Institusi: UGM

  • Yang jahat tetap jahat, sudah mulai keliatan

    Yang jahat tetap jahat, sudah mulai keliatan

    GELORA.CO –  Roy Suryo sebelumnya mengaku mendapat teror mistis saat menghadapi polemik pembuktian ijazah Jokowi palsu. 

    Roy bahkan mengaku sudah mengetahui siapa pengirimnya.

    Ia juga menyebutkan ciri-ciri sosok pengirim yang ia sebut sebagai gelembuk Solo.

    Roy Suryo Cs tetap tidak percaya bahwa ijazah Jokowi asli.

    Meski sudah dinyatakan asli oleh UGM dan Bareskrim Polri, Roy Suryo tetap kukuh pada keyakinannya.

    Apalagi jika nanti ijazah Jokowi terbukti asli di persidangan, ia akan mempertanyakan skripsinya.

    Menurut Roy Suryo, tak mungkin bisa keluar ijazah jika skripsi Jokowi abal-abal.

    Ia juga meragukan Jokowi yang KKN di tahun ketiga kuliah.

    Sebab menurut Roy Suryo, Jokowi itu merupakan mahasiswa pecinta alam.

    Roy meyakini bahwa mahasiswa pecinta alam akan lama lulusnya.

    Terus mencari kesalahan di ijazah Jokowi, Roy Suryo pun mengaku sempat mengalami hal-hal aneh.

    Jika Rismon Sianipar diteror dengan pecah ban, Roy Suryo lain lagi.

    “Kebetulan saya hidup dari lingkungan dulu di kecil itu di seputaran keraton ya gitu, keraton Prabu Mangkualam,” kata Roy dikutip dari Youtube SINDOnews, Jumat (30/5/2025).

    Ia pun mengaku mengalami hal-hal di luar nalar yang terjadi pada dirinya.

    “Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan, terjadi iya terjadi. Karena orang juga tahu semua gitulah yang namanya gelembuk Solo itu terjadi,” ungkap Roy Suryo.

    Namun ia mengaku santai dengan adanya hal tersebut.

    “Ya tapi saya senyumin aja deh gitu, kayak-kayak gitu enggak apa-apa. Yang jahat tetap jahat yang batil tetap batil,” ucapnya.

    Kemudian jurnalis Sindo, Lukman Hanafi, pun menanyakan soal adanya santet itu.

    “Jadi berapa kali digelembuk santet itu?,” tanya Lukman.

    Mendengar itu, Roy Suryo pun tak membantah bahwa yang datang padanya adalah santet.

    “Saya enggak bilang santet loh ya. Saya senyum aja ya. Jadi biarin aja,” katanya sambil tersenyum.

    “Loh santet itu kan pakai tele apa istilahnya itu ya? Telepati,” kata Lukman lagi.

    Mendengar itu, Roy Suryo pun tertawa dan mengaku sudah tahu siapa pelakunya.

    “Insyaallah balik dan orangnya, dan sudah mulai kelihatan sekarang, orang bisa menilai kok,” ungkap Roy. 

    “Siapa itu?,” tanya Lukman.

    “Bukan. Sudah mulai kelihatan,” jawab Roy lagi.

    Rupanya Roy mengaku sudah mulai bisa melihat siapa yang mengirim santet pada dirinya itu.

    “Ya udahlah kelihatanlah,” katanya.

    Lukman pun meminta inisial orang yang diyakini Roy Suryo mengirim santet padanya itu.

    Roy Suryo pun memberikan ciri-cirinya, menurut dia pengirim santet itu disebut netizen mulai tremor.

    “Kalau menurut orang-orang yang sudah makin kelihatan tremor,” katanya sambil tertawa.

    Sementara itu, dr Tifa melalui akun Twitternya menyoroti perubahan fisik pada Jokowi.

    Ia mengatakan kalau Jokowi seperti terkena autoimun.

    Dirinya menyarankan agar Jokowi segera diberi obat anti depresan.

    “Pak Jokowi kok seperti kena Autoimun? Wajah dan leher tiba-tiba penuh melasma atau bercak-bercak hitam, Dan tiba-tiba juga alopecia berat, rambut rontok mendadak di dahi, ubun-ubun, belakang kepala Autoimun atau Hiperkortisolisme? 

    Dokter pribadi perlu meresepkan Anti-depresan, deh Kasihan, beban berbohong 10 tahun, ngga kebayang rasanya,” tulis dia.

    Sosok Istri Roy Suryo 

    Sosok Ismarindayani Priyanti, istri Roy Suryo kini tak luput dari perbincangan.

    Ismarindayani Priyanti ternyata punya profesi mentereng dan satu geng arisan dengan Mayangsari.

    Melansir dari Tribunnewsmaker.com, Roy Suryo dan Ririen Suryo menikah pada 10 Desember 1994.

    Keduanya bertemu ketika masih sama-sama mengenyam pendidikan di UGM, Yogyakarta.

    Ririen yang kelahiran Februari 1969 ini menempuh pendidikan di Fakultas Hukum, sedangkan Roy Suryo di Jurusan Komunikasi.

    Setelah lulus, keduanya mengambir jalur karir yang berbeda.

    Jika Roy Suryo aktif di dunia politik, Ririen lebih memilih karir di dunia perbankan.

    Meski begitu pada tahun 2009, Ririen juga pernah menjajal dunia politik.

    Kala itu ia maju menjadi caleg dan berkompetisi di pemilihan DPD RI dari Yogyakarta.

    Akan tetapi, suara Ririen dikalahkan oleh GKR Hemas, Hafidh Asrom, Cholid, Mahmud, dan M Afnan Hadikusumo.

    Kemudian pada tahun 2018, Ririen menjabat sebagai Regional Wealth Bank di Bank Mandiri wilayah Jakarta Thamrin.

    Terakhir, Ririen diketahui aktif sebagai Notaris/PPTAK di Yogyakarta.

    Melansir dari Nakita, Ririn juga tetap menjalani kodratnya sebagai perempuan yang memiliki grup arisan dan hangout bersama kelompok sosialitanya.

    Melihat dari unggahan instagramnya, ternyata Ririn tergabung dalam grup arisan sosialita Krisdayanti diikuti oleh sejumlah istri pengusaha dan pejabat seperti Liliana Tanoesoedibjo, Farah Quinn hingga Mayangsari dengan nama grup arisan, Geng Lovely.

    Meskipun istri Roy Suryo sering terlihat tampil dengan balutan kebaya, pakaiannya sehari-hari tetap tak kalah glamor dari sosialita lainnya.

    Profil Ismarindayani Priyanti, Istri Roy Suryo berlanjut, wanita yang akrab disapa Ririn itu ternyata satu geng arisan dengan Mayangsari.

    Ia sangat memperhatikan dan menata penampilannya dari ujung kepala hingga kaki agar terlihat sempurna.

    Dalam sebuah acara lainnya, Ririn juga mengenal dekat sosok Syahrini dan istri Chairul Tanjung.

    Gaya hidupnya sehari-hari pun terlihat mewah, dari tas branded yang ditentengnya, perhiasan dan berlian yang melekat pada tubuhnya hingga mobil mewah yang terpajang di instagram.

    Selain itu, istri Roy Suryo juga seorang pecinta kucing yang potret peliharaannya pernah diunggah ke instagram.

    Roy Suryo Bantah Dapat Uang

    Padahal dalam kasus ijazah Jokowi ini Roy Suryo mengaku bekerja sukarela alias tidak dibayar.

    “Kami datang dengan uang kami sendiri, tidak ada biaya sedikitpun,” katanya di Youtube Sindonews.

    Ia menekankan tidak ada suntikan dana dari luar negeri untuk menggarap kasus ijazah Jokowi.

    “Mana ada dari luar negeri. Itu bener-bener nyebelin deh,” katanya.

    Roy bahkan menantang pihak yang menuduh untuk membuktikan aliran dana tersebut.

    “Saya tantang potong kepala atau gantung di Monas kalau bisa nunjukin itu,” katanya.

    “Lah iya bohong. Yang bilang itu dari luar negeri. Buktikan,” katanya.

    Ia mengaku siap digantung di Monas jika memang terbukti ada aliran dana yang membiayai kasus ijazah Jokowi.

    “Buktikan dulu,” katanya.

    Setelah Bareskrim Polri menghentikan aduan Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), kini Roy Cs menghadapi laporan Jokowi di Polda Metro Jaya.

    Mereka dilaporkan atas tuduhan pencemaran nama baik dan UU ITE dengan Pasal 310 dan 311 KUHP, serta Pasal 35, 32, 27A Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

    Bahkan dengan adanya UU ITE, Roy Suryo Cs terancam dipenjara karena ancamanya hukumannya 8 sampai 12 tahun.

    Meski dihadapkan dengan nasib miris, namun Roy mengaku tetap santai dalam menjalani hari-harinya.

    “Saya percaya penuh pada Tuhan, Allah makanya saya masih santai, nyupir sendiri. normal (kehidupan),” katanya.

    Bukan menciut menghadapi laporan Jokowi, Roy justru semakin kekeuh.

    “Ada pepatah sing waras ngalah. Saya bilang gak, yang waras gak boleh ngalah nanti yang edan yang berkuasa, ini gak boleh orang edan berkuasa,” katanya.

    Padahal beberapa temannya sudah mendapatkan teror.

    “Pernah terjadi pada Rismon, mobilnya dipecah bannya disilet. Sangat terkait (kasus ijazah Jokowi). Itu bar-bar betul, itu jahat betul, makanya itu yang dilaporkan ke Komnas HAM,” katanya.

  • Terdaftar sebagai Sarjana Muda, Jokowi akan Dilaporkan Lagi terkait Dugaan Skripsi Palsu!

    Terdaftar sebagai Sarjana Muda, Jokowi akan Dilaporkan Lagi terkait Dugaan Skripsi Palsu!

    GELORA.CO – Isu baru kembali mencuat terkait latar belakang pendidikan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Kali ini, muncul rencana pelaporan terhadap Jokowi ke Bareskrim Polri dan Pengadilan Perdata terkait dugaan skripsi palsu.

    Pihak pelapor menduga bahwa Jokowi tidak pernah menulis skripsi sebagai syarat kelulusan sarjana strata satu (S1). Dugaan ini didasarkan pada data form her-registrasi yang menunjukkan bahwa Jokowi terdaftar sebagai Sarjana Muda, dengan total jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) hanya 122 SKS—yang terdiri dari SKS wajib dan pilihan.

    “Peperangan baru! Jokowi akan dilaporkan atas skripsi palsu ke Bareskrim dan Pengadilan Perdata! Mengingat form Her-Registrasi, Jokowi terdaftar Sarjana Muda dan total SKS (wajib dan pilihan) hanya 122 SKS!. Sarjana Muda tidak menulis skripsi,” kata Pakar Digital Forensik Rismon Sianipar dalam unggahan sosial media X/Twitter, dikutip Sabtu (31/5/2025).

    Menurutnya, gelar Sarjana Muda tidak mengharuskan mahasiswa menulis skripsi, yang biasanya menjadi syarat kelulusan program sarjana penuh (S1). Oleh karena itu, mereka mempertanyakan keabsahan skripsi Jokowi dan berniat membawa persoalan ini ke ranah hukum, baik pidana maupun perdata.

    Sebelumnya, Rismon Sianipar juga mempertanyakan asal-usul gelar Insinyur (Ir) yang didapat Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, gelar tersebut tersemat di nama depan Jokowi meskipun Jokowi diketahui pihaknya mengambil program sarjana muda di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

    Hal ini diungkapkan Rismon dalam unggahan sosial media X/Twitter, dikutip Jumat (30/5/2025).

    Dalam unggahan tersebut, Rismon turut menyematkan foto yang menunjukkan formulir pendaftaran ulang semester II tahun akademik 1981/982 yang dimiliki Jokowi. Formulir tersebut juga menunjukkan Jokowi melingkari sarjana muda di antaranya pilihan program lainnya.

    Lantas, Rismon pun mempertanyakan bagaimana gelar insinyur bisa diterima Jokowi melalui program sarjana muda.

    “Jokowi mengikuti program sarjana muda di Fakultas Kehutanan UGM. Lalu dari mana ia mendapat gelar Ir? Apakah program sarjana muda di UGM bergelar Ir Kehutanan?” tanya Rismon dalam unggahannya.

    Rekan Rismon, pegiat media sosial yang juga alumni UGM dokter Tifa menyebut dirinya masih mendalami dulu terkait kelanjutan masalah ijazah Jokowi dengan data-data yang ada. “Ini agar opini saya akurat,” tutur dokter Tifa saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

    Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri menyebutkan akan berkoordinasi dengan Ditreskrimum Polda Metro Jaya terkait laporan yang diajukan Jokowi soal tuduhan ijazah palsu.

    Hal itu dilakukan seusai Dittipidum menghentikan penyelidikan terkait aduan soal dugaan ijazah Jokowi cacat hukum yang diajukan oleh Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) serta menyatakan tidak ditemukan unsur pidana di dalamnya.

    “Terkait adanya laporan di Polda Metro Jaya, tentu saja kami sebagai satuan pembina fungsi teknis tentu akan berkoordinasi,” kata Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (22/5/2025).

    Dia mengatakan laporan Jokowi di Polda Metro saat ini masih dalam tahap penyelidikan. Dirinya menyebut pihaknya tidak akan mengintervensi proses penanganan laporan tersebut.

  • Mutiara Anindyana, Wisudawan Termuda UGM Lulus pada Usia 19 Tahun

    Mutiara Anindyana, Wisudawan Termuda UGM Lulus pada Usia 19 Tahun

    Yogyakarta, Beritasatu.com — Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar wisuda bagi 1.408 lulusan program sarjana dan sarjana terapan periode III tahun akademik 2024/2025 pada Rabu (28/5/2025), di Grha Sabha Pramana. Dari ribuan lulusan tersebut, nama Mutiara Anindyana Hapsari mencuri perhatian publik sebagai wisudawan termuda.

    Mahasiswi Fakultas Farmasi UGM ini sukses meraih gelar sarjana pada usia 19 tahun 1 bulan 9 hari. Usia kelulusannya jauh di bawah rata-rata lulusan sarjana UGM, yaitu 22 tahun 6 bulan 15 hari. Tak hanya itu, Mutiara juga menyelesaikan studinya dalam waktu 3,5 tahun dan lulus dengan predikat cumlaude.

    Keberhasilan ini bukanlah kebetulan. Sejak kecil, Mutiara sudah mengikuti program akselerasi di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Ia mengungkapkan, motivasi awalnya berasal dari keinginan pribadi agar bisa lulus kuliah saat orang tuanya masih muda.

    “Dahulu saya hanya ingin cepat lulus supaya orang tua saya masih muda ketika saya sarjana. Keluarga juga sangat mendukung,” ujarnya, Sabtu (31/5/2025).

    Meski menjadi mahasiswa termuda di kampus ternama, Mutiara tak luput dari tantangan. Ia mengaku sempat kesulitan beradaptasi pada awal masa kuliah karena lingkungan dan tempo belajar yang berbeda.

    “Awalnya sulit karena lingkungan baru dan harus menyesuaikan diri, apalagi saya harus merantau sendiri,” kenangnya.

    Namun, tantangan itu justru melatih kemandirian dan kemampuan beradaptasi. Ia merasa beruntung memiliki lingkungan pertemanan yang suportif dan membantunya bertumbuh.

    Selama kuliah, Mutiara aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Ia pernah menjadi panitia acara, bergabung dalam organisasi mahasiswa, menjadi asisten laboratorium, dan terlibat dalam penelitian tugas akhir. Skripsinya berjudul Optimasi HPMC dan Karbopol serta Uji Aktivitas Tabir Surya dan Sifat Fisik Gel Ekstrak Biji Coffea arabica dan Minyak Biji Vitis vinifera L secara In Vitro yang membahas kosmetika berbahan alam.

    “Saya memang tertarik dengan formulasi kosmetik berbahan alam, jadi saya memilih topik ini,” jelasnya.

    Mutiara menutup masa kuliahnya dengan pesan inspiratif bagi mahasiswa lain. “Dahulu aku juga pernah bingung soal arah dan tujuan hidup, mungkin banyak dari kita juga pernah di fase itu. Namun yang penting, nikmati prosesnya dan jangan takut mencoba hal baru,” tuturnya.

  • Ibunda Ungkap Argo Ingin S2 ke Luar Negeri, Cita-cita Jadi Pengacara

    Ibunda Ungkap Argo Ingin S2 ke Luar Negeri, Cita-cita Jadi Pengacara

    Jakarta

    Meiliana (48) mengenang sosok putranya, Argo Ericko Achfandi (19), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang tewas ditabrak mobil BMW di Jalan Palagan. Ia menyebut Argo memiliki cita-cita menjadi pengacara.

    “Masuk di Fakultas Hukum ini, beliau hanyain sebenarnya corporate lawyer. Ya, corporate lawyer,” kata Meiliana saat ditemui di kediamannya di kawasan Kalibaru, Depok, Sabtu (31/5/2025).

    Dia menceritakan Argo memang merupakan anak yang pintar secara akademik. Dari kecil Argo sudah gemar membaca dan kuat menghafal.

    Meski baru menjalani tahun pertama kuliah, Meiliana mengatakan Argo memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah strata dua (S2) ke luar negeri.

    Niat itu sudah disampaikan Argo padannya. Almarhum Argo, kata dia, kala itu mengatakan hendak mencoba program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan.

    “Setelah ini (kuliah) dia akan mempunyai cita-cita mau S2 di luar negeri melalui LPDP. Sudah disiapkan dari sekarang, walaupun itu masih tiga tahun ke depan,” ungkap Meiliana.

    “Belum (tahu mau ke negara mana). Pada saat waktu di UGM, dia diskusi dengan saya. Dia punya goal, target lima tahun ke depan, saya diskusi, ‘setelah ini kamu mau kemana?’ (itu) sebelum dia diterima melalui jalur SMBB, kita sempat diskusi,” cerita Meiliana.

    “‘Setelah ini kamu kemana nak? 5 tahun lagi kamu akan apa?’, ‘Oh nggak bun, aku rencana nantinya mau S2’, ‘Oh ya silahkan, melalui jalur beasiswa nak?’, ‘Ya, LPDP bun, tapi bunda diem-diem dulu ya,’” lanjutnya.

    “Ternyata dia mempersiapkan itu di semester dua, itu pun info dari teman dekatnya. Itu sangat luar biasa, sangat luar biasa,” terang dia.

    “(Argo sudah mulai) Mencari beasiswa untuk LPDP tersebut. Tapi sebelumnya dengan saya adalah les bahasa Inggris,” sambung Meiliana.

    Di sisi lain, Meiliana mengungkap Argo pernah bercerita tentang tujuannya. Argo, kata dia punya tujuan yang sangat mulia, yaitu membahagiakan ibunya juga adiknya yang masih duduk pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Meilina terharu atas ucapan Argo.

    “Almarhum Argo ini adalah anak sulung dari dua bersaudara. Harapan besar saya, dia adalah pengganti ayahnya, sebagai tulang punggung untuk saya dan adiknya. Yang akhirnya, dengan adanya kejadian ini, pupus semua harapan saya selaku ibu yang membesarkan almarhum 11 tahun tanpa figur ayah,” tuturnya pilu.

    “Itulah luar biasanya Argo. Dia mempunyai tujuan atau semangat yang sangat tinggi. Terutama untuk masa depan dia nanti. Dan tujuannya hanya satu, membahagiakan ibunya,” pungkas Meiliana.

    Kronologi Kecelakaan Maut

    Dilansir detikJogja, kecelakaan maut terjadi pada Sabtu (24/5) dini hari. Kasat Lantas Polresta Sleman, AKP Mulyanto, mengatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 01.00 WIB.

    “Kecelakaan melibatkan pemotor Vario, mobil BMW, dan CRV dini hari tadi di Jalan Palagan. Untuk korban satu orang, pemotor Vario meninggal dunia,” kata Mulyanto saat dihubungi wartawan, Sabtu (24/5/2025).

    Diketahui mobil BMW dikemudikan oleh Christiano Pengarapenta Pengidahen Tarigan (21), mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Sedangkan motor Vario dikendarai oleh Argo Ericko Achfandi (19), mahasiswa Fakultas Hukum UGM.

    Mulyanto berujar, kecelakaan bermula saat Argo berkendara dari arah selatan ke utara. Saat itu dia berniat putar arah balik ke selatan.

    Akan tetapi, saat kendaraannya berbelok, dari arah belakang melaju mobil BMW yang dikemudikan Christiano. Benturan pun tak terhindarkan.

    “Pemotor bermaksud berputar arah ke arah selatan, bersamaan dengan itu dari arah yang sama, dari belakangnya melaju BMW. Karena jarak yang dekat pengemudi mobil tidak bisa menghindar dan membentur motor,” jelasnya.

    Usai membentur motor, mobil BMW tidak langsung berhenti dan menabrak mobil CRV yang terparkir di pinggir jalan. Dalam peristiwa kecelakaan ini, pemotor meninggal dunia di lokasi kejadian.

    (ond/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Liburan Makan Enak Melulu, Ini Saran Ahli Biar Tak Menggendut

    Jakarta

    Liburan panjang atau long weekend kerap menjadi momen yang dinantikan banyak orang. Selain jadi waktu yang tepat untuk melepas penat, liburan juga identik dengan momen bersantap, mulai dari kumpul keluarga, jalan-jalan kuliner, hingga menikmati makanan manis dan berlemak tanpa banyak pertimbangan.

    Tak heran, banyak orang merasa pola makan mereka jadi tak terkendali selama liburan. Porsi makan melonjak, jam makan berantakan, dan godaan camilan sulit dihindari. Ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Pratiwi Dinia Sari, S.Gz, RD, mengatakan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan hingga makanan bersantan yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

    Hal ini dikarenakan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat atau Low-Density Lipoprotein (LDL) dalam darah. Dalam jangka panjang kondisi ini dapat menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke.

    Begitu juga makanan manis. Pratiwi mengatakan kandungan gula yang tinggi dalam makanan ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa.

    “Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif,” ucap Pratiwi, dikutip dari laman UGM, Selasa (27/5/2025).

    Tubuh yang terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin bekerja terlalu keras dalam waktu lama dapat memicu resistensi insulin. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

    “Caranya sederhana dengan cukup tidur, batasi gula, konsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan, serta makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt atau makanan fermentasi,” tegasnya.

    Selama liburan panjang, penting juga untuk tetap memenuhi kebutuhan serat. Hal ini dikarenakan serat sangat membantu dalam menjaga kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah. Usahakan mengonsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari.

    Prinsip “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan dapat dijadikan pedoman, yakni setengah piring diisi buah dan sayur, seperempat lauk pauk, dan seperempat makanan pokok. Pratiwi pun mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir, karena menjaga pola makan sehat bukan berarti harus menjauhi makanan favorit. Ia justru menganjurkan pendekatan yang lebih realistis dengan pola makan 80:20.

    “Artinya, 80 persen kebutuhan kalori harian kita dipenuhi dari makanan berkualitas dan 20% sisanya boleh dari makanan yang sifatnya rekreasional,” jelasnya.

    NEXT: Rekomendasi aktivitas fisik

    Selain itu, Pratiwi juga merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik agar tubuh tetap bugar selama liburan. Liburan sering kali identik dengan gaya hidup inaktif, seperti rebahan seharian, duduk lama menonton film atau bermain gadget, dan waktu istirahat yang justru terlalu panjang tanpa gerak.

    Padahal, tubuh tetap membutuhkan pergerakan untuk menjaga metabolisme tetap optimal dan mencegah penumpukan kalori yang tidak terpakai.

    “Banyak orang berpikir kalau olahraga itu harus yang berat, seperti pergi ke gym atau ikut kelas kebugaran tertentu. Padahal, aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 15-30 menit setiap hari sudah sangat membantu menjaga kebugaran tubuh,” tambahnya.

    “Kuncinya adalah keseimbangan. Gaya hidup sehat dilakukan sepanjang hidup agar kita bisa menikmati momen liburan dengan tubuh yang bugar dan pikiran yang ringan,” tutup Pratiwi.

    Simak Video “Video: Manfaat Diet Ketogenik Sebelum Operasi Jantung Terbuka pada Anak”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Taktik Orang Suruhan Ganti Pelat BMW Christiano Tarigan, Sukses Kelabui Polisi di Polsek
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Mei 2025

    Taktik Orang Suruhan Ganti Pelat BMW Christiano Tarigan, Sukses Kelabui Polisi di Polsek Regional 31 Mei 2025

    Taktik Orang Suruhan Ganti Pelat BMW Christiano Tarigan, Sukses Kelabui Polisi di Polsek
    Penulis
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Seorang pria berinisial IV diam-diam mengganti pelat nomor mobil BMW milik
    Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan
    usai kecelakaan yang menewaskan mahasiswa UGM,
    Argo Ericko Achfandi
    .
    IV yang mengaku sebagai orang suruhan itu mengganti pelat nomor saat barang bukti sudah diamankan di Polsek Ngaglik, Sleman, pasca
    Aksi itu dilakukan dengan cara mengelabui petugas jaga.
    Kapolresta Sleman Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo mengatakan, IV datang ke Polsek Ngaglik pada 24 Mei, pagi setelah insiden kecelakaan maut di Jalan Palagan Sleman.
    “Tanggal 24, sekitar jam 9 ada orang yang datang ke Polsek,” kata Edy, Jumat (30/5/2025).
    Saat itu, IV awalnya meminta izin ke petugas untuk mengambil barang pribadi dari dalam mobil.
    Petugas yang berjaga pun megizinkan dan mengantarkannya ke mobil BMW milik Christiano. IV sempat mengambil sepasang sepatu dari dalam mobil.
    “Dia mengambil barang ditemani oleh anggota. Di CCTV-nya ada juga anggota nemenin, setelah selesai dia pamitan,” tambahnya.
    Rupanya, mengambil barang itu hanya modus untuk mengetahui lokasi mobil disimpan.
    Tak lama kemudian, IV kembali ke area parkir Polsek Ngaglik tanpa sepengetahuan petugas.
    “Orang itu datang lagi ke situ (lokasi mobil BMW diparkir) mengganti pelat nomor, di-CCTV ada. Mengganti pelat nomor yang pelat nomor F diganti B,” jelas Edy.
    Hasil pemeriksaan menyebut penggantian pelat dilakukan untuk menutupi fakta bahwa mobil memakai pelat palsu 
    Saat kecelakaan, mobil mewah yang dikemudikan Christiano itu menggunakan pelat F 1206.
    Namun, pelaku IV menggantinya dengan pelat nomor B 1442 NAC, yang sesuai dengan STNK.
    “Motif dan niatnya supaya tidak diketahui bahwa pada saat kejadian, atau sebelum kejadian, mobil tersebut menggunakan pelat palsu,” ujar Edy.
    Polisi juga menemukan empat pelat berbeda di dalam mobil BMW tersebut.
    “Hasil kita periksa, ternyata di dalam mobil itu juga ada empat pelat nomor yang berbeda,” lanjut Edy.
    IV mengaku melakukan aksi pergantian pelat itu atas perintah dua atasannya, WI dan NR, yang bekerja di perusahaan swasta yang sama.
    “IV mengaku mengganti pelat atas perintah dua atasannya, WI dan NR. Ketiganya sudah kami periksa,” ujar Edy.
    Polisi menyatakan IV, WI, dan NR masih diperiksa dan berpeluang besar menjadi tersangka.
    “Gambaran umumnya, pasti jadi tersangka,” tegas Edy.
    Polisi tak merinci lebih jauh perusahaan swasta tempat ketiga pelaku bekerja. Ia juga tak menjelaskan secara detail hubungan antara pelaku dengan Christiano yang masih berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. 
    Edy hanya memastikan para pelaku dan Christiano saling mengenal.
    “Mereka kenal, kerabat lah ya,” ujarnya singkat.
    Polisi menyatakan, Christiano yang sudah ditahan atas kasus kecelakaan juga akan dikenai pasal tambahan terkait dugaan pemalsuan pelat nomor.
    (Penulis: Wijaya Kusuma)

    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Survei Indikator: Mayoritas Tak Percaya Jokowi Palsukan Ijazah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        31 Mei 2025

    Survei Indikator: Mayoritas Tak Percaya Jokowi Palsukan Ijazah Nasional 31 Mei 2025

    Survei Indikator: Mayoritas Tak Percaya Jokowi Palsukan Ijazah
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com-
    Hasil survei yang diselenggarakan
    Indikator Politik
    Indonesia menunjukkan, mayoritas publik tidak percaya bahwa Presiden ketujuh Republik Indonesia
    Joko Widodo
    memalsukan ijazahnya.
    Direktur Eksekutif Indikator
    Burhanuddin Muhtadi
    menyebutkan, 66,9 persen responden survei tersebut menyatakan tidak percaya
    Jokowi
    memalsukan ijazah.
    “Mayoritas mengatakan tidak percaya mantan Presiden Jokowi memalsukan ijazah, jadi yang tidak percaya Pak Jokowi memalsukan ijazah itu 66,9 persen dari semua responden,” kata Burhanuddin, dikutip dari YouTube Indikator Politik Indonesia, Sabtu (31/5/2025).
    Burhanuddin melanjutkan, ketika responden dikerucutkan hanya kepada mereka yang mengikuti kasus dugaan ijazah palsu Jokowi, angkanya juga tidak banyak berubah.
    “Sementara mereka yang mengetahui kasus ini, yang tidak percaya bahwa Pak Jokowi memalsukan ijazah itu 69,7 persen,” kata dia.
    Dengan demikian, Burhanuddin menegaskan, mayoritas publik pada dasarnya percaya bahwa ijazah yang dimiliki Jokowi adalah asli.
    Kendati demikian, survei juga mencatat ada 19,1 persen responden yang percaya dan sangat percaya bahwa
    ijazah Jokowi
    palsu, sedangkan 14,1 persen responden menjawab tidak tahu.
    “Jadi Mas Roy Suryo masih ada pendukungnya, cukup lumayan 19 persen dari total populasi pemilih kita,” kata Burhanuddin.
    Survei ini diselenggarakan pada 17-20 Mei 2025 terhadap 1.286 orang responden yang dipilih lewat metode 
    double sampling
    , yakni pengambilan sampel secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya.
    Survei dilakukan dengan wawancara melalui telepon.
    Margin of error
    survei diperkirakan +/- 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
    Bareskrim Polri sebelumnya telah menyatakan bahwa ijazah S1 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) milik Jokowi adalah asli.
    Hal ini diketahui setelah Bareskrim melakukan uji laboratorium forensik (labfor) terhadap ijazah yang diadukan palsu oleh Ketua Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) Eggi Sudjana.
    Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, mengungkapkan, ijazah Jokowi diuji labfor dengan melakukan pengecekan dari bahan kertas, pengaman kertas, bahan cetak, tinta tulisan tangan, cap stempel, serta tinta tanda tangan dari dekan dan rektor.
     
    “Dari peneliti tersebut maka antara bukti dan pembanding adalah identik atau berasal dari satu produk yang sama,” kata Djuhandhani dalam konferensi pers di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
    Selain itu, Bareskrim juga melakukan verifikasi langsung ke UGM, memeriksa dokumen administrasi perkuliahan Jokowi, hingga memeriksa 39 saksi sebelum menyatakan
    ijazah Jokowi asli
    .
    Bareskrim pun memutuskan untuk menghentikan penyelidikan dugaan ijazah palsu Jokowi berbekal hasil uji tersebut.
    Namun, langkah Bareskrim ini tetap dipertanyakan oleh TPUA yang menilai Bareskrim tidak berwenang memutuskan ijazah Jokowi asli.
    “Putusan di pengadilan menentukan asli tidak. Nah, Bareskrim itu tidak punya kompetensi untuk memutuskan asli dan tidak,” ujar Wakil Ketua TPUA Rizal Fadillah saat ditemui di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (26/5/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Taktik Orang Suruhan Ganti Pelat BMW Christiano Tarigan, Sukses Kelabui Polisi di Polsek
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Mei 2025

    Pelat BMW Christiano Tarigan Sengaja Diganti usai Tabrak Argo: Siapa Saja yang Terlibat dan Apa Motifnya? Regional 31 Mei 2025

    Pelat BMW Christiano Tarigan Sengaja Diganti usai Tabrak Argo: Siapa Saja yang Terlibat dan Apa Motifnya?
    Penulis
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus kecelakaan yang menewaskan mahasiswa UGM,
    Argo Ericko Achfandi
    , di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Sleman, tidak berhenti pada penetapan tersangka pengemudi mobil BMW,
    Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan
    .
    Usai Christiano Tarigan ditangkap, muncul fakta baru mengenai penggantian pelat nomor kendaraan yang memunculkan pertanyaan soal upaya mengaburkan barang bukti.
    Setelah kecelakaan terjadi, publik mencurigai adanya upaya manipulasi identitas kendaraan.
    Dalam dokumentasi warganet, BMW tersebut terlihat menggunakan pelat nomor F 1206 saat kecelakaan.
    Namun, ketika mobil diamankan di Polsek Ngaglik, pelat nomor yang terpasang telah berubah menjadi B 1442 NAC.
    Polisi pun mengakui ada orang yang mengganti pelat nomor tersebut setelah mobil diamankan di Polsek, tanpa sepengetahuan petugas.
    “Pada saat kendaraan sudah diamankan, tanpa diketahui oleh petugas, ada yang mengganti pelat nomor tersebut menggunakan pelat nomor B 1442 NAC,” kata Kapolresta Sleman Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo, Jumat (30/5/2025).
    Penyelidikan polisi mengarah pada seorang pria berinisial IV, karyawan sebuah perusahaan swasta, yang kini sudah ditangkap.
    Pada Sabtu pagi, 24 Mei 2025, IV datang ke Polsek Ngaglik dengan alasan mengambil barang pribadi dari dalam mobil BMW yang diamankan sebagai barang bukti.
    Petugas piket yang berjaga saat itu mengizinkannya masuk. IV mengambil sepasang sepatu dari dalam mobil.
    Namun, tidak lama setelahnya, IV diam-diam kembali ke lokasi kendaraan dan mengganti pelat nomor mobil, dari F 1206 menjadi B 1442 NAC.
    Aksi ini terekam kamera pengawas (CCTV) di area parkir Polsek.
    “Orang itu datang lagi ke situ (lokasi mobil BMW diparkir) mengganti pelat nomor, di-CCTV ada. Mengganti pelat nomor yang pelat nomor F diganti B,” jelas Edy.
    Dari pemeriksaan, terungkap bahwa motif utama penggantian pelat adalah untuk menutupi penggunaan pelat palsu saat kecelakaan terjadi.
    Pelat F 1206 yang terpasang saat kejadian tidak sesuai dengan STNK kendaraan, sedangkan pelat B 1442 NAC adalah pelat yang sah.
    “Motif dan niatnya supaya tidak diketahui bahwa pada saat kejadian, atau sebelum kejadian, mobil tersebut menggunakan pelat palsu,” kata Edy.
    Penggunaan pelat palsu ini diduga untuk gaya-gayaan, karena polisi juga menemukan empat pelat nomor berbeda di dalam mobil BMW tersebut.
    “Hasil kita periksa, ternyata di dalam mobil itu juga ada empat pelat nomor yang berbeda,” tambah Edy.
    Penyidik mengungkap bahwa IV tidak bertindak sendiri, melainkan mengaku diperintah oleh dua atasannya di perusahaan tempat ia bekerja, yaitu WI dan NR.
    “Keterangannya itu pimpinannya di perusahaan swasta. Dia melakukan disuruh sama dua orang itu,” kata Edy.
    Ketiga orang tersebut saat ini masih diperiksa.
    Menurut Edy, gelar perkara akan dilakukan untuk menentukan apakah mereka akan ditetapkan sebagai tersangka. Namun, indikasi ke arah itu sudah cukup kuat.
    “Gambaran umumnya, pasti jadi tersangka,” tegasnya.
    Polisi belum merinci perusahaan tempat mereka bekerja, atau bagaimana hubungan kerja mereka dengan Christiano yang masih berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
    Namun, Edy menyebut adanya kedekatan personal di antara para pelaku dan Christiano.
    “Mereka kenal, kerabat lah ya,” ungkap Edy.
    Sementara soal kedekatan ketiganya dengan orangtua Christiano, polisi belum bisa berbicara banyak.
    “Orangtua Christiano belum kita periksa saya enggak (tahu) orang tua Christiano kerja di mana,” ujar Edy.
    Meskipun pelat diganti oleh IV dkk, polisi menegaskan bahwa hingga kini belum ada bukti bahwa Christiano menyuruh langsung melakukan tindakan tersebut.
    “Bukan Christiano (yang menyuruh mengganti pelat),” jelas Edy.
    Namun, karena pelat palsu digunakan saat kecelakaan, Christiano juga akan dijerat dengan pasal tambahan terkait dugaan pemalsuan identitas kendaraan.
    Christiano sendiri sudah terlebih dahulu ditahan atas kasus kecelakaan maut tersebut.
    Proses hukum kini memasuki babak baru dengan dugaan adanya tindak pidana tambahan berupa pengaburan barang bukti dan penggunaan pelat palsu.
    (Penulis: Wijaya Kusuma, Wisang Seto Pangaribowo)
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ratusan universitas ditutup karena jual beli ijazah palsu, kenapa harus percaya UGM 100% terkait ijazah Jokowi?

    Ratusan universitas ditutup karena jual beli ijazah palsu, kenapa harus percaya UGM 100% terkait ijazah Jokowi?

    GELORA.CO –  Ahli Forensik Digital Rismon Hasiholan Sianipar mengungkapkan alasannya masih menyisakan ruang ketidakpercayaan kepada pihak Universitas Gajah Mada (UGM) yang sebelumnya memberikan penjelasan soal keaslian ijazah Joko Widodo alias Jokowi

    Alasannya, Rismon menyebut, selama ini banyak kasus jual-beli ijazah yang melibatkan pihak kampus

    Dia pun mengutip sebuah pemberitaan media online pada 2019, di mana saat itu pemerintah menutup atau menonaktifkan ratusan perguruan tinggi karena terbukti menerbitkan ijazah tidak sesuai prosedur

    Kampus-kampus itu memiliki sejumlah masalah, salah satunya menerbitkan ijazah palsu dan menjualnya.

    Dalam pemberitaan tertanggal 20 Februari 2019 itu, disebutkan bahwa Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menutup ratusan perguruan tinggi karena dianggap bermasalah dan tidak mengikuti aturan pemerintah. 

    Pelanggaran itu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi memberikan ancaman pidana penjara dan denda bagi pelaku jual beli sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Ayat (6) dan (7), Pasal 42 Ayat (3), Pasal 44 Ayat (4). Ancaman penjara 10 tahun.

    “Ratusan universitas ditutup karena jual beli ijazah palsu. Lalu, kenapa kita harus memercayai 100 persen UGM terkait ijazah Jokowi hanya karena yang MENERBITKAN adalah UGM? Apa ada lembar pengesahan skripsi kosong dikumpulkan ke perpustakaan? Itu hanya ada di UGM,” tulis Risman Sianipar dikutip dari akun X pribadinya, Jumat (30/5/2025)

  • Temuan Mengejutkan! Kasmudjo Sudah Dosen Tetap sejak 1976, tapi Kok Mengaku Asisten Dosen saat Jokowi Kuliah di UGM

    Temuan Mengejutkan! Kasmudjo Sudah Dosen Tetap sejak 1976, tapi Kok Mengaku Asisten Dosen saat Jokowi Kuliah di UGM

    GELORA.CO – Ahli sejarah dari Leiden University Belanda, Suryadi, membeberkan temuan berbeda terkait status Kasmudjo yang sempat mengaku masih sebagai asisten dosen saat mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) masih berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM.

    Ternyata berdasarkan temuan tersebut, Suryadi mengungkapkan, Kasmudjo sebenarnya sudah berstatus sebagai dosen tetap di Fakultas Kehutanan UGM ketika Jokowi berkuliah.

    Bahkan, kata Suryadi, status tersebut sudah diemban Kasmudjo sejak tahun 1976 atau empat tahun sebelum Jokowi masuk Fakultas Kehutanan UGM.

    Diketahui, Jokowi pertama kali berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1980 dan lulus lima tahun kemudian.

    “Sebenarnya Pak Kasmudjo pada tahun 1976 sudah menjadi dosen tetap di Fakultas Kehutanan UGM,” katanya dikutip dari YouTube Hersubeno Point, Jumat (30/5/2025).

    Pada video wawancara tersebut, Suryadi membagikan daftar dosen tetap di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1976-1980.

    Terlihat dalam pemaparan pada slide tersebut, gelar yang disandang Kasmudjo adalah Bachelor of Science (B.Sc.).

    Sementara, Suryadi mengutip daftar tersebut dari buku berjudul “Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa” karya Moch. Sambas Sabarnurdin.

    Di sisi lain, dikutip dari laman resmi UGM, tercatat Sambas Sabarnurdin merupakan dosen Silvikultur Intensif dan Agroforestri.

    Dia juga sudah dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 2008.

    Dengan temuannya tersebut, Suryadi pun mempertanyakan alasan Kasmudjo harus mengaku sebagai asisten dosen saat Jokowi masih berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM.

    “Ini menurut saya perlu dipertanyakan, mengapa Pak Kasmudjo itu terkesan berubah-ubah (pengakuannya),” jelas Suryadi.

    Kasmudjo Ngaku Asisten Dosen, Bukan Dosen Pembimbing Skripsi Jokowi

    Sebelumnya, Kasmudjo mengaku sebagai asisten dosen di Fakultas Kehutanan UGM saat Jokowi berkuliah pada tahun 1980-1985.

    Hal ini disampaikan saat dirinya digugat ke Pengadilan Negeri (PN) Sleman oleh seorang advokat dari Makassar, Ir. Komardin.

    Pernyataannya ini sekaligus membantah bahwa dirinya mengetahui wujud skripsi dari Jokowi serta sebagai dosen pembimbing skripsi mantan Wali Kota Solo tersebut.

    “Mengenai ijazah, saya paling tidak bisa cerita. Karena saya tidak membimbing, tidak mengetahui. Prosesnya dan pembimbingnya itu Prof Sumitro,” jelas Kasmudjo pada 13 Mei 2025 lalu.

    Kasmudjo juga menegaskan bahwa ia tidak pernah melihat langsung ijazah Jokowi. 

    Bahkan, saat Jokowi mengunjungi rumahnya beberapa waktu lalu, tidak ada percakapan sedikit pun yang menyentuh topik tersebut. 

    “Enggak ada (obrolan soal ijazah), enggak sama sekali,” tegasnya.

    Di sisi lain, Kasmudjo mengaku selama menjadi asisten dosen, dirinya mendampingi beberapa dosen.

    Selain itu, dia juga mengungkapkan saat menjabat sebagai asisten dosen, status kepegawaiannya sudah masuk golongan IIId atau IVa.

    “Itu mungkin karena saya sebagai ketua lab yaitu yang berkaitan dengan non kayu dan mabel, saya mengajar di situ. Non kayu itu artinya produk-produk hutan yang selain dari kayu sama mabel,” tuturnya. 

    Jokowi juga mengamini bahwa Kasmudjo bukanlah dosen pembimbing skripsinya saat masih kuliah.

    “Ya memang bukan pembimbing skripsi, pak Kasmudjo ya memang bukan pembimbing skripsi,” ungkap Jokowi saat ditemui oleh awak media di kediamannya di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Solo, Jumat (23/5/2025), dikutip dari Tribun Solo.

    Baca juga:  Rismon Tidak Percaya Hasil Uji Labfor Ijazah Jokowi, Reza Indragiri: Patut Dieksaminasi Silang

    Dia pun menyebutkan bahwa sosok dosen pembimbing skripsinya pada saat menyusun tugas akhir kuliah tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Ahmad Soemitro.

    “Pembimbing skripsi saya itu adalah Prof. Dr. Ir Ahmad Soemitro,” urainya.

    Sementara itu, sosok Kasmudjo ditegaskan Jokowi hanya pembimbing akademiknya saat kuliah. 

    “Ya pembimbing akademis,” pungkasnya.