Institusi: UGM

  • Rahma Sarita Bongkar Blunder Bareskrim: Nilai Jokowi Banyak D, Tapi IPK 3,05? Aneh!

    Rahma Sarita Bongkar Blunder Bareskrim: Nilai Jokowi Banyak D, Tapi IPK 3,05? Aneh!

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Jurnalis senior, Rahma Sarita Aljufri, secara blak-blakan mengkritik langkah Bareskrim Polri yang merilis transkrip nilai mantan Presiden Jokowi.

    Ia menyebut terdapat kejanggalan dalam data akademik yang dipublikasikan.

    Dikatakan Sarita, publik justru semakin bingung dengan transparansi yang disampaikan.

    Ia mempertanyakan bagaimana sistem penilaian yang berlaku di Universitas Gadjah Mada (UGM) saat itu bisa menghasilkan IPK 3,05 meski nilai D dan C mendominasi.

    “Sekarang Bareskrim Polri sudah mengeluarkan, merilis, termasuk transkrip nilai Jokowi yang A, B, C, D. Aneh ini, D-nya masih banyak, C banyak. Nilainya yang A ada tiga, kemudian B sepuluh, C tiga belas, dan D ada enam,” kata Sarita dalam videonya yang beredar, dikurltip Jumat (30/5/2025).

    Ia membandingkan dengan pengalamannya kuliah di Universitas Airlangga pada tahun 1993, di mana nilai D dianggap tidak lulus dan harus diulang.

    Hal itu membuatnya curiga dengan logika perhitungan indeks prestasi kumulatif (IPK) Jokowi.

    “Yang jelas, setahu saya, saya kuliah di Universitas Airlangga tahun 1993, kalau D ini gak lulus. Disuruh ngulang. IPK saya juga 3 sekian, itu gak ada D-nya. Cuma ada satu C,” cetusnya.

    Lebih lanjut, Rahma menyatakan heran bagaimana IPK Jokowi bisa mencapai angka 3,05 dengan kombinasi nilai yang disebutnya tergolong rendah.

    “Sementara ini Jokowi, IPK-nya 3,05. Saya gak ngerti ngitungnya gimana yah. Mungkin SKS-nya beda atau bagaimana,” tambahnya.

    Sebelumnya, pemeriksaan yang dilakukan penyidik Subdit Keamanan Negara (Kamneg) Ditreskrimum Polda Metro Jaya terhadap akademisi Rismon Sianipar dianggap aneh.

  • Ini Kronologi Penggantian Pelat BMW Penabrak Mahasiswa UGM

    Ini Kronologi Penggantian Pelat BMW Penabrak Mahasiswa UGM

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Kepolisian Resor Kota (Polresta) Sleman mengungkap kronologi penggantian pelat nomor mobil BMW yang terlibat dalam kecelakaan maut di Sleman, Yogyakarta, yang menewaskan Argo Ericko Achfandi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (24/5/2025) dini hari lalu.

    Dalam penyelidikan, polisi telah memeriksa tiga orang terkait dugaan penggantian pelat nomor palsu mobil BMW penabrak mahasiswa UGM, yakni IV, WI, dan NR.

    IV diduga sebagai pelaku langsung penggantian pelat nomor, sementara WI dan NR disebut sebagai pihak yang memberikan perintah. Keduanya merupakan pimpinan di sebuah perusahaan swasta.

    “Kami lakukan pengecekan CCTV, terlihat IV mengganti pelat nomor. Ia mengaku mendapat perintah dari WI dan NR. Ketiganya sudah diperiksa, mereka masih berstatus saksi,” ujar Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setiono Erning Wibowo, Jumat (30/5/2025).

    Terekam CCTV di Polsek Ngaglik

    Rekaman CCTV menunjukkan IV datang ke Polsek Ngaglik pada pagi hari setelah kecelakaan. Dia dua kali mendatangi lokasi mobil diamankan, yakni:

    Pukul 09.00 WIB, IV meminta izin kepada petugas jaga untuk membuka mobil dengan alasan ingin mengambil barang pribadi.Pukul 10.00 WIB, IV kembali lagi ke lokasi tanpa melapor ke petugas dan langsung mengganti pelat nomor bagian belakang, dari kode F menjadi B.

    “Dari CCTV, terlihat jelas IV mengganti pelat nomor. Pelat F 1206 adalah palsu. Mobil itu sebenarnya berpelat asli B 1442 NAC,” jelas Edy.

    Motif: Mengelabui Penyelidikan

    Dalam pemeriksaan, IV mengaku penggantian pelat dilakukan untuk mengelabui aparat agar mobil tidak dikenali sebagai kendaraan yang terlibat kecelakaan.

    “Motifnya jelas, menghindari penyelidikan. Mereka ingin menyembunyikan fakta bahwa mobil itu saat kecelakaan menggunakan pelat palsu,” tutur Edy.

    Saat ini, ketiga orang yang diperiksa masih berstatus sebagai saksi, tetapi polisi menyatakan kemungkinan besar mereka akan ditetapkan sebagai tersangka setelah gelar perkara dilakukan.

    “Gambaran umumnya, arahnya pasti ke tersangka, tetapi kami tunggu hasil gelar perkara dulu,” pungkas Edy.

    Kasus Kecelakaan Jadi Sorotan Publik

    Kecelakaan tragis ini menyedot perhatian publik karena selain melibatkan mahasiswa UGM, juga muncul indikasi rekayasa untuk menghambat penyelidikan.

    Masyarakat kini menantikan langkah tegas dari aparat hukum dalam menuntaskan kasus kecelakaan BMW penabrak mahasiswa UGM hingga tewas secara transparan dan adil.

  • Indonesia Kembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Pakai Kabel Optik

    Indonesia Kembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Pakai Kabel Optik

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia terus memperkuat sistem peringatan dini tsunami nasional melalui pengembangan teknologi inovatif berbasis kabel optik bawah laut yang mampu mendeteksi aktivitas seismik, khususnya di zona megathrust yang rawan gempa.

    Teknologi mutakhir ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), Telkom Indonesia, dan akan diintegrasikan dengan sistem peringatan dini milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, kabel optik bukan hanya berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga dapat difungsikan sebagai sensor tekanan untuk mendeteksi gelombang bawah laut yang menjadi indikator awal terjadinya tsunami.

    “Penggunaan kabel optik bukan hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai sensor tekanan yang bisa mendeteksi gelombang bawah laut sebagai indikator awal tsunami,” kata Dwikorita pada Jumat (30/5/2025).

    Dwikorita menegaskan, BMKG memiliki peran sebagai lembaga otoritas tunggal dalam mengoperasikan dan menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009. Hal ini penting untuk menghindari kebingungan publik akibat informasi yang tidak sinkron dari berbagai sumber.

    “Peringatan tsunami dapat memicu evakuasi massal dan menghentikan kegiatan industri, sehingga konsekuensi finansialnya sangat besar. Oleh sebab itu, koordinasi dan keakuratan informasi menjadi sangat krusial,” tambahnya.

    BMKG juga terbuka untuk mendorong riset dan inovasi dari perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta. Namun, setiap teknologi baru yang akan digunakan dalam sistem InaTEWS harus melewati uji kelayakan dan memenuhi standar nasional agar dapat diandalkan dalam kondisi darurat nyata.

    “Sistem ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga kecepatan respon, ketepatan data, serta koordinasi yang baik antar lembaga, yang langsung berpengaruh pada keselamatan rakyat dan ekonomi,” tegas Dwikorita.

    Untuk mendukung proses ini, BMKG siap memfasilitasi uji coba, validasi, serta integrasi teknologi hasil kolaborasi UGM dan Telkom ke dalam sistem peringatan dini yang sudah berjalan.

    Dengan ancaman megathrust yang terus mengintai Indonesia, sinergi multipihak menjadi kunci utama untuk menciptakan sistem peringatan dini yang adaptif dan berdaya lindung tinggi.

    “Inilah momentum memperkuat ekosistem inovasi nasional agar dapat menghadapi tantangan kebencanaan secara terintegrasi dan efektif,” tutup Dwikorita.

  • 1
                    
                        Diam-diam Ganti Pelat Nomor BMW Christiano, Pelaku Mengaku Disuruh Dua Atasannya
                        Regional

    1 Diam-diam Ganti Pelat Nomor BMW Christiano, Pelaku Mengaku Disuruh Dua Atasannya Regional

    Diam-diam Ganti Pelat Nomor BMW Christiano, Pelaku Mengaku Disuruh Dua Atasannya
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Polisi masih menyelidiki penggantian pelat nomor mobil BMW milik Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan dalam kasus kecelakaan yang menewaskan mahasiswa
    UGM
     
    Argo Ericko
    Achfandi.
    Pelaku berinisial IF yang saat ini sudah ditangkap mengaku diam-diam mengganti pelat nomor BMW itu karena disuruh oleh atasannya di sebuah perusahaan swasta. 
    “Terduga pelaku 1, tapi ada yang menyuruh melakukan,” kata Kapolresta Sleman Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo saat dihubungi pada Jumat (30/5/2025).
    Pelaku IF mengganti pelat nomor itu pascakecelakaan, saat barang bukti mobil BMW sudah diamankan di kantor polisi.
    Saat insiden terjadi, pelat nomor mobil BMW yang digunakan adalah F 1206, tetapi berubah menjadi B 1442 NAC.
    Perubahan pelat nomor itu sempat menjadi sorotan warganet.
    Edy menjelaskan bahwa IF mengaku mendapat perintah dari dua orang lainnya berinisial WI dan NR. Kedua orang tersebut disebut sebagai atasan IF di sebuah perusahaan swasta.
    “Keterangannya itu pimpinan. Yang melakukan disuruh sama dua orang itu, itu pimpinannya,” ujarnya.
    Edy menambahkan bahwa, berdasarkan pemeriksaan, IF bukan bertindak atas inisiatif sendiri ataupun perintah tersangka Christiano.
    “Menurut pemeriksaan pimpinannya. Bukan Christiano (yang menyuruh mengganti pelat). Dia kan bekerja di swasta. Kemudian, dia atas perintah pimpinannya untuk melepas itu,” beber Edy.
    Saat ini, penyidik masih menyelidiki apakah ada keterkaitan antara pihak yang menyuruh penggantian pelat nomor dengan orangtua Christiano, termasuk kemungkinan mereka bekerja di perusahaan yang sama.
    “Orangtua Christiano belum kita periksa saya enggak (tahu) orang tua Christiano kerja di mana,” ujar Edy.
    Hubungan antara Christiano dan pelaku penggantian pelat nomor juga belum dapat dipastikan oleh pihak kepolisian.
    “Ya sementara sampaikan saja 3 masih dalam pemeriksaan. Pada waktunya kan sampaikan ke rekan semuanya,” tutup Edy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wajah Jokowi Disorot Netizen, Terlihat Kusam dan Penuh Flek, Tanda Stres atau Efek Obat-obatan?

    Wajah Jokowi Disorot Netizen, Terlihat Kusam dan Penuh Flek, Tanda Stres atau Efek Obat-obatan?

    GELORA.CO – Mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) tengah menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial, karena kondisi fisiknya yang dinilai mengalami perubahan signifikan.

    Dalam sebuah unggahan video di platform media sosial X, warganet menyoroti kondisi kulit wajah Jokowi yang terlihat kusam dan penuh flek hitam.

    “Ada apa dengan kulit wajah Jokowi?” tulis akun @cobeh2022 dalam unggahannya.

    Video tersebut memicu beragam komentar dari warganet yang menilai bahwa penampilan fisik Jokowi kali ini tidak seperti biasanya.

    Beberapa menyebutkan bahwa sang mantan presiden terlihat seperti orang yang tengah mengalami tekanan berat.

    “Bang, gue sempat foto mukanya di TV. Kayak orang stres parah,” komentar salah satu pengguna.

    Banyak pengguna lain menduga bahwa kondisi kulit Jokowi yang terlihat menua dan penuh flek hitam merupakan akibat dari stres berkepanjangan.

    Beberapa menyebutkan bahwa hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan isu dugaan ijazah palsu yang menyeret nama Jokowi sejak dia menjabat sebagai presiden.

    “Yang jelas, stres berat sangat memengaruhi kondisi fisik Jokowi. Walaupun tampil dengan berusaha tersenyum seperti saat menjabat, kegundahan hati tetap tidak bisa disembunyikan,” bunyi salah satu komentar.

    Beberapa waragnet yang mengaku mengerti soal perawatan kulit menduga bahwa Jokowi mungkin telah menjalani sejumlah prosedur medis seperti CO2 Laser, Cautery, atau Chemical Peels.

    Dugaan ini mencuat karena tampak adanya perbedaan warna antara wajah dan leher, serta titik-titik burn atau luka kecil akibat prosedur perawatan tersebut.

    “Aku suka perawatan, dan video-video sebelumnya beliau di komen netizen bahwa beliau menua maka dugaanku beliau buru-buru perawatan. Ada titik-titik burn di bagian tertentu terutama aging spot. Ada batas perbedaan warna wajah dan leher depan dan belakang. Mungkin: perawatan CO2 laser atau cautery + chemical peels,” imbuh warganet lainnya.

    Ada juga komentar yang menyebutkan kemungkinan efek obat-obatan, seperti obat penenang, yang bisa menyebabkan perubahan pada kondisi kulit bila dikonsumsi dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi.

    Sebagian warganet lainnya menyoroti kebiasaan mantan presiden yang kerap bepergian dan terpapar sinar matahari tanpa perlindungan maksimal, yang bisa menyebabkan kerusakan kulit jangka panjang.

    Di balik spekulasi kondisi fisik Jokowi, publik kembali mengaitkannya dengan isu sensitif yang tak kunjung usai yakni dugaan ijazah palsu.

    Tuduhan ini kembali mencuat meskipun telah beberapa kali dibantah oleh berbagai pihak, termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM) dan kepolisian.

    Isu ini pertama kali mencuat pada 2022 saat Bambang Tri Mulyono menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

    Meski sempat dicabut, gugatan kembali dilayangkan pada 2023. Kasus ini bahkan menyeret nama-nama lain seperti Gus Nur yang turut membahas isu tersebut dalam podcast.

    Pada 2024 dan 2025, sejumlah gugatan hukum dan pelaporan balik terus berlanjut.

    Pengacara asal Solo, Muhammad Taufiq menggugat Jokowi dan beberapa lembaga terkait, termasuk UGM dan KPU Solo.

    Di sisi lain, Jokowi pun melaporkan sejumlah tokoh publik seperti Roy Suryo, Dokter Tifa, dan Eggi Sudjana atas dugaan fitnah dan pencemaran nama baik.

    Penyelidikan kepolisian menunjukkan bahwa ijazah Jokowi dari UGM adalah asli.

    Dokumen bernomor 1120 atas nama Joko Widodo dengan NIM 1681/KT dari Fakultas Kehutanan UGM diterbitkan pada 5 November 1985.

    Penelusuran forensik menyatakan dokumen tersebut identik dengan arsip asli dan bukan hasil pemalsuan.

    UGM sendiri telah menegaskan berkali-kali bahwa mereka memiliki dokumen otentik dan tidak ada yang mencurigakan dari ijazah milik Jokowi.

    Meski demikian, sebagian pihak masih belum puas dan terus mencoba menggulirkan kasus ini ke pengadilan.

    Dalam sebuah pernyataan, Jokowi menyatakan bahwa tuduhan tersebut sangat melukai harga dirinya dan menyebut ijazahnya bukan objek penelitian yang bisa dipermainkan.

    Ayah dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming ini meyakini bahwa jalur hukum akan menjadi tempat terbaik untuk mengungkap kebenaran secara gamblang.

  • Rakyat Emosi Gegara Kebohongan Ijazah Ditutupi dengan Kebohongan Baru

    Rakyat Emosi Gegara Kebohongan Ijazah Ditutupi dengan Kebohongan Baru

    GELORA.CO – Jumpa pers Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah SMA 6 Surakarta dan ijazah Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta milik Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi adalah asli tanpa memperlihatkan barang bukti asli justru membuat publik makin curiga dan tak yakin. 

    Demikian dikatakan Presidium Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (Aksi) Nurmadi H. Sumarta melalui keterangan tertulisnya, Jumat 30 Mei 2025.

    Apalagi, lanjut Nurmadi, ijazah dinyatakan identik, bukan autentik meskipun arahnya menuju kesimpulan tersebut. 

    “Bilang asli tanpa menunjukkan fisik aslinya adalah kebodohan terbesar dalam pembuktian  hukum. Publik yang bodoh pun tak akan percaya, apalagi publik yang kritis,” kata Nurmadi.

    Lazimnya, menurut Nurmadi, ketika Bareskrim merilis jumpa pers dengan awak media selalu disertai dengan menunjukkan barang bukti asli bukan tayangan video. Hal inilah yang  membuat publik curiga dan tak percaya dengan pernyataan Bareskrim. 

    “Kebohongan yang ditutupi dengan kebohongan baru justru membuat rakyat emosi. Bangkai yang ditutup rapat akan kecium juga,” kata Nurmadi. 

    Kata Nurmadi, publik kecewa jika kasus dugaan ijazah Jokowi  ditutup hanya dengan pernyataan keaslian dari Bareskrim tanpa transparansi bukti.

    “Ini terindikasi ingin melindungi sepihak dan di sisi lain terindikasi ingin menghentikan langkah para pejuang kebenaran yang terus menuntut pengusutan tuntas dugaan ijazah Jokowi dengan berbagai cara, termasuk dengan kriminalisasi,” kata Nurmadi.

    Rakyat menuntut Bareskrim transparan dan profesional dalam mengusut dugaan ijazah tersebut. Jangan sampai hanya membela kepentingan sepihak karena tidak jujur dan adil lalu merusak  semua sistem hukum. 

    “Kebenaran harus tegak walaupun langit runtuh. Usut tuntas dan tegakkan keadilan jangan pandang bulu,” kata Nurmadi.

    Apabila Jokowi terbukti ketika menjadi Presiden RI dengan memalsukan ijazah, harusnya dihukum lebih berat daripada lurah yang memalsukan ijazah, karena dampak kejahatannya lebih dahsyat. 

    “Hancurnya negara dimulai dari sistem hukum yang dihancurkan oleh penegak hukum.  Negara bisa hancur babak belur kalau hukum sudah  dikendalikan kebohongan yang punya kuasa,” pungkas Nurmadi.

  • Sahroni Desak Pengendara BMW Penabrak Mahasiswa UGM Dihukum Maksimal

    Sahroni Desak Pengendara BMW Penabrak Mahasiswa UGM Dihukum Maksimal

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni memastikan akan mengawal kasus pengendara BMW yang juga mahasiswa FEB UGM, Christiano Pengarapenta Pengidahen Tarigan (21), yang menabrak hingga tewas mahasiswa UGM Argo Ericko Achfandi (19). Sahroni mendesak pihak kepolisian menerapkan hukuman maksimal.

    “Itu pasalnya banyak sekali tindak pidana yang dilakukan si penabrak, polisi tahu semua, itu pasti ditindak dengan tepat dan saya akan awasi perkara ini bersama semua insan masyarakat luas,” kata Sahroni saat dihubungi, Jumat (30/5/2025).

    Sahroni juga menyinggung upaya Christiano lari dari tanggung jawabnya dengan memalsukan pelat mobil. Menurutnya, Christiano sudah selayaknya dijatuhi pasal berlapis.

    “Kalau sekarang nggak bisa lagi lari dia, dia harus terima resiko yang telah dia lakukan, kasih saja pasal berlapis untuk dia bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan,” ucapnya.

    Lebih lanjut, Bendum DPP NasDem ini juga mendesak pihak kepolisian menerapkan hukuman seberat-beratnya terhadap Christiano.

    “Iya karena itu lah dia harus bertanggungjawab dan harus maskimal hukumannya atas perbuatannya,” ujar dia.

    Nahas, dari arah yang sama melaju mobil BMW yang dikendarai Christiano. Jarak yang terlalu dekat membuat pengemudi BMW itu akhirnya menabrak Argo.

    Setelahnya mobil BMW itu oleng dan menabrak mobil Honda CR-V yang tengah parkir di tepi jalan sisi timur. Akibat insiden ini, Argo megnalami sejumlah luka berat dan meninggal dunia.

    (maa/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dibuka Bareskrim, IPK di Transkrip Nilai Jokowi 3.05, Padahal Jokowi Pernah Ngaku IPK-nya Kurang dari 2.0

    Dibuka Bareskrim, IPK di Transkrip Nilai Jokowi 3.05, Padahal Jokowi Pernah Ngaku IPK-nya Kurang dari 2.0

    GELORA.CO – Akhirnya nilai kuliah Jokowi selama kuliah 5 tahun di Fakultas Kehutanan UGM, resmi ditampilkan oleh Bareskrim Polri.

    Dikutip dari youtube tribunnews, pada Kamis (29/5), transkip nilai itu dibuka setelah publik terus mendesak keaslian ijazah Jokowi.

    Jokowi diketahui kuliah di Fakultas Kehutanan UGM dari tahun 1980 dan lulus tahun 1985.

    Di transkrip nilai ada nila A, B.

    Bahkan nilai D ada 6.

    Nilai A didapat Jokowi dari KKN dan Filsafat Pancasila dan Fisiologi Pohon selama kuliah berlangsung.

    B muncul di Matematika 2, Fisika, Genetika Statistik Penyakit Tanaman Hutan.

    Total IPK Jokowi cukup tinggi 3,05, dengan nilai itu Jokowi dinyatakan lulus dari UGM tahun 1985.

    Sementara itu Rismon Hasiholan Sianipar mentwet, “jumlah kredit wajib: 88 SKS, jumlah kredit pilihan 34 SKS.

    Total kredit 122 SKS.

    Kok bisa jadi sarjana kehutanan?

    Saat ini saja, total kredit sarjana UGM saja 144 SKS.

    Apakah Jokowi hanya SARJANA MUDA sesuai dengan form yang diisinya?”

    Akun X @ProfYL_Henuk (ROTEMAN LAW FREE) malah menyebut 3 fakta otentik IPK @jokowi 3,05 yang disebutnya palsu versus IPK @ProfylHenuk 2,54 (ASLI).

    Akun ini membeberkan fakta bahwa pertama, tidak ada mata pelajaran vs mata kuliah.

    Kedua, tak ada tahun ikut kuliah agama (I) vs agama (II/1981).

    Ketiga, nilai tulis tangan vs ketik.

    “Transkrip S1 Jokowi dari UGM PALSU jadi Bareskrim Polri sebar HOAKS”, tulisnya

    3 FAKTA OTENTIK IPK @jokowi 3,05 (PALSU) Vs IPK @ProfylHenuk 2 54 (ASLI)=(1)TAK ADA MATA PELAJARAN Vs MATA KULIAH,(2)TAK ADA TAHUN IKUT KULIAH:e. g.(a) AGAMA (I) Vs AGAMA (II/1981),(3) NILAI TULIS TANGAN Vs KETIK. TRANSKRIP S1 JW DARI UGM PALSU JADI @PolriBareskrim SEBAR HOAKS. https://t.co/pka8XMeP1s pic.twitter.com/a3UVzCCF6j

    — @ProfYL_Henuk(ROTEMAN LAW FREE) (@ProfylHenuk) May 29, 2025

    Twet akun X Dunia Punya Cerita juga mempertanyakan IPK Jokowi yang kurang dari 2.

    “Penuh nilai C dan D di Transkip Nilai, terkuak IPK Terakhir Jokowi di UGM, benarkah kurang dari 2?.”

    “10 Tahun menjabat sebagai Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) akhirnya membuka transkrip nilai, setelah adanya tuduhan mendapatkan ijazah palsu dari Universitas Gadjah Mada (UGM).”

    Soal IPK dari 2, Jokowi sendiri pernah mengatakan sendiri.

    Dimuat di Tempo, pada 29 Juni 2013, dengan judul “Jadi Capres Tak Perlu IPK 4, Jokowi: IPK SAYA

    Jadi benarkah yang dibuka Bareskrim Polri PALSU, karena Jokowi sendiri yang mengatakan IPK nya kurang dari 2.***

  • Cerita Anies soal Kamar Horor di Rumah Masa Kecilnya, Macam-macam Pengalaman Orang

    Cerita Anies soal Kamar Horor di Rumah Masa Kecilnya, Macam-macam Pengalaman Orang

    GELORA.CO –  Ini cerita masa kecil tokoh nasional Anies Baswedan. Salah satunya cerita horor tersebut di rumah masa kecil Anies di Taman Yuwono Nomor 19 Jalan Dagen, Yogyakarta. Rumah di Taman Yuwono ini adalah kediaman milik kakek Anies, yakni : Pahlawan Nasional AR Baswedan.

    ‘’Di rumah ini, dulu, bagian belakangnya disiapkan tempat untuk perlindungan dan persembunyian. Karena pada masa itu ada ancaman penculikan dari PKI,’’ kata Anies dikutip dalam YouTube pribadinya, Kamis, 8 Mei 2025.

    Sang kakek AR Baswedan menjadi salah seorang yang terancam nyawanya oleh PKI. Sehingga, di rumahnya disiapkan tempat persembunyian di atas atap. ‘’Masih enak di sini, rapi betul,’’ ujar Anies.

    Menurut dia, rumah masa kecilnya di Taman Yuwono harusya bisa dimanfaatkan. Karena itulah, mumpung Anies sedang di Yogyakarta,dirinya mampir di rumah sang kakek yang banyak menyimpan kenangan di masa kecilnya.

    “Rumah ini sebenarnya bisa untuk aktivitas kita,’’ terang Anies yang meraih Ph.D bidang ilmu politik dan pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Anies juga menceritakan bahwa ada satu ruang di rumah kakeknya yang banyak horornya. Gubernur Jakarta periode 2017-2022 ini bercerita tentang kamar keluarganya di rumah sang kakek. “Ini kamar saya. Saya di sini sampai usia delapan tahun.”

    “Ini kamar yang penuh banyak ceritanya (horor) di situ. Macam-macam pengalaman orang-orang. Saya sih nggak pernah ngalamin. (Hantu atau gimana?) Yang ceritanya agak unik-unik gitu,” ujarnya.

    Tidak jauh dari kamar tersebut terdapat kamar mandi yang ternyata dahulu digunakan oleh kakeknya sebagai tempat persembunyian dari kejaran Partai Komunis Indonesia (PKI).

    “Ini dia, di belakang ini. Dulu masuknya dari sini terus ada tangga, naik ke atas. Begitu naik itu ada rongga,” kata Anies.

    Tempat persembunyian tersebut berbentuk lubang di bagian plafon. Untuk masuk ke sana harus menggunakan tangga bambu. Di dalamnya cukup luas karena dahulu bagian plafon digunakan untuk tempat penyimpanan, bahkan terdapat dipan yang bisa dipakai untuk tidur atau istirahat.

    “Jadi di rumah ini tuh, dulu, bagian belakang itu, disiapkan tempat untuk perlindungan, persembunyian karena pada masa itu, ancaman penculikan dari PKI itu ada. Nah, kakek itu salah satu yang terancam. Sehingga di rumah ini disiapkan tempat untuk persembunyian di atap, atas eternit. Dan atap-atap pada waktu itu memang tempat penyimpanan,” ungkapnya.

    Anies mengatakan rumah tersebut sudah 2 tahun dibiarkan kosong tanpa perabotan dan penunggu. Namun, kondisinya terawat dan bersih. Ada penjaga dan tukang bersih-bersih yang ditugaskan untuk merawat rumah tersebut. Anies rencananya ingin memanfaatkan rumah tersebut untuk berbagai aktivitas ke depannya.

  • Viral! Transgender Shuniyya Ruhama Ceramah Agama, Ternyata Simpatisan NU

    Viral! Transgender Shuniyya Ruhama Ceramah Agama, Ternyata Simpatisan NU

    GELORA.CO –  Sebuah video yang memperlihatkan seorang Transgender Shuniyya Ruhama memberikan ceramah keagamaan mendadak viral dan menimbulkan polemik di media sosial.

    Transgender Shuniyya Ruhama merupakan warga asal Kendal yang dikenal sebagai pembatik sekaligus alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, jurusan Ilmu Sosial dan Politik.

    Video ceramah Shuniyya yang dihadiri jamaah, termasuk perempuan, menuai kritik dari sejumlah warganet. Banyak yang mempertanyakan kelayakan dan kapasitasnya sebagai penceramah agama.

    “Terbukti, asalkan pintar bicara bisa jadi pendakwah. Hati-hati memilih guru, penting membekali anak-anak kita sejak dini dengan ilmu agama,” tulis akun @dew*** di kolom komentar.

    Komentar lainnya bahkan menyentil identitas gender Shuniyya. “Astagfirullah, seharusnya dia perbaiki penyakitnya dulu,” tulis akun @bar***. Sementara akun lain menyoroti sikap jamaah, “Jamaah-nya aja yang aneh, kok dijadikan ustadz.”

    Nama Shuniyya Ruhama bukan kali pertama menjadi sorotan publik. Pada tahun 2020, ia pernah dikaitkan dengan kabar bahwa dirinya dipromosikan oleh Nahdlatul Ulama (NU) untuk menjadi pendakwah.

    Namun belakangan, informasi tersebut dibantah dan dinyatakan keliru. Meski demikian, Shuniyya diketahui merupakan simpatisan NU dan kerap tampil sebagai pembicara dalam sejumlah acara keagamaan dan seminar yang digelar oleh organisasi tersebut.

    Melalui akun Instagram pribadinya, Shuniyya beberapa kali membagikan dokumentasi kegiatan syiar maupun edukasi seputar budaya batik, keagamaan, dan sosial.

    Fenomena transgender ceramah viral ini memunculkan perdebatan publik mengenai batasan dakwah dan siapa saja yang pantas menyampaikan ajaran agama.

    Sejumlah kalangan menyerukan agar masyarakat lebih selektif dalam memilih panutan keagamaan, terutama di era digital yang memungkinkan siapa pun menjadi figur publik.