Institusi: Universitas Cambridge

  • Akun Palsu di IG-TikTok Cs Dijual Rp1.200, Misi Disinformasi Massal

    Akun Palsu di IG-TikTok Cs Dijual Rp1.200, Misi Disinformasi Massal

    Bisnis.com, JAKARTA — Universitas Cambridge mengeluarkan studi yang mengungkap temuanya adanya penjualan akun palsu dengan harga mulai dari Rp1.200 per akun terverifikasi. 

    Universitas Cambridge meluncurkan Cambridge Online Trust and Safety Index (COTSI), situs web yang dapat melacak harga secara real-time untuk memverifikasi akun palsu di lebih dari 500 platform, di antaranya TikTok, Instagram, Spotify, dan sebagainya.

    Dikutip dari Euro News Selasa (16/12/2025), Penulis Senior Studi dan Psikolog Sosial Komputasional di Universitas Cambridge Jon Roozenbeek  menyatakan pihaknya menemukan pasar gelap yang berkembang pesat di mana konten palsu, popularitas buatan, dan kampanye pengaruh politik dengan mudah dan terbuka dijual.

    Roozenbeek juga menambahkan bahwa hal ini dapat menciptakan kontroversi untuk mendapatkan klik dan mengakali algoritma.

    Akun palsu yang dijual murah ini sering digunakan untuk membangun pasukan bot. Tugasnya adalah meniru orang sungguhan dan membentuk debat secara daring. 

    Akun-akun ini dikerahkan untuk membanjiri percakapan daring, mempromosikan produk hingga penipuan, atau menyebarkan pesan politik yang telah direncanakan.

    Dari data selama setahun, terungkap bahwa harga yang ditawarkan tidak tetap. Untuk satu akun palsu, harganya rata-rata hanya $0.08 atau Rp1.200 di Rusia, $0.10 atau Rp1.500 di Inggris, dan $0.26 atau Rp 4.000 di AS. Namun, harga melonjak drastis di Jepang menjadi $4.93 atau sekitar Rp 75.000. 

    Peneliti menyimpulkan, aturan verifikasi SIM yang ketat di suatu negara menjadi faktor utama mahalnya biaya produksi akun palsu.

    Platform dengan harga terendah secara global untuk akun palsu meliputi Meta, Shopify, X, Instagram, TikTok, LinkedIn, dan Amazon.

    Munculnya kecerdasan buatan generatif (AI) telah memperparah masalah ini. “AI generatif berarti bot sekarang dapat menyesuaikan pesan agar tampak lebih manusiawi dan bahkan menyesuaikannya agar relevan dengan akun lain. Pasukan bot menjadi lebih persuasif dan lebih sulit untuk dideteksi,” kata Roozenbeek.

    Studi tersebut juga mencatat adanya hubungan kuat dengan sistem pembayaran Rusia dan Tiongkok, dan menyatakan bahwa tata bahasa di banyak situs web pemasok menunjukkan bahwa penulisnya adalah orang Rusia.

    Lonjakan Harga saat Pesta Demokrasi

    Nah, ini bagian yang lucu harga akun palsu ini bisa tiba-tiba demam pemilu. Kampanye pengaruh politik ternyata bisa mendorong lonjakan pasar akun palsu, dengan meningkatnya permintaan untuk operasi pengaruh layaknya menjelang pesta demokrasi.

    “Disinformasi menjadi subjek perbedaan pendapat di seluruh spektrum politik. Apa pun sifat aktivitas daring yang tidak otentik, sebagian besar disalurkan melalui pasar manipulasi ini, jadi kita cukup mengikuti aliran uangnya,” kata Anton Dek, seorang peneliti di Cambridge Centre for Alternative Finance.

    Harga akun palsu di Telegram dan WhatsApp bisa melonjak tajam di negara-negara yang akan mengadakan pemilihan umum nasional, meningkat masing-masing sebesar 12 persen dan 15 persen dalam 30 hari sebelum pemungutan suara dimulai. Bayangkan seperti harga sembako atau tiket pesawat yang naik saat musim mudik, tapi ini untuk mudiknya narasi palsu.

    Karena aplikasi perpesanan ini menampilkan nomor telepon, operator pengaruh harus mendaftarkan akun secara lokal, sehingga meningkatkan permintaan dan harganya. (Nur Amalina)

  • Jejak di Antartika Ungkap Pemicu Wabah Terganas Abad Pertengahan

    Jejak di Antartika Ungkap Pemicu Wabah Terganas Abad Pertengahan

    Jakarta

    Wabah Black Death yang dulu menghancurkan populasi Eropa masih terus dipelajari. Dalam penelitian terbaru, penyebaran cepat Black Death pada abad pertengahan itu mungkin bermula dari letusan gunung berapi dahsyat.

    Wabah pes ini menewaskan antara sepertiga hingga separuh populasi Eropa pada pertengahan abad ke-14. Namun, pemicu pandemi tersebut belum diketahui dengan pasti.

    Para ilmuwan di Cambridge dan Jerman menyusun kembali rangkaian peristiwa itu berdasarkan petunjuk lingkungan dan catatan sejarah, yang diyakini dapat memecahkan misteri tersebut.

    Mereka menyebut partikel jelaga yang terperangkap jauh di dalam lapisan es Antartika dan Greenland mengindikasikan adanya setidaknya satu letusan dari gunung berapi tak dikenal di wilayah tropis sekitar tahun 1345. Letusan ini menyelimuti Bumi dengan kabut tebal abu dan belerang.

    Temuan ini sejalan dengan bukti tertulis dari masa itu yang melaporkan kondisi berawan tidak biasa dan gerhana bulan gelap, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment.

    Analisis baru terhadap cincin pohon dari masa itu menunjukkan ada pertumbuhan yang terhambat selama tiga tahun. Menurut tim di Cambridge, hal ini menunjukkan bahwa kabut vulkanik mengakibatkan kondisi dingin dan basah yang berujung pada serangkaian gagal panen.

    Dr. Martin Bauch, salah satu penulis studi dari Leibniz Institute for the History and Culture of Eastern Europe, mengatakan dampak letusan terhadap pasokan pangan adalah tahap awal krusial dalam rangkaian peristiwa yang memicu pandemi. “Pada tahun-tahun sebelum kedatangan Black Death, terjadi cuaca sangat tidak biasa mulai dari Inggris, melintasi Mediterania, hingga ke Levant,” ujarnya.

    “Pola berskala besar itu hanya bisa dijelaskan oleh faktor iklim dan gunung berapi adalah penjelasan yang masuk akal karena dampaknya bisa berlangsung selama dua atau tiga tahun. Semuanya saling berkaitan,” imbuhnya dikutip detikINET dari Sky News.

    Peneliti mengatakan bencana kelaparan yang terjadi setelahnya menjelaskan mengapa kota-kota maritim Italia seperti Venesia, Genoa, dan Pisa menjalin hubungan dengan bangsa Mongol pada tahun 1347 dan mulai mengimpor gandum untuk menambah bahan pangan.

    Penelitian sebelumnya menyimpulkan kapal-kapal pengangkut gandum tersebut membawa kutu yang terinfeksi bakteri pes Yersinia pestis, yang kemungkinan besar berasal dari suatu tempat di Asia Tengah. Setibanya di Italia, kutu tersebut pindah ke tikus dan mamalia lain, lalu menyebarkan malapetaka ke seluruh Eropa.

    “Negara-kota Italia yang kuat ini membangun rute perdagangan jarak jauh melintasi Mediterania dan Laut Hitam, yang memungkinkan mereka mengaktifkan sistem sangat efisien untuk mencegah kelaparan. Namun akhirnya, hal ini secara tidak sengaja justru memicu bencana jauh lebih besar,” kata Dr. Bauch.

    Profesor Ulf Buentgen dari Departemen Geografi Universitas Cambridge, penulis lain studi tersebut, mengatakan ‘badai sempurna’ dari faktor iklim, pertanian, sosial, dan ekonomi yang memicu Black Death adalah contoh awal dari konsekuensi globalisasi.

    “Meski kebetulan faktor-faktor yang berkontribusi pada Black Death tampak langka, probabilitas munculnya penyakit zoonosis akibat perubahan iklim dan berubah menjadi pandemi kemungkinan akan meningkat di dunia yang terglobalisasi. Ini sangat relevan mengingat pengalaman kita baru-baru ini dengan Covid-19,” katanya.

    (fyk/rns)

  • Temuan Peneliti China Merombak Sejarah Asal-Usul Manusia

    Temuan Peneliti China Merombak Sejarah Asal-Usul Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti asal China mengungkap sejarah manusia yang berbeda dari teori-teori sebelumnya usai melakukan rekonstruksi digital tengkorak berusia sekitar satu juta tahun lalu.

    Studi baru menunjukkan manusia mungkin telah berevolusi dari nenek moyangnya 400.000 tahun lebih awal dari perkiraan, dan bukan di Afrika melainkan di Asia. Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science ini didasarkan pada tengkorak yang ditemukan pada 1990 dan diberi label Yunxian 2.

    Sebelumnya, fosil tersebut diyakini sebagai Homo erectus. Namun, berkat teknologi rekonstruksi modern seperti CT scan, pencitraan cahaya terstruktur, dan rekonstruksi virtual, para ilmuwan menemukan ciri-ciri yang lebih mirip Homo longi dan Homo sapiens.

    “Temuan ini mengubah banyak pemikiran,” kata Chris Stringer, antropolog dari Natural History Museum, London, yang turut terlibat dalam riset ini, dikutip dari CBS News, dikutip Minggu (9/11/2025).

    “Hal ini menunjukkan bahwa sekitar satu juta tahun lalu, leluhur kita sudah terbagi ke dalam kelompok yang berbeda-beda, menandakan perpecahan evolusi manusia terjadi jauh lebih awal dan lebih kompleks daripada yang selama ini diyakini,” tambahnya.

    Xijun Ni, profesor di Universitas Fudan yang memimpin penelitian, mengaku terkejut. “Sejak awal kami sulit percaya, bagaimana mungkin ini terjadi jauh di masa lalu? Tapi kami menguji ulang semua model dan metode, dan kini kami yakin dengan hasilnya. Kami sangat bersemangat,” ujarnya.

    Para peneliti menilai, jika temuan ini benar, kemungkinan ada nenek moyang awal dari kelompok lain seperti Neanderthal dan Homo sapiens yang sudah ada lebih dini. Hal ini juga menantang teori lama bahwa manusia purba hanya menyebar dari Afrika.

    “Ini bisa menjadi perubahan besar. Asia Timur kini berperan penting dalam evolusi hominin,” kata Michael Petraglia, Direktur Pusat Penelitian Evolusi Manusia di Griffith University, Australia, yang tidak terlibat dalam studi.

    Untuk memverifikasi, tim membandingkan model Yunxian 2 dengan lebih dari 100 spesimen lain. Hasilnya menunjukkan kombinasi ciri unik: bagian wajah bawah yang menonjol mirip Homo erectus, sementara kapasitas otak yang lebih besar mendekati Homo longi dan Homo sapiens.

    Meski demikian, sejumlah pakar masih meragukan kesimpulan ini. Arkeolog Andy Herries dari La Trobe University menilai bentuk fosil tidak selalu mencerminkan riwayat genetik evolusi manusia.

    Aylwyn Scally, ahli genetika evolusi dari Universitas Cambridge, menekankan perlunya bukti tambahan, terutama dari data genetik, sebelum hasil ini bisa dipastikan.

    Penelitian ini menambah daftar temuan terbaru yang memperumit pemahaman kita tentang asal-usul manusia. Homo longi, atau dikenal sebagai “Manusia Naga”, baru ditetapkan sebagai spesies baru pada 2021 oleh tim yang juga melibatkan Stringer.

    “Fosil seperti Yunxian 2 menunjukkan betapa banyak hal yang masih harus kita pelajari tentang asal-usul kita,” kata Stringer.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fakta TV Mahal 8K Dibongkar oleh Peneliti, Cek Sebelum Beli Mahal

    Fakta TV Mahal 8K Dibongkar oleh Peneliti, Cek Sebelum Beli Mahal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Teknologi terus berkembang dan selalu menawarkan sesuatu yang lebih canggih dari sebelumnya. Salah satunya adalah televisi ultra-high-definition (UHD) seperti 4K dan 8K kini makin marak ditawarkan produsen global.

    Namun, riset terbaru mengungkap bahwa kemampuan otak manusia ternyata tak secepat perkembangan teknologi tersebut. Bahkan, gambar super tajam justru bisa menjadi sebuah pemborosan dan berpotensi membebani kinerja otak serta perangkat.

    Penelitian dari University of Cambridge bersama Meta Reality Labs menemukan bahwa peningkatan resolusi TV hingga 8K mungkin tidak lagi memberi manfaat visual yang signifikan bagi manusia. Pasalnya, mata dan otak manusia memiliki batas dalam mengenali detail gambar, terutama dalam warna.

    Di ruang keluarga berukuran standar, manusia tidak akan merasakan perbedaan “ketajaman” signifikan antara layar televisi dengan resolusi 4K dan 8K dengan layar resolusi 2K yang biasanya digunakan di monitor komputer atau laptop.  

    “Jika Anda sudah memiliki televisi 44 inci 4K dan menontonnya dari jarak 2,5 meter, gambarnya sudah lebih detail dari apa yang bisa dilihat mata manusia. Upgrade ke versi 8K dengan ukuran yang sama, tidak akan terlihat lebih tajam,” kata Maliha Ashraf peneliti utama dalam penelitian tersebut, seperti dikutip oleh The Guardian.

    Dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal Nature Communications ini, para peneliti menguji batas resolusi penglihatan manusia menggunakan pola digital dengan detail sangat halus, mirip dengan tes penglihatan di dokter mata.

    Hasilnya, ketajaman penglihatan rata-rata mencapai 94 pixels per degree (PPD) untuk gambar hitam-putih, namun turun menjadi 89 PPD untuk warna merah-hijau, dan hanya 53 PPD untuk warna kuning-ungu.

    Artinya, makin tinggi resolusi gambar berwarna, makin sedikit informasi yang bisa benar-benar diproses oleh otak manusia. Dengan kata lain, mata manusia tidak mampu sepenuhnya memanfaatkan jutaan piksel tambahan pada TV UHD.

    “Otak kita tidak memiliki kapasitas besar untuk mendeteksi detail warna, terutama ketika gambar dilihat dari sisi penglihatan,” jelas Mantiuk. “Mata kita pada dasarnya hanyalah sensor yang tidak terlalu sempurna, tetapi otak kita memproses data itu menjadi apa yang menurutnya kita lihat,” imbuhnya.

    Pendekatan baru ini memberikan pemahaman lebih baik tentang apa yang sebenarnya bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Temuan ini diharapkan dapat membantu produsen dalam merancang teknologi yang benar-benar bermanfaat bagi mayoritas populasi, bukan sekadar menciptakan televisi luar biasa untuk mata yang super tajam.

    “Jika Anda memiliki lebih banyak piksel di layar, perangkat itu menjadi kurang efisien, lebih mahal, dan membutuhkan daya pemrosesan yang lebih besar,” kata Profesor Rafał Mantiuk, salah satu peneliti dari Departemen Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Cambridge, dikutip dari IFL Science, Selasa (28/10/2025).

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Temuan Peneliti China Merombak Sejarah Asal-Usul Manusia

    Penemuan China Ubah Sejarah Panjang Manusia di Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejarah awal manusia kemungkinan bisa berubah berkat temuan di China. Tim peneliti melakukan rekonstruksi digital pada tengkorak berusia satu juta tahun dan menemukan hal mengejutkan.

    Rekonstruksi itu dilakukan pada tengkorak dengan label Yunxian 2 yang ditemukan tahun 1990. Hasilnya menunjukkan kemungkinan revolusi manusia jauh lebih awal, mencapai 400 ribu tahun lebih awal di Asia.

    Jika hasil penelitian ini benar, maka berbeda dari teori sebelumnya terkait penyebaran manusia purba yang hanya terjadi di Afrika. Termasuk kemungkinan adanya nenek moyang awal selain Neanderthal dan Homo sapiens.

    Profesor Universitas Fudan dan pemimpin penelitian Xijun Ni mengaku terkejut dengan hasil penelitian. Dia mempertanyakan bagaimana hasil temuan menunjukkan waktu yang lebih lama dari seharusnya.

    “Sejak awal kami sulit percaya, bagaimana mungkin ini terjadi jauh di masa lalu? Tapi kami menguji ulang semua model dan metode, dan kini kami yakin dengan hasilnya. Kami sangat bersemangat,” ujarnya dikutip CBS News.

    Para peneliti menggunakan teknologi seperti CT scan, pencitraan cahaya terstruktur, dan rekonstruksi virtual untuk melakukan penelitian tersebut.

    Verifikasi dilakukan dengan membandingkan Yuanxian 2 dengan lebih dari 100 spesimen lain. Ternyata hasilnya berbeda dengan Homo erectus, yang mereka yakini sebelumnya.

    Tengkorak itu memiliki wajah bagian bawah yang menonjol seperti Homo erectus. Sementara kapasitas otaknya lebih besar seperti Homo longi dan Homo sapiens.

    “Temuan ini mengubah banyak pemikiran,” kata Chris Stringer, antropolog dari Natural History Museum, London, yang turut terlibat dalam riset ini.

    “Hal ini menunjukkan bahwa sekitar satu juta tahun lalu, leluhur kita sudah terbagi ke dalam kelompok yang berbeda-beda, menandakan perpecahan evolusi manusia terjadi jauh lebih awal dan lebih kompleks daripada yang selama ini diyakini,” tambahnya.

    Sejumlah pakar masih meragukan hasil penelitian. Misalnya arkeolog Andy Herries dari La Trobe University mengatakan bentuk fosil tidak selalu menggambarkan riwayat genetik evolusi manusia.

    Sementara ahli genetika evolusi Universitas Cambridge Aylwyn Scally mengatakan studi ini perlu bukti tambahan. Khususnya bagi data genetik untuk menentukan hasilnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sejarah Asal-usul Manusia Berubah Total, Ilmuwan Terkejut

    Sejarah Asal-usul Manusia Berubah Total, Ilmuwan Terkejut

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ternyata sejarah manusia berbeda dari teori-teori sebelumnya yang pernah ada. Hal ini terbukti dari rekonstruksi digital tengkorak berusia sekitar satu juta tahun lalu.

    Studi baru menunjukkan manusia mungkin telah berevolusi dari nenek moyangnya 400.000 tahun lebih awal dari perkiraan, dan bukan di Afrika melainkan di Asia.

    Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science ini didasarkan pada tengkorak yang ditemukan pada 1990 dan diberi label Yunxian 2.

    Sebelumnya, fosil tersebut diyakini sebagai Homo erectus. Namun, berkat teknologi rekonstruksi modern seperti CT scan, pencitraan cahaya terstruktur, dan rekonstruksi virtual, para ilmuwan menemukan ciri-ciri yang lebih mirip Homo longi dan Homo sapiens.

    “Temuan ini mengubah banyak pemikiran,” kata Chris Stringer, antropolog dari Natural History Museum, London, yang turut terlibat dalam riset ini, dikutip dari CBS News, Minggu (19/10/2025).

    “Hal ini menunjukkan bahwa sekitar satu juta tahun lalu, leluhur kita sudah terbagi ke dalam kelompok yang berbeda-beda, menandakan perpecahan evolusi manusia terjadi jauh lebih awal dan lebih kompleks daripada yang selama ini diyakini,” tambahnya.

    Xijun Ni, profesor di Universitas Fudan yang memimpin penelitian, mengaku terkejut. “Sejak awal kami sulit percaya, bagaimana mungkin ini terjadi jauh di masa lalu? Tapi kami menguji ulang semua model dan metode, dan kini kami yakin dengan hasilnya. Kami sangat bersemangat,” ujarnya.

    Para peneliti menilai, jika temuan ini benar, kemungkinan ada nenek moyang awal dari kelompok lain seperti Neanderthal dan Homo sapiens yang sudah ada lebih dini. Hal ini juga menantang teori lama bahwa manusia purba hanya menyebar dari Afrika.

    “Ini bisa menjadi perubahan besar. Asia Timur kini berperan penting dalam evolusi hominin,” kata Michael Petraglia, Direktur Pusat Penelitian Evolusi Manusia di Griffith University, Australia, yang tidak terlibat dalam studi.

    Untuk memverifikasi, tim membandingkan model Yunxian 2 dengan lebih dari 100 spesimen lain. Hasilnya menunjukkan kombinasi ciri unik: bagian wajah bawah yang menonjol mirip Homo erectus, sementara kapasitas otak yang lebih besar mendekati Homo longi dan Homo sapiens.

    Meski demikian, sejumlah pakar masih meragukan kesimpulan ini. Arkeolog Andy Herries dari La Trobe University menilai bentuk fosil tidak selalu mencerminkan riwayat genetik evolusi manusia.

    Aylwyn Scally, ahli genetika evolusi dari Universitas Cambridge, menekankan perlunya bukti tambahan, terutama dari data genetik, sebelum hasil ini bisa dipastikan.

    Penelitian ini menambah daftar temuan terbaru yang memperumit pemahaman kita tentang asal-usul manusia. Homo longi, atau dikenal sebagai “Manusia Naga”, baru ditetapkan sebagai spesies baru pada 2021 oleh tim yang juga melibatkan Stringer.

    “Fosil seperti Yunxian 2 menunjukkan betapa banyak hal yang masih harus kita pelajari tentang asal-usul kita,” kata Stringer.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • AI Jadi Dukun Digital: Bangkitkan Suara Orang yang Sudah Meninggal

    AI Jadi Dukun Digital: Bangkitkan Suara Orang yang Sudah Meninggal

    Jakarta, CNBC Indonesia — Artificial Intelligence (AI) kini kian berkembang pesat. Salah satunya yakni menghadirkan kembali sosok yang telah meninggal.

    Melansir Reuters, Minggu (14/9/2025), Diego Felix Dos Santos tak pernah menyangka akan mendengar suara mendiang ayahnya lagi melalui AI.

    “Nada suaranya cukup sempurna. Rasanya seperti, hampir, dia ada di sini,” paparnya.

    Setelah ayah pria berusia 39 tahun itu meninggal dunia secara tak terduga tahun lalu, Dos Santos pergi ke negara asalnya, Brasil, untuk berkumpul bersama keluarga. Baru setelah kembali ke rumahnya di Edinburgh, Skotlandia, ia berkata bahwa ia menyadari tidak punya apa pun yang benar-benar mengingatkannya pada sang ayah.

    Namun, yang ia miliki hanyalah pesan suara yang dikirim ayahnya dari ranjang rumah sakit.

    Pada bulan Juli, Dos Santos merekam pesan suara itu dan, dengan bantuan Eleven Labs yakni sebuah platform generator suara bertenaga kecerdasan buatan yang didirikan pada tahun 2022 dengan biaya bulanan sebesar US$ 22. Ia mengunggah audio dan membuat pesan baru dengan suara ayahnya, mensimulasikan percakapan yang tak pernah mereka lakukan.

    “Hai Nak, apa kabar? Kiss. Aku sayang kamu, bossy,” demikian suara ayahnya terdengar dari aplikasi, seperti saat mereka menelepon setiap minggu saat ia masih kecil.

    Meskipun keluarga Dos Santos yang religius awalnya ragu-ragu menggunakan AI untuk berkomunikasi dengan ayahnya setelah meninggal, ia mengatakan mereka kini telah menerima pilihannya.

    Kini, ia dan istrinya, yang didiagnosis kanker pada tahun 2013, sedang mempertimbangkan untuk membuat klon suara AI dari diri mereka sendiri.

    Pengalaman Dos Santos mencerminkan tren yang berkembang di mana orang-orang menggunakan AI tidak hanya untuk membuat kemiripan digital, tetapi juga untuk mensimulasikan orang mati.

    Seiring teknologi ini menjadi lebih personal dan meluas, para ahli memperingatkan tentang risiko etika dan emosional mulai dari pertanyaan tentang persetujuan dan perlindungan data hingga insentif komersial yang mendorong pengembangannya.

    Pasar teknologi AI yang dirancang untuk membantu orang memproses kedukaan, yang dikenal sebagai teknologi kesedihan telah tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir.

    Diprakarsai oleh perusahaan rintisan AS seperti StoryFile (alat video bertenaga AI yang memungkinkan orang merekam diri mereka sendiri untuk diputar ulang setelah kematian) dan HereAfter AI (aplikasi berbasis suara yang menciptakan avatar interaktif dari orang terkasih yang telah meninggal), teknologi ini memasarkan dirinya sebagai sarana untuk mengatasi, dan mungkin bahkan mencegah, kesedihan.

    Robert LoCascio mendirikan Eternos, sebuah perusahaan rintisan berbasis di Palo Alto yang membantu orang-orang menciptakan kembaran digital AI, pada tahun 2024 setelah ayahnya meninggal. Sejak saat itu, lebih dari 400 orang telah menggunakan platform tersebut untuk membuat avatar AI interaktif, dengan biaya berlangganan mulai dari US$ 25 untuk akun warisan yang memungkinkan kisah seseorang tetap dapat diakses oleh orang-orang terkasih setelah kematiannya.

    Michael Bommer, seorang insinyur dan mantan kolega LoCascio, adalah salah satu orang pertama yang menggunakan Eternos untuk membuat replika digital dirinya sendiri setelah mengetahui diagnosis kanker terminalnya. LoCascio mengatakan Bommer, yang meninggal tahun lalu, menemukan ketenangan dengan meninggalkan sebagian dari dirinya untuk keluarganya. Keluarganya juga menemukan ketenangan dari hal itu.

    Alex Quinn, CEO Authentic Interactions Inc, perusahaan induk StoryFile yang berbasis di Los Angeles mengatakan tujuan teknologi ini bukanlah untuk menciptakan hantu digital. Melainkan, untuk melestarikan kenangan orang-orang selagi mereka masih ada dan dapat membagikannya.

    “Kisah-kisah ini akan lenyap tanpa adanya gangguan apa pun,” kata Quinn, seraya menambahkan bahwa meskipun keterbatasan klon AI sudah jelas – avatar tidak akan tahu cuaca di luar atau siapa presiden saat ini – hasilnya tetap berharga. “Saya rasa tidak ada yang ingin melihat riwayat, cerita, dan ingatan seseorang hilang sepenuhnya.”

    Salah satu kekhawatiran terbesar seputar teknologi duka cita adalah persetujuan. Meskipun beberapa perusahaan seperti Eleven Labs mengizinkan orang untuk membuat kemiripan digital orang yang mereka cintai setelah kematiannya, perusahaan lain lebih membatasi.

    LoCascio dari Eternos, misalnya, mengatakan kebijakan mereka membatasi mereka untuk membuat avatar orang yang tidak dapat memberikan persetujuan dan mereka melakukan pemeriksaan untuk menegakkannya, termasuk mewajibkan pembuat akun untuk merekam suara mereka dua kali.

    “Kami tidak akan melewati batas. “Saya pikir, secara etis, ini tidak berhasil,” katanya.

    Pada tahun 2024, ahli etika AI di Universitas Cambridge menerbitkan sebuah studi yang menyerukan protokol keselamatan untuk mengatasi risiko sosial dan psikologis yang ditimbulkan oleh industri akhirat digital.

    Katarzyna Nowaczyk-Basińska, peneliti di Leverhulme Centre for the Future of Intelligence di Cambridge dan salah satu penulis studi tersebut, mengatakan insentif komersial seringkali mendorong pengembangan teknologi ini sehingga transparansi seputar privasi data menjadi penting.

    “Kita tidak tahu bagaimana data (orang yang telah meninggal) ini akan digunakan dalam dua atau 10 tahun, atau bagaimana teknologi ini akan berkembang,” ujar Nowaczyk-Basińska.

    Salah satu solusinya yakni memperlakukan persetujuan sebagai proses yang berkelanjutan, yang ditinjau kembali seiring dengan perubahan kemampuan AI.

    Namun, di luar kekhawatiran seputar privasi dan eksploitasi data, beberapa pakar juga mengkhawatirkan dampak emosional dari teknologi ini.

    Cody Delistraty, penulis “The Grief Cure”, memperingatkan gagasan bahwa AI dapat menawarkan jalan pintas melalui masa berkabung.

    “Duka bersifat individual dan orang tidak dapat menyaringnya melalui avatar digital atau chatbot AI,” ujar Delistraty.

    Anett Bommer mengatakan ia tidak bergantung pada avatar AI suaminya di tahap awal proses berdukanya sendiri, tetapi ia yakin hal itu tidak akan berdampak negatif jika ia mengandalkannya.

    “Hubungan dengan kehilangan tidak mengubah apa pun. Ini hanyalah alat lain yang dapat saya gunakan bersama foto, gambar, surat, catatan,” untuk mengenangnya,” kata Bommer.

    Bagi Dos Santos, beralih ke AI di masa dukanya bukanlah untuk menemukan penyelesaian melainkan untuk mencari koneksi.

    “Ada beberapa momen spesifik dalam hidup yang biasanya saya minta nasihatnya,” kata Dos Santos.

    Meskipun ia tahu AI tidak dapat menghidupkan kembali ayahnya tapi AI menawarkan cara untuk menciptakan kembali momen-momen ajaib yang tak lagi dapat ia bagikan.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Asal Usul Cerita Nabi Nuh Ditemukan, Ternyata Berita Bohong

    Asal Usul Cerita Nabi Nuh Ditemukan, Ternyata Berita Bohong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Asal usul cerita Nabi Nuh dibongkar ilmuwan Inggris. Sebuah tablet berusia 3.000 tahun ditemukan bertuliskan cerita banjir besar dan perahu yang ditumpangi semua hewan di Bumi.

    Dalam buku berjudul Duplicity in the Gilgamesh Flood, Martin Worthington dari Universitas Cambridge membeberkan perbedaan dan persamaan kisah Nabi Nuh dengan sebuah kisah dari era peradaban Babilonia.

    Cerita serupa dengan kisah Nabi Nuh tertulis dalam sembilan baris di dalam Epic of Gilgamesh. Tulisan tersebut diterjemahkan dari huruf paku yang tertulis di tablet tanah liat dari era 1.000 tahun sebelum Masehi.

    Dalam cerita tersebut, dewa Babilonia bernama Ea mengirim banjir besar yang menenggelamkan semua manusia kecuali seorang bernama Uta-napishti dan keluarganya. Uta-napishti diceritakan berhasil selamat dari banjir besar menggunakan kapal raksasa yang dipenuhi oleh hewan.

    Worthington melakukan analisis lebih lanjut terhadap kisah tersebut. Berbeda dengan Nabi Nuh di Injil dan Alquran, tokoh di dalam kisah Babilonia membuat kapal raksasa karena ditipu oleh dewa Ea.

    “Ea menipu manusia dengan menyebarkan berita palsu. Dia meminta agar Uta-napishti menyampaikan janji ke ‘umat’-nya bahwa makanan akan berjatuhan dari langit jika mereka membantu membangun kapal raksasa,” katanya seperti dikutip dari IFL Science, Senin (2/9/2025).

    Pesan Ea disampaikan dalam pesan sembilan baris yang mengandung permainan dua kata yang punya makna berbeda tapi terdengar sama. Ia memberi contoh frasa dalam bahasa Inggris seperti “ice cream” yang berarti es krim dan “I scream” yang berarti saya berteriak.

    “Pesan Ea terdengar seperti janji makanan jatuh dari langit, padahal tersirat peringatan banjir. Setelah kapal selesai, Uta-napishti dan keluarganya langsung naik dan berhasil selamat dengan sekumpulan hewan. Selain mereka, semua tenggelam. Kisah ini, di era mitologi, manipulasi informasi dan bahasa sudah dimulai. Ini adalah contoh paling awal dari berita bohong,” kata Worthington.

    Permainan kata tersebut muncul dari dua baris yang bisa dimaknai berbeda yaitu “ina šēr(-)kukkī” dan “ina lilâti ušaznanakkunūši šamūt kibāti.”

    Makna pertama adalah “pada fajar alan ada kue-kukku, pada malam ia akan menghujani kalian dengan hujan gandum.” Makna kedua, “lewat mantra, menggunakan monster angin, ia akan menurunkan hujan setebal gandum.”

    Pada intinya, warga Uta-napishti dibuat bingung antara dua hal yang bisa berarti berkah atau bencana, dan menerjemahkannya sebagai berkah. Lalu diceritakan, setelah mereka bersusah payah membantu Uta-napishti, mereka tenggelam.

    “Ea sangat jelas pintar bermain kata, sehingga bisa menyampaikan banyak makna di dalam satu pernyataan,” kata Worthington.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pimpinan Komisi X Kritisi Sri Mulyani soal Anggaran Pendidikan Tak Terserap
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Agustus 2025

    Pimpinan Komisi X Kritisi Sri Mulyani soal Anggaran Pendidikan Tak Terserap Nasional 8 Agustus 2025

    Pimpinan Komisi X Kritisi Sri Mulyani soal Anggaran Pendidikan Tak Terserap
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menanggapi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang bicara bahwa dana pendidikan yang tidak terserap akan dialihkan ke dana abadi pendidikan, Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian Irfani meminta pemerintah memperbaiki distribusi dan efisiensi belanja pendidikan.
    “Kami menyoroti bahwa ini bukan satu-satunya solusi ideal. Masalah utamanya adalah penyerapan anggaran yang tidak optimal di tingkat sekolah dan daerah, bukan kurangnya dana. Oleh karena itu, pemerintah maupun pemerintah daerah harus memperbaiki distribusi dan efisiensi belanja pendidikan hingga ke seluruh pelosok negeri,” ujar Lalu dalam keterangannya, Jumat (8/8/2025).
    Lalu memaparkan, meski anggaran pendidikan terus meningkat secara nominal, Komisi X DPR memandang bahwa tantangan terbesar saat ini bukan hanya sekadar jumlah, tetapi pada efektivitas dan kualitas pemanfaatannya.
    “Harus ada evaluasi agar anggaran pendidikan tidak terjebak pada belanja rutin birokratis, melainkan diarahkan untuk memperkuat pelayanan pendidikan di daerah, meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan, memperluas akses di wilayah 3T dan marginal, serta menjawab tantangan zaman melalui inovasi pendidikan dan digitalisasi pembelajaran,” tuturnya.
    Kemudian, Lalu menyebut, Komisi X DPR perlu mendesak kementerian/lembaga pengguna anggaran pendidikan untuk memperjelas laporan realisasi anggaran dan mengatasi penyebab rendahnya penyerapan.
    Misalnya, seperti pemborosan dana untuk penggantian fasilitas sekolah yang masih layak.
    Selain itu, ketimpangan distribusi terutama di daerah 3T dan daerah marginal, serta penggunaan anggaran untuk kepentingan non-pendidikan, seperti pendidikan kedinasan yang seharusnya dibiayai oleh instansi terkait.
    Kendati begitu, Lalu tetap mengapresiasi pernyataan Sri Mulyani yang menegaskan bahwa anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN tidak akan disia-siakan.
    Dia menilai, komitmen ini merupakan hal yang positif dan sejalan dengan semangat konstitusi, khususnya Pasal 31 ayat (4) UUD 1945, yang mewajibkan negara untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar minimal 20 persen dari APBN dan APBD.
    “Komisi X DPR RI tetap berpegang pada prinsip bahwa anggaran pendidikan harus dihitung dari belanja negara, bukan pendapatan negara, karena pergeseran patokan ke pendapatan berpotensi mengurangi nominal alokasi anggaran pendidikan dalam APBN maupun APBD,” jelas Lalu.
    Di samping itu, Lalu menegaskan bahwa anggaran 20 persen untuk pendidikan bukan hanya sekadar angka, melainkan bentuk nyata komitmen negara dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang unggul, kompetitif, dan berdaya saing global.
    “Pernyataan Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani tetap harus dimaknai sebagai dorongan untuk melakukan reformasi menyeluruh dalam tata kelola anggaran pendidikan. Jangan sampai anggaran besar justru tidak berdampak pada capaian mutu yang kita harapkan,” katanya.
    “Oleh karena itu, setiap rupiah anggaran pendidikan harus digunakan untuk menciptakan generasi Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan,” imbuh Lalu.
     
    Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan kisah di balik pembentukan dana abadi pendidikan yang digunakan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya.
    Sri Mulyani mengungkapkan, dana abadi pendidikan dibentuk dengan dana sebesar Rp 1 triliun pada 2010 dan terus dipupuk hingga kini mencapai Rp 154,1 triliun.
    Bahkan tahun depan, dana abadi pendidikan akan bertambah menjadi Rp 175 triliun.
    “Saya termasuk yang memulai melahirkan dana pendidikan abadi ini tahun 2009 dengan Rp 1 triliun,” ujarnya saat acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia tahun 2025, Rabu (7/8/2025).
    Sri Mulyani, yang saat itu menjadi Menteri Keuangan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bertekad untuk memastikan anggaran pendidikan yang porsinya 20 persen dari APBN dapat dimanfaatkan secara maksimal.
    Sebab, anggaran pendidikan ini, jika tidak dibelanjakan sampai habis, akan menjadi dana abadi.
    Sementara saat itu banyak sekolah-sekolah yang tidak mampu memaksimalkan anggaran pendidikan dengan baik.
    “Dia pakai beli kursi padahal kursinya masih bagus, mengecat sekolah, ganti pagar padahal karena dia tidak tahu bagaimana menghabiskan dana pendidikan,” ungkapnya.
    “Maka motif pertama dulu adalah making sure bahwa dana pendidikan tidak goes wasted, dibuatlah wadah yang disebut dana abadi,” tambahnya.
    Selain itu, pembentukan dana abadi pendidikan juga didasari oleh rasa malu Sri Mulyani karena banyak warga Indonesia yang tidak mampu bersekolah di universitas-universitas terbaik di dunia.
    “Sesama Menteri Keuangan waktu itu, saya even di lingkungan ASEAN, Malaysia, Singapura. Mereka selalu bilang, ‘oh I have my staff udah belajar di Harvard, Columbia, Stanford, London School of Economics’. Saya bilang anak buah saya tidak ada yang lulusan di situ,” ucapnya.
    Sementara untuk bisa bersaing di dunia internasional, dibutuhkan talenta-talenta yang pendidikannya setara dengan negara lain.
    Untuk itulah, dia membentuk dana abadi pendidikan agar sebagian anggaran pendidikan dalam APBN dialokasikan sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) kepada Badan Layanan Umum (BLU) atau dalam hal ini Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk dikelola.
    Kemudian hasil kelolaannya digunakan untuk membiayai pendidikan beasiswa dan riset.
    Alhasil, saat ini sudah ada 3.363 orang penerima manfaat LPDP yang menempuh pendidikan di 7 universitas terbaik dunia seperti Universitas Cambridge, Institut Teknologi Massachusetts, hingga Universitas Harvard.
    “Suddenly we realize kita harus catching up. Sehingga muncullah keinginan untuk bisa mengirim orang Indonesia. Saya yakin mereka itu mampu masuk university yang top, bagus di dunia, namun selama ini tidak mampu karena tidak ada biaya,” kata Sri Mulyani.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Apa Benar Pesawat Saat Ini Lebih Mudah Alami Kecelakaan?

    Apa Benar Pesawat Saat Ini Lebih Mudah Alami Kecelakaan?

    Jakarta

    Pasca serangkaian musibah besar yang menimpa sejumlah penerbangan, para pengguna media sosial mulai berspekulasi, kecelakaan transportasi udara kini lebih sering terjadi.

    Pada 29 Desember 2024, sebanyak 179 orang tewas setelah pesawat Jeju Air mengalami ledakan usai mendarat di Korea Selatan. Sebulan kemudian, helikopter militer dan pesawat penumpang bertabrakan di Washington, DC, yang mengakibatkan 67 orang tewas.

    Baru-baru ini, penerbangan Air India jatuh tak lama setelah lepas landas di Ahmedabad. Dari 261 orang di dalamnya, hanya ada satu penumpang yang selamat.

    Dari jajak pendapat terbatas, survei Associated Press pada Februari mengindikasikan, gambar kecelakaan online yang mengejutkan berdampak pada kepercayaan konsumen Amerika Serikat dalam menggunakan jasa penerbangan.

    Namun, BBC Verify menganalisis data di AS dan di seluruh dunia, terjadi tren penurunan umum dalam kecelakaan udara selama dua dekade terakhir.

    Salah satunya berdasarkan data kecelakaan udara yang disusun Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS hingga akhir Januari tahun ini.

    Dari data tersebut, penurunan kecelakaan udara terjadi di AS dari 2005 hingga 2024, meski jumlah keseluruhan penerbangan sepanjang periode tersebut meningkat.

    Data dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), badan PBB yang memantau insiden udara global, juga mencatat jumlah kecelakaan di seluruh dunia per juta keberangkatan pesawat juga mengalami tren penurunan antara 2005 dan 2023.

    Mengacu pada ICAO, definisi kecelakaan pesawat sangat luas.

    Kecelakaan pesawat tidak hanya mencakup kecelakaan yang mengakibatkan penumpang atau awak pesawat mengalami luka berat atau meninggal dunia, tapi juga insiden pesawat rusak dan perlu diperbaiki, atau hilang.

    Meski terdapat lonjakan peristiwa kecelakaan udara di beberapa tahun, data jumlah kematian akibat kecelakaan udara secara global tetap menunjukkan penurunan pada periode yang sama.

    Salah satunya pada 2014, ada dua peristiwa yang menandai lonjakan signifikan.

    Pertama, terjadi pada Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines MH370 berpenumpang 239 orang yang melakukan perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, dinyatakan hilang.

    Beberapa bulan setelahnya, Juli 2014, pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak rudal Rusia di atas Ukraina timur dan menewaskan hampir 300 orang.

    Kumpulan data seperti ini cenderung menunjukkan fluktuasi yang tiba-tiba dan besar, ujar Prof. Sir David Spiegelhalter, Profesor Emeritus Statistik di Universitas Cambridge, kepada BBC Verify.

    “Jika menghitung jumlah korban jiwa, alih-alih kecelakaan, data tersebut pasti sangat fluktuatif dan sensitif terhadap satu kecelakaan besar,” ujarnya.

    “Peristiwa acak tidak terjadi secara meratamereka cenderung mengelompok, sehingga kecelakaan pesawat seolah akan tampak saling terkait, padahal sebenarnya tidak.”

    Mengenai serangkaian kecelakaan besar selama beberapa bulan terakhir, Ismo Aaltonen, mengatakan kepada BBC Verify, kecelakaan bukan merupakan indikasi penurunan keselamatan pesawat.

    “Kita mengalami periode ini dengan berbagai jenis kecelakaan, tapi sayangnya tidak bisa diambil kesimpulan apapun karena masing-masing kasus sangat berbeda,” kata Ismo, mantan kepala penyelidik bencana udara Finlandia,.

    Ia mencatat beberapa insiden selama beberapa bulan terakhir tidak dapat diprediksi, misalnya kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan pada Desember yang menjadi sasaran rudal antipesawat Rusia.

    Marco Chan, mantan pilot dan dosen senior di Buckinghamshire New University, mengatakan kepada BBC Verify, meningkatnya kesadaran akan kecelakaan udara semakin didorong karena “kecelakaan semakin banyak diekspos melalui pelantar media sosial”.

    Sebuah video yang beredar di TikTok yang diambil dari film Superman menunjukkan sang pahlawan mencegah jet menabrak stadion. Klip tersebut disertai keterangan: “Pete Buttigieg, setiap hari selama empat tahun terakhir, berdasarkan peristiwa terkini.”

    Cuplikan video viral tersebut menunjukkan musibah penerbangan melonjak sejak mantan menteri transportasi AS itu meninggalkan jabatannya pada Januari.

    Rangkaian insiden dalam beberapa tahun terakhir yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max juga telah menarik perhatian di media dan media sosial, terutama setelah pintu meledak di tengah penerbangan pada Januari 2024.

    Kekhawatiran yang muncul dari rentetan insiden melibatkan Boeing tersebut menyebabkan beberapa pelanggan memboikot pesawat keluaran Boeing dan harga saham perusahaannya ikut anjlok.

    Pesawat Boeing 737 Max telah mengalami serangkaian insiden dalam beberapa tahun terakhir (Getty Images)

    Menurut para ahli kepada BBC Verify, insiden dan kecelakaan besar semacam ini diselidiki secara menyeluruh oleh pihak berwenang. Detail dan data baru dari kecelakaan dimasukkan ke dalam simulator pelatihan pilot agar mereka dapat mempersiapkan diri menghadapi skenario serupa di masa mendatang.

    “Jika melihat simulator saat ini, itu cukup canggihnya, wujudnya seperti pesawat sungguhan,” kata Ismo Aaltonen. “Ini benar-benar berbeda dengan ketika saya mulai terbang lebih dari 40 tahun yang lalu.”

    Regulator juga dapat menjatuhkan sanksi atas pelanggaran keselamatan yang meliputi denda, penangguhan lisensi, dan pembatasan operasional. Maskapai penerbangan juga dapat dilarang beroperasi di negara dan area tertentu jika tidak mematuhi standar keselamatan.

    Terlepas dari insiden baru-baru ini, transportasi udara sejauh ini tetap menjadi salah satu bentuk perjalanan teraman.

    Menurut data terbaru dari Departemen Perhubungan AS, lebih dari 95% kematian terkait transportasi di AS pada 2022 terjadi di jalan raya. Kurang dari 1% terkait dengan transportasi udara.

    Apalagi jika melihat angka-angka tersebut dalam hal kematian berdasarkan jarak tempuh, perbandingan dengan keselamatan perjalanan udara menjadi jelas lebih aman.

    Pada 2022, hanya terdapat 0,001 kematian penumpang per 100.000.000 mil di dalam pesawat, dibandingkan dengan 0,54 di dalam kendaraan penumpang. Data ini merujuk pada angka terbaru dari National Safety Council (NSC), sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di AS.

    NSC juga merinci probabilitas kematian di AS akibat berbagai jenis kecelakaan dan penyakit.

    Meskipun terdapat risiko kematian yang signifikan akibat berbagai jenis kecelakaan lalu lintas, kemungkinan kematian dalam kecelakaan pesawat dianggap terlalu kecil untuk dihitung.

    Jalan raya di beberapa negara memang lebih membahayakan dibandingkan negara lainnya.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tingkat kematian lalu lintas di jalan di berbagai negara di dunia berdasarkan data 2021. Ada negara-negara paling berbahaya di dunia untuk kecelakaan lalu lintas yaitu Guyana (37,4 kematian per 100.000 orang), Libia (34,0), dan Haiti (31,3).

    Akan tetapi, Ismo Aaltonen memberikan masukan yang jelas pada para pelancong. “Hati-hati saat dalam perjalanan ke bandara,” ujarnya. “Itu merupakan perjalanan paling mengerikan dibandingkan dengan penerbangannya.”

    Artikel ini diterbitkan pada Februari 2025 dan telah diperbaharui seiring kecelakaan udara baru-baru ini.

    BBC

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini