Institusi: UIN Alauddin Makassar

  • Heboh Temuan Uang Palsu UIN Makassar, BI Buka Suara

    Heboh Temuan Uang Palsu UIN Makassar, BI Buka Suara

    Jakarta

    Viral di media sosial uang palsu produksi UIN Alauddin Makassar sulit dibedakan dengan yang asli. Dalam foto yang beredar uang rupiah Rp 50.000 juga memiliki tanda air atau watermark yang persis dengan uang asli.

    Merespon hal tersebut, Bank Indonesia (BI) buka suara. Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim mengatakan pihaknya belum menerima permintaan klarifikasi terkait uang palsu tersebut.

    “Terhadap penemuan uang palsu di UIN Makassar sejauh ini BI belum menerima permintaan klarifikasi uang palsu, sehingga kami belum dapat menentukan kualitas uang palsu tersebut,” kata dia kepada detikcom, Selasa (24/12/2024).

    Namun, Marlison menegaskan viralnya uang palsu yang dapat terbaca sinar ultraviolet itu, bukan uang asli. Karena memang tidak memiliki ciri keaslian.

    “Menanggapi video yang beredar di masyarakat tentang uang yang diragukan keasliannya memendar warna biru saat dikenakan sinar UV, uang tersebut dapat dipastikan bukan merupakan uang Rupiah karena tidak memiliki ciri keaslian uang Rupiah sebagaimana penjelasan tersebut di atas,” ungkapnya.

    Dia menjelaskan fitur unsur pengaman rupiah secara umum terbagi ke dalam dua jenis. Pertama unsur pengaman yang dapat langsung diidentifikasi oleh alat indera manusia dengan cara Dilihat, Diraba, dan Diterawang (3D). Kedua, unsur pengaman yang dapat diidentifikasi menggunakan alat bantu seperti lampu Ultra Violet (UV) atau kaca pembesar.

    “Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 24/9/PBI/2022 tanggal 15 Agustus 2022 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 50.000 Tahun Emisi (TE) 2022, secara jelas disebutkan pada Pasal 5.(2).h dan Pasal 6.(2).g, bahwa pada saat didekatkan dengan sinar UV, uang Rupiah asli akan memendar dalam beberapa warna dan menampilkan motif/ornamen tertentu,” tulisnya.

    Dia mencontohkan, saat didekatkan sinar UV, pada sisi depan uang Rupiah pecahan Rp 50.000 TE 2022, maka akan terlihat gambar bunga Jepun Bali, tanda tangan Gubernur Bank Indonesia beserta tulisan “GUBERNUR BANK INDONESIA” dan tanda tangan Menteri Keuangan Republik Indonesia beserta tulisan “MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA”.

    Selain itu ada juga gambar motif khas Indonesia, gambar wilayah NKRI, ornamen geometris berupa lingkaran kecil, dan ambar bunga jepun bali yang di dalamnya berisi logo Bank Indonesia yang akan berubah warna dan memiliki efek gerak dinamis jika dilihat dari sudut pandang berbeda.

    “Pada sisi belakang uang Rupiah pecahan Rp 50.000 TE 2022, saat didekatkan dengan sinar UV, maka akan terlihat bunga jepun bali, bidang persegi panjang yang berisi tulisan “BI”, angka nominal “50000”, dan tulisan “BANK INDONESIA”,” terangnya.

    Lebih lanjut, dalam upaya BI memperkuat aspek keamanan dalam Uang TE 2022 di antaranya melalui benang pengaman pada pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 yang menggunakan teknologi terbaru yaitu microlenses. Benang pengaman berteknologi microlenses memiliki dynamic effect movement yang striking dan tampak jelas jika uang diletakkan pada cahaya redup.

    “Selain itu, gambar bunga pada uang Rp 100.000 dan Rp 50.000 TE 2022 pun telah dicetak menggunakan teknologi Optically Variable Magnetic Ink (OVMI) yg dapat berubah warna (colour shifting) jika dilihat dari sudut tertentu, sehingga menambah keamanan dan semakin sulit dipalsukan,” ungkapnya.

    BI mengimbau, untuk meminimalisir risiko memperoleh uang palsu, masyarakat diharapkan senantiasa melakukan identifikasi keaslian uang Rupiah melalui cara Dilihat, Diraba, dan Diterawang (3D) atau menggunakan alat bantu seperti UV atas ciri keaslian uang Rupiah mengacu ke situs resmi Bank Indonesia.

    “Membedakan ciri keaslian uang Rupiah Rp 50.000 TE 2022 dengan yang tidak asli dapat mengacu pada ciri keaslian di (PBI) No. 24/9/PBI/2022 tanggal 15 Agustus 2022 di atas. Dalam hal masyarakat memiliki uang Rupiah yang diragukan keasliannya, masyarakat dapat melakukan pengecekan kepada bank umum terdekat atau meminta klarifikasi keaslian Rupiah di kantor Bank Indonesia terdekat,” ucapnya.

    Bank Indonesia juga menghimbau masyarakat bahwa pemalsuan Rupiah merupakan tindakan yang melanggar hukum dan dapat dikenakan ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

    Sebagai informasi, belakangan ramai sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar terbongkar setelah 14 tahun beroperasi. Perkara ini melibatkan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim (AI) sebagai otak sindikat uang palsu yang diproduksi dalam kampus di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    Operasi percetakan dan peredaran uang palsu di UIN Alauddin Makassar tersebut ternyata dimulai sejak 2010. Perkara ini terkuak usai polisi menangkap total 17 pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2024.

    “Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dimulai dari Juni 2010, udah lama ini. Kemudian lanjut 2011 sampai dengan 2012,” kata Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan saat konferensi pers di Mapolres Gowa, dikutip dari detikSulsel, (19/12/2024).

    Yudhiawan menjelaskan, rencana produksi uang palsu itu sempat terhenti. Para pelaku sibuk mempersiapkan perencanaannya dengan matang hingga kembali memulai pada 2022.

    Lihat Video: 2 ASN Pemprov Sulbar Terlibat Kasus Sindikat Uang Palsu UIN Makassar

    (ada/kil)

  • Ongkos Produksi Uang Palsu Rp100 Ribu hanya Rp56 Ribu, Polisi: Pecahan Kecil Tak Dicetak, Tak Untung – Halaman all

    Ongkos Produksi Uang Palsu Rp100 Ribu hanya Rp56 Ribu, Polisi: Pecahan Kecil Tak Dicetak, Tak Untung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polisi bongkar biaya produksi uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

    Diketahui, 17 orang sudah ditangkap dan dijadikan tersangka.

    Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan, dari hasil pemeriksaan pelaku, untuk produksi satu lembar uang palsu nominal Rp100 ribu, biaya operasionalnya adalah Rp56 ribu.

    “Ini berdasarkan pengakuan pelaku,” ujar AKBP Reonald di Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Jumat (20/12/2024).

    Hal tersebut juga menjawab mengapa uang yang dipalsukan hanya pecahan Rp100 ribu saja.

    Pecahan kecil, ujar Reonald, tidak menguntungkan karena modalnya tak sebanding dengan hasil yang diperoleh.

    “Pecahan lebih kecil dianggap tidak menguntungkan karena modalnya tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan,” katanya.

    Selain itu, Reonald memastikan telah menarik uang palsu yang dicetak di Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar dari peredaran.

    Ia pun meminta masyarakat untuk tidak resah dan menjamin penyidikan akan berjalan profesional.

    “Sesuai keterangan para tersangka, kemana aliran uang itu sudah dikejar, sudah kami tarik,” katanya.

    Reonald juga mengimbau masyarakat, apabila menemukan atau mencurigai uang palsu, untuk segera dilaporkan ke kantor polisi atau ke bank.

    “Uang tersebut akan kami tindak lanjuti untuk mencegah penyebaran lebih lanjut,” tegasnya.

    Reonald menambahkan, motif pelaku membuat dan mengedarkan uang palsu adalah karena ingin mendapatkan uang dalam jumlah besar.

    “Khilaf. Katanya ingin mendapatkan uang dalam jumlah besar secara instan,” ujarnya.

    Nasib Tersangka

    Diketahui, ada 17 tersangka yang kini telah diringkus jajaran Polres Gowa terkait peredaran uang palsu yang dicetak di Kampus 2 UIN Alauddin Makassar.

    Pihak kepolisian juga menuturkan bahwa tak menutup kemungkinan tersangka akan bertambah.

    Kapolda Sulawesi Sulawesi Selatan, Irjen Yudiawan menuturkan bahwa tersangka dijerat Pasal 36 dan Pasal 37 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Mata Uang lalu Pasal 35 ayat 1, 2, dan 3 UU Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). 

    “Untuk para tersangka ini kami jerat dengan undang-undang TPPU, yakni Pasal 36 dan Pasal 37 tentang mata uang,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

    Para tersangka pemalsu uang ini dijerat paling ringan penjara 10 tahun hingga seumur hidup.

    “Hukuman minimal paling lama sepuluh tahun hingga seumur hidup ini untuk tersangka utama,” tambahnya.

    Sebelumnya diwartakan, uang palsu yang dicetak ini disebut canggih oleh Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak.

    Ia menuturkan bahwa mesin cetak yang disita juga canggih.

    Reonald menuturkan, uang palsu yang dicetak dalam pecahan seratus ribu rupiah ini sulit terdeteksi alat X-Ray.

    “Pengembangan ini kami harus melibatkan beberapa bank karena uang palsu yang dicetak terbilang canggih,”

    “Kami juga harus bekerja sama dengan salah satu kampus negeri di Kabupaten Gowa, sebab uang palsu ini diproduksi di dalam kampus,” jelas Reonald Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com.

    Meski begitu, Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Sulsel, Edy Kristianto menjelaskan bahwa uang palsu tersebut tak bisa masuk ke mesin ATM.

    Mengutip Tribun-Timur.com, dalam mesin ATM terdapat sensor khusus yang akan otomatis menolak uang palsu.

    “Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukin (uang palsu) karena selain kontrol manusia juga ada kontrol sensor jadi ketolak,” jelasnya.

    Ia menegaskan, pihak BI akan bekerja maksimal untuk ikut membantu menangani kasus peredaran uang palsu ini.

    Diketahui, pihak kepolisian telah menangkap 17 tersangka kasus peredaran uang palsu ini.

    17 tersangka ini diringkus di lokasi berbeda, di antaranya Gowa, Makassar, Wajo, Mamuju Sulawesi Barat.

    Selain itu, masih ada tiga orang lagi yang kini buron.

    Tiga orang tersebut pun masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena diduga kuat ikut terlibat dalam kasus ini.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Terungkap Biaya Produksi per Lembar Uang Palsu UIN, Andi Ibrahim cs Hanya Palsukan Uang Rp 100 Ribu

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(Tribun-Timur.com, Hasriyani Latif)(Kompas.com, Abdul Haq)

  • Cara Deteksi Uang Palsu, Pakai HP Juga Bisa

    Cara Deteksi Uang Palsu, Pakai HP Juga Bisa

    Jakarta

    Warga di Sulawesi Selatan geger. Sebab, kampus UIN Alauddin Makassar dijadikan ‘pabrik’ uang palsu. Aksi ini dilakukan oleh Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahin (AI) dan sindikatnya. Mereka membeli mesin pencetak uang palsu senilai Rp 600 juta.

    Dari pemberitaan yang ada, masyarakat mulai melapor menerima uang palsu. Kepada detikINET, pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya menjelaskan bahwa sebenarnya mudah untuk mendeteksi sebuah uang apakah asli atau tidak.

    “Pada prinsipnya uang palsu mudah dideteksi dengan teknik sederhana 3D, dilihat, diraba dan diterawang. Uang asli memiliki tekstur dan timbul dan hal ini sangat sulit dipalsukan, menerawang uang palsu juga bisa mengidentifkasi uang palsu yang juga akan kesulitan meniru uang asli yang jika diterawang akan memberikan bayangan atau gambaran tertentu,” kata Alfons melalui pesan singkat, Senin (23/12/2024).

    “Hal ini bisa dilakukan dengan menerawang ke sinar matahari, atau kalau sulit menggunakan lampu flash ponsel,” imbuhnya.

    Yang sering terjadi, masyarakat yang menerima uang palsu terkadang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan teknik 3D baik karena terburu-buru dan akan memperlambat layanan jika harus melakukan 3D setiap kali menerima uang. Apalagi jika uang yang diterima atau digunakan ada dalam jumlah besar. Karena itu, Alfons menyarankan untuk menyerahkan uang kepada petugas bank atau menerima dalam bentuk elektronik maupun transfer.

    Pada September 2024, mesin cetak uang palsu diangkut di dalam kampus UIN Alauddin Makassar di Kabupaten Gowa. Mesin cetak dimaksukkan ke dalam kampus atas keterlibatan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Andi membeli mesin pencetak uang palsu seharga Rp 600 juta.

    Uang palsu itu awalnya diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar. Saat itu, proses pencetakan uang palsu ini masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil.

    “Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya, namun alat itu dipesan dari China,” ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T Simanjuntak saat konferensi pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19/12/2024).

    (ask/afr)

  • Heboh ‘Pabrik’ Uang Palsu di UIN, Bisakah ATM Deteksi?

    Heboh ‘Pabrik’ Uang Palsu di UIN, Bisakah ATM Deteksi?

    Jakarta

    Heboh kampus UIN Alauddin Makassar dijadikan ‘pabrik’ uang palsu. Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahin (AI) dan sindikatnya membeli mesin pencetak uang palsu Rp 600 juta.

    Karena itu, warga Sulawesi Selatan pun heboh. Beberapa mulai sadar bahwa sebagian uang yang mereka punya diduga uang palsu. Bahkan ada yang menyebut mendapatkannya dari mesin ATM (anjungan tunai mandiri).

    Tapi, apakah teknologi yang ATM punya tidak dapat membedakan uang palsu dan asli?

    “Secara umum ATM modern sudah memiliki kemampuan mendeteksi uang palsu. Khususnya ATM penerima setoran tunai yang akan menggunakan teknologi khusus seperti mendeteksi ukuran uang, menggunakan teknologi ultra violet, jenis tinta khusus, sensor infra merah dan aplikasi khusus pemindai uang. Dan semua proses ini terjadi dalam bilangan mikro detik,” jelas pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan kepada detikINET.

    Alfons mengatakan kemungkinan menerima uang palsu dari ATM sangat kecil. Itu dikarenakan fitur-fitur yang dapat mengidentifikasi semua aspek yang telah disebutkan di atas.

    Mengenai kasus pembuatan uang palsu di UIN, Alfons sangat prihatin karena kasus ini melibatkan oknum yang bekerja di bank. Hal ini membuat uang palsu yang dihasilkan dapat secara diam-diam diedarkan melalui bank tempat oknum tersebut bekerja.

    “Jadi, modus yang harus diwaspadai adalah oknum tersebut membeli uang palsu tersebut dan mencampurkannya ke dalam uang asli disebarkan ketika masyarakat menarik uang dari bank. Hal ini akan sangat efektif menyebarkan uang palsu tersebut dan sulit dideteksi dan akan menimbulkan kekacauan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap uang yang beredar,” pendapatnya.

    Selain mengakibatkan kekacauan ekonomi karena uang palsu yang beredar, kasus ini tentu menyebabkan ketidakseimbangan uang yang beredar dimasyarakat, di luar kontrol pemerintah.

    Melansir detikSulsel, seorang warga sebelumnya mengaku menarik uang Rp 300.000 dengan pecahan Rp 100.000 yang diduga palsu dari salah satu ATM di Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pihak kepolisian kini tengah menyelidiki kasus tersebut.

    “Betul, jadi kami dapat informasi ada warga yang mendapatkan tiga lembar uang Rp 100 ribu yang diduga palsu di salah satu ATM dan saat ini untuk hal tersebut masih kami lakukan penyelidikan,” ujar Kapolres Maros, AKBP Douglas Mahendrajaya, kepada wartawan, pada Senin (23/12/2024).

    Kejadian tersebut diungkapkan seorang pria bernama AM (25) usai menarik uang di ATM wilayah Balai Penelitian Jagung dan Sereal (Balitjas), Kecamatan Lau, Maros pada hari Sabtu (21/12). Douglas mengatakan, polisi telah dikerahkan untuk menemui AM, dan mengamankan sementara barang bukti uang yang disebutnya palsu.

    (ask/afr)

  • Geger ‘Pabrik’ Uang Palsu di Kampus UIN, Pakar: Tak Akan Sempurna

    Geger ‘Pabrik’ Uang Palsu di Kampus UIN, Pakar: Tak Akan Sempurna

    Jakarta

    Heboh Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim menjadikan kampus sebagai ‘pabrik’ uang palsu. Padahal, pakar sebut mustahil untuk buat uang palsu secara ‘sempurna’, karena pasti akan selalu ada celah yang bisa diamati.

    Pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan kepada detikINET bahwa sulit untuk membuat uang palsu yang persis bank. Terlepas dari secanggih apapun alat dan teknologi pembuatannya.

    “Iya betul (pasti ada celah untuk ketahuan — red), hal ini terjadi karena bahan pembuatan uang asli seperti kertas khusus, tinta dan benang identifikasi uang palsu tidak dijual bebas dan sangat sulit ditiru. Dengan catatan kalau kedua uang kertas yang asli dan palsu dibandingkan langsung, apalagi menggunakan kaca pembesar atau orang yang ahli dan terbiasa memegang uang seperti teller bank,” kata Alfons.

    Tekstur uang yang timbul pun membuat uang sangat sulit untuk diikuti oleh percetakan biasa.

    “Sebenarnya untuk membuat uang palsu yang sempurna sangat sulit dan kalau diteliti meskipun sudah menggunakan mesin cetak uang palsu yang canggih akan bisa terlihat karena bahan pembuat uang asli tidak dijual bebas seperti kertas dan tinta pencetakan,” jabarnya.

    Selain itu, ada ‘kelas’ dari pabrik uang palsu yang tentunya memengaruhi hasil uang tiruan. Menurut penjabaran Alfons, pembuat uang palsu ada yang menggunakan teknologi yang paling mudah ditemui seperti scanner dan printer konvensional. Tapi, ada juga yang sampai ‘niat’ menggunakan teknologi dan mesin canggih seperti mesin cetak uang.

    “Biasanya didapatkan dari China,” tambahnya.

    Sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar sudah beroperasi Oktober 2022. Produksi uang palsu tersebut dimulai tahun ini dengan komunikasi para tersangka lewat WhatsApp Group.

    Pada September 2024, mesin cetak uang palsu diangkut di dalam kampus UIN Alauddin Makassar di Kabupaten Gowa. Mesin cetak dimaksukkan ke dalam kampus atas keterlibatan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim (AI). Andi membeli mesin pencetak uang palsu seharga Rp 600 juta.

    Uang palsu itu awalnya diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar. Saat itu, proses pencetakan uang palsu ini masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil.

    “Atas nama AS, itu di Jalan Sunu, Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka memesan alat yang lebih besar senilai Rp 600 juta mereka beli di Surabaya, namun alat itu dipesan dari China,” ujar Kapolres Gowa AKBP Rheonald T Simanjuntak saat konferensi pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19/12/2024).

    (ask/ask)

  • Warga Gowa Diingatkan Ciri Uang Asli, BI Sulsel Temukan Uang Palsu di Lapangan

    Warga Gowa Diingatkan Ciri Uang Asli, BI Sulsel Temukan Uang Palsu di Lapangan

    FAJAR.CO.ID, GOWA – Saat menggelar sosialisasi keaslian uang rupiah di Pasar Minasa Upa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, BI Perwakilan Sulsel menemukan uang palsu.

    Langkah ini dilakukan BI sebagai respons atas meningkatnya kekhawatiran masyarakat terkait peredaran uang palsu, terutama setelah terbongkarnya pabrik pembuatan uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar.

    Muslimin, Administrator Perkasa Bank Indonesia, mengatakan, pihaknya memilih terjun langsung ke lapangan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai tanda-tanda keaslian uang rupiah.

    “Kami hari ini berada di Pasar Minasa Maupa untuk mensosialisasikan keaslian uang rupiah langsung kepada masyarakat,” ujar Muslimin kepada awak media, Senin (23/12/2024).

    Hal tak terduga didapatkan Muslimin ketika memberikan penerangan kepada pengunjung dan pedagang.

    Salah seorang pedagang ternyata mendapatkan uang palsu lalu meminta penjelasan kepada Muslimin dan pihaknya mengenai uang tersebut. Uang palsu uang ditemukan itu merupakan pecahan Rp100 ribu.

    “Setelah kita klarifikasi, uang tersebut ternyata uang palsu dan memang sudah benar, uang yang diragukan keasliannya itu harus memang diklarifikasi bank Indonesia,” tukasnya.

    Dikatakan Muslimin, cara mengenali asli atau tidaknya uang rupiah terbilang mudah. Minimal memperhatikan warna dari lembaran uang.

    “Kalau dilihat warnanya, uang palsu cenderung buram dan tidak menyerupai warna asli rupiah. Tanpa alat bantu sekalipun, uang palsu sudah bisa dikenali,” terangnya.

    Kata Muslimin, selain warna yang perlu diperhatikan, tinta pada uang palsu tidak secerah tinta pada yang asli.

  • Cara Cek Uang Palsu Jangan Dibelah, Bank Indonesia Pastikan Tidak Bisa Masuk ke ATM

    Cara Cek Uang Palsu Jangan Dibelah, Bank Indonesia Pastikan Tidak Bisa Masuk ke ATM

    TRIBUNJATENG.COM – Cara cek uang palsu yang kini tengah heboh dicetak kampus UIN Alauddin Makassar.

    Beredar video viral mengenai cara mengetahui apakah uang tersebut palsu atau tidak yakni dengan cara membelah bagian ujung uang kertas.

    Ternyata cara cek uang palsu dengan cara dibelah adalah keliru.

    Inilah penjelasan Bank Indonesia (BI) terkait cara membedakan uang asli dengan palsu.

    Dari video tersebut banyak masyarakat yang percaya dan langsung mengecek keaslian uangnya.

    Namun, cara yang ditempuh tersebut dinilai keliru oleh Bank Indonesia (BI).

    Pelaksana Pengelolaan Uang Rupiah KPW BI Sulsel, Muslimin menegaskan cara tersebut tidaklah benar untuk menguji keaslian uang.

    “Membelah uang viral di medsos adalah cara kurang tepat untuk mengenali keaslian uang rupiah,” kata Muslimin di Pasar Minasa Maupa, Gowa usai sosialisasi ke warga, Senin (23/12/2024) siang.

    Muslimin menyebut cara 3D menjadi upaya mengenali uang palsu atau tidak.

    Yakni mulai dari dilihat, diraba lalu diterawang.

    Penampakan Dua mobil yang disita Polres Gowa dalam pengungkapan kasus uang palsu dari dalam Kampus UINAM, di mana satu diantaranya mobil dinas Dr Andi Ibrahim kini diamankan di Mapolres Gowa. (TRIBUN-TIMUR.COM / EMBA)

    “Cara benar dengan 3D. Jadi Dilihat, diraba, diterawang bukan dikelupas. Dilihat warnananya telihat terang, diraba ada beberapa item yang terasa kasar. Diterawang ada gambar pahlawan dan gambar saling isi. Diluar itu berarti palsu,” kata Muslimin.

    Masyarakat diminta tidak gegabah dalam mencoba menguji keaslian uang dengan cara mengelupas.

    Muslimin mencontohkan ada beberapa masyarakat dengan sengaja mengelupas uang.

    Padahal uang tersebut teruji keasliannya oleh Bank Indonesia.

    “Yang terkelupas kebanyakan yang tadi pagi datang lapor, setelah kita klarifikasi benar memenuhi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan dinyatakan asli,” lanjutnya.

    Muslimin mengaku uang asli yang terkelupas, bisa ditukarkan ke Bank Indonesia.

    Sementara untuk uang palsu, tetap tidak dapat ditukarkan.

    Jika ragu terhadap keaslian uang, ada beberapa cara bisa ditempuh masyarakat.

    Pertama, jangan membelanjakan uang yang diragukan keasliannya.

    Sebab jika terbukti palsu, hal itu melanggar peraturan Undang-Undang (UU).

    “Uang yang diragukan harus diminta klarifikasi pada bank terdekat atau bank indonesia,” kata Muslimin.

    “Atau bisa melaporkan dugaan pemalsuan di kantor polisi terdekat,” lanjutnya.

    Hal ini menurutnya perlu dipahamkan ke masyarakat. 

    Pasalnya sedang viral aksi banyak masyarakat yang membelah atau mengelupas uang untuk menguji keasliannya.

    Apakah Uang Palsu Bisa Masuk ATM?

    Kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menjadi sorotan.

    Warga merasa khawatir bilamana uang palsu tersebut telah beredar luas.

    Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), khususnya yang memiliki fitur setor tunai, aman dari uang palsu.

    Deputi Direktur Bank Indonesia Sulawesi Selatan Edy Kristianto mengatakan, mesin ATM telah dilengkapi dengan kontrol sensor yang mampu mendeteksi uang palsu.

    “Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukkan (uang palsu).

    Karena selain kontrol manusia, juga ada kontrol sensor, jadi tertolak,” ujarnya di Makassar, Jumat (20/12/2024), dikutip dari Tribun Timur.

    Edy juga menyatakan, BI terus berupaya maksimal dalam menjaga keamanan dan kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran yang sah.

    Cara Mengecek Keaslian Uang Kertas

    Di samping itu, masyarakat juga bisa melakukan pengecekan keaslian uang secara mandiri.
    Deputi Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sulawesi Selatan Ricky Satria membagikan cara untuk mengecek keaslian uang kertas.

    “Jadi bukan hanya di UV, banyak cara untuk cek keaslian uang,” ucapnya, dilansir dari Tribun Timur.

    Cara itu dikenal dengan 3D: dilihat, diraba, dan diterawang.

    1. Dilihat

    Perhatikan secara cermat warna, kejelasan gambar, dan elemen hologram pada uang kertas

    Uang asli memiliki detail yang tajam dan tidak buram.

    Beberapa hal yang bisa Anda periksa:

    Perisai logo BI pada pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000.
    Angka berubah warna yang tersembunyi pada pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, dan Rp 10.000.

    2. Diraba

    Rasakan tekstur uang yang lebih kasar dan tebal, terutama gambar utama, angka nominal, lambang negara, tulisan “Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan “Bank Indonesia”

    Uang palsu cenderung memiliki tekstur yang halus dan rata di seluruh permukaan.

    3. Diterawang

    Terawang uang kertas ke arah cahaya. Uang asli memiliki tanda air berupa logo BI dan ornamen tertentu, seperti gambar pahlawan atau logo BI yang saling mengisi.

    Pada uang palsu, watermark mungkin ada, tetapi detail seperti ornamen tidak akan terlihat. (*)

     

  • Lemas Wanita di Sulsel usai Tarik Tunai Uang Rp 5 Juta di ATM, Curiga Palsu Lihat Kertas Terbelah 2

    Lemas Wanita di Sulsel usai Tarik Tunai Uang Rp 5 Juta di ATM, Curiga Palsu Lihat Kertas Terbelah 2

    TRIBUNJATIM.COM – Terlihat lemas seorang wanita setelah mengambil uang di ATM salah satu bank pelat merah di Gowa Sulawesi Selatan.

    Apalagi belakangan diketahui bahwa kasus pencetakan uang palsu tengah marak beredar.

    Video dengan narasi seorang wanita menemukan uang palsu saat melakukan penarikan di ATM salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gowa, Sulawesi Selatan viral.

    Video bernarasi nasabah menemukan uang palsu saat mengambil uang di ATM itu viral setelah diunggah akun Tiktok @makassar_info pada Minggu (22/12/2024), seperti dikutip TribunJatim.com via TribunJateng.com.

    Dalam video itu, tampak seorang wanita mengenakan hijab kuning.

    Wanita itu menarik uang Rp 5 juta pecahan Rp 100 ribu di ATM B** di Palangga Gowa.

    Nasabah itu menemukan selembar uang Rp 100 ribu yang diduga palsu karena di bagian ujung itu bisa terbelah menjadi dua.

    Wanita itu pun sudah didatangi security, dan dua petugas polisi.

    Seorang polisi pun memegang uang itu dan menerawangnya.

    “Saya barusan ini ambil Rp 5 juta,” ucap si ibu.

    “Ini ibu, lima juta penarikan ya,” ucap pria perekam video.

    “Lokasi sekarang di B** Cabang Palangga, samping Polsek, baru saja menarik, hasil uangnya seperti ini, ada belahan di uangnya,” ucap perekam video lagi.

    “Warga mempertanyakan uang yang baru ditarik dari ATM Palangga Gowa (22/12) yang mengelupas sampai memanggil pihak kepolisian.,” tulis pengunggah.

    Unggahan ini pun mendapat banyak komentar dari para netizen.

    Banyak warganet yang mendebatkan video tersebut.

    “pada fomo uang palsu, padahal uang asli jga bisa dibelah”

    “uang palsu itu ga bisa keluar dari mesin ATM  coba aza di pake setor tunai pakai uang palsu ga bakalan bisa masuk itu uang palsu”

    “Tolong lah kasian. mau uang palsu dan asli bisa semua dibelah”

    “mohon maaf tapi kalau uang palsu di atm itu sangat kecil adanya sebab di dalam mesin atm ada scanningnya bahkan uang tersebut di scanning terlebih dahulu di bank sebelum masuk di kotak terus di bawah ke atm .”

    Uang palsu diduga di ATM (Instagram)

    Namun hingga kini belum ada keterangan resmi dari pihak bank maupun dari pihak berwajib.

    Sebelumnya, polisi berhasil menangkap Kepala Perpustakaan UIN Makassar, Andi Ibrahim yang memproduksi uang palsu.

    Andi memasukkan mesin pencetak dan membuat uang palsu di dalam perpustakaan UIN Makassar.

    Hal ini pun membuat warga khawatir dan takut jika ada uang palsu yang beredar luas.

    Seperti diketahui, kasus pabrik uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar masih menjadi sorotan hingga kini.

    Mirisnya, kepala perpustakaan kampus tersebut ikut terlibat sindikat uang palsu.

    Ia adalah Andi Ibrahim.

    Meski bergelar doktor, tampaknya ia tetap berbuat nekat yang akhirnya kini ia ditetapkan sebagai tersangka.

    Andi sendiri menjabat sebagai Kepala Perpustakaan sekaligus Dosen UIN Alauddin Makassar, Gowa, Sulawesi Selatan.

    Meski telah mendapat gaji dan tunjangan sebagai dosen PNS, Andi Ibrahim justru membentuk sindikat pencetak dan peredaran uang palsu.

    Mirisnya, praktik ilegal tersebut dilakukan di Perpustakaan Syekh Yusuf, yang berada di lingkungan Kampus 2 UIN Alauddin.

    Sebagai dosen PNS UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim berada di bawah naungan Kementerian Agama atau Kemenag.

    Ia menerima gaji setiap bulannya di kisaran Rp 7 juta sampai Rp 10 juta, dikutip dari Tribun Sulbar pada Kamis (19/12/2024).

    Angka tersebut dikutip dari besaran gaji dosen Kemenag.

    Andi Ibrahim juga memperoleh penghasilan tambahan dari sertifikasi dosen, serta biaya hibah penelitian.

    Alih-alih melanjutkan karya di bidang pendidikan, Andi Ibrahim justru menggunakan wewenangnya untuk melakukan praktik tidak terpuji.

    Andi Ibrahim sindikat uang palsu di kampus Makassar. (via Tribun Sulbar)

    Padahal, ia merupakan dosen senior yang bisa mengajukan diri untuk menjadi guru besar atau profesor.

    Tercatat, Andi Ibrahim telah memiliki Jurnal Internasional bereputasi Q1, selain itu juga telah menulis buku.

    Namun, Andi Ibrahim kini terancam untuk diberhentikan dari status PNS karena terlibat sebagai produsen uang palsu.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) buka suara terkait pengungkapan kasus pabrik uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada Rabu (18/12/2024).

    Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, mengatakan Bank Indonesia telah melakukan koordinasi insentif bersama dengan Polda Sulawesi Selatan dalam pengungkapan kasus tersebut.

    “BI juga siap mendukung Polri dalam proses penyidikan kasus tersebut dengan melakukan klarifikasi atas barang bukti uang palsu dan siap memberikan bantuan ahli Rupiah dalam hal diperlukan,” kata dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu.

    Upaya tindak lanjut ini sejalan dengan peran Polri dan Bank Indonesia sebagai bagian unsur Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL).

    Bank Indonesia pun mengapresiasi langkah Polres Gowa serta Polda Sulawesi Selatan dalam membongkar jaringan pembuat dan pengedar uang Palsu di Sulawesi Selatan.

    Dengan upaya tersebut, Marlison meyakini, potensi peredaran uang palsu dapat ditekan sehingga mampu meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan terhadap uang Rupiah di Masyarakat.

    Diberitakan Kompas.com sebelumnya, polisi telah menyita barang bukti mesin cetak dan uang palsu senilai Rp 44 juta terkait kasus tersebut. Selain itu, 15 orang ditetapkan sebagai tersangka.

    Berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) UU Mata Uang No. 7 Tahun 2011, setiap orang dilarang memalsu Rupiah.

    Jika melakukan tindak pemalsuan uang, pelaku akan dikenai sanksi denda dan kurungan pidana.

    Mengacu Pasal 374 UU RI Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP ditegaskan bahwa:

    “Setiap orang yang memalsu mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara, dengan maksud untuk mengedarkan atau meminta mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau pidana denda paling banyak kategori VII Rp 5 milyar,” bunyi pasal tersebut.

    Ditegaskan pula dalam Pasal 375 ayat (2) KUHP, pelaku yang mengedarkan dan/atau membelanjakan uang pals usebagaimana dimaksud dalam Pasal 374, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak kategori VIII Rp 50 miliar.

    Imbas kasus tersebut, polisi menetapkan 15 orang sebagai tersangka kasus produksi uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar di Sulawesi Selatan.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Cara Pelaku Bawa Masuk Mesin Cetak Uang Palsu ke Perpustakaan UIN Makassar, Beratnya Hampir 3 Ton

    Cara Pelaku Bawa Masuk Mesin Cetak Uang Palsu ke Perpustakaan UIN Makassar, Beratnya Hampir 3 Ton

    TRIBUNJATIM.COM – Terungkap cara pelaku bawa masuk mesin cetak uang palsu ke perpustakaan UIN Makassar.

    Mesin untuk mencetak uang palsu dimasukkan ke Kampus II UIN Alauddin Makassar (UIN) oleh Andi Ibrahim dan rekan-rekannya saat keadaan sepi.

    Kampus II UIN Alauddin sendiri terletak di Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan.

    Di perpustakaan kampus tersebut, para pelaku mencetak uang palsu.

    Mesin cetak berukuran besar itu dibawa masuk oleh para tersangka ke kampus pada malam hari.

    Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, menjelaskan bahwa setelah dilakukan rekonstruksi, pihaknya memahami bagaimana mesin cetak uang palsu yang diperkirakan memiliki berat hampir 3 ton itu bisa masuk ke kampus.

    “Tersangka membawa mesin cetak uang palsu ke kampus menggunakan papan untuk memudahkan mendorongnya,” katanya.

    “Saat rekonstruksi, kami mencoba mengangkat mesin tersebut dengan 25 personel, namun tidak bisa. Namun, jika didorong menggunakan papan, mesin itu bisa masuk. Pada rekonstruksi tersebut, beberapa lantai juga pecah ketika mesin dimasukkan ke sebuah ruangan bekas toilet di perpustakaan,” tambah dia.

    Luas ruangan tempat mesin cetak uang palsu disimpan adalah sekitar 2 x 4 meter persegi.

    Di dalam ruangan itu, mesin dicatat sudah diberi peredam suara berupa gipsum yang di dalamnya terdapat gabus.

    “Jika terdengar suara, hanya terdengar samar-samar dari dalam,” ujar Kapolres.

    Ia menambahkan bahwa saat mendengar suara itu, staf sempat menanyakannya kepada tersangka, yang kemudian menjawab bahwa mereka sedang mencetak buku, sehingga kecurigaan pun hilang.

    Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, menyebutkan bahwa mesin cetak besar tersebut dibawa menggunakan forklift. Saat mesin dibawa masuk ke kampus, tersangka sempat ditanya oleh petugas keamanan setempat.

    Namun, mereka berdalih bahwa mesin itu digunakan untuk mencetak buku yang akan disimpan di perpustakaan.

    Personel polisi melihat kondisi mesin cetak yang merupakan alat bukti kasus pembuatan dan peredaran uang palsu di Mapolres Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (17/12/2024). (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

    Sebelumnya, Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono mengungkapkan bahwa selain Andi Ibrahim, ada seorang pengusaha yang menjadi otak dari pabrik uang palsu tersebut, yang berinisial ASS.

    Rumah pengusaha ini, yang terletak di Jalan Sunu, Kota Makassar, merupakan salah satu tempat pembuatan uang palsu.

    Setelah mengungkap keberadaan uang palsu di Jalan Sunu, polisi melakukan pengembangan yang mengarah ke Kampus UIN Alauddin Makassar.

    “Awalnya produksi uang palsu dilakukan di rumah ASS di Jalan Sunu, Kota Makassar. Namun, karena mereka membutuhkan kapasitas lebih besar, mesin yang lebih besar dibawa ke UIN Alauddin,” jelas Kapolda.

    Alat untuk mencetak uang palsu yang ditemukan di perpustakaan UIN Alauddin tersebut, yang dibeli seharga Rp600 juta, diimpor dari China melalui Surabaya.

    “Mesin ini dibeli seharga Rp600 juta di Surabaya, namun dipesan dari China. Mesin itu kemudian dimasukkan oleh tersangka berinisial AI ke kampus di Gowa,” ujar Kapolda.

    Kapolda juga menyatakan bahwa ada tiga individu yang memiliki peran sentral dalam kasus ini, salah satunya adalah ASS.

    “Mereka yang berada di belakang 17 orang tersangka lainnya, dengan peran yang berbeda. Namun, peran utama ada pada saudara AI, S, dan ASS, serta beberapa DPO,” ujarnya.

    Kapolda juga berjanji untuk segera menangkap tiga tersangka yang masih buron.

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • 3 Orang Ini Jadi Aktor Utama Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Ini Perannya Masing-masing – Halaman all

    3 Orang Ini Jadi Aktor Utama Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Ini Perannya Masing-masing – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR –  Polisi mengungkap 3 orang yang menjadi aktor utama kasus pabrik uang palsu di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar atau UINAM, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    Ketiga aktor utama tersebut adalah Andi Ibrahim dan dua sosok lainnya yakni ASS dan S.

    Nama ASS dan S diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono dalam konferensi pers di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024).

    Diketahui, polisi telah menetapkan 17 tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin.

    “Jadi mereka di belakang 17 orang ini, perannya berbeda.  Tapi peran sentralnya ada dari saudara AI (Andi Ibrahim), kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS,” kata Irjen Yudhiawan Wibisono.

    Sosok ASS disebut berprofesi sebagai pengusaha yang berperan sebagai donator atau investor dalam kasus pabrik uang palsu di UIN Alauddin.

    Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi untuk mencetak uang palsu.

    Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN Alauddin ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    Rumah tersebut adalah milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar,” kata Yudhiawan Wibisono.

    “Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM) Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan, dikutip Tribun-Timur.com.

    Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp 600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.

    Selain 17 tersangka, masih ada tiga DPO yang belum belum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

    Nama 17 Tersangka, Profesi, dan Perannya

    Diberitakan sebelumnya, tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar bertambah jadi 17 orang.

    Selain itu, polisi juga mengejar tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) yang diduga kuat juga terlibat dalam kasus tersebut.

    17 tersangka ini ditampilkan saat konferensi pers dipimpin Kapolda Sulsel, Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, dan perwakilan Bank Indonesia Sulsel.

    “Jadi para tersangka ini perannya berbeda-beda,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Ada yang memproduksi, jual beli hingga mengedarkan uang palsu.

    Profesi para tersangka uang palsu UIN Alauddin pun beda-beda, mulai Dosen UIN, ASN, hingga pegawai bank.

    Berikut nama, profesi, dan peran 17 tersangka:

    1. Dr Andi Ibrahim (54)

    Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar warga BTN Minasa Maupa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    2. Mubin Nasir bin Muh Nasir (40)

    Karyawan honorer, warga Bukit Tamarunang, Gowa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan  transaksi jual beli uang palsu.

    3. Kamarang Dg Ngati bin Dg Nombong (48)

    Juru masak, warga Gantarang, Gowa perannya, melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    4. Irfandy MT, SE bin Muh Tahir (37)

    Karyawan swasta, warga Minasa Upa, Makassar.

    Perannya membantu mengedarkan uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    5. Muhammad Syahruna (52)

    Wiraswasta, warga Ujung Pandang Baru, Makassar.

    Perannya:

    – memproduksi uang palsu.

    – melakukan transaksi jual beli uang palsu dan bahan baku produksi yang digunakan pelaku untuk memproduksi pembuatan mata uang palsu merupakan hasil pengiriman uang biaya pembelian bahan baku produksi berinisial AAS.

    6. John Biliater Panjaitan (68 tahun)

    Wiraswasta, warga Mangkura, Makassar.

    Peran melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    7. Sattariah alias Ria binti Yado (60)

    Ibu rumah tangga, warga Batua, Makassar.

    Perannya melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    8. Dra Sukmawati (55)

    PNS guru, warga Makassar.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dengan membeli kebutuhan sehari-hari dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    9. Andi Khaeruddin (50 tahun)

    Pegawai bank, warga Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    10. Ilham (42) 

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    11. Drs. Suardi Mappeabang (58)

    PNS, warga Simboro, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    12. Mas’ud (37) 

    Wiraswasta, warga Lekopadis, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    13. Satriyady (52)

    PNS, warga Binanga, Sulawesi Barat.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    14. Sri Wahyudi (35)

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    15. Muhammad Manggabarani (40 tahun)

    PNS, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    16. Ambo Ala, A.Md (42)

    Wiraswasta, warga Batua, Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu, dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    17. Rahman (49)

    Wiraswasta, warga Simboro, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    Kronologis Awal Temuan Pabrik Uang Palsu di UIN

    Kronologi awal terungkapnya kasus uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus UIN Alauddin Makassar.

    Hal itu dipaparkan secara gamblang oleh Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Kamis (19/12/2024) siang.

    Irjen Pol Yudhiawan didampingi Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak, mengatakan awal mula kasus ini diselidiki dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung di laporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun, memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jl Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan itu, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UINAM.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    “Pengungkapan peredaran uang palsu yang ditangani oleh Polres Gowa,” katanya.

    Selain itu, polisi juga menyita ratusan jenis barang bukti.

    Mulai dari mesin cetak uang palsu, monitor, kertas uang palsu, uang palsu yang telah dicetak dan berbagai barang bukti lainnya.