Institusi: UGM

  • Makin Terbukti Ijazah Jokowi Palsu

    Makin Terbukti Ijazah Jokowi Palsu

    GELORA.CO – Universitas Gajah Mada (UGM) mengklarifikasi soal Kecerdasan buatan (AI) bernama Lean Intelligent Service Assistant atau LISA yang menyebut Joko Widodo bukan mahasiswa UGM.

    Juru Bicara UGM Dr. I Made Andi Arsana membenarkan bahwa LISA merupakan karya UGM yang dikembangkan bersama Botika.

    “LISA adalah bagian dari program UGM University Services yang dikembangkan Biro Transformasi Digital dan Direktorat Kemahasiswaan UGM,” ujarnya.

    Andi menjelaskan LISA tidak sama dengan AI komersial seperti ChatGPT atau Gemini.

    Basis datanya terbatas pada informasi internal UGM terkait akademik, kemahasiswaan, administrasi, dan pengembangan diri.

    Lata Andi, kemampuan LISA masih dalam pengembangan melalui proses “belajar”.

    LISA mempelajari data melalui dua jalur: pertama dari informasi internal UGM, dan kedua dari internet bila informasi internal tidak mencukupi.

    Namun proses itu sangat bergantung pada ketepatan data yang diterimanya.

    Dalam kasus viral tersebut, Andi menyebut respons LISA tentang status kelulusan Jokowi tidak akurat serta menunjukkan inkonsistensi.

    “Informasi yang disampaikan LISA tidak akurat. UGM menegaskan bahwa Joko Widodo adalah alumni yang lulus dari UGM seperti dinyatakan oleh Rektor,” katanya.

    Inkonsistensi itu, lanjut Andi, justru menegaskan bahwa LISA memang tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan seperti itu dan menunjukkan sistemnya masih dalam proses belajar untuk meningkatkan kemampuan dan akurasi.

    Diketahui beredar video yang melakukan percakapan antara LISA dengan pengguna. Pengguna bertanya mengenai “Jokowi alumni UGM”.

    Namun jawaban LISA menyebut Joko Widodo bukan alumni UGM, sekalipun dalam pernyataannya juga menyebut Jokowi menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM, tetapi tidak lulus.

    Pertanyaan yang sama ditampilkan dua kali di layar, dan respons LISA tampak konsisten.

    Tanggapan Masyarakat

    Pengacara Roy Suryo Cs Ahmad Khozinudin, S.H. menyebut dalam kaidah saintifik, teknologi bisa saja keliru. Akan tetapi, teknologi tak akan pernah bohong.

    “Kejujuran LISA patut di apresiasi. LISA menyatakan Jokowi tak lulus UGM berdasarkan data base yang di input dalam sistem ini. Untuk mahasiswa lainnya, terbukti LISA juga jujur menyatakan lulus. Artinya, kemungkinan LISA bohong 0 %. Berbeda dengan Jokowi yang terbukti banyak berbohong dan potensial bohong lagi hingga 1.000 %,” kata Ahmad Khozinudin melalui akun medsosnya.

    “Hari ini, represi soal ijazah tidak hanya menekan anak bangsa untuk merdeka menyampaikan pendapatnya. Roy Suryo, Rismon Sianipar, Rizal Fadilah, Kurnia Tri Royani, Rustam Efendi, dan beberapa anak bangsa lainnya, direpresi hanya karena memiliki kesimpulan ijazah Jokowi palsu.

    Akan tetapi, LISA UGM pun menjadi tumbal represi ijazah Jokowi. Semua telah menjadi korban, sementara Jokowi masih tetap dalam prinsip egoisnya : *tidak ada kewenangan rakyat untuk melihat ijazahnya, tidak ada kewajiban dia menunjukan ijazahnya.*

    Dia lupa, seluruh hidupnya selama menjadi Presiden dibiayai dari pajak rakyat. Bahkan, setelah pensiun pun masih dibiayai pajak rakyat, sampai rumah pun dibangun dari pajak rakyat.

    Lalu, dengan angkuhnya rakyat disebut tak punya hak. Dengan sombongnya, tak ada kewajiban untuk memperlihatkan ijazahnya.

    Hanya saja, kesombongan itulah yang membuat Jokowi LOSE (kalah) dimata rakyat. Pembelaan UGM, Polisi, hingga seluruh Relawan, tak membuat Rakyat yakin ijazahnya asli. Bahkan, hal itu justru memperteguh keyakinan ijazah Jokowi palsu.

    Saat Andi Azwan bertanya pada penulis, apakah pernah melihat ijazah Jokowi? Penulis balik bertanya, apakah dia pernah melihatnya?

    Ternyata, tanpa melihat ijazah Jokowi seluruh Relawan langsung latah menuding, yang tak percaya ijazah JOKOWI asli sebagai fitnah, pencemaran, merendahkan Jokowi serendah rendahnya, menghinakan Jokowi sehina hinanya. Tragis.,” tulis Koordinator Non Litigasi Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi & Aktivis ini.

    Diakhir tulisannya ia senang dengan kejujuran LISA. “Sabarlah LISA UGM. Kejujuranmu, tak membuatmu dibenci rakyat. Meski di Banned, namun kejujuran mu telah viral dan menambah keyakinan rakyat atas kepalsuan ijazah Jokowi.” pungkasnya.***

  • Profil Amanda Zahra yang Menikah Kedua Kali dengan Adli

    Profil Amanda Zahra yang Menikah Kedua Kali dengan Adli

    Jakarta, Beritasatu.com – Profil selebgram Amanda Zahra banyak dicari warganet, setelah dirinya menikah untuk kedua kalinya dengan Adli, Minggu (7/12/2025).

    Kabar itu mencuat setelah sejumlah akun membagikan potret momen akad dan resepsi pasangan tersebut di media sosial. Unggahan itu langsung viral dan mendapat respons positif dari warganet yang ikut merayakan kebahagiaan Amanda.

    Pernikahan ini disebut banyak pihak sebagai titik balik perjalanan hidup Amanda, setelah melalui fase berat dalam rumah tangga sebelumnya.

    Profil Amanda Zahra

    Amanda Nur Alliyah Zahra lahir pada 8 Mei 1996 merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyelesaikan pendidikan profesinya pada 2018.

    Meski berprofesi sebagai dokter, Amanda Zahra juga aktif membagikan kesehariannya di media sosial hingga dikenal luas sebagai seorang selebgram.

    Karier Amanda Zahra

    Popularitasnya kian meningkat, setelah ia sering mengunggah konten parenting, kehidupan pribadi, dan gaya hidup, yang membuat banyak warganet menjulukinya sebagai “hot mom” atau “mamah muda”.

    Kesuksesan Amanda Zahra sebagai influencer membuatnya kebanjiran kerja sama dari berbagai brand, terutama brand kecantikan. Ia aktif menggunakan akun @amndzahra di Twitter (X) dan @aamandazahra di Instagram.

    Pernikahan Pertama Amanda Zahra Gagal

    Amanda Zahra sebelumnya menikah dengan Guiddo Ilyasa Purba pada 2020, keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Laith.

    Namun, rumah tangga mereka kandas pada 2022 setelah Guiddo terseret isu perselingkuhan dengan aktris Arawinda Kirana yang sempat menghebohkan publik.

    Setelah bercerai, Amanda Zahra fokus membesarkan anak dan menjalani pekerjaannya sebagai dokter serta influencer hingga makin dikenal banyak orang.

    Pernikahan Kedua Amanda Zahra

    Setelah beberapa waktu menyembunyikan hubungan asmara, Amanda mulai memperkenalkan sosok pria bernama Adli kepada publik. Hubungan itu akhirnya berujung ke pelaminan, Minggu (7/12/2025).

    Potret kemesraan Amanda dan Adli pada hari pernikahan turut dibagikan di akun Instagram-nya. Sejumlah sahabat selebritas seperti Aurelia Vizal dan Madukina juga hadir memberikan dukungan.

    Unggahan tersebut langsung dibanjiri ucapan selamat dari warganet dan fans yang senang melihat Amanda kembali menemukan kebahagiaannya.

    Berikut Profil Lengkap Amanda Zahra

    Nama lengkap: Amanda Nur Alliyah Zahra
    Nama panggung: Amanda Zahra
    Tanggal lahir: 8 Mei 1996
    Umur: 29 tahun
    Agama: Islam
    Suami: Adli
    Mantan suami: Guiddo Ilyasa Purba
    Pendidikan: S1 Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
    Profesi: Influencer, dokter
    Akun media sosial:
    – Twitter/X: @amndzahra
    – Instagram: @aamandazahra

  • Viral Jawab Jokowi Bukan Lulusan UGM, Roy Suryo Khawatir Pembuat AI LISA Bakal Jadi Tersangka

    Viral Jawab Jokowi Bukan Lulusan UGM, Roy Suryo Khawatir Pembuat AI LISA Bakal Jadi Tersangka

    GELORA.CO – Praktisi telematika, Roy Suryo khawatir pembuat sistem Artificial Intelligence (AI) LISA di Universitas Gadjah Mada bisa menjadi tersangka selanjutnya di kasus ijazah Jokowi dan keabsahannya sebagai lulusan dari salah satu kampus tertua di Indonesia itu.

    LISA (Lean Intelligent Service Assistant) adalah sebuah perangkat artisial yang dikembangkan oleh UGM University Services, sebuah sistem layanan terpadu satu pintu berbasis daring (portal) dan luring (GIK UGM) untuk kebutuhan mahasiswa (akademik, kemahasiswaan, administrasi).

    Hal ini disampaikan Roy karena beredar video operasional LISA yang sempat ditanyakan tentang apakah Jokowi adalah alumni UGM. Hasilnya, LISA menjawab jika Joko Widodo yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia memang pernah kuliah di UGM di fakultas kehutanan, namun tidak lulus.

    “Apakah developer atau pembuat LISA sendiri sekarang sudah bisa dijadikan korban tersangka karena jawaban mesin AI LISA yang dibuatnya secara tegas menyatakan bahwa Jokowi tidak lulus UGM ?,” kata Roy dalam tulisannya yang diterima Holopis.com, Minggu (7/12/2025).

    Roy menyatakan bahwa data yang disampaikan LISA jelas merupakan hasil dari proyeksi database milik Universitas Gadjah Mada. Sebab seluruh informasi yang diolah oleh AI LISA diyakini bersumber dari Biro Transformasi Digital dan Direktorat Kemahasiswaan di UGM.

    “LISA secara teknis ini dikembangkan oleh unit internal UGM, dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga yaitu Botika. Basis pengetahuan LISA dibangun dari data internal UGM tentang akademik, administrasi, informasi kampus, dan bila diperlukan, data eksternal dari internet,” jelasnya.

    Apalagi kata Roy, LISA tidak dirancang untuk kepentingan komersil, sehingga ia yakin sumber informasi yang dimiliki LISA murni berasal dari database yang dikelola oleh Universitas Gadjah Mada. Maka dari itu, Roy yang juga alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) Jurusan Ilmu Komunikasi dan Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat di FK UGM tersebut menaruh keyakinan kuat bahwa informasi yang disampaikan LISA adalah valid, bahwa Joko Widodo yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia tersebut tidak pernah tercatat lulus dari kampus tersebut.

    Ia juga menyinggung soal kasus mesin LISA saat ini sedang tidak bisa digunakan karena sedang dilakukan perbaikan. Jika seandainya jawaban LISA berubah dari sebelumnya, dan menyatakan Jokowi memang lulusan UGM, namun faktanya tidak, jelas bola panasnya bisa menyasar ke pengembang platform AI tersebut, bahkan dapat berimplikasi ke hukum, yakni dugaan pelanggaran UU ITE.

    “Apakah memanipulasi data atau respon LISA agar jawaban berubah, atau menyebarkan ulang jawaban lama sebagai palsu atau dipalsukan?. Interpretasi itu melanggar UU ITE, khususnya Pasal 32 dan 35. Karena orang yang secara sengaja memodifikasi output atau hasil LISA (misalnya edit video, teks, metadata) sehingga menghasilkan informasi palsu atau berbeda dari aslinya, kemudian menyebarkannya sebagai ‘hasil resmi LISA’ jelas bisa termasuk manipulasi atau pemalsuan informasi elektronik sebagaimana dilarang di Pasal 32 dan-atau 35 UU ITE,” tutur Roy Suryo.

    Dengan demikian, berdasarkan informasi yang pernah disampaikan oleh mesin kecerdasan buatan milik UGM tersebut, serta hasil penelitian ilmiahnya tentang materi ijazah Joko Widodo bersama dengan dua koleganya, yakni Tifauziyah Tyassuma dan Rismon Hasiholan Sianipar, semakin memperkuat lagi bahwa Jokowi tidak pernah lulus UGM, dan ijazah S1 Fakultas Kehutanan adalah palsu.

    Kalau pun hasil kajian ilmiahnya salah, dan ternyata Jokowi benar-benar punya ijazah asli yang murni dikeluarkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), maka Presiden Republik Indonesia ke 7 tersebut hanya tinggal menunjukkannya dengan bangga ijazah tersebut ke publik, sama halnya yang dilakukan sejumlah pejabat lainnya.

    “Kesimpulannya, kasus ijazah Jokowi yang secara teknis bisa dibuktikan 99,9% palsu ini memang makin kontroversisl dan memakan banyak korban. Semua terjadi karena ketidakjujuran dan ketidak negarawanan seseorang yang sebenarnya secara mudah tinggal menunjukkan saja buktinya, kalau memang ada yang asli, sebagaimana hakim MK Arsul Sani atau bahkan Barrack Obama dalam kasus ‘Birth Certificate’, tanpa repot membayar pengacara, relawan hingga preman,” pungkas Roy.

  • LISA UGM Jadi Heboh, Rizal Fadillah: Sudahlah, Ijazah Jokowi Itu Palsu

    LISA UGM Jadi Heboh, Rizal Fadillah: Sudahlah, Ijazah Jokowi Itu Palsu

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemerhati Politik dan Kebangsaan, M. Rizal Fadillah, kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait polemik ijazah Presiden ke-7 RI, Jokowi.

    Ia menilai semakin banyak hal yang baginya memperkuat dugaan bahwa dokumen akademik tersebut tidak autentik.

    Rizal menyinggung polemik Artificial Intelligence LISA UGM yang beberapa waktu lalu memancing perhatian publik.

    “Terakhir insiden Artificial Intelligence LISA UGM yang menyatakan Jokowi tidak lulus Fakultas Kehutanan UGM, semakin banyak saja pembuktian bahwa memang ijazah Jokowi itu palsu,” ujar Rizal kepada fajar.co.id, Minggu (7/12/2025).

    Dikatakan Rizal, hingga saat ini tidak ada bukti hukum yang mampu memastikan keaslian ijazah tersebut.

    “Sederhananya adalah tidak ada satu fakta hukum yang dapat membuktikan bahwa ijazah UGM Jokowi itu asli. Karenanya berlaku asas ijazah Jokowi itu palsu sebelum dibuktikan sebaliknya, selesai,” tegasnya.

    Rizal menuturkan bahwa selama ini publik hanya diperlihatkan dokumen fotokopi, legalisir, atau hasil pemindaian tanpa bukti fisik asli.

    Ia menyebut penayangan dokumen yang berulang tidak menjawab pertanyaan publik mengenai keaslian ijazah tersebut.

    “Berulang-ulang penayangan dan pengungkapan atas lembaran fotocopy, legalisasi, maupun hasil scan dokumen,” katanya.

    Tidak berhenti di situ, Rizal merinci berbagai elemen dokumen yang menurutnya menjadi sorotan.

    “Foto berkumis, berkacamata, stempel di bawah foto, font face, logo, nomor, bahkan tanggal dan penandatangan,” terangnya.

  • LISA UGM Jadi Heboh, Rizal Fadillah: Sudahlah, Ijazah Jokowi Itu Palsu

    Roy Suryo: Apakah Pembuat LISA UGM Jadi Korban Tersangka Ke-9?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pakar Telematika Roy Suryo angkat bicara soal polemik jawaban sistem kecerdasan buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), LISA (Lean Intelligent Service Assistant), yang sempat viral karena menjawab bahwa Presiden ke-7 RI, Jokowi, bukan lulusan UGM.

    Dikatakan Roy, respons publik yang muncul menggambarkan keresahan yang telah lama mengendap terkait kontroversi status akademik Jokowi.

    Roy menggambarkan bahwa publik seolah dihadapkan pada situasi mengejutkan, layaknya kisah pewayangan ketika peristiwa besar mengguncang.

    “Bumi gonjang-ganjing, langit kerlap-kerlip, kalau dalam kisah Pewayangan, setelah LISA mesin terminal AI kebanggaan terbaru UGM yang bulan ini menyongsong Dies Natalisnya ke-76disebut-sebut malah memberikan jawaban yang jujur,” ujar Roy kepada fajar.co.id, Minggu (7/12/2025).

    Menpora era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengatakan, masyarakat yang kritis menilai jawaban LISA sejalan dengan dugaan publik mengenai kontroversi kelulusan Jokowi.

    “Setidaknya itu kata mayoritas masyarakat yang masih waras tentang status kelulusan Jokowi yang memang 99,9 persen kontroversial tersebut,” ucapnya.

    Ia menjelaskan bahwa LISA merupakan bagian dari layanan terpadu kampus yang diluncurkan pada tahun 2025.

    “LISA adalah bagian dari sistem layanan terpadu kampus yang bernama UGM University Services,” sebutnya.

    Lanjut Roy, sistem ini diluncurkan secara soft launching pada 26 Juni 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK UGM), alias Gedung Hitam yang disebut-sebut sebagai ‘Kampus nDeso’.

  • Sosiolog Hukum Ini Yakini Ijazah Jokowi Palsu: Kalau Asli, Pasti Berani Menunjukkan

    Sosiolog Hukum Ini Yakini Ijazah Jokowi Palsu: Kalau Asli, Pasti Berani Menunjukkan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Guru besar dan sosiolog hukum Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Ciek Julyati Hisyam, meyakini bahwa ijazah S1 Universitas Gadjah Mada (UGM) milik mantan presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah palsu.

    Menurut Prof Ciek Julyati Hisyam, jika ijazah Jokowi asli maka seharusnya ia berani menunjukkan ijazahnya ke hadapan publik.

    “Kalau saya meyakini (ijazah Jokowi) itu palsu. Kalau memang itu betul ada aslinya, pasti berani siapapun akan menunjukkan,” kata Ciek, dikutip dari tayangan di kanal YT tvOneNews, Sabtu (6/12/2025).

    Guru besar UNJ tersebut juga menyoroti materai berwarna hijau yang berada di ijazah Jokowi yang salinannya dibawa oleh wakil ketua umum Jokowi Mania (JoMan), Andi Azwan.

    Menurut dia, hal tersebut merupakan janggal karena di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985, tidak pernah dinyatakan ada materai seperti di ijazah Jokowi itu.

    “Yang didasarkan di sana adalah bahwa materai itu tadi cetakan utamanya itu adalah ungu,” kata Ciek.

    “Warna hijau yang dikemukakan di situ adalah hanya untuk gambar Garuda. Jadi bukan keseluruhannya,” sambungnya.

    Ciek mengungkap bahwa dirinya juga lulusan tahun 1985 seperti Jokowi, tetapi berbeda kampus.

    Dia merupakan lulusan IKIP Jakarta dan menurutnya saat itu tidak ada materai yang berwarna hijau pada ijazah.
    “Saya juga lulusan tahun itu, tapi enggak tuh, warnanya enggak hijau,” beber Ciek.

    “Kalau memang semua ijazah pada tahun itu harus menggunakan materai, tentu sama materainya,” jelasnya. (bs-sam/fajar)

  • Mitigasi Ekologi Tak Boleh Dilewatkan, Agar Kita Tak Musnah

    Mitigasi Ekologi Tak Boleh Dilewatkan, Agar Kita Tak Musnah

    Ahli Geologi UGM, Dwikorita Karnawati, dalam diskusi Pojok Bulaksumur pada Kamis (4/12) mengungkap pentingnya mitigasi ekologi saat membahas tentang bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera. Mantan kepala BMKG itu pun menyinggung bahayanya jika mitigasi ekologi terlewatkan.

    “Mitigasi ekologi itu tidak boleh dilewatkan agar kita tidak musnah,” ungkapnya. “Kejadian siklon tropis yang semakin sering anomali tidak mengikuti pola-pola itu, salah satu efek dari perubahan iklim. Itu indikasinya.”

    “Betapa pentingnya untuk menjaga hutan, karena satu-satunya yang dapat merem laju limpasan itu adalah pohon-pohon dengan tajuk, ranting, akar, dan ekosistemnya itu,” tambahnya.

    Klik di sini untuk menonton video-video lainnya!

  • AI UGM Sebut Jokowi Bukan Alumni, Kampus Angkat Suara: Ada Kekeliruan Sistem

    AI UGM Sebut Jokowi Bukan Alumni, Kampus Angkat Suara: Ada Kekeliruan Sistem

    GELORA.CO –  Sebuah video tentang respons asisten digital berbasis kecerdasan buatan (AI) milik Universitas Gadjah Mada (UGM) mendadak viral di media sosial. Dalam video tersebut, AI bernama LISA atau Lean Intelligent Service Assistant menyebut Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, bukan alumni UGM.

    Pernyataan itu muncul saat seorang pengguna memasukkan kalimat ‘jokowi alumni ugm’. LISA kemudian memberikan jawaban yang membingungkan. Ia menyatakan bahwa Jokowi bukan alumni UGM, namun justru menambahkan bahwa Jokowi menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Kehutanan UGM tetapi tidak lulus. Pernyataan yang saling bertentangan ini memicu kehebohan publik.

    “Joko Widodo bukan alumni Universitas Gadjah Mada. Beliau menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada pada Fakultas Kehutanan, tetapi tidak lulus dari sana. Sebagai seorang tokoh nasional, beliau memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang beragam sebelum akhirnya terjun ke dunia politik dan menjabat sebagai Presiden Indonesia”

    Pihak UGM pun memberikan klarifikasi resmi. Juru Bicara UGM, I Made Andi Arsana, membenarkan bahwa LISA adalah produk internal kampus hasil kerja sama UGM dan Botika. Ia menjelaskan bahwa LISA merupakan bagian dari program UGM University Service, yang dikembangkan Biro Transformasi Digital dan Direktorat Kemahasiswaan UGM untuk memberikan layanan informasi terintegrasi bagi mahasiswa dan masyarakat.

     “Basis data pengetahuan LISA terbatas pada data dan informasi internal UGM terkait akademik, kemahasiswaan, administrasi dan pengembangan diri. Namun, tidak memuat data dan informasi pribadi,” tutur Juru Bicara UGM, I Made Andi Arsana dalam keterangannya.

    Made menekankan bahwa LISA berbeda dari AI komersial seperti ChatGPT atau Gemini. Basis datanya terbatas pada informasi internal kampus terkait akademik, kemahasiswaan, administrasi, hingga pengembangan diri. LISA tidak memuat data pribadi tokoh publik termasuk alumni.

    Menurut Made, LISA saat ini masih berada pada tahap peluncuran awal dan terus dikembangkan melalui proses pelatihan berkelanjutan. Ia menjelaskan bahwa LISA belajar melalui dua sumber: data internal UGM dan informasi internet ketika data internal tidak tersedia. Proses belajar dari internet inilah yang bisa menyebabkan ketidakakuratan.

    Menanggapi jawaban viral tersebut, Made menyebut respons LISA memang tidak konsisten. Ia mengatakan bahwa LISA menyampaikan informasi yang saling bertolak belakang antara status alumni dan status kelulusan Presiden Jokowi. Hal ini, menurut Made, menunjukkan bahwa AI tersebut tidak dirancang untuk memastikan kelulusan seseorang dan masih membutuhkan penyempurnaan kemampuan.

    “Informasi yang disajikan LISA tentang Joko Widodo terlihat tidak konsisten. LISA menyatakan Joko Widodo bukan alumni, tetapi juga menyatakan bahwa beliau menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM.” ungkap Made.

    “Di sini terlihat bahwa informasi kedua ini membantah informasi pertama. Inkonsistensi ini tampak juga dari informasi selanjutnya yang mengatakan Joko Widodo tidak lulus padahal sebelumnya menyatakan bahwa yang bersangkutan menyelesaikan pendidikan di UGM,” lanjut Made.

    UGM menyatakan kampus telah meluruskan bahwa Presiden Joko Widodo adalah alumni yang lulus dari Fakultas Kehutanan UGM, sebagaimana sebelumnya ditegaskan oleh Rektor dalam video resmi kampus.

    Di sisi lain, UGM memastikan bahwa pengembangan LISA akan terus dilanjutkan, termasuk penyempurnaan pengetahuan agar kasus serupa tidak kembali terjadi.

  • Banjir Sumatera Membuka Mata tentang Bahaya Deforestasi, Pakar UGM: Kontributor Dosa Ekologis Itu Sudah Saatnya Berhenti

    Banjir Sumatera Membuka Mata tentang Bahaya Deforestasi, Pakar UGM: Kontributor Dosa Ekologis Itu Sudah Saatnya Berhenti

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, masih jadi perhatian luas masyarakat. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia.

    Arus deras yang menerjang pemukiman warga membawa kayu, lumpur, dan bongkahan tanah yang selama bertahun-tahun terakumulasi pada lereng-lereng curam Bukit Barisan.

    Peristiwa ini tampak hadir secara mendadak, namun akar penyebabnya tersusun dari lapisan geologi, dinamika iklim, dan perubahan ekologis yang berlangsung sejak lama. Ditambah dengan ulah manusia yang melakukan penggundulan hutan.

    Dalam diskusi Pojok Bulaksumur yang berlangsung Kamis (4/12), Dr. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU., dosen dan peneliti Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, mengurai terkait peristiwa itu.

    Menurutnya, struktur geomorfologi Sumatera membuat wilayah ini memang rentan terhadap luapan besar saat hujan turun.

    Lereng-lereng terjal dari Aceh hingga Lampung mengalirkan air langsung ke dataran rendah, sementara kipas vulkanik menjadi area yang kini banyak ditempati masyarakat. Jalur alami ini mempercepat aliran dan membawa material dalam jumlah besar ketika intensitas hujan meningkat.

    “Dengan pola seperti itu, hujan deras pasti membawa material dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi,” ujar Hatma, dikutip dari website resmi UGM, Sabtu (6/12/2025).

    Menurutnya, banjir bandang yang membawa kayu-kayu dan sedimen itu tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekologis yang kian menurun. Pembukaan lahan di daerah hulu, pemukiman yang merangkak naik ke dataran tinggi, serta perubahan fungsi hutan memperbesar limpasan permukaan.

  • AI UGM Pensiun Dini Usai Sebut Jokowi Bukan Alumni

    AI UGM Pensiun Dini Usai Sebut Jokowi Bukan Alumni

    GELORA.CO –  Kecerdasan buatan atau AI milik Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama LISA atau Lean Intelligent Service Assistant kini tak bisa digunakan. Ini menjadi sorotan di tengah kontroversi AI tersebut.

    Pasalnya, LISA menjadi sorotan setelah sebuah video viral. Video itu menyebut Jokowi bukan alumni UGM.

    Belum lagi, video itu tersebar di tengah polemik dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 Jokowi.

    Tapi saat ini, AI yang berada di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM itu tak bisa lagi digunakan.

    “Halo, saya LISA. Saat ini layanan sedang ditingkatkan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik. Terima kasih telah menunggu. LISA akan segera kembali,” tulisan yang tertera di layar AI LISA.

    Sebelumnya, di video yang tersebar luas, LISA menjawab pertanyaan “jokowi alumni ugm” dengan informasi yang saling bertentangan.

    LiISA mengatakan Jokowi bukan alumni, namun sekaligus menyebut bahwa ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM, lalu menegaskan bahwa ia “tidak lulus”.

    Sementara itu, Juru Bicara UGM I Made Andi Arsana menjelaskan, LISA merupakan aplikasi AI buatan UGM yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan Botika.

    “LISA merupakan bagian dari program komprehensif UGM University Services,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (4/12/2015).

    Aplikasi ini dibangun oleh Biro Transformasi Digital dan Direktorat Kemahasiswaan UGM untuk menyediakan layanan informasi terintegrasi bagi mahasiswa serta masyarakat umum.

    Namun, Andi menegaskan, LISA tidak dapat disamakan dengan AI komersial seperti ChatGPT atau Gemini.

    “Basis data LISA terbatas pada informasi internal UGM terkait akademik, kemahasiswaan, administrasi, dan pengembangan diri. Ia tidak memuat data pribadi,” terangnya.