Massa Tiba di Depan Gedung DPR RI, Mahasiswa Soraki DPR dan Polisi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam aksi bertajuk #RakyatTagihJanji tiba di depan gerbang utama Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025) siang.
Massa aksi berasal dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mereka datang dengan mengenakan almamater masing-masing setelah melakukan
long march
dari depan Gedung TVRI di Jalan Gerbang Pemuda sambil berorasi.
Setibanya di depan gerbang DPR, Ketua BEM UI 2025, Atan, langsung menaiki mobil komando dan berorasi menggunakan pengeras suara. Ia menuding DPR tidak pernah sungguh-sungguh mendengarkan aspirasi rakyat.
“Sorak
huuu
kepada mereka!” teriak Atan sambil menunjuk ke arah Gedung DPR. Seruan itu pun disambut riuh sorakan massa aksi.
Atan juga menyinggung tindakan represif aparat kepolisian yang mewarnai gelombang aksi mahasiswa sejak Agustus lalu.
Ia menyoroti jatuhnya korban jiwa akibat dugaan kekerasan aparat saat mengawal demonstrasi.
“Sorak
huuu
kepada mereka yang berbaju cokelat di belakang!” katanya sambil menunjuk ke arah barisan polisi yang berjaga.
Sorakan mahasiswa kemudian semakin memanas. Sejumlah massa meneriakkan kecaman langsung ke arah aparat.
“Huuu! Pembunuh rakyat!” teriak mereka serentak.
Sebelumnya, BEM UI telah mengumumkan rencana aksi pada 9 September 2025 bertajuk #RakyatTagihJanji.
Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI 2025, Bima Surya, menyebutkan aksi ini diikuti sekitar 500 mahasiswa dari UI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Massa menuntut pemerintah memenuhi 17+8 Tuntutan Rakyat yang sebelumnya telah melewati tenggat waktu pada Jumat (5/9/2025).
Pantauan di lapangan, kondisi lalu lintas di kawasan Senayan terpantau padat. Antrean kendaraan mengular dari Jalan Gerbang Pemuda hingga Jalan Tentara Pelajar.
Klakson kendaraan bersahut-sahutan karena laju terhambat. Meski demikian, arus lalu lintas masih bisa bergerak dengan pengaturan dari aparat kepolisian.
Hingga pukul 14.50 WIB, massa aksi masih berorasi dan mengibarkan bendera di depan gerbang utama DPR RI.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Institusi: UIN
-

Pemerintah Diminta Tetapkan Standar Kesejahteraan Guru
JAKARTA – Akademisi UMY, Endro Dwi Hatmanto menilai, pernyataan kontroversial Menteri Agama Nasaruddin Umar terkait kesejahteraan guru semakin membuka persoalan kesejahteraan guru yang selama ini terjadi di Indonesia.
Hal inilah yang membuat pernyataan menag yang semula bermaksud menekankan spirit pengabdian justru menimbulkan kesan seperti merendahkan profesi para guru di Indonesia.
“Mungkin maksud beliau ingin menekankan sisi pengabdian guru, tapi kalimatnya justru menyinggung banyak pihak,” ungkapnya, Jumat 5 September 2025.
Meski demikian, Endro melihat ada sisi realitas yang seharusnya tidak diabaikan. Sebab, pernyataan menag itu seolah-olah menjadi alarm bahwa kondisi guru, khususnya yang honorer, masih jauh dari sejahtera.
Menurut dia, masalah kesejahteraan guru tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan individual atau pilihan profesi orang per orang. Tetapi mencerminkan kebijakan negara yang belum sepenuhnya berpihak.
“Kalau pemerintah sungguh-sungguh ingin menghargai guru, mestinya ada komitmen nyata. Guru harus ditempatkan sebagai prioritas. Karena tanpa mereka, kualitas pendidikan mustahil bisa ditingkatkan,” imbuhnya.
Dia berharap pemerintah pusat bisa menetapkan standar kesejahteraan guru sebagai suatu standar nasional yang mesti menjadi acuan bagi seluruh daerah.
Terlebih, di banyak daerah, kesenjangan antara guru yang aparatur sipil negara (ASN) dan yang honorer begitu jelas. Yang satu memperoleh tunjangan profesi, sedangkan yang lain kerap terpaksa bertahan hidup dengan gaji yang jauh di bawah kelayakan.
“Tidak adil jika persoalan ini hanya diserahkan ke daerah atau sekolah. Pemerintah pusat perlu membuat standar kesejahteraan nasional. Dengan begitu, profesi guru tidak lagi dipandang sebagai pilihan pasrah, melainkan profesi yang benar-benar dihargai,” tegas Endro.
Sebelumnya, pernyataan Menag Nasaruddin Umar saat berpidato dalam pembukaan acara Pendidikan Profesi Guru (PPG) di UIN Syarif Hidayatullah, Rabu 3 September lalu menuai kritikan. Sebab, dalam pidatonya, menag sempat menyatakan bila ingin mencari uang jangan menjadi guru tapi harus menjadi pedagang.
Tak ingin berlarut-larut, menag menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf terkait potongan video pernyataannya yang sempat menimbulkan tafsir berbeda mengenai profesi guru.
“Saya menyadari bahwa potongan pernyataan saya tentang guru menimbulkan tafsir yang kurang tepat dan melukai perasaan sebagian guru. Untuk itu, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada niat sedikit pun bagi saya untuk merendahkan profesi guru. Justru sebaliknya, saya ingin menegaskan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia, karena dengan ketulusan hati merekalah generasi bangsa ditempa,” katanya seperti dilansir akun media sosial Kementerian Agama.
Menag menegaskan bahwa dirinya pun merupakan seorang guru yang mengabdi puluhan tahun.
Karena itu, dia memahami di balik kemuliaan profesinya, guru tetap manusia yang membutuhkan kesejahteraan yang layak.
-

Istighosah Kebangsaan, Gus Qowim: Kota Kediri Rumah Bersama yang Harus Dijaga
Kediri (beritajatim.com) – Wakil Wali Kota Kediri Qowimuddin memimpin Istighosah dan Doa Bersama, bertajuk Istighosah Kebangsaan : Menjaga Kota Kediri, Merawat Indonesia. Kegiatan ini diinisiasi oleh Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) Koordinator Kediri dan DPW II FORSIMA PAI se-Indonesia. Istighosah dan Doa Bersama berlangsung di Aula Masjid Agung, Kamis (04/09/2025).
“Saya atas nama Pemkot Kediri menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada panitia telah menginisiasi kegiatan malam ini. Inisiatif ini adalah teladan yang patut dicontoh bahwa dalam menghadapi ujian dan tantangan kita kembali mendekat kepada Allah, memohon ampunan, bimbingan dan petunjuk. Melalui doa bersama ini menjadi bentuk ikhtiar kita merawat kembali kedamaian dan rasa persaudaraan di Kota Kediri,” ujarnya.
Gus Qowim mengungkapkan bahwa perisitiwa beberapa hari terakhir di Kota Kediri membuat prihatin semua pihak. Demonstrasi yang berujung kericuhan mengakibatkan terbakarnya gedung dan penjarahan aset pemerintah. Peristiwa ini juga memberi pelajaran berharga. Aspirasi dan perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam kehidupan berdemokrasi. Namun cara menyampaikannya harus tetap dalam koridor yang damai, bermartabat, dan tidak merugikan masyarakat luas.
“Pada kesempatan ini ada banyak Ketua Lembaga Legislatif Mahasiswa se-Kediri hadir. Saya menitip pesan bahwa mahasiswa adalah bagian penting dari perjalanan bangsa, agen perubahan sekaligus penjaga nurani masyarakat. Mari tunjukkan bahwa mahasiswa Kediri mampu menjadi teladan dalam berdialog, bermusyawarah, dan menjaga kondusifitas kota yang kita cintai bersama,” ungkapnya.
Kota Kediri adalah rumah bersama. Sebuah kota dengan keberagaman yang tinggi. Berbagai suku, agama, dan ras hidup berdampingan dengan rukun. Ini bukan sekedar narasi, namun sudah tercermin dari capaian Indeks Kota Toleran. Dimana Kota Kediri berada di peringkat kedelapan nasional. Prestasi ini menujukkan bahwa Kota Kediri sudah berada di jalur yang benar. Tinggal bagaimana seluruh pihak terus merawat, menumbuhkan rasa memiliki, terutama pada generasi muda.
“Insyaa Allah dengan kebersamaan seluruh elemen masyarakat, tokoh agama, mahasiswa, pemuda dan pemerintah kita bisa menjaga Kota Kediri tetap aman, tentram dan kondusif. Mari kita jaga ini benar-benar sebagai kota yang MAPAN dan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur,” jelas Gus Qowim.
Ketua DPRD Kota Kediri Firdaus mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya acara ini menjadi salah satu wadah untuk duduk bersama antara mahasiswa dan DPRD. Dimana malam ini tujuannya untuk doa bersama. Di lain waktu, mahasiswa boleh audiensi bersama DPRD untuk menyampaikan pendapat, masukan, gagasan kepada legislatif. DPRD terbuka menerima pendapat dari masyarakat, termasuk mahasiswa. “Kalian semua punya kontribusi sebagai agen perubahan berdasar ilmu yang kalian terima. Silahkan disampaikan kepada kami. Apabila memungkinkan pendapat dan masukan kalian bisa menjadikan perubahan,” ujarnya.
Turut hadir, perwakilan Kodim 0809, perwakilan Polres Kediri Kota, perwakilan Bakesbangpol, Rektor UIN Syekh Wasil Wahidul Anam, Ketua FKUB Moh. Salim, Perwakilan Organisasi Kepemudaan, Seluruh Ketua Lembaga Legislatif Mahasiswa, Ketua Organisasi Ekstra Kampus se-Kota Kediri dan tamu undangan lainnya.[nm/aje]
-

Rektor UIN KHAS Jember: Aksi Mahasiswa Beda dengan Perusuh
Jember (beritajatim.com) – Hepni, Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menegaskan perbedaan aksi mahasiswa dengan perusuh dalam sejumlah unjuk rasa yang memprotes kebijakan pemerintah.
“Cara mahasiswa adalah cara yang elegan. Cara mahasiswa adalah cara yang anggun dan berkelas. Mereka beda dengan perusuh, penjarah, dan lain sebagainya,” kata Hepni, Kamis (4/9/2025).
Menurut Hepni, keterlibatan mahasiswa, termasuk mahasiswa UIN KHAS, dalam aksi unjuk rasa adalah solidaritas untuk kemanusiaan, keadilan, dan kedamaian. “Tentu dengan cara-cara yang santun, jauh dari anarkis dan lain sebagainya,” katanya.
Hepni mengingatkan kembali problem awal yang memicu aksi mahasiswa. “Diawali kenaikan tunjangan atau gaji anggota DPR. Di tengah masyarakat yang kesulitan ekonomi kok ada kejadian yang kontras. Tuntutannya jelas adalah bagaimana membatalkan keputusan itu,” katanya.
Hepni berharap aksi-aksi unjuk rasa mahasiswa ditangani dengan santun dan profesional. “Sehingga tidak ada korban yang dirugikan,” katanya.
Lebih dari itu, Hepni berharap sejumlah aksi unjuk rasa dan kerusuhan di tanah air akhir-akhir ini bisa menjadi pembelajaran. “Dengan terjadinya peristiwa ini, semua orang bisa berkontemplasi, bisa melakukan perenungan untuk perbaikan diri. Jadi kalau ini dianggap sebagai bencana sosial atau bencana politik, maka di balik bencana itu pasti ada rencana (Tuhan),” katanya.
“Untuk menjadi negara besar memang harus melalui berbagai ujian berat. Salah satunya peristiwa akhir-akhir ini. Kalau Indonesia mampu melewati itu maka akan terwujud Indonesia yang bermartabat, Indonesia yang besar. Jadi kita ambil hikmahnya,” kata Hepni. [wir]
-
/data/photo/2025/09/03/68b7b9146974f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Menag: PPG 2025 Habiskan Anggaran Rp 165 Miliar Nasional 3 September 2025
Menag: PPG 2025 Habiskan Anggaran Rp 165 Miliar
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menyampaikan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025 menghabiskan anggaran negara mencapai Rp 165 miliar.
Nasaruddin menuturkan, peserta PPG 2025 mencapai 206.411, meningkat 700 persen dari tahun 2024 yang hanya berhasil melakukan sertifikasi sebanyak 29.933 guru.
“Ini 700 persen dengan menghabiskan anggaran Rp 165 miliar. Angka Rp 165 miliar ini tidak sedikit dalam era efisiensi seperti ini,” ucap Nasaruddin, di Kampus UIN Jakarta, Tangerang Selatan, Rabu (3/9/2025).
Anggaran tersebut dipergunakan untuk sertifikasi para guru, yang menjadi elemen penting dalam mengembangkan suatu bangsa melalui pendidikan.
“Tentu kita tidak hanya ingin melihat kuantitas begitu banyaknya guru yang tersertifikasi, tapi kita ingin melihat kuantitas ini berbanding lurus dengan kualitas guru-guru itu,” ucap dia.
Dari total 206.411 peserta PPG tersebut, Kemenag berhasil menuntaskan sertifikasi 91.028 Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam jabatan di sekolah.
“Artinya, pada tahun ini seluruh guru PAI sekolah resmi bersertifikat, capaian bersejarah pertama kali dalam perjalanan PPG Kemenag,” kata Menag.
Selain guru PAI, sertifikasi juga diberikan kepada guru lintas agama dan madrasah, meliputi 10.848 guru Pendidikan Agama Kristen, 5.558 guru Pendidikan Agama Katolik, 3.771 guru Pendidikan Agama Hindu, 530 guru Pendidikan Agama Buddha, serta 94.736 guru madrasah.
“Pencapaian ini sejalan dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terkait pembangunan SDM unggul, serta Asta Protas Kemenag untuk mewujudkan pendidikan ramah, unggul, dan terintegrasi,” imbuh dia.
Untuk mewujudkan Asta Cita, kata Nasaruddin, guru yang profesional harus memiliki empat kriteria.
Pertama adalah
learning how to learn
.
“Kemudian
learning how to teach
, bagaimana guru harus mampu mendidik muridnya belajar. Ketiga adalah
teach how to learn
, mengajar bagaimana belajar. Terakhir
teaching how to teach
, mengajarkan bagaimana seharusnya mengajar yang baik,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/09/09/68bfe46870302.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5220657/original/051264800_1747288189-f74e327b-a827-471b-8447-d781aade73d4.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



