Institusi: UIN

  • Cara Deteksi Uang Palsu, Pakai HP Juga Bisa

    Cara Deteksi Uang Palsu, Pakai HP Juga Bisa

    Jakarta

    Warga di Sulawesi Selatan geger. Sebab, kampus UIN Alauddin Makassar dijadikan ‘pabrik’ uang palsu. Aksi ini dilakukan oleh Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahin (AI) dan sindikatnya. Mereka membeli mesin pencetak uang palsu senilai Rp 600 juta.

    Dari pemberitaan yang ada, masyarakat mulai melapor menerima uang palsu. Kepada detikINET, pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya menjelaskan bahwa sebenarnya mudah untuk mendeteksi sebuah uang apakah asli atau tidak.

    “Pada prinsipnya uang palsu mudah dideteksi dengan teknik sederhana 3D, dilihat, diraba dan diterawang. Uang asli memiliki tekstur dan timbul dan hal ini sangat sulit dipalsukan, menerawang uang palsu juga bisa mengidentifkasi uang palsu yang juga akan kesulitan meniru uang asli yang jika diterawang akan memberikan bayangan atau gambaran tertentu,” kata Alfons melalui pesan singkat, Senin (23/12/2024).

    “Hal ini bisa dilakukan dengan menerawang ke sinar matahari, atau kalau sulit menggunakan lampu flash ponsel,” imbuhnya.

    Yang sering terjadi, masyarakat yang menerima uang palsu terkadang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan teknik 3D baik karena terburu-buru dan akan memperlambat layanan jika harus melakukan 3D setiap kali menerima uang. Apalagi jika uang yang diterima atau digunakan ada dalam jumlah besar. Karena itu, Alfons menyarankan untuk menyerahkan uang kepada petugas bank atau menerima dalam bentuk elektronik maupun transfer.

    Pada September 2024, mesin cetak uang palsu diangkut di dalam kampus UIN Alauddin Makassar di Kabupaten Gowa. Mesin cetak dimaksukkan ke dalam kampus atas keterlibatan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Andi membeli mesin pencetak uang palsu seharga Rp 600 juta.

    Uang palsu itu awalnya diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar. Saat itu, proses pencetakan uang palsu ini masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil.

    “Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya, namun alat itu dipesan dari China,” ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T Simanjuntak saat konferensi pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19/12/2024).

    (ask/afr)

  • PKS Terseret Kasus Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar Gara-gara Salah Satu DPO Disebut Kadernya

    PKS Terseret Kasus Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar Gara-gara Salah Satu DPO Disebut Kadernya

  • Heboh ‘Pabrik’ Uang Palsu di UIN, Bisakah ATM Deteksi?

    Heboh ‘Pabrik’ Uang Palsu di UIN, Bisakah ATM Deteksi?

    Jakarta

    Heboh kampus UIN Alauddin Makassar dijadikan ‘pabrik’ uang palsu. Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahin (AI) dan sindikatnya membeli mesin pencetak uang palsu Rp 600 juta.

    Karena itu, warga Sulawesi Selatan pun heboh. Beberapa mulai sadar bahwa sebagian uang yang mereka punya diduga uang palsu. Bahkan ada yang menyebut mendapatkannya dari mesin ATM (anjungan tunai mandiri).

    Tapi, apakah teknologi yang ATM punya tidak dapat membedakan uang palsu dan asli?

    “Secara umum ATM modern sudah memiliki kemampuan mendeteksi uang palsu. Khususnya ATM penerima setoran tunai yang akan menggunakan teknologi khusus seperti mendeteksi ukuran uang, menggunakan teknologi ultra violet, jenis tinta khusus, sensor infra merah dan aplikasi khusus pemindai uang. Dan semua proses ini terjadi dalam bilangan mikro detik,” jelas pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan kepada detikINET.

    Alfons mengatakan kemungkinan menerima uang palsu dari ATM sangat kecil. Itu dikarenakan fitur-fitur yang dapat mengidentifikasi semua aspek yang telah disebutkan di atas.

    Mengenai kasus pembuatan uang palsu di UIN, Alfons sangat prihatin karena kasus ini melibatkan oknum yang bekerja di bank. Hal ini membuat uang palsu yang dihasilkan dapat secara diam-diam diedarkan melalui bank tempat oknum tersebut bekerja.

    “Jadi, modus yang harus diwaspadai adalah oknum tersebut membeli uang palsu tersebut dan mencampurkannya ke dalam uang asli disebarkan ketika masyarakat menarik uang dari bank. Hal ini akan sangat efektif menyebarkan uang palsu tersebut dan sulit dideteksi dan akan menimbulkan kekacauan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap uang yang beredar,” pendapatnya.

    Selain mengakibatkan kekacauan ekonomi karena uang palsu yang beredar, kasus ini tentu menyebabkan ketidakseimbangan uang yang beredar dimasyarakat, di luar kontrol pemerintah.

    Melansir detikSulsel, seorang warga sebelumnya mengaku menarik uang Rp 300.000 dengan pecahan Rp 100.000 yang diduga palsu dari salah satu ATM di Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pihak kepolisian kini tengah menyelidiki kasus tersebut.

    “Betul, jadi kami dapat informasi ada warga yang mendapatkan tiga lembar uang Rp 100 ribu yang diduga palsu di salah satu ATM dan saat ini untuk hal tersebut masih kami lakukan penyelidikan,” ujar Kapolres Maros, AKBP Douglas Mahendrajaya, kepada wartawan, pada Senin (23/12/2024).

    Kejadian tersebut diungkapkan seorang pria bernama AM (25) usai menarik uang di ATM wilayah Balai Penelitian Jagung dan Sereal (Balitjas), Kecamatan Lau, Maros pada hari Sabtu (21/12). Douglas mengatakan, polisi telah dikerahkan untuk menemui AM, dan mengamankan sementara barang bukti uang yang disebutnya palsu.

    (ask/afr)

  • Geger ‘Pabrik’ Uang Palsu di Kampus UIN, Pakar: Tak Akan Sempurna

    Geger ‘Pabrik’ Uang Palsu di Kampus UIN, Pakar: Tak Akan Sempurna

    Jakarta

    Heboh Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim menjadikan kampus sebagai ‘pabrik’ uang palsu. Padahal, pakar sebut mustahil untuk buat uang palsu secara ‘sempurna’, karena pasti akan selalu ada celah yang bisa diamati.

    Pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan kepada detikINET bahwa sulit untuk membuat uang palsu yang persis bank. Terlepas dari secanggih apapun alat dan teknologi pembuatannya.

    “Iya betul (pasti ada celah untuk ketahuan — red), hal ini terjadi karena bahan pembuatan uang asli seperti kertas khusus, tinta dan benang identifikasi uang palsu tidak dijual bebas dan sangat sulit ditiru. Dengan catatan kalau kedua uang kertas yang asli dan palsu dibandingkan langsung, apalagi menggunakan kaca pembesar atau orang yang ahli dan terbiasa memegang uang seperti teller bank,” kata Alfons.

    Tekstur uang yang timbul pun membuat uang sangat sulit untuk diikuti oleh percetakan biasa.

    “Sebenarnya untuk membuat uang palsu yang sempurna sangat sulit dan kalau diteliti meskipun sudah menggunakan mesin cetak uang palsu yang canggih akan bisa terlihat karena bahan pembuat uang asli tidak dijual bebas seperti kertas dan tinta pencetakan,” jabarnya.

    Selain itu, ada ‘kelas’ dari pabrik uang palsu yang tentunya memengaruhi hasil uang tiruan. Menurut penjabaran Alfons, pembuat uang palsu ada yang menggunakan teknologi yang paling mudah ditemui seperti scanner dan printer konvensional. Tapi, ada juga yang sampai ‘niat’ menggunakan teknologi dan mesin canggih seperti mesin cetak uang.

    “Biasanya didapatkan dari China,” tambahnya.

    Sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar sudah beroperasi Oktober 2022. Produksi uang palsu tersebut dimulai tahun ini dengan komunikasi para tersangka lewat WhatsApp Group.

    Pada September 2024, mesin cetak uang palsu diangkut di dalam kampus UIN Alauddin Makassar di Kabupaten Gowa. Mesin cetak dimaksukkan ke dalam kampus atas keterlibatan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim (AI). Andi membeli mesin pencetak uang palsu seharga Rp 600 juta.

    Uang palsu itu awalnya diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar. Saat itu, proses pencetakan uang palsu ini masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil.

    “Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya, namun alat itu dipesan dari China,” ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T Simanjuntak saat konferensi pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19/12/2024).

    (ask/ask)

  • Warga Gowa Diingatkan Ciri Uang Asli, BI Sulsel Temukan Uang Palsu di Lapangan

    Warga Gowa Diingatkan Ciri Uang Asli, BI Sulsel Temukan Uang Palsu di Lapangan

    FAJAR.CO.ID, GOWA – Saat menggelar sosialisasi keaslian uang rupiah di Pasar Minasa Upa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, BI Perwakilan Sulsel menemukan uang palsu.

    Langkah ini dilakukan BI sebagai respons atas meningkatnya kekhawatiran masyarakat terkait peredaran uang palsu, terutama setelah terbongkarnya pabrik pembuatan uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar.

    Muslimin, Administrator Perkasa Bank Indonesia, mengatakan, pihaknya memilih terjun langsung ke lapangan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai tanda-tanda keaslian uang rupiah.

    “Kami hari ini berada di Pasar Minasa Maupa untuk mensosialisasikan keaslian uang rupiah langsung kepada masyarakat,” ujar Muslimin kepada awak media, Senin (23/12/2024).

    Hal tak terduga didapatkan Muslimin ketika memberikan penerangan kepada pengunjung dan pedagang.

    Salah seorang pedagang ternyata mendapatkan uang palsu lalu meminta penjelasan kepada Muslimin dan pihaknya mengenai uang tersebut. Uang palsu uang ditemukan itu merupakan pecahan Rp100 ribu.

    “Setelah kita klarifikasi, uang tersebut ternyata uang palsu dan memang sudah benar, uang yang diragukan keasliannya itu harus memang diklarifikasi bank Indonesia,” tukasnya.

    Dikatakan Muslimin, cara mengenali asli atau tidaknya uang rupiah terbilang mudah. Minimal memperhatikan warna dari lembaran uang.

    “Kalau dilihat warnanya, uang palsu cenderung buram dan tidak menyerupai warna asli rupiah. Tanpa alat bantu sekalipun, uang palsu sudah bisa dikenali,” terangnya.

    Kata Muslimin, selain warna yang perlu diperhatikan, tinta pada uang palsu tidak secerah tinta pada yang asli.

  • Mohammad Farid Fad: Merabuk Civil Courage

    Mohammad Farid Fad: Merabuk Civil Courage

    Merabuk Civil Courage
    Oleh: Mohammad Farid Fad, MSi
    Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo
    SELEPAS riuh pengumuman resmi pemenang Pilkada 2024 oleh KPU, publik mulai menunggu kinerja dan menagih janji para pemenang kontestasi. Tak peduli apakah betul-betul memenangkan pertarungan melawan kontestan ataukah sekedar memusuhi kotak kosong. Terkhusus yang kalah, dalam kompetisi adalah hal yang lumrah.
    Di lain kesempatan, Presiden Prabowo mulai mempertimbangkan soal reformulasi mekanisme pemilihan, yakni mengembalikan skema pemilihan lewat DPRD. Selain terkait efisiensi untuk menekan pengeluaran anggaran, juga menimbang ongkos politiknya yang tinggi.
    Terlepas dari itu, yang harus disadari, data dari Freedom House menunjukkan bahwa indeks demokrasi Indonesia turun dari 62 (2019) menjadi 57 (2024). Dalam Pemilu, masyarakat kita dinilai hanya suka selebrasinya namun abai dengan rasionalitas demokrasi. Padahal gramatika demokrasi adalah otentisitas kehendak umum (volonte generale) yang dilandasi rasionalitas publik.
    Nilai demokrasi mengalami resesi akut sebab dimaknai hanya persoalan angka survey elektabilitas. Pencitraan bisa mudah dipoles oleh dengusan para pengendors. Endorsement public figure menjadi madu elektoral. Tak pelak indicator numerikal menjadi urgen. Jumlah follower menjadi penentu “harga” diri. Tak segan dana segar digelontorkan sebagai pemenuhan hajat mendulang citra.
    Suara Parau
    Ruang publik yang semestinya penuh riuh kontestasi ide dan nilai menjadi wacana omon-omon janji yang hampa makna. Hal ini diperparah dengan ketimpangan kekayaan yang hanya dipegang oleh segelintir orang telah menciptakan privilege dan dapat dipergunakan sebagai sumber daya politik. Mereka bisa saja cawe-cawe turut memengaruhi proses pembuatan kebijakan politik agar sejalan dengan kepentingannya (state capture).
    Rumusannya sederhana, asal oligarki politik berkehendak, soal eksekusi semua mudah diatur. Sebaliknya, bila tidak berkenan, segenting apapun pertimbangannya akan tersingkir dengan pasti.
    Suara-suara kritis semakin lama semakin parau. Ditimbun oleh isu-isu ad hoc yang diorkrestasi hingga siap berganti tema setiap saat. Kepekaan publik kian hari kian kebal rasa. Sensifitas kemanusiaan makin lama makin kebas.
    Sipil Berdaya
    Di antara kekuatan ekstra-parlemen yang bisa diharapkan ialah jejaring warga yang berdaya dengan menggalakkan civil courage. Hal ini bisa terjadi bila publik mulai bergerak meninggalkan kursi nyaman sebagai penonton demokrasi sembari mulai mengintervensi ruang publik dan menyatakan pendiriannya secara lugas dan otonom. Disinilah peran NU dan Muhammadiyah sebagai dinamo penggeraknya.
    Tentu civil society berdaya yang dimaksud disini bukanlah seperti System der Bedurfnisse (Hegel) serta bukan preferensi nilai milik Walzer ataupun konsep asosiasi bebas warga dalam ruang publik-nya Habermas.
    Bila meminjam logika Gramsci, bisa atau tidak terbentuknya masyarakat sipil yang berdaya sangat bergantung pada tersedianya ruang pertarungan ide atau gagasan.
    Oleh sebab itu, ekosistem ini dapat tumbuh subur bila ranah percakapan sehari-hari tak jauh dari komunikasi politik sebagai bagian dari partisipasi warga. Di ruang-ruang social inilah civil courage perlu dipupuk secara aktif dan progresif. Akibatnya, daya kritis dan kreatif masyarakat akan terbuka dengan sendirinya.
    Masyarakat yang terbaik (al-ijtima al-fadhil), menurut Al-Farabi, ialah masyarakat yang hidup bekerjasama dan saling membantu untuk mencapai kebahagiaan, baik dunia maupun akhirat. Partisipasi rakyat juga menjadi elemen penting dalam pemikirannya.
    Ia meyakini bahwa negara yang ideal (al-madinah al-fadhilah) bukan hanya institusi politik, tetapi juga ruang etis di mana individu dapat mengembangkan diri secara utuh, baik secara intelektual, moral, maupun spiritual demi kesejahteraan bersama. Menurutnya setiap individu memiliki peran sesuai kapasitasnya untuk berkontribusi dan bekerjasama dalam mewujudkan kebahagiaan kolektif.
    Sokongan Media
    Selain itu, salah satu instrumen demokrasi yang tak kalah penting adalah kekuatan media yang informatif dan independen. Jangan sampai media terpuruk seperti zaman Orde Baru yang mengerang dalam takut. Hanya menjadi perpanjangan tangan penguasa yang menjadikan informasi sebagai alat penggiringan opini publik.
    Media yang sewajarnya sebagai ruang publik yang obyektif, bila disandera oleh kepentingan-kepentingan tertentu, bisa-bisa kehilangan independensinya. Ruang publik bisa terkikis, kemudian lapuk.
    Perlu direnungkan bersama: berapa banyak durasi dan eksemplar info yang Anda konsumsi setiap hari? Bukankah sepatutnya berisi informasi-informasi kontemplatif yang sarat makna dan layak didiskusikan? Mengapa bersalin rupa menjadi kabar-kabar kriminal berlimpah yang hanya menimbulkan fobia dan menyajikan derita korban?
    Independensi
    Tak dipungkiri, info-info kriminalitas memang perlu dan bernilai berita, namun apa kedalaman fungsi, makna dan nilai guna info tersebut dalam peningkatan kualitas manusia ketika didialogkan ataupun diperdebatkan. Yang terjadi adalah the death of meaning.
    Memilih sikap netral, independen dan obyektif dalam menghadapi potensi tekanan politik merupakan sebuah kemewahan tersendiri bagi media belakangan ini. Jean Baudrillard dalam In the Shadow of the Silent Majorities (2007) menggambarkannya sebagai fenomena hiperrealitas, dunia kesemuan yang sengaja menyembunyikan atau mendistorsi citra realitas sesungguhnya.
    Tak keliru bila yang terjadi adalah menelurkan kesadaran semu (false consciousness) politik semata. Bila tidak segera diantisipasi, maka akan mengakibatkan pemutarbalikan semiotika dan semantika politik. Dimana setiap fragmen nilai-nilai luhur dalam politik menjadi lenyap tak berbekas, terjerembab dalam kedangkalan.
    Tentu hal ini perlu diingatkan sejak dini agar demokrasi kita tak hanya berhenti pada tataran prosedural, namun naik kelas menjadi demokrasi substansial. Disebabkan kehendak Tuhan (vox Dei) yang adiluhung tak bisa hanya ditera berdasar indikator numerikal belaka tanpa penghayatan rasionalitas publik. Wallahu a’lam bis shawab. (*)

  • BI Temukan Uang Palsu Saat Sosialiasi Rupiah Asli di Pasar Gowa

    BI Temukan Uang Palsu Saat Sosialiasi Rupiah Asli di Pasar Gowa

    Makassar, CNN Indonesia

    Bank Indonesia (BI) melakukan sosialisasi ke pedagang pasar tradisional Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, setelah 17 tersangka jaringan uang palsu di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tertangkap.

    Pada saat sosialisasi tersebut berlangsung, salah satu pedagang bernama Nunu menemukan satu lembar uang pecahan 100 ribu.

    Menurut Nunu, uang tersebut diterima saat melakukan transaksi dengan seorang pembeli sehari sebelumnya.

    “Iya, itu uang saya terima dari teman, yang kebetulan pembeli. Setelah saya minta cek, katanya palsu dan mau diambil (sita),” kata Nunu, Senin (23/12).

    Pihak BI langsung melakukan pemeriksaan dan membandingkan dengan uang asli hingga akhirnya diketahui uang dari pedagang itu ternyata uang palsu.

    “Bahkan ada pedagang yang minta diklarifikasi uangnya, dan ternyata uang tersebut palsu, dan diragukan keasliannya. Kalau memang dilihat warnanya agak buram dan tidak menyerupai yang asli rupiah, sebenarnya metode dilihat saja sudah kentara uang tersebut adalah palsu,” kata Administrator Perkasa Bank Indonesia Muslimin.

    Kemudian, pihak BI menunjukkan cara membedakan antara uang asli. Selain dengan metode diraba, dilihat dan diterawang, saat uang tersebut dimiringkan maka akan muncul warna yang berbeda.

    “Hanya Bank Indonesia yang bisa menentukan uang tersebut asli atau bukan. Jika setelah diperiksa lebih lanjut uang itu asli, akan diganti, jika palsu tidak diganti,” ungkapnya.

    (mir/sfr)

  • Cara Cek Uang Palsu Jangan Dibelah, Bank Indonesia Pastikan Tidak Bisa Masuk ke ATM

    Cara Cek Uang Palsu Jangan Dibelah, Bank Indonesia Pastikan Tidak Bisa Masuk ke ATM

    TRIBUNJATENG.COM – Cara cek uang palsu yang kini tengah heboh dicetak kampus UIN Alauddin Makassar.

    Beredar video viral mengenai cara mengetahui apakah uang tersebut palsu atau tidak yakni dengan cara membelah bagian ujung uang kertas.

    Ternyata cara cek uang palsu dengan cara dibelah adalah keliru.

    Inilah penjelasan Bank Indonesia (BI) terkait cara membedakan uang asli dengan palsu.

    Dari video tersebut banyak masyarakat yang percaya dan langsung mengecek keaslian uangnya.

    Namun, cara yang ditempuh tersebut dinilai keliru oleh Bank Indonesia (BI).

    Pelaksana Pengelolaan Uang Rupiah KPW BI Sulsel, Muslimin menegaskan cara tersebut tidaklah benar untuk menguji keaslian uang.

    “Membelah uang viral di medsos adalah cara kurang tepat untuk mengenali keaslian uang rupiah,” kata Muslimin di Pasar Minasa Maupa, Gowa usai sosialisasi ke warga, Senin (23/12/2024) siang.

    Muslimin menyebut cara 3D menjadi upaya mengenali uang palsu atau tidak.

    Yakni mulai dari dilihat, diraba lalu diterawang.

    Penampakan Dua mobil yang disita Polres Gowa dalam pengungkapan kasus uang palsu dari dalam Kampus UINAM, di mana satu diantaranya mobil dinas Dr Andi Ibrahim kini diamankan di Mapolres Gowa. (TRIBUN-TIMUR.COM / EMBA)

    “Cara benar dengan 3D. Jadi Dilihat, diraba, diterawang bukan dikelupas. Dilihat warnananya telihat terang, diraba ada beberapa item yang terasa kasar. Diterawang ada gambar pahlawan dan gambar saling isi. Diluar itu berarti palsu,” kata Muslimin.

    Masyarakat diminta tidak gegabah dalam mencoba menguji keaslian uang dengan cara mengelupas.

    Muslimin mencontohkan ada beberapa masyarakat dengan sengaja mengelupas uang.

    Padahal uang tersebut teruji keasliannya oleh Bank Indonesia.

    “Yang terkelupas kebanyakan yang tadi pagi datang lapor, setelah kita klarifikasi benar memenuhi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan dinyatakan asli,” lanjutnya.

    Muslimin mengaku uang asli yang terkelupas, bisa ditukarkan ke Bank Indonesia.

    Sementara untuk uang palsu, tetap tidak dapat ditukarkan.

    Jika ragu terhadap keaslian uang, ada beberapa cara bisa ditempuh masyarakat.

    Pertama, jangan membelanjakan uang yang diragukan keasliannya.

    Sebab jika terbukti palsu, hal itu melanggar peraturan Undang-Undang (UU).

    “Uang yang diragukan harus diminta klarifikasi pada bank terdekat atau bank indonesia,” kata Muslimin.

    “Atau bisa melaporkan dugaan pemalsuan di kantor polisi terdekat,” lanjutnya.

    Hal ini menurutnya perlu dipahamkan ke masyarakat. 

    Pasalnya sedang viral aksi banyak masyarakat yang membelah atau mengelupas uang untuk menguji keasliannya.

    Apakah Uang Palsu Bisa Masuk ATM?

    Kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menjadi sorotan.

    Warga merasa khawatir bilamana uang palsu tersebut telah beredar luas.

    Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), khususnya yang memiliki fitur setor tunai, aman dari uang palsu.

    Deputi Direktur Bank Indonesia Sulawesi Selatan Edy Kristianto mengatakan, mesin ATM telah dilengkapi dengan kontrol sensor yang mampu mendeteksi uang palsu.

    “Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukkan (uang palsu).

    Karena selain kontrol manusia, juga ada kontrol sensor, jadi tertolak,” ujarnya di Makassar, Jumat (20/12/2024), dikutip dari Tribun Timur.

    Edy juga menyatakan, BI terus berupaya maksimal dalam menjaga keamanan dan kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran yang sah.

    Cara Mengecek Keaslian Uang Kertas

    Di samping itu, masyarakat juga bisa melakukan pengecekan keaslian uang secara mandiri.
    Deputi Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sulawesi Selatan Ricky Satria membagikan cara untuk mengecek keaslian uang kertas.

    “Jadi bukan hanya di UV, banyak cara untuk cek keaslian uang,” ucapnya, dilansir dari Tribun Timur.

    Cara itu dikenal dengan 3D: dilihat, diraba, dan diterawang.

    1. Dilihat

    Perhatikan secara cermat warna, kejelasan gambar, dan elemen hologram pada uang kertas

    Uang asli memiliki detail yang tajam dan tidak buram.

    Beberapa hal yang bisa Anda periksa:

    Perisai logo BI pada pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000.
    Angka berubah warna yang tersembunyi pada pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, dan Rp 10.000.

    2. Diraba

    Rasakan tekstur uang yang lebih kasar dan tebal, terutama gambar utama, angka nominal, lambang negara, tulisan “Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan “Bank Indonesia”

    Uang palsu cenderung memiliki tekstur yang halus dan rata di seluruh permukaan.

    3. Diterawang

    Terawang uang kertas ke arah cahaya. Uang asli memiliki tanda air berupa logo BI dan ornamen tertentu, seperti gambar pahlawan atau logo BI yang saling mengisi.

    Pada uang palsu, watermark mungkin ada, tetapi detail seperti ornamen tidak akan terlihat. (*)

     

  • Heboh Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar, Begini Cara Cek Rupiah Asli

    Heboh Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar, Begini Cara Cek Rupiah Asli

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kepolisian membongkar praktik produksi uang palsu di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

    Dalam kasus ini, polisi menangkap 17 orang dan menyita barang bukti uang palsu senilai triliunan rupiah, termasuk sejumlah mata uang asing.

    “Barang bukti yang nilainya triliun, contoh mata uang rupiah emisi 2016 sebanyak 4.554 lembar pecahan 100 ribu, kemudian mata uang emisi 99 sebanyak 6 lembar 100 ribu, juga ada 234 lembar pecahan 100 ribu dan belum terpotong. Jadi ada bentuk lembaran nanti dipotong-potong,” ujar Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, saat memberikan keterangan di Polres Gowa, Kamis (19/12).

    Selain uang rupiah palsu, Yudhiawan menyebut polisi juga menemukan uang palsu dalam bentuk mata uang asing, seperti mata uang Korea Selatan dan Vietnam.

    “Mata uang Korea satu lembar sebesar 5000 won, ada mata uang Vietnam sebanyak 111 lembar sebanyak 500 dong, dan ada mata uang rupiah 2 lembar dengan pecahan 1000 emisi tahun 64, ada mata uang 100 ribu emisi 2016 sebanyak 234 lembar,” jelasnya.

    Ciri-Ciri Uang Rupiah Asli

    Merujuk pada Pedoman yang disiarkan Bank Indonesia lewat situs resminya, rumus 3D, yakni dilihat, diraba, diterawang merupakan cara untuk mengenali ciri uang rupiah asli yang dapat dilakukan dengan mengandalkan indera peraba dan penglihatan.

    1. Dilihat

    – Benang pengaman terlihat seperti dianyam pada uang pecahan Rp100 ribu, Rp50 ribu, dan Rp20 ribu.
    – Pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu memiliki warna yang berubah saat dilihat dari sudut tertentu.
    – Gambar pahlawan hadir pada semua pecahan uang kertas.
    – Bila diterawangkan ke arah cahaya, maka akan terlihat electrotype berupa logo BI dan ornamen tertentu.

    2. Diraba

    – Terdapat tekstur kasar pada gambar utama, lambang negara Garuda Pancasila, angka nominal, huruf terbilang, frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia,” dan tulisan “Bank Indonesia.”
    – Garis-garis di sisi kanan dan kiri uang terasa kasar saat diraba.

    3. Diterawang

    – Terlihat tanda air (watermark) berupa gambar pahlawan pada semua pecahan uang kertas.
    – Logo Bank Indonesia dengan desain saling isi (rectoverso) terlihat utuh jika diterawang ke arah cahaya.

    (lau/sfr)

  • Lemas Wanita di Sulsel usai Tarik Tunai Uang Rp 5 Juta di ATM, Curiga Palsu Lihat Kertas Terbelah 2

    Lemas Wanita di Sulsel usai Tarik Tunai Uang Rp 5 Juta di ATM, Curiga Palsu Lihat Kertas Terbelah 2

    TRIBUNJATIM.COM – Terlihat lemas seorang wanita setelah mengambil uang di ATM salah satu bank pelat merah di Gowa Sulawesi Selatan.

    Apalagi belakangan diketahui bahwa kasus pencetakan uang palsu tengah marak beredar.

    Video dengan narasi seorang wanita menemukan uang palsu saat melakukan penarikan di ATM salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gowa, Sulawesi Selatan viral.

    Video bernarasi nasabah menemukan uang palsu saat mengambil uang di ATM itu viral setelah diunggah akun Tiktok @makassar_info pada Minggu (22/12/2024), seperti dikutip TribunJatim.com via TribunJateng.com.

    Dalam video itu, tampak seorang wanita mengenakan hijab kuning.

    Wanita itu menarik uang Rp 5 juta pecahan Rp 100 ribu di ATM B** di Palangga Gowa.

    Nasabah itu menemukan selembar uang Rp 100 ribu yang diduga palsu karena di bagian ujung itu bisa terbelah menjadi dua.

    Wanita itu pun sudah didatangi security, dan dua petugas polisi.

    Seorang polisi pun memegang uang itu dan menerawangnya.

    “Saya barusan ini ambil Rp 5 juta,” ucap si ibu.

    “Ini ibu, lima juta penarikan ya,” ucap pria perekam video.

    “Lokasi sekarang di B** Cabang Palangga, samping Polsek, baru saja menarik, hasil uangnya seperti ini, ada belahan di uangnya,” ucap perekam video lagi.

    “Warga mempertanyakan uang yang baru ditarik dari ATM Palangga Gowa (22/12) yang mengelupas sampai memanggil pihak kepolisian.,” tulis pengunggah.

    Unggahan ini pun mendapat banyak komentar dari para netizen.

    Banyak warganet yang mendebatkan video tersebut.

    “pada fomo uang palsu, padahal uang asli jga bisa dibelah”

    “uang palsu itu ga bisa keluar dari mesin ATM  coba aza di pake setor tunai pakai uang palsu ga bakalan bisa masuk itu uang palsu”

    “Tolong lah kasian. mau uang palsu dan asli bisa semua dibelah”

    “mohon maaf tapi kalau uang palsu di atm itu sangat kecil adanya sebab di dalam mesin atm ada scanningnya bahkan uang tersebut di scanning terlebih dahulu di bank sebelum masuk di kotak terus di bawah ke atm .”

    Uang palsu diduga di ATM (Instagram)

    Namun hingga kini belum ada keterangan resmi dari pihak bank maupun dari pihak berwajib.

    Sebelumnya, polisi berhasil menangkap Kepala Perpustakaan UIN Makassar, Andi Ibrahim yang memproduksi uang palsu.

    Andi memasukkan mesin pencetak dan membuat uang palsu di dalam perpustakaan UIN Makassar.

    Hal ini pun membuat warga khawatir dan takut jika ada uang palsu yang beredar luas.

    Seperti diketahui, kasus pabrik uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar masih menjadi sorotan hingga kini.

    Mirisnya, kepala perpustakaan kampus tersebut ikut terlibat sindikat uang palsu.

    Ia adalah Andi Ibrahim.

    Meski bergelar doktor, tampaknya ia tetap berbuat nekat yang akhirnya kini ia ditetapkan sebagai tersangka.

    Andi sendiri menjabat sebagai Kepala Perpustakaan sekaligus Dosen UIN Alauddin Makassar, Gowa, Sulawesi Selatan.

    Meski telah mendapat gaji dan tunjangan sebagai dosen PNS, Andi Ibrahim justru membentuk sindikat pencetak dan peredaran uang palsu.

    Mirisnya, praktik ilegal tersebut dilakukan di Perpustakaan Syekh Yusuf, yang berada di lingkungan Kampus 2 UIN Alauddin.

    Sebagai dosen PNS UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim berada di bawah naungan Kementerian Agama atau Kemenag.

    Ia menerima gaji setiap bulannya di kisaran Rp 7 juta sampai Rp 10 juta, dikutip dari Tribun Sulbar pada Kamis (19/12/2024).

    Angka tersebut dikutip dari besaran gaji dosen Kemenag.

    Andi Ibrahim juga memperoleh penghasilan tambahan dari sertifikasi dosen, serta biaya hibah penelitian.

    Alih-alih melanjutkan karya di bidang pendidikan, Andi Ibrahim justru menggunakan wewenangnya untuk melakukan praktik tidak terpuji.

    Andi Ibrahim sindikat uang palsu di kampus Makassar. (via Tribun Sulbar)

    Padahal, ia merupakan dosen senior yang bisa mengajukan diri untuk menjadi guru besar atau profesor.

    Tercatat, Andi Ibrahim telah memiliki Jurnal Internasional bereputasi Q1, selain itu juga telah menulis buku.

    Namun, Andi Ibrahim kini terancam untuk diberhentikan dari status PNS karena terlibat sebagai produsen uang palsu.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) buka suara terkait pengungkapan kasus pabrik uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada Rabu (18/12/2024).

    Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, mengatakan Bank Indonesia telah melakukan koordinasi insentif bersama dengan Polda Sulawesi Selatan dalam pengungkapan kasus tersebut.

    “BI juga siap mendukung Polri dalam proses penyidikan kasus tersebut dengan melakukan klarifikasi atas barang bukti uang palsu dan siap memberikan bantuan ahli Rupiah dalam hal diperlukan,” kata dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu.

    Upaya tindak lanjut ini sejalan dengan peran Polri dan Bank Indonesia sebagai bagian unsur Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL).

    Bank Indonesia pun mengapresiasi langkah Polres Gowa serta Polda Sulawesi Selatan dalam membongkar jaringan pembuat dan pengedar uang Palsu di Sulawesi Selatan.

    Dengan upaya tersebut, Marlison meyakini, potensi peredaran uang palsu dapat ditekan sehingga mampu meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan terhadap uang Rupiah di Masyarakat.

    Diberitakan Kompas.com sebelumnya, polisi telah menyita barang bukti mesin cetak dan uang palsu senilai Rp 44 juta terkait kasus tersebut. Selain itu, 15 orang ditetapkan sebagai tersangka.

    Berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) UU Mata Uang No. 7 Tahun 2011, setiap orang dilarang memalsu Rupiah.

    Jika melakukan tindak pemalsuan uang, pelaku akan dikenai sanksi denda dan kurungan pidana.

    Mengacu Pasal 374 UU RI Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP ditegaskan bahwa:

    “Setiap orang yang memalsu mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara, dengan maksud untuk mengedarkan atau meminta mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau pidana denda paling banyak kategori VII Rp 5 milyar,” bunyi pasal tersebut.

    Ditegaskan pula dalam Pasal 375 ayat (2) KUHP, pelaku yang mengedarkan dan/atau membelanjakan uang pals usebagaimana dimaksud dalam Pasal 374, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak kategori VIII Rp 50 miliar.

    Imbas kasus tersebut, polisi menetapkan 15 orang sebagai tersangka kasus produksi uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar di Sulawesi Selatan.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com