Institusi: UIN

  • Utusan Presiden Sebut Prabowo akan Bangun Tanggul Laut Raksasa dari Banten hingga Jawa Timur, Untuk Apa?

    Utusan Presiden Sebut Prabowo akan Bangun Tanggul Laut Raksasa dari Banten hingga Jawa Timur, Untuk Apa?

    PIKIRAN RAKYAT – Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Sujono Djojohadikusumo mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memutuskan untuk melakukan pembangunan tanggul laut raksasa dari Banten sampai Jawa Timur sepanjang 700 km.

    “Pemerintah Prabowo sudah memutuskan untuk melaksanakan beberapa program, termasuk pembangunan tanggul laut raksasa sepanjang 700 km dari Banten sampai Jawa Timur,” ucap Hashim dalam acara bertajuk “ESG Sustainable Forum 2025”, dipantau secara daring di Jakarta, Jumat dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

    Dia mengatakan, tujuan dari program ini untuk melindungi sawah-sawah yang berada di sisi pantai utara Pulau Jawa. Hashim juga menyoroti kekhawatiran masyarakat terkait peristiwa pagar laut, di mana para nelayan merasa terancam dengan kenaikan permukaan laut.

    “Ini semua disebabkan oleh masalah perubahan iklim,” ucapnya.

    Proyek pembangunan tanggul laut raksasa ini diperkirakan akan menghabiskan waktu yang cukup lama, sekitar 10-20 tahun.

    Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa tanggul laut raksasa ini sudah mulai dirancang sejak 1994, tetapi belum terlaksana sampai saat ini. Pemerintah Orde Baru pada saat itu, tambah Hashim, sudah melihat akan ancaman kenaikan permukaan laut.

    Menurutnya, jika jutaan sawah tenggelam karena tertutup oleh air laut yang naik. Maka, tidak ada gunanya membuat food estate di Kalimantan atau Papua. Oleh karena itu, Hashim meminta masyarakat untuk mendukung program ini.

    Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menginstruksikan jajarannya untuk mengkaji pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) yang akan membentang dari Jakarta sampai Cirebon sebagai bagian dari Program Strategi Nasional (PSN) Tahun 2025. Presiden juga memberi instruksi untuk menyiapkan pembiayaan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

    Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa arahan tersebut sesuai dengan hasil rapat internal yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto tentang pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan penyelesaian PSN tahun 2024–2025.

    Airlangga menyatakan nantinya pengendali banjir dan rob di Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah yang sudah dibangun akan terhubung dengan pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta–Cirebon. Tambah dia, program ini masuk dalam daftar PSN Tahun 2025 sebagai langkah mewujudkan ketahanan energi dan pangan.***Siti Riyani Novrianti_UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Bank Mandiri Kembangkan Layanan Transaksional Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung

    Bank Mandiri Kembangkan Layanan Transaksional Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung

    JABAR EKSPRES  – Bank Mandiri terus ekspansif memperluas layanan finansial dengan memaksimalkan potensi digital guna menghadirkan kemudahan transaksi di lingkungan perguruan tinggi di Tanah Air.

    Teranyar, Bank Mandiri Region VI / Jawa Barat berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung dalam menerapkan digitalisasi fasilitas jasa perbankan serta layanan perbankan.

    Adapun, nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MOU) terkait kolaborasi ini ditandatangani oleh Senior Vice President Bank Mandiri Region VI / Jawa Barat Nila Mayta Dwi Rihandjani dan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag., CHS, MCE., di Bogor, Jawa Barat (31/1).

    BACA JUGA: Saldo DANA Gratis Langsung Cair Hingga Rp305.000 Lewat Cara Tercepat

    Bersamaan, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Optimalisasi Pengelolaan Rekening Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung oleh Vice President Bank Mandiri Bandung Surapati Bayu Anggoro dan Wakil Rektor II Bidang Adm Umum, Perencanaan dan Keuangan Prof. Dr. H. Tedi priyatna,M.Ag serta disaksikan jajaran pimpinan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

    Menurut Nila Mayta Dwi Rihandjani, kolaborasi dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung diharapkan dapat memperluas ekosistem keuangan Bank Mandiri khususnya di sektor pendidikan.

    Dalam kerjasama ini, Bank Mandiri juga akan menyediakan layanan perbankan yang menyeluruh kepada seluruh civitas akademika yang meliputi jajaran pimpinan, dosen, pegawai, maupun mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

    “Layanan tersebut antara lain pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta kerjasama strategi pemanfaatan jasa layanan perbankan dan non perbankan,” ujar Nila.

    BACA JUGA: Harga Emas Merangkak Naik Hari ini Capai Rp 4.000 Per Gram

    Ditambahkan, perseroan telah mengembangkan Layanan Smart Campus dengan mengoptimalisasi Digital Super Platform Kopra by Mandiri yang memberikan layanan digital single access untuk kemudahan transaksi UIN SGD.

    Layanan digital juga akan menjadi pusat aktivitas informasi dan transaksi finansial di UIN SGD Bandung.

    “Kopra by Mandiri juga mengintegrasikan seluruh kebutuhan transaksi universitas ke dalam satu platform secara single sign on (SSO) dengan fitur Cash Management, Forex Transaction, Value Chain Financing, Trade Finance, Smart Account, serta Online Custody,” katanya.

  • MA Hasyim Asy’ari Bawang dan FORSIMBA Gelar Expo Kampus: Ajak Pelajar Peka Pendidikan Tinggi

    MA Hasyim Asy’ari Bawang dan FORSIMBA Gelar Expo Kampus: Ajak Pelajar Peka Pendidikan Tinggi

    TRIBUNJATENG.COM, BATANG – MA Hasyim Asy’ari Bawang dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Batang Yogyakarta (FORSIMBA) menggelar Expo Kampus di Aula MA Hasyim Asy’ari Bawang, Kabupaten Batang.

    Meski sempat terdampak banjir, namun tidak menurunkan semangat mereka untuk menggelar Expo Kampus dengan mengusung tema “Sinergi Pendidikan di Era Industri”.

    Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta hadir.

    Delapan kampus terkemuka seperti UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UII, Universitas PGRI Yogyakarta, UTY, STIKES Bantul, dan STBA LIA Yogyakarta turut mempresentasikan informasi kampusnya masing-masing.

    Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Batang Indonesia (FORKOMBI), M Nailunni’am mengajak siswa kelas 12 MA Hasyim Asy’ari Bawang untuk lebih peka terhadap pentingnya pendidikan tinggi.

    “Jangan khawatir merasa sendiri di kampus nanti.”

    “Kami siap membantu,” ujarnya.

    Ketua Umum FORSIMBA, M Zaki Muafa memberikan motivasi kepada para siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia industri yang semakin kompetitif. 

    “Di Kabupaten Batang sudah dibuka kawasan industri.”

    “Kami tidak bisa hanya selesai belajar sampai MA.”

    “Jika tidak ingin menjadi pekerja kasar, harus berusaha melanjutkan kuliah,” ujarnya.

    Siswi Kelas 12 MA Hasyim Asy’ari Bawang, Saniati Roziqoh menyampaikan kegembiraannya dengan adanya acara ini.

    “Saya sangat terbantu dengan Expo Kampus ini karena jadi lebih banyak tahu tentang kampus-kampus,” ujarnya.

    Tak hanya melakukan presentasi kampus, acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai penampilan seni dari para siswa seperti tari, nyanyi, pembacaan puisi, dan pencak silat seni tunggal putri oleh salah satu siswi juara nasional MA Hasyim Asy’ari Bawang. 

    “Expo kampus ini sangat bagus karena dapat menumbuhkan motivasi terutama siswa kelas 12 untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya,” tutur Kepala MA Hasyim Asy’ari Bawang, Khurotul Aen.

    Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan.

    “Alhamdulillah, meskipun baru terkena banjir, antusiasme anak-anak kami tak berkurang sedikit pun.”

    “Semoga acara ini bisa terus dilaksanakan setiap tahun oleh FORSIMBA untuk mencari dan menyiapkan kader-kader terbaik dari seluruh daerah di Batang,” pungkasnya. (*)

  • Pagar Laut dan Pagar Konstitusi
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Januari 2025

    Pagar Laut dan Pagar Konstitusi Nasional 27 Januari 2025

    Pagar Laut dan Pagar Konstitusi
    Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    PERISTIWA

    pagar laut
    yang mencuat belakangan “menyeret” ingatan kita tentang negara yang telah didudukkan oleh
    Konstitusi
    sebagai pengelola utama sumber daya alam.
    Sebagai entitas berdaulat, negara memikul amanah untuk memastikan bahwa kekayaan alam tetap milik rakyat dan bukan komoditas eksklusif.
    Konstitusi kita menekankan bahwa pengedalian dan pengelolaan sumber daya alam, prioritasnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
    Negara harus menjamin agar masyarakat tetap bisa berinteraksi dengan alam sebagai bagian dari kehidupan mereka, bukan sekadar mengejar optimalisasi profit.
    Peristiwa “pagar laut” yang mendapat sorotan luas dan kontroversial harusnya menyadarkan para aktor negara agar tidak begitu mudah memindahkan amanah konstitusional pengelolaan kekayaan alam dari tangan negara ke tangan korporasi. Harus dihitung secara cermat dampak yang timbul.
    Sudah barang tentu negara butuh mitra dari kalangan korporasi untuk mengelola sumber daya alam. Namun, sebagaimana dimaklumi bersama, tata kelola sumber daya alam oleh korporasi selalu dijalankan di atas logika mesin keuntungan.
    Tidak salah dengan logika tersebut, karena “ritme hukum besi dagang” memang seperti itu. Namun, negara tidak pantas ketika mengutamakan diri menjadi fasilitator dari proses ini, karena mengingkari kontrak sosial dengan rakyat dan mempersempit ruang hidup masyarakat kurang berdaya.
    Norma Konstitusi kita tentang tata kelola kekayaan alam meminta agar negara memegang kendali atas sumber daya vital dan strategis, supaya negara tidak kehilangan daya tawar.
    Ketika kendali sumber daya alam beralih secara radikal ke korporasi, pemerintah akan terpasung.
    Negara akan terjebak dalam posisi subordinat terhadap kepentingan bisnis, tidak lagi menjadi penjamin hak-hak rakyat atas kekayaan alam. Negara akan beralih fungsi dari pelindung kesejahteraan rakyat menjadi pelayan modal.
    Kita mungkin selalu berdalih bahwa pengelolaan sumber daya alam oleh korporasi merupakan solusi atas ketidakmampuan negara untuk mengelola kekayaan alam secara efisien.
    Bahkan, sangat sering kita menggelorakan narasi bahwa negara lamban, birokratis, tidak efisien, dan terlalu boros untuk mengelola kekayaan alam.
    Narasi ini bukan sekadar mengerdilkan fungsi negara, tetapi juga mengaburkan fakta bahwa efisiensi korporasi tidak jarang mengorbankan masyarakat adat, ekosistem lokal, dan juga hak-hak pekerja. Hal ini sudah sangat kasat mata.
    Betul bahwa kita butuh investasi dan pertumbuhan. Namun, pertimbangkan bahwa pertumbuhan yang didorong oleh eksploitasi sumber daya alam sering kali bersifat temporer.
    Ketika sumber daya habis, kerusakan lingkungan timbul, dan masyarakat lokal kehilangan mata pencaharian, siapa yang akan menanggung bebannya? Korporasi? Tentu tidak.
    Akhirnya, dengan anggaran yang terbatas dan morat-marit, negara tergopoh-gopoh memungut kembali reruntuhan yang ditinggalkan.
    Mudah-mudahan imajinasi ini tidak mewarnai pikiran keumuman kita. Kita membayangkan seorang
    nelayan
    kecil dengan perahu reyot yang mengarungi laut tanpa strategi bisnis yang jelas.
    Ia hanya memikirkan hari ini, ikan apa yang bisa ia tangkap, dan bagaimana keluarganya bisa makan nanti sore.
    Muncullah nyinyiran, apa kontribusi makroekonomi dari tindakan nelayan seperti itu?
    Tidak ada laporan dan tidak ada grafik pertumbuhan. Laut, dengan segala potensi keuntungan ekonominya, jelas terlalu berharga untuk diserahkan pada “tangan-tangan lemah” yang hanya mencari sesuap nasi dan tidak berdampak luas.
    Lalu, muncullah imanjinasi nakal lanjutan, lisensi penggunaan laut harus dibuat eksklusif, hanya untuk mereka yang mampu mengelolanya dengan visi global dan keuntungan signifikan.
    Doktrin kuno bahwa laut milik bersama kita nihilkan karena mengganggu signifikansi keuntungan. Sudah saatnya laut “dipagari secara eksklusif”, bahkan kalau perlu harus birokratis.
    Air laut yang dulunya dianggap tak berbatas kini harus dihitung dalam liter, setiap mil lautnya harus ditakar dengan neraca keuangan. Keadilan sosial bukan hal prioritas lagi, tapi keuntungan dan efisiensi ekonomi lebih penting dan mendesak.
    Parahnya lagi, kita berimajinasi bahwa nelayan tradisional dengan jaring usang hanya menangkap ikan yang salah ukuran dan tanpa menghitung dampak ekologisnya.
    Sebaliknya, korporasi besar memiliki data satelit, algoritma canggih, dan memiliki komitmen ramah lingkungan. Jadikan saja mereka pekerja upahan dalam kapal-kapal modern.
    Pikiran imajinatif itu tampak logis, tapi menyesatkan. Jangan dijadikan cara dan kerangka berpikir dalam mengelola sumber daya alam kita.
    Konstitusi kita “menormakan” bahwa akses ke laut bukan hak istimewa, melainkan hak dasar. Konstitusi kita tidak memberikan pijakan pemahaman bahwa hanya mereka yang memenuhi standar efisiensi yang layak mendekati garis pantai.
    Betul bahwa laut adalah aset strategis, sumber daya ekonomi yang harus dikelola dengan profesionalisme, karena setiap tetes air laut bernilai rupiah.
    Namun, jangan sampai rakyat biasa dinihilkan karena mereka dianggap tidak memahami manfaat besar laut. Lalu kita membuat barikade eksklusif untuk mencegah “penyalahgunaan rakyat biasa” atas laut yang penuh “cuan”.
    Ketika sumber daya alam tidak dikendalikan sesuai norma Konstitusi, dieksploitasi secara eksklusif, generasi mendatang akan kehilangan akses ke sumber daya yang sudah terkuras. Tidak ada jaminan bahwa mereka akan menikmatinya setelah kita.
    Sekalipun korporasi “bernyanyi” bahwa mereka memiliki komitmen keadilan ekologis dalam bentuk program yang menjamin keberlanjutan sumber daya alam, tapi tetap mereka memperlakukan hal itu hanya isu sekunder dibandingkan laba usaha.
    Logika dasar korporasi adalah melakukan kebijakan dan tindakan keberlanjutan ekologis sejauh hal itu tidak memengaruhi margin keuntungan mereka secara signifikan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemerintah dan Ormas Harus Bersinergi Hadapi Tantangan Keberagaman di Indonesia

    Pemerintah dan Ormas Harus Bersinergi Hadapi Tantangan Keberagaman di Indonesia

    TRIBUNJAKARTA.COM – Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hamim Ilyas mengharapkan adanya sinergi antara pemerintah dan organisasi masyarakat (ormas) dalam menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia.

    Terlebih saat ini kerap terjadi konflik antar organisasi masyarakat di tanah air.

    Menurutnya, harus ada sinergi yang terjalin antara pemerintah dengan ormas untuk menjaga stabilitas sosial dan mengedepankan nilai keberagaman serta toleransi.

     “Organisasi yang benar untuk mencapai tujuan itu ada pengkaderan, ada pembinaan anggota, itu dilakukannya sehingga organisasi itu terus berlanjut,” kata Hamim Ilyas kepada wartawan, Jumat (24/1/2025).

    Ia berpendapat, ormas dan organisasi keagamaan harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas dalam kaderisasi dan pembinaan di internal anggota.

    Menurutnya, pemerintah harus mengedukasi organisasi keagamaan tentang moderasi beragama dalam mendukung hidup berdampingan dalam kebhinekaan.

    Ia memberikan contoh dengan mempelajari agama secara komprehensif dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

    “Biasanya pemimpin ormasnya itu belajarnya hanya agama saja, ketika belajar agama, tidak paham kehidupan sekarang,” ungkap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga itu. 

    KLIK SELENGKAPNYA: Rocky Gerung Menilai Putusan Presiden Prabowo Pangkas Anggaran Perjalanan Dinas Demi Rakyat. Ia Menyinggung Hal itu Akibat Rencana Ugal-ugalan Jokowi.

    “Sebetulnya nggak bisa Al-Quran dan Hadis dipahami secara tekstual, seharusnya dipahami secara utuh, harus dipahami tujuan risalah Islam itu apa,” tambah Hamim.

    Sikap merasa paling benar, kata Hamim, yang mudah menyebabkan konflik antarumat beragama. 

    “Ketika yang dipelajari masa lalu, dan sekarang tidak relevan namun masih diyakini sebagai kebenaran mutlak, itu mungkin yang terjadi, mudah untuk membidahkan, mengkafirkan,” ujarnya.

    Lebih lanjut, organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan tidak hanya berperan sebagai wadah untuk kelompoknya saja, namun bisa bermanfaat antar sesama.

    Bisa dengan menyukseskan program pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa melalui pengkaderan anggota yang anti korupsi, dan memiliki kompetensi di bidangnya. 

    “Potensinya itu di bidang kesehatan terjun di bidang kesehatan, kalau kemudian potensinya itu di bidang sosial kemunusiaan, ya terjun di bidang itu,” kata Hamim.

    Hamim berharap dengan wawasan kebangsaan kuat dan pemahaman moderasi beragama luas, kolaborasi pemerintah dengan organisasi masyarakat mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab, aman dan damai.

    (TribunJakarta)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Hadiri Rakerwil PWNU Jatim, Khofifah Sebut Pendidikan Jadi Kunci Memutus Mata Rantai Kemiskinan

    Hadiri Rakerwil PWNU Jatim, Khofifah Sebut Pendidikan Jadi Kunci Memutus Mata Rantai Kemiskinan

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Ahsan Faradisi

    TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO – Gubernur Jatim Terpilih Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh elemen keluarga besar NU menyatukan semangat untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan mengambil peran di berbagai lini dan sektor khususnya pendidikan. 

    Ajakan itu disampaikan Khofifah saat hadir dalam Peringatan Hari Lahir Ke-102 Nahdlatul Ulama dan Rakerwil PWNU Jawa Timur di Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Jumat (25/1/2025). 

    Dalam kesempatan ini, Khofifah menyebutkan bahwa cita-cita mewujudkan Indonesia Emas 2045 sama halnya mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Dengan waktu kurang dari 20 tahun cita-cita ini harus diupayakan bersama agar segera terwujud. 

    “Kalau indikator Indonesia Emas itu Indonesia Maju, maka kemiskinan di Indonesia harus ditekan hingga tersisa hanya 2 persen. PR kita antara lain adalah memberantas kemiskinan,” tegas Khofifah.

    “Ketika ini kita jadikan plan of action bersama, maka untuk bisa menurunkan kemiskinan sebesar 8 persen dari 2025 ke 2045, artinya kita punya waktu selama 20 tahun untuk jadi 2 persen,” imbuh wanita yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini. 

    Padahal di sini lain, kondisi warga NU saat ini tergolong masih banyak yang masih kategori kurang mampu.  Maka upaya mengentaskan kemiskinan ini harus kita petakan bersama. Setelah kita memetakan bersama maka kita bisa berbagi tugas bersama,” tegasnya.

    Dalam upaya pengentasan kemiskinan, salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui peningkatan akses pendidikan. Baznas Jatim sudah mengambil peran dengan program satu keluarga satu sarjana.

    Pemprov Jatim pun juga telah mengambil peran senada. Dalam meningkatkan akses pendidikan, Pemprov Jatim dalam kepemimpinan Khofifah sebagai Gubernur di periode pertama, telah memberikan program beasiswa S1, S2, dan S3. 

    “Minggu ini kita baru saja pecah telor, tiga penerima beasiswa S3 kita baru saja sidang terbuka untuk meraih gelar doktor di UIN KHAS Jember. Akhir bulan ini akan ada 7 lagi ujian terbuka disertasi.  Bulan depan akan ada lagi. Dan hingga bulan Juni nanti Insya Allah  akan ada 35 doktor baru dari kalangan pesantren Jatim termasuk Ma’had Aly,” tegas Khofifah.

    Tidak hanya itu, pada bulan Maret 2025 nanti juga akan ada ulama muda dari kalangan santri Jatim yang akan rampung menyelesaikan studi dari Universitas Al Azhar Mesir. Mereka adalah para penerima beasiswa dari Pemerintah Provinsi Jatim. 

    “Semoga ini akan menjadi penguatan NU dimulai dari Jatim untuk menjemput Indonesia Emas 2045,” tandas Khofifah disambut tepukan riuh para tokoh dan ulama NU yang hadir.

    Di sisi lain, Khofifah juga menuturkan bahwa pihaknya tengah mencanangkan Jawa Timur sebagai gerbang baru nusantara. Dimana Jatim akan menjadi penyokong utama ekonomi bagi ibu kota negara yang kini berpindah ke Kalimantan Timur. 

    Hal ini dikatakan Khofifah bukan tanpa alasan. Sebab saat ini, dari 32 jalur tol laut di Indonesia Timur, sebanyak 27 diantaranya berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur. Selain itu, Jatim juga adalah 80 persen penyuplai logistik untuk kawasan Indonesa Timur. 

    “Itu artinya bahwa peran Jatim sebagai gerbang baru nusantara sudah nyata di depan mata,” tegasnya.

    Jatim dengan berbagai kekuatan dan keunggulannya kini siap merambah pasar global. Salah satunya adalah pasar durian premium black thorn. Jatim sebagai penghasil durian terbesar di Indonesia kini sedang dilirik Tiongkok untuk bisa memenuhi pasar durian berkualitas premium di negeri tirai bambu tersebut. 

    “Salah satu penghasil durian premium kita adalah Blitar. Dan ini sangat potensial untuk kita kembangkan bersama. Karena kontur tanah kita sangat mendukung dan ternyata resiko bertanam durian itu hanya satu yaitu cepat kaya kata pemilik  kebun durian kualitas premium  di Blitar,” tegasnya.

    “Kalau kita kembangkan bersama, Insya allah akan banyak warga NU yang jadi aghniya. Sehingga dakwah kita  akan lebih banyak  dakwah bil maal,” pungkas Khofifah.

    Di akhir acara, Khofifah menerima plakat emas dari Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin atas partisipasinya menyukseskan gelaran peringatan Hari Lahir NU yang ke-102 hari ini. 

  • Pastikan Pelayanan Hukum Optimal, UIN Saizu Monev Posbakum di Pengadilan Agama Tegal

    Pastikan Pelayanan Hukum Optimal, UIN Saizu Monev Posbakum di Pengadilan Agama Tegal

    TRIBUNJATENG.COM – Fakultas Syariah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto menggelar kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap pelaksanaan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan Agama Tegal, Kamis (23/1/2025).

    Kegiatan ini dipimpin langsung Dekan Fakultas Syariah UIN Saizu Purwokerto, Dr. Supani.

    Turut serta mendampingi Dekan Fakultas Syariah, Wakil Dekan I Dr. M. Iqbal Juliansyahzen, Wakil Dekan II Dr. Marwadi, dan sejumlah Dosen Fakultas Syariah.

    Kedatangan tim dari Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) UIN Saizu disambut hangat oleh Ketua Pengadilan Agama Tegal, Muhamad Jamil, beserta jajarannya.

    Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau pelaksanaan layanan Posbakum yang dikelola LKBH UIN Saizu sekaligus memastikan kualitas pelayanan hukum bagi masyarakat pencari keadilan di wilayah Tegal.

    Dr. Supani menyampaikan, apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin dengan Pengadilan Agama Tegal selama enam tahun terakhir.

    “Kehadiran Posbakum adalah wujud nyata komitmen kami dalam memberikan akses keadilan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka yang membutuhkan pendampingan hukum. Kami ingin memastikan layanan ini berjalan optimal sesuai standar yang ditetapkan,” ujarnya.

    Ketua Pengadilan Agama Tegal, Muhamad Jamil, juga menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif LKBH UIN Saizu dalam melakukan monitoring dan evaluasi. 

    “Kami sangat menghargai keberadaan Posbakum di pengadilan ini, karena perannya sangat membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan hukum, terutama di bidang hukum keluarga dan syariah. Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas,” ungkapnya.

    Proses monitoring dan evaluasi meliputi peninjauan langsung terhadap pelayanan Posbakum, wawancara dengan pengguna layanan, serta diskusi bersama antara pihak LKBH dan Pengadilan Agama Tegal.

    Hasil dari evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan hukum di masa mendatang.

    Kegiatan ini ditutup dengan sesi foto bersama antara tim LKBH UIN Saizu dan jajaran Pengadilan Agama Tegal sebagai simbol kolaborasi yang harmonis dan komitmen bersama dalam memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan bagi masyarakat.

    Melalui kegiatan ini, Fakultas Syariah UIN Saizu mempertegas perannya dalam mendukung akses hukum bagi masyarakat serta memastikan keberlanjutan pelayanan yang berkualitas di Posbakum. (*)

    UIN Saizu Maju, UIN Saizu Unggul!!!

    #uinsaizu #uinsaizupurwokerto #uinsaizumaju #uinsaizuunggul #kampushijau #purwokerto

  • Pastikan Pelaksanaan PPL Maksimal, Wakil Dekan II Fakultas Dakwah UIN Saizu Lakukan Monitoring

    Pastikan Pelaksanaan PPL Maksimal, Wakil Dekan II Fakultas Dakwah UIN Saizu Lakukan Monitoring

    TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO – Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Saintek UIN Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto, Dr Alief Budiyono melaksanakan monitoring program PPL, wilayah Semarang.

    Ini untuk memastikan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Periode 1 2025.

    Dr Alief Budiyono menyampaikan, sejumlah lokasi PPL yang dimonitor antara lain Hasanah Tour dan Travel KCU Semarang, Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Kota Semarang.

    “Monitoring dilakukan untuk mengidentifikasi kendala selama proses PPL, baik yang dialami oleh guru pamong maupun mahasiswa.”

    “Selain itu, kami juga memastikan bahwa pelaksanaan PPL berjalan sesuai dengan yang direncanakan,” jelasnya. 

    Sementara itu, Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah dan Saintek UIN Saizu Purwokerto, Ageng Widodo menjelaskan mengenai output dari program PPL ini.

    “Pelaksanaan PPL berlangsung hingga 16 Februari 2025.”

    “Tujuannya adalah menghasilkan output berupa publikasi jurnal ilmiah dan buku ber-ISBN,” ujarnya.

    Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerja sama antara mahasiswa, dosen pembimbing lapangan (DPL), guru pamong, dan pimpinan fakultas.

    PPL Periode 1 Tahun 2025 ini mengusung tema “Realize the Competitive, Creative, Innovative, and Character-Driven Human Resources”.

    Program ini berlangsung mulai 8 Januari hingga 16 Februari 2025.

    Monitoring yang dilakukan oleh pihak fakultas ini menjadi bagian penting dalam memastikan mahasiswa dapat menjalankan PPL secara optimal sekaligus mencapai target yang telah ditetapkan. (*)

  • Perlunya Kukuhkan Sinergi Ormas dan Pemerintah demi Jaga Keberagaman Indonesia

    Perlunya Kukuhkan Sinergi Ormas dan Pemerintah demi Jaga Keberagaman Indonesia

    Yogyakarta – Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hamim Ilyas mengungkapkan perlunya sinergi organisasi massa dan pemerintah demi menjaga keberagaman di Indonesia.

    Hamim mengungkapkan keprihatinannya atas sejumlah konflik antarormas yang kerap terjadi akhir-akhir ini. Ia menekankan pentingnya visi, misi, dan tujuan yang jelas dalam setiap ormas atau organisasi keagamaan, yang didukung oleh proses kaderisasi dan pembinaan internal.

    “Organisasi yang baik selalu melakukan kaderisasi dan pembinaan anggotanya agar tujuan yang ingin dicapai dapat berlangsung secara berkesinambungan,” ujar Hamim dalam sebuah acara di Yogyakarta, Rabu (22/1/2025).

    Sebagai negara yang kaya akan keragaman etnis, budaya, dan agama, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga keharmonisan antarumat beragama. Salah satu ancaman yang sering muncul adalah berkembangnya paham sektarian, yang dapat memicu perpecahan di tengah masyarakat. 

    Paham ini biasanya berakar pada sikap egois dan kurangnya toleransi terhadap perbedaan, yang akhirnya bisa berujung pada konflik dan tindak kekerasan.

    Oleh sebab itu, kolaborasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat (ormas) menjadi sangat penting dalam menjaga stabilitas sosial. Kerja sama ini diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai keberagaman di Indonesia dan toleransi di tengah masyarakat.

    Hamim juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam memberikan edukasi kepada ormas keagamaan terkait moderasi beragama. Hal ini dinilai mampu mendorong kehidupan bersama yang harmonis dalam kerangka kebhinekaan. 

    Salah satu caranya adalah dengan mendorong pemahaman agama yang menyeluruh dan relevan dengan perkembangan zaman, sehingga perbedaan pandangan (khilafiyah) tidak dipandang sebagai konflik, melainkan sebagai rahmat.

    “Para pemimpin ormas sering kali hanya belajar agama secara tekstual tanpa memahami konteks kehidupan masa kini. Padahal, Al-Qur’an dan Hadis perlu dipahami secara utuh untuk menangkap tujuan utama risalah Islam,” ungkap Hamim, yang juga dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

    Ia menambahkan bahwa keyakinan terhadap suatu kebenaran tidak seharusnya dianggap sebagai kebenaran mutlak. Sikap merasa paling benar inilah yang sering kali memicu konflik antarumat beragama.

    “Jika ajaran dari masa lalu yang tidak relevan dengan kondisi saat ini terus dianggap sebagai kebenaran mutlak, maka akan mudah muncul sikap seperti membidahkan atau mengafirkan pihak lain,” ujar penulis buku Fikih Akbar: Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatan Lil’alamin.

    Hamim menekankan bahwa pembinaan yang baik dapat membuat ormas dan organisasi keagamaan tidak hanya berfungsi sebagai wadah bagi anggotanya, tetapi juga memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Ormas juga diharapkan dapat mendukung program-program pemerintah, seperti pengentasan korupsi dan pengembangan kompetensi di berbagai bidang sesuai potensi masing-masing.

    “Jika ada potensi di bidang kesehatan, maka terjunlah di bidang kesehatan. Begitu pula jika potensinya di bidang sosial kemanusiaan, fokuslah di sana,” kata Hamim soal pentingnya keberagaman di Indonesia.

    Ia berharap bahwa dengan pemahaman kebangsaan yang kokoh dan wawasan moderasi beragama yang luas, kolaborasi antara pemerintah dan ormas dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang beradab, aman, dan damai.

  • Kunjungan Promosi Pendidikan Akademik UIN Saizu di Kedutaan Kazakhstan dan Bosnia-Herzegovina

    Kunjungan Promosi Pendidikan Akademik UIN Saizu di Kedutaan Kazakhstan dan Bosnia-Herzegovina

    TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO — Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto terus memperkuat posisinya di kancah internasional.

    Salah satu upaya yang dilakukan, dengan melakukan kunjungan promosi pendidikan dan kolaborasi akademik.

    Rektor UIN Saizu Purwokerto, Prof. Ridwan didampingi Direktur International Office (IO) UIN Saizu Purwokerto, Dr. Mohamad Sobirin melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Kazakhstan dan Bosnia-Herzegovina di Jakarta, pada hari Selasa (21/1/2025) kemarin.

    Kunjungan ke Kedutaan Besar Kazakhstan

    Kunjungan dimulai di Kedutaan Besar Kazakhstan dan diterima langsung Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia, Yang Mulia Serzhan Abdykarimov, bersama Deputi (Atase), Arnur Tanbay. Diskusi berlangsung mulai pukul 09.30 hingga menjelang waktu dhuhur.

    Pembahasan utama dalam pertemuan ini mencakup :

    1. Fasilitasi Kerjasama Akademik

    Rencana kolaborasi antara UIN Saizu Purwokerto dan Nur-Mubarak University di Kazakhstan dalam bentuk program pertukaran pelajar (exchange program).

    2. Penjaringan Mahasiswa Asing

    Strategi untuk menarik minat mahasiswa asal Kazakhstan agar melanjutkan studi di UIN Saizu Purwokerto.

    Kedua belah pihak sepakat untuk menjajaki langkah-langkah konkret, guna merealisasikan kerja sama tersebut, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan dan budaya di kedua negara.

    Kunjungan ke Kedutaan Besar Bosnia-Herzegovina

    Setelah dhuhur, delegasi UIN Saizu Purwokerto melanjutkan kunjungan ke Kedutaan Besar Bosnia-Herzegovina. Mereka disambut hangat Duta Besar Bosnia-Herzegovina untuk Indonesia, Yang Mulia Armin Limo.

    Diskusi di kedutaan ini juga mengangkat isu-isu strategis yang relevan, di antaranya:

    1. Penjaringan Mahasiswa Asing

    Upaya menarik mahasiswa asal Bosnia, yang merupakan bagian dari kawasan Eropa, untuk melanjutkan pendidikan di UIN Saizu Purwokerto.

    2. Kolaborasi Akademik

    Potensi kerja sama dengan University of Sarajevo, khususnya melalui Fakultas Islamic Studies, dalam bentuk pertukaran akademik.

    Kedua kunjungan ini merupakan langkah strategis UIN Saizu untuk memperluas jaringan dan meningkatkan daya saing internasional, sejalan dengan visi universitas sebagai pusat pendidikan Islam yang unggul dan mendunia. 

    Kunjungan pada hari berikutnya, tanggal 22-23 Januari rencananya akan ke Kedutaan Uzbekistan dan Kedutaan Turki, sesuai waktu yang telah disediakan dan disepakati bersama.

    UIN Saizu Maju, UIN Saizu Unggul!!!

    #uinsaizu #uinsaizupurwokerto #uinsaizumaju #uinsaizuunggul #purwokerto #kampushijau #purwokerto