini hampir di semua pengaduan itu terjadi,” ungkap Menkes Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (30/4/2025).

    Berikut adalah daftar rumah sakit dengan kasus perundungan terbanyak yang telah dikurasi oleh Kementerian Kesehatan.

    Rumah Sakit Kemenkes

    RSUP Kandou Manado 77 kasusRSUP Hasan Sadikin 55 kasusRSUP IGNG Ngoerah 42 kasusRSUP Dr Sardjito 36 kasusRSUPN Dr Cipto Mangunkusumo 32 kasusRSUP Moh. Hoesin Palembang 29 kasusRSUP Dr Kariadi 28 kasusRSUP H. Adam Malik 27 kasusRSUP Dr. M. Djamil 22 kasusRSUP Dr Wahidin Sudirohusodo 15 kasus

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

    RSUD Zainal Abidin Banda Aceh 31 kasusRSUD Moewardi Surakarta 21 kasusRSUD Saiful Anwar Malang 10 kasusRSUD Dr Soetomo Surabaya 9 kasusRSUD Arifin Ahmad 5 kasusRSUD Ulin Banjarmasin 4 kasusRSUD Provinsi NTB 3 kasusRSUD Semara Ratih Tabanan 3 kasusRSUD Sosodoro Bojonegoro 2 kasusRSUD Gorontalo 2 kasus

    RS Universitas

    RS Universitas Diponegoro Semarang 10 kasusRS Universitas Kristen Indonesia 3 kasusRSGM Universitas Airlangga 3 kasusRS Universitas Indonesia Depok 2 kasusRS Universitas Sriwijaya Palembang 1 kasusRS Universitas Hasanuddi Makassar 1 kasusRS Universitas Andalas Padang 1 kasusRS Lambung Mangkurat 1 kasus

    FK Universitas

    Universitas Hasanuddin 8 kasusUniversitas Syah Kuala 8 kasusUniversitas Andalas 8 kasusUniversitas Airlangga 7 kasusUniversitas Brawijaya 6 kasusUniversitas Indonesia 4 kasusUniversitas Sebelas Maret 4 kasusUniversitas Sumatera Utara 3 kasusUniversitas Padjajaran 3 kasusUniversitas Pembangunan Nasional 2 kasus

    RS Lainnya

    Rumah sakit swasta 19 kasusPuskesmas 3 kasusRumah sakit TNI/Polri 2 kasusKlinik kesehatan swasta 1 kasus

    NEXT: Prodi PPDS dengan laporan kasus bullying terbanyak

    Dari hasil koordinasi dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Menkes Budi mencatat sedikitnya ada 10 prodi PPDS dengan temuan kasus bullying atau perundungan terbanyak. Berikut catatannya:

    Prodi penyakit dalam: 80 kasusProdi bedah: 46 kasusProdi anestesi: 27 kasusProdi obgyn: 22 kasusProdi anak: 21 kasusProdi mata: 16 kasusProdi bedah plastik: 16 kasusProdi bedah saraf: 16 kasusProdi orthopedi:15 kasusProdi neurologi: 14 kasus

    Simak Video “Video: Menkes Sebut Kasus Bullying PPDS Undip Dokter Aulia Sudah P21”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Aksi Hari Buruh di Semarang: 18 Mahasiswa Ditangkap, 5 Lainnya Dibawa ke Rumah Sakit – Halaman all

    Aksi Hari Buruh di Semarang: 18 Mahasiswa Ditangkap, 5 Lainnya Dibawa ke Rumah Sakit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Belasan mahasiswa ditangkap pihak kepolisian dalam aksi peringatan Hari Buruh Internasional di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/5/2025).

    Mereka merupakan mahasiswa dari berbagai kampus, seperti Universitas Diponegoro (Undip), Universitas PGRI Semarang, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo.

    Pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang M. Safali mengatakan berdasarkan data sementara ada sebanyak 18 mahasiswa yang ditangkap.

    Para mahasiswa tersebut dibawa ke Mapolrestabes Semarang, sedangkan lima mahasiswa lain yang mengalami luka-luka dibawa ke Rumah Sakit Roemani.

    “Iya ada 18 orang yang ditangkap, 5 dibawa ke rumah sakit. Kami masih melakukan upaya hukum untuk melakukan pendampingan dan pendataan kembali,” ucap Safali kepada Tribun Jateng, Kamis.

    Adapun kericuhan antara mahasiswa dan polisi pecah sebanyak dua kali.

    Pada kericuhan pertama, sekitar pukul 17.00 WIB, polisi memukul mundur mahasiswa dengan menembakkan gas air mata secara berulang-ulang.

    Mahasiswa kemudian mundur ke patung kuda Undip Pleburan. Setelah itu, situasi kembali tenang.

    Akan tetapi, polisi kembali memukul mundur dengan menembakkan gas air mata pada pukul 17.25 WIB. Bukan hanya itu, polisi juga membentuk pasukan barikade.

    Mahasiswa yang terdesak lantas masuk ke area kampus Undip Pleburan. 

    Safali menjelaskan polisi telah bertindak menggunakan kekerasan terhadap para mahasiswa, padahal mereka melakukan aksi bersama para buruh.

    “Kami melakukan aksi sepakat sesuai dengan aksi yang dilakukan buruh,” ucapnya.

    Safali pun membantah tudingan polisi yang menarasikan bahwa mahasiswa yang melakukan kerusuhan adalah anarko.

    Selain itu, dirinya juga membantah ada provokasi dari mahasiswa sehingga polisi melakukan kekerasan.

    “Tudingan mereka tidak obyektif yang menyudutkan gerakan mahasiswa dan gerakan aksi hari buruh internasional,” terang Safali.

    Sementara itu, Kapolrestabes Semarang Kombes Syahduddi berujar ada sekelompok anarko yang melakukan tindakan anarkis.

    Namun, dirinya tidak mengetahui secara pasti ada berapa orang yang ditangkap.

    “Ada yang ditangkap, mereka dibawa ke Polrestabes untuk diinterogasi,” katanya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul BREAKINGNEWS Jurnalis Semarang Dipiting dan HP Disita Polisi Saat Aksi Hari Buruh di Semarang.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunnJateng.com/Iwan Arifianto)

  • Detik-detik Terungkapnya Kecurangan UTBK SNBT di Undip, Peserta Simpan Alat Bantu di Balik Jilbab

    Detik-detik Terungkapnya Kecurangan UTBK SNBT di Undip, Peserta Simpan Alat Bantu di Balik Jilbab

    TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG – Kronologi terbongkarnya temuan kecurangan UTBK SNBT 2025 di Undip Semarang. Pelaku simpan alat bantu dengar dan handphone di balik jilbab

    Seorang perempuan tertangkap basah melakukan kecurangan saat mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 di Kampus Universitas Diponegoro (Undip), Tembalang, Kota Semarang, Minggu, 27 April 2025.

    Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh perempuan ini dengan menyembunyikan sejumlah alat kamera dan ponsel dipasang di ciput atau penutup rambut.

    Alat lainnya berupa transmiter diduga dipasang di kuncir rambut dan alat bantu dengar dipasang di telinga.

    Petugas bisa mengungkap kecurangan ini dengan memeriksa jilbab yang dikenakan korban menggunakan alat pendeteksi logam atau metal detector.

    “Iya ada kejadian itu, secara otomatis peserta itu gagal mengikuti ujian,” jelas Wakil Rektor I Akademik dan Kemahasiswaan Undip Heru Susanto, di Kota Semarang, Rabu (30/4/2025).

    Selepas berhasil mengungkap dugaan kecurangan itu, panitia lantas mengirimkan sejumlah alat-alat bukti itu ke panitia pusat ke Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.

    Sementara Heru enggan mengungkapkan identitas terduga pelaku kecurangan dan tujuan kampus yang hendak disasar.

    “Tidak semua peserta yang ikut ujian di Undip tidak selalu pilihannya di kampus yang sama,” paparnya.

    Proses UTBK SNBT 2025 di Undip ini berlangsung dari 23 April hingga 3 Mei 2025. Buntut dari kasus ini, panitia semakin memperketat pengawasan.

    “Proses pengawasan dilakukan secara ketat kepada para peserta. Selain metal detector, juga diperiksa seluruh tubuh,” jelas Koordinator Pelaksana Pusat UTBK Undip  Paramita Prananingtyas.

    Dia menyebut, panitia telah memasang metal detector sebanyak 68 unit. Jumlah itu disesuaikan dengan jumlah ruangan yang ada. “Ada 68 ruangan jadi metal detectornya sebanyak itu,” paparnya. (Iwn)

  • Mundur jadi Pegawai Bank BUMN, Geluti UMKM Hasil Bumi Boyolali di e-commerce Lebih Menjanjikan – Halaman all

    Mundur jadi Pegawai Bank BUMN, Geluti UMKM Hasil Bumi Boyolali di e-commerce Lebih Menjanjikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Malam jelang dinihari, mobil box dipenuhi kotak paket pesanan pelanggan telah siap berangkat.

    Sebelum hari berganti, Rahma (28), mencatat ada 115 paket pesanan yang akan dikirim dinihari nanti.

    “Kami menyiapkan per hari kurang lebih ada 100 kilogram petai kupas. Semua disiapkan untuk pesanan baik pesanan resto atau pesanan online,” terang Rahma, pelaku UMKM di Boyolali, Jawa Tengah, saat dihubungi Tribunnews.com pada Senin (7/4/2025).

    Hampir setiap hari, rumah Rahma yang berada di Desa Singkil, Boyolali, berubah ramai dengan hiruk pikuk obrolan ibu-ibu paruh baya.

    Lima orang karyawan Rahma mulai mengupas petai hasil panen untuk memenuhi pesanan sejak siang hari.

    Tentu nuansa yang berbeda dengan 3 tahun silam saat Rahma masih berprofesi sebagai karyawan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    lihat foto
    HASIL BUMI BOYOLALI – Suasana rumah Rahma, pelaku UMKM di Singkil, Boyolali saat para IRT berkerja siapkan pesanan online, hasil bumi Boyolali berupa petai kupas dan alpukat mentega pada Senin (7/4/2025)

    Suara obrolan hingga teriakan host live menjadi ‘nyanyian’ merdu yang ia dengarkan setiap hari.

    Bisnis online hasil bumi Boyolali awalnya tak terpikirkan oleh Rahma.

    Ide tersebut muncul saat harga petai pasaran yang kerap dijajakan ayah mertua, turun drastis. Rahma lantas mencoba peruntungan berbisnis online.

    Tentu dengan perbaikan kualitas hingga packaging yang aman untuk kepentingan kirim mengirim ke berbagai daerah.

    “Awal mula yang jualan dari nebasi (panen) petai bapak, tapi jualannya di lokalan. Pas (saat) itu jualan harga bener-bener anjlok (murah). Ya aku ide aja, daripada kirim harga ga bisa naik, aku coba naikkan kualitas dan coba jualan online,” terang Rahma.

    Awalnya, ide petai kupas juga berasal dari pesanan restoran yang meminta Rahma mengupas barang dagangan.

    Petai kupas dinilai lebih efisien bagi pedagang restoran.

    Rahma juga menyetok petai kupas untuk para pedagang sambal petai yang dijajakan secara online.

    Setelah sebulan resign menjadi karyawan bank BUMN, Rahma mendapatkan pesanan pertamanya di e-commerce, termasuk di Shopee.

    Pesanan pertama tersebut membuat semangat Rahma terbakar. Ia mulai memperbaiki foto dan kemasan agar aman dikirim ke luar kota.

    Nyatanya persiapan Rahma berbuah manis.

    Beberapa pesanan petai masuk dari dalam hingga luar kota.

    “Banyak pengiriman dari dalam kota (se-Solo Raya). Ada pula yang minta dikirim ke luar kota, termasuk Bekasi, Tangerang, Blaraja, Kramat Jati. Kalau di luar pulau pun juga ada, Kalimantan hingga Papua,” jelasnya.

    Karena menjanjikan, Rahma mulai belajar ekspor.

    Kini, petai kupas hasil bumi Boyolali bisa menjangkau hingga Hong Kong dan Malaysia.

    “Paling jauh dikirim ke Hong Kong dan Malaysia, tapi masih melalui pihak kedua,” ungkap Rahma.

    Selain petai, Rahma juga memanfaatkan hasil bumi lainnya, yakni alpukat.

    Alpukat jenis mentega merupakan buah yang tumbuh di Boyolali.

    Alpulat jenis ini dikenal sebagai buah yang memiliki daging tebal, lembut, dan rasa manis alami.

    Berlimpahnya hasil bumi Boyolali membuat Rahma memanfaatkan kesempatan untuk menjajakan alpulat mentega di e-commerce.

    Hasilnya pun cukup memuaskan.

    “Awalnya kan memang hanya petai, sambil jalan saya inisiatif masukkin alpukat.”

    “Sekarang, minimal saya menyiapkan alpukat hingga 1 kwintal dan kurang lebih lima karung petai yang belum dikupas,” jelas Rahma.

    lihat foto
    HASIL BUMI BOYOLALI – Penampakan mobil box berisi hasil bumi Boyolali, petai dan alpukat sebelum dijual di e-commerce oleh pelaku UMKM, Rahma (28) pada Senin, 7 April 2025

    Berkat jerih payahnya selama tiga tahun lebih, Rahma kini mengantongi pendapatan kotor per bulan hingga puluhan juta.

    “Untuk pendapatan kotor per bulan, yaa adalah minimal dua digit,” sahut perempuan lulusan Universitas Diponegoro tersebut.

    Memudahkan, Namun Bukan Tanpa Halangan

    Bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti Rahma, digitalisasi memang memudahkan.

    Ibarat dua tangan, kita tak bisa meraih seluruh pelosok negeri, namun dengan dunia digital seluruh negeri bisa mengenal produk kita.

    Hal itu sangat dirasakan oleh Rahma.

    Mencari pelanggan adalah momen tersulit bagi pelaku bisnis.

    Namun, dengan hadirnya e-commerce petai dan alpukat hasil bumi Boyolali sampai ke pelosok negeri.

    “Pada zaman digital seperti ini sangat memudahkan kita sebagai UMKM ya,” jelas Rahma.

    “Awalnya kita mencari pelanggan di sekitar susah, harga juga tak stabil. Namun setelah ada e-commerce, mencari pelanggan-pelanggan baru jauh lebih mudah, jangkauan bisa lebih luas,” tambahnya.

    Diketahui, Rahma memiliki akun Shopee bernama Kaleaaaa.co.

    Saat ini, akun Kaleaaaa.co sudah mempunyai 307 pengikut dengan hampir seribu penilaian dari pelanggan.

    Rahma juga mengakui sangat terbantu dengan adanya fitur Shopee yang terbukti dapat meningkatkan penjualan.

    Tips dari Rahma, penjualan mulai naik setelah ia menggunakan fitur ‘Naikkan produk’ setiap empat jam sekali.

    “Fitur Shopee ini banyak lho yang membantu penjual bisa meningkatkan omset. Satu fitur yang paling berdampak di toko aku adalah ‘Naikkan Produk’. Gunakan empat jam sekali, setidaknya barang kita akan muncul di beranda calon pembeli. Jika foto dan harga produk sesuai dan menarik, tentu pembeli tak perlu berpikir lama untuk check out barang kita,” terang Rahma.

    Selain itu, live Shopee juga ikut membantu branding petai dan alpukat miliknya.

    “Oh ada lagi, live Shopee. Rajin-rajin live membuat barang kita mudah dikenal publik,” timpal Rahma.

    Rahma hingga kini masih berusaha mengoptimalkan fitur Shopee agar bisa meningkatkan omset bulanannya.

    Meski terlihat mudah hingga memiliki omset puluhan juta, UMKM Hasil Bumi Boyolali ini tentu bukan tanpa halangan.

    Banyak halangan yang didapat Rahma saat memulai bisnis online.

    Mulai dari komplain pelanggan hingga masalah produk yang mudah basi.

    “Barang kan makanan ya, jadi mudah busuk atau rusak. Jadi kalau pihak jasa kirim lama, bisa berpengaruh dengan kualitas produk kita yang diterima pelanggan,” terangnya.

    Rahma berprinsip untuk memberikan ganti rugi bagi pelanggan yang mendapatkan petai busuk atau alpukat busuk.

    Hal ini dilakukan agar citra toko miliknya baik.

    “Bintang lima adalah kunci, kita harus menjaga nama baik toko walaupun harus tombok (rugi), namun itu sebanding dengan toko yang konsisten naik,” ungkap ibu satu anak ini.

    Selain itu, karena petai dan alpukat tidak selalu mendapat barang yang bagus, Rahma kadang memilih meliburkan tokonya.

    Rahma memilih memasok pasar lokal jika tahu kualitas produk belum sesuai yang ia inginkan untuk dijajakan secara online.

    “Beberapa hari ke depan mungkin akan offline (jualannya). Karena kalau barang ga bagus, amannya aku lempar ke pasar-pasar,” jelasnya.

    Rasa Syukur dan Harapan ke Depan

    Berada di titik sekarang, Rahma sangat bersyukur.

    Pilihan meninggalkan status karyawan Bank BUMN menjadi pelaku UMKM tak pernah salah jika selalu konsisten.

    “Beralih profesi dari pegawai menjadi pembisnis sangat menyenangkan, walaupun pasti tidak mudah untuk memulainya. Apalagi menjalaninya agar tetap konsisten,” tegas Rahma.

    Hati ikut bahagia mendengar suara karyawan dan petani yang merasa mendapatkan manfaat dari upayanya menjajakan hasil bumi Boyolali ke pasar online.

    “Alhamdulillah terbantu sekali. Saya yang IRT (ibu rumah tangga) bisa membantu (pendapatan) keluarga. Sebelumnya saya hanya IRT yang nganggur di rumah saja,” jelas Sujinah (65) pada Tribunnews pada Sabtu (19/4/2025).

    Petani pun ikut merasakan dampak positifnya.

    Mereka merasa lebih mudah menjual hasil panen. Bahkan harganya juga bisa di atas harga pasar.

    “Lebih mudah ya, karena langsung dibawa ke rumah tidak perlu ke pasar, ditawar-tawarkan ke penjual pasar. Apalagi harganya bisa di atas harga pasar. Ini lebih memudahkan pekerjaan kita,” terang Siswanto (55).

    Di usia yang masih muda, Rahma tak ingin berpuas diri.

    Ia masih belajar bagaimana cara agar hasil bumi Boyolali bisa sampai ke luar negeri.

    “Tentu saya ingin memperluas penjualan ke dalam negeri, selain itu UMKM ini pasti ada potensi untuk disalurkan ke luar negeri,” terang Rahma.

    “Kita sedang belajar bagaimana menyalurkan hasil bumi ini melalui ekspor mandiri. Ya, mulai belajar mendalami bidang ekspor.”

    “Apalagi di Shopee sudah ada program Ekspor Shopee yang bisa membuat produk kita dijual hingga luar negeri. Itu akan kita pelajari ke depannya,” lanjutnya.

    “Harapannya dengan ekspor, kita bisa membeli bahan baku ke petani dengan harga yang tentunya di atas pasaran. Selain barang dikenal dunia, petani di Boyolali ikut sejahtera,” imbuh dia.

    Memulai bisnis dari nol sangat jauh dari kata mudah.

    Mulailah melihat peluang kecil di sekitarmu. Berusaha dan berinovasi di jaman digital membuka peluang kecil itu menjadi besar.

    Semarakkan UMKM Go Digital

    Usaha yang dilakukan Rahma sejak 2021 termasuk menyemarakkan program UMKM Go Digital oleh Pemerintah Indonesia.

    Program tersebut sudah diluncurkan sejak 2020.

    Menurut data, dari 2020 hingga 2023 jumlah UMKM yang beralih ke digitalisasi terus meningkat.

    Bahkan melebihi target dan secara konsisten meningkat.

    Dikutip dari GoodStats.id, 27 juta UMKM telah beralih ke bisnis digital.

    Pemerintah telah meluncurkan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang bertujuan untuk mendorong digitalisasi (onboarding) bagi UMKM offline serta mendorong national branding produk UMKM unggulan pada berbagai marketplace.

    Selain itu, gerakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan ekspor produk UMKM. (*)

    (Tribunnews.com/ Siti N)

  • Menkes Buka Data, Ini Daftar RS dengan Kasus Bullying Terbanyak

    Menkes Buka Data, Ini Daftar RS dengan Kasus Bullying Terbanyak

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan terkait jumlah kasus bullying atau perundungan di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Perundungan ini terjadi di Rumah Sakit Kemenkes, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), rumah sakit universitas, hingga rumah sakit swasta.

    “Begitu kita buka di Juni 2023, pengaduan yang masuk itu 2.668. Nah Irjen kita menyaring mana yang benar-benar perundungan, mana yang nggak. Dari hasilnya, 632 itu perundungan,” kata Menkes Budi saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (30/4/2025).

    “Kami bagi juga mana yang terjadi di RS Kemenkes, di rumah sakit lainnya, di fakultas kedokteran. Sampai sekarang ini (laporan) tetap masuk,” lanjutnya.

    Berikut adalah daftar rumah sakit dengan kasus perundungan terbanyak yang telah dikurasi oleh Kementerian Kesehatan.

    Rumah Sakit Kemenkes

    RSUP Kandou Manado 77 kasusRSUP Hasan Sadikin 55 kasusRSUP IGNG Ngoerah 42 kasusRSUP Dr Sardjito 36 kasusRSUPN Dr Cipto Mangunkusumo 32 kasusRSUP Moh. Hoesin Palembang 29 kasusRSUP Dr Kariadi 28 kasusRSUP H. Adam Malik 27 kasusRSUP Dr. M. Djamil 22 kasusRSUP Dr Wahidin Sudirohusodo 15 kasus

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

    RSUD Zainal Abidin Banda Aceh 31 kasusRSUD Moewardi Surakarta 21 kasusRSUD Saiful Anwar Malang 10 kasusRSUD Dr Soetomo Surabaya 9 kasusRSUD Arifin Ahmad 5 kasusRSUD Ulin Banjarmasin 4 kasusRSUD Provinsi NTB 3 kasusRSUD Semara Ratih Tabanan 3 kasusRSUD Sosodoro Bojonegoro 2 kasusRSUD Gorontalo 2 kasus

    RS Universitas

    RS Universitas Diponegoro Semarang 10 kasusRS Universitas Kristen Indonesia 3 kasusRSGM Universitas Airlangga 3 kasusRS Universitas Indonesia Depok 2 kasusRS Universitas Sriwijaya Palembang 1 kasusRS Universitas Hasanuddi Makassar 1 kasusRS Universitas Andalas Padang 1 kasusRS Lambung Mangkurat 1 kasus

    FK Universitas

    Universitas Hasanuddin 8 kasusUniversitas Syah Kuala 8 kasusUniversitas Andalas 8 kasusUniversitas Airlangga 7 kasusUniversitas Brawijaya 6 kasusUniversitas Indonesia 4 kasusUniversitas Sebelas Maret 4 kasusUniversitas Sumatera Utara 3 kasusUniversitas Padjajaran 3 kasusUniversitas Pembangunan Nasional 2 kasusRumah sakit swasta 19 kasusPuskesmas 3 kasusRumah sakit TNI/Polri 2 kasusKlinik kesehatan swasta 1 kasus

    (dpy/up)

  • Fakta-fakta Iuran ‘Fantastis’ di PPDS, Menkes Sebut Totalnya Miliaran Rupiah

    Fakta-fakta Iuran ‘Fantastis’ di PPDS, Menkes Sebut Totalnya Miliaran Rupiah

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan soal biaya yang rutin dikeluarkan sebagian besar peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Hal itu bahkan terungkap dalam kasus perundungan di balik kematian ‘dr ARL’, prodi anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip).

    Dalam catatan mendiang almarhumah sebagai bendahara prodi angkatan, terdapat bukti pengumpulan iuran dengan nilai fantastis hingga Rp 1,6 miliar. Data tersebut didapatkan dari audit Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

    “Ada iuran rutin setiap bulan yang ditransfer dari 10 peserta didik kepada yang bersangkutan ke bendahara, uangnya mengalir ke oknum-oknum tertentu, data itu ada di PPATK,” beber Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (30/4/2025).

    Data tersebut bahkan disebutnya berasal dari penelusuran iuran setiap PPDS. “Hampir di semua sentra pendidikan, begitu dibuka, auditnya masuk, kita dapat buktinya,” lanjutnya.

    Menkes menyebut hal inilah yang membuat beban biaya PPDS di Indonesia relatif semakin mahal. Selain iuran, didapatkan pula ‘pesanan’ khusus dari para senior dalam bentuk sopan maupun tidak sopan.

    “Data-data ini kita dapatkan pada saat audit, ada pembelian pemesanan tiket hotel, ada untuk sendiri, berdua, kita rutin temukan pada saat audit itu kita lakukan,” tandas Menkes.

    Sejak dibukanya pengaduan laporan bulllying atau perundungan Juni 2023, Menkes sudah mendapati 2.668 laporan yang 632 di antaranya berhasil terkonfirmasi perundungan. Terbanyak berada di RS vertikal atau pemerintah.

    (naf/up)

  • Video: Menkes Sebut Kasus Bullying PPDS Undip Dokter Aulia Sudah P21

    Video: Menkes Sebut Kasus Bullying PPDS Undip Dokter Aulia Sudah P21

    Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap perkembangan kasus dugaan bullying yang menyebabkan tewasnya mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Aulia Risma. Budi menyebut jika kasusnya telah lengkap atau P21.

    (/)

  • Menkes Budi Gunadi: Tersangka Kasus Bullying PPDS Undip Aulia Risma Sudah Ditetapkan

    Menkes Budi Gunadi: Tersangka Kasus Bullying PPDS Undip Aulia Risma Sudah Ditetapkan

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut berkas kasus tewasnya mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Aulia Risma akibat dirundung, telah lengkap.

    Dengan demikian, para pelaku atau tersangka akan segera diadili di pengadilan. Hal ini dia ungkapkan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).

    “Sudah masuk ke polisi, di polisi sudah beres sekarang sudah ini, sudah boleh diumumin? Sudah. Jadi sudah P21 sudah masuk ke Kejaksaan. Tersangkanya sudah ada, tinggal masuk ke pengadilan,” ujar dia.

    Budi berharap penanganan kasus dokter Aulia Risma ini dapat memberikan efek jera kepada para pelaku dan sekaligus juga menjadi pendorong agar adanya perbaikan sistem PPDS.

    “Karena dilihat bahwa kita serius mengerjakan ini karena kalau tidak jadi, jadi tidak baik memang begitu,” tandasnya.

    Diberitakan sebelumnya, polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus terkait kasus kematian mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang diduga akibat perundungan di Universitas Diponegoro. 

    Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto mengatakan pihaknya menetapkan tiga tersangka itu setelah melakukan gelar perkara sebelumnya. 

    “Ditreskrimum Polda Jateng telah menetapkan tiga tersangka,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (25/12/2024). 

    Dia menambahkan, tiga tersangka itu yakni Kaprodi PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip berinisial TEN. 

    Selanjutnya, Kepala Staf Medis Kependidikan Prodi Anestesiologi berinisial SM dan senior korban di Prodi Anestesiologi Undip berinisial YZA. 

    “Ini inisialnya TEN, SM dan YZA,” imbuhnya.

  • Soal Kasus PPDS, Menkes Sebut Kejadian di Undip Lebih Parah daripada Unpad

    Soal Kasus PPDS, Menkes Sebut Kejadian di Undip Lebih Parah daripada Unpad

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyoroti 2 kasus besar dalam dunia Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Dia mengatakan kasus yang terjadi di Universitas Diponegoro (Undip) lebih parah karena sampai menewaskan seorang mahasiswa.

    Namun, dia juga menuturkan bahwa saat ini kasus yang terjadi di Universitas Padjadjaran (Unpad) yakni dugaan pelecehan seksual oleh residen anestesi PPDS Universitas Padjadjaran (Unpad) di RS Hasan Sadikin Bandung lebih hangat dibahas di publik.

    “Karena isu ini [kasus PPDS di Bandung] lebih hangat lah, walaupun menurut saya yang lebih parah Undip, karena ada nyawa yang hilang. Tapi ini kan hangat sehingga kasusnya cepat,” ujar dia saat raker dengan Komisi IX DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).

    Adapun, untuk kasus di Undip ini, Budi menyebut pihaknya sudah mengidentifikasi masalahnya seperti apa. Bahkan, Irjen Kesehatan dan Irjen Ristek Dikti sudah ‘duduk bareng’ guna membahas kasus ini.

    “Nah sekarang kita sudah minta ke FK Undip dan rumah sakit Kariadi untuk memperbaiki berdasarkan masukan dari Irjen. Kalau itu sudah diperbaiki maka rencananya kita akan aktifkan kembali [PPDS anestesi],” tuturnya.

    Lebih lanjut, secara sistematis dia mengklaim sampai sekarang laporan yang sudah masuk ke pihaknya soal pengusutan kasus di Undip menunjukkan perkembangan yang baik.

    Sementara, perbaikan dari sisi hukumnya, Budi mengatakan pihaknya menyerahkan semuanya kepada polisi supaya pengusutannya benar-benar independen, karena jika dirinya ikut terlibat akan diduga cawe-cawe.

    “Ini kan bukan pertama sebenarnya [kasus perundungan di PPDS]. Cuma kan yang terbuka yang ini, jadi harusnya berhenti lah sampai sudah dia meninggal itu sudah sangat tidak baik, udah masuk di polisi, polisi sudah beres, sekarang sudah SP 21 sudah masuk ke kejaksaan. Tersangka nya juga sudah ada tinggal masuk pengadilan,” urai dia.

    Dengan itu, dia berharap adanya perbaikan dalam dunia PPDS dan bagi para pelaku juga mendapatkan efek jera yang seharusnya.

    Dokter Bunuh Diri

    Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang meninggal dunia diduga bunuh diri di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. 

    Kematian korban berinisial Aulia Risma (AR) yang ditemukan pada Senin (12/8) lalu tersebut diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan. 

    Berdasarkan keterangan Kemenkes, AR juga diduga diperas oleh seniornya sebesar Rp20 juta – Rp40 juta per bulan dari Juli hingga November 2022.