Institusi: UGM

  • Dugaan Ijazah Palsu Jokowi Makin Menguat, Warna Logo UGM Meragukan

    Dugaan Ijazah Palsu Jokowi Makin Menguat, Warna Logo UGM Meragukan

    GELORA.CO – Alumni UGM dr Rismon Hasiholan Sianipar mengatakan bahwa semakin menguat dugaan ijazah palsu ioko Widodo.

    Mantan Presiden RI ke-7 Jokowi mengklaim lulusan S1 Kehutanan UGM tahun 1985 .

    Akan tetapi, ijazahnya sangat berbeda dengan ijazah asli yang dikeluarkan pada tahun 1986.

    Lulusan UGM 1998 Fakultas Teknik Elektero itu lalu membandingkan ijazah Jokowi dengan seorang alumni fakultas Kehutanan yang lulus tahun 1986.

    Hal itu diunggah Rismon di kanal YouTube Balige Academy, pada Senin, 1 April 2025.

    Risman Sianpiar berharap Jokowi mengakui apa yang terjadi,  karena tidak ada alumni UGM yang malu-malu kucing mengakui alumi UGM.

    Karena masuknya susah, apalagi lulusnya, jadi harusnya dia bangga.

    “Seorang alamni Gajahmada, bahkan over confident, jadi bukan ketika diminta, itu yang membuktikan, itu bukan seorang alumni gajahmada,” jelasnya.

    Seorang alumni, pasti dia bangga, dengan almameternya.

    “kalau bukan alumni, saatnya mengatakan yang sesungguhnya,” tandasnya.  

    Keanehan lain yang disampaikan Rismon sebelumnya adalah font Times New Roman, yang ada di ijazah Joko Widodo, padahal tahun 1985.

    Rismon kemudian menunjukkan lembar ijazah, UGM di Twitter, ini tampilan ijazah tahun 1986, bukan font Times New Roman.

    Times New Roman belum ada pada era 1980-an dan 1990-an.

    “Logonya ini, masih sederhana, belum berkilau-kilau cantik keemasan,” kata.

    Perbedaan wartermark yang sangat cantik ijasah Joko Widodo.

    Di ijazah katanya Pak Joko Widodo, sudah ada keemasan. Grafiknya berbeda.

    Ijazah tahun 1986 lebih kehijauan, di sini sudah memperkuat analisa tentang font, penggunakan font sangat langka.

    “Ini memperkuat argumentasi saya, dari sisi logo.

    Kalau dari watermark logo UGM, menurutnya, analisanya semakin kuat. Tahun 1986 logonya seperti itu, seragam, hijau-hjau saja yang tahun 1986.

    Sementara itu ijazah Jokowi tahun 1985, distribusi warna kuning, bersama hijau, seperti warna emas.

    Tampilan foto yang diakui Joko Widodo, pakai kacamata.  Untuk lulusan  tahun 1998, sarjana Elektro, tidak ada yang pakai kacamata.

    Padahal itu di sekitar mata, penting sekali untuk identifikasi, ini otot otot kunci manusia, secara ilmiah, itu tidak boleh.

    Di sekitar mata, ada titik-titik kunci untuk identifikasi.

    “Pad t ahun 1985 ini, ini kok boleh. Saya bingung, 1998 saja saya lulus, tidak ada yang berkaca mata, harus dilepas,” ucapnya.

    Pihanya akan telusuri dan memerlukan dokumen UGM, kapan foto ijhazah membolehkan pakai kacamata.

    “Setelah ditelusuri, yang ada tahun 2020 an. Kalau ini ada, maka ini pasti palsu,” jelasnya.

     “Tidak perlu analisa font, tidak perlu analisi teknologi, in deta analisis, radio karbon sifortin di tingkat analisis,” katanya.

    “itu tidak penting, ini saja kalau kita dapat argumen, dapat dokumen,  kalau saat itu tidak boleh pakai kacamata, ini palsu,” papar Rismon.

     Ia membandingkan, di FT UI, pakaian formal dan tidak berkacamata, pas foto menghadapi ke depan, memakai jas, berdasi tidak menggunakan akseseori kaca mata.  

    “Karena UGM belum tentu terbuka soal itu.   DI UIN Sunan Kalijaga, tahun 2021, kacamata tidak boleh, “ pungkasnya.

    Sementara itu, pihak UGM menyangkal bahwa ijazah Jokowi palsu.

    Ijazah tersebut adalah dokumen asli yang dikeluarkan dari universitas.

    “Perlu diketahui, ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan mengenal baik beliau,” kata Dekan Fakultas Kehutanan, Sigit Sunarta dalam situs UGM.

    “Beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama) beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” kata Sigit. ***

  • Ijazah Jokowi Dikuliti: Kuping dan Hidung Beda

    Ijazah Jokowi Dikuliti: Kuping dan Hidung Beda

    GELORA.CO – Berbagai kejanggalan terungkap dalam potret fotokopi ijazah dan skripsi Presiden ke-7 RI, Joko Widodo yang beredar di media sosial.

    Warganet Indonesia yang terkenal “ganas” kian banyak menguliti dokumen ijazah Jokowi yang diduga dikeluarkan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan beredar luas.    

    Soal ijazah Jokowi, memang sudah cukup lama jadi perdebatan. Tak sedikit yang meragukan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi dari UGM itu. 

    Belakangan isu keaslian ijazah mantan Presiden Indonesia dua periode ini kembali mencuat ke permukaan.

    Peneliti bidang Kajian Strategis Lingkar Kajian Kota Pekalongan, Hara Nirankara turut menuliskan komentarnya di media sosial X terkait keriuhan ijazah Jokowi. Ia tertarik dengan unggahan akun X, taufan_wae yang diunggah ulang.

    “Bukti yg ada = Lihat Lingkaran & Garis Pink. Kuping & Hidung Beda. Tgl ijasah vs Pngshn Skripsi 5-11-’85 VS 14-11-’85 Pbbng Beda = Skripsi VS Pernyataannya + Media. Judul beda= Skripsi VS pernyataan pbbng Ttd Beda, Nama pbbng hrf Oe VS U,” demikian kalimat @taufan_wae yang diunggah ulang Hara sebagai sumber.

    “Nemu konten tentang ijazah palsu jokowi, yang ini sangat menarik. Tanggal pengesahan skripsi 14/11/1985, tapi tanggal ijazah 5/11/1985. Jadi, apakah ada manipulasi?” tanya Peneliti bidang Kajian Strategis Lingkar Kajian Kota Pekalongan, Hara Nirankara dikutip redaksi dari akun X pribadinya, Kamis, 3 April 2025.

    Dalam unggahan tersebut, dilampirkan tangkapan layar dua foto Jokowi. Foto pertama memperlihatkan foto lama Jokowi yang masih menggunakan kacamata. Sementara foto lain saat Jokowi berstatus sebagai Presiden Indonesia.

    Dua foto tersebut sama-sama dilingkari di bagian telinga yang dinilai berbeda bentuk.

    “(kejanggalan) Kedua soal tanda tangan dan nama sesuai ejaannya,” tulis Hara sembari menautkan kolase foto di dua dokumen berbeda.

    Dalam dokumen skripsi Jokowi dan mahasiswa lain di Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 yang beredar, ada perbedaan ejaan dosen pembimbing. Di dokumen skripsi Jokowi, tertulis dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro. Sementara di dokumen lain ejaannya adalah Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro.

    Kejanggalan ini juga sebelumnya diungkap mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar. Ia menyebut, lembar pengesahan dan sampul skripsi Jokowi menggunakan huruf Times New Roman yang menurutnya belum ada di era tahun 1980-an hingga 1990-an.

    Berkaitan dengan polemik keaslian ijazah Jokowi, UGM sudah bersuara. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta membantah ijazah mantan orang nomor satu di Indonesia itu palsu.

    “Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik beliau, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” tegas Sigit.

    Jokowi sendiri juga telah buka suara soal tudingan ijazah palsu. Menurut Jokowi, tuduhan tersebut fitnah.

    “Fitnah murahan yang diulang-ulang terus. Dari UGM sudah juga menyampaikan. Ini Dekan Fakultas Kehutanan juga secara jelas dan tegas menyampaikan (keaslian ijazahnya). Teman juga banyak sekali yang menyampaikan,” kata Jokowi pada Kamis, 27 Maret 2025 lalu.

  • Debat Panas Ijazah Jokowi Setelah UGM Bersuara, Yakin Asli?

    Debat Panas Ijazah Jokowi Setelah UGM Bersuara, Yakin Asli?

    GELORA.CO – Polemik keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo dari Universitas Gadjah Mada (UGM) masih berseliweran hingga kini.

    Tak sedikit yang mempertanyakan keaslian ijazah bekas orang nomor satu di Indonesia itu sebagai lulusan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 silam.

    Polemik keaslian ijazah Jokowi sempat meredup saat ia masih menjabat sebagai Kepala Negara di periode keduanya. Namun kini kembali nyaring setelah muncul pernyataan alumni Fakultas Teknologi UGM, Rismon Hasiholan Sianipar yang meyakini ijazah S1 Kehutanan Jokowi palsu.

    Argumen Rismon makin ramai setelah dikomentari pakar telematika yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Roy Suryo.

    “Apa yang didalilkan Rismon saat ini identik, sistematis, dan sangat sesuai dengan analisis yang sudah pernah saya sampaikan sekitar lima tahun lalu,” kata Roy Suryo belum lama ini.

    Roy Suryo lalu merujuk unggahannya di akun X @KRMTRoySuryo2 pada 25 Februari 2020 memuat lampiran halaman buku wisuda tahun 1985. 

    Dalam buku tersebut, foto almarhum Hari Mulyono tercantum dengan nama “Jokowi”. Selain itu, Roy Suryo juga mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi yang hingga kini tidak pernah bisa dibuktikan bentuk fisiknya.

    “Fotokopi ijazah Jokowi tidak pernah bisa dibuktikan keasliannya, bahkan bentuk fisik aslinya pun tidak pernah ditunjukkan,” jelas Roy Suryo.

    Di tengah polemik keaslian ijazah Jokowi, UGM sempat buka suara. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta mengatakan, potret ijazah Jokowi yang sempat beredar di media sosial asli.

    “Perlu diketahui, ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau (Jokowi) mengenal baik, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” tegas Sigit dikutip Minggu, 23 Maret 2025.

    Bahkan Jokowi sendiri telah merespons isu ijazah kelulusannya dari UGM yang disebut palsu. Jokowi menuding, isu tersebut sebagai fitnah murahan.

    “Fitnah murahan yang diulang-ulang terus. Dari UGM sudah juga menyampaikan. Ini Dekan Fakultas Kehutanan juga secara jelas dan tegas menyampaikan (keaslian ijazahnya). Teman juga banyak sekali yang menyampaikan,” kata Jokowi pada Kamis, 27 Maret 2025 lalu.

    Klarifikasi UGM dan Jokowi ini sekaan belum cukup memuaskan publik. Rismon yang cukup lantang mengkritik keaslian ijazah Jokowi ini bahkan menantang Jokowi untuk menunjukkan bukti fisik ijazah keluaran UGM itu.

    Sebab di tengah bergulirnya isu ijazah palsu, Jokowi belum sekalipun pernah menunjukkan fisik ijazahnya kepada publik.

    “Pak Jokowi, jujur lah, jangan berkelit. Saya ingatkan, jujur itu enak tidurnya. Kenapa ijazahnya tidak mau ditunjukkan? Anda 10 tahun jadi presiden, tapi mungkin satu-satunya di dunia yang tidak berani menunjukkan ijazahnya ke publik,” ujar Rismon lewat kanal YouTube belum lama ini.

  • Dokter Terawan Isi Kuliah Umum di Harvard, Pamer Asta Cita Prabowo – Page 3

    Dokter Terawan Isi Kuliah Umum di Harvard, Pamer Asta Cita Prabowo – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Penasihat Khusus Bidang Kesehatan Presiden RI Terawan Agus Putranto menjadi pembicara kuliah tamu (guest lecture) di Harvard Medical School (Sekolah Kedokteran Harvard) di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS).

    Dalam kuliah tamu pada Senin (31/3/2025) waktu setempat atau Selasa (1/4/2025) dini hari tersebut, dr. Terawan menyampaikan makalah berjudul ‘Making Immunotherapy in Low Resources Settings (Indonesia and Timor Leste)’ yang menjadi spesialisasinya.

    Di hadapan puluhan peserta kuliah umum, mantan menteri kesehatan itu memaparkan tentang Immunotherapy Nusantara. Menurut Terawan, Immunotherapy Nusantara dikembangkan sebagai terapi yang menggunakan sistem imun tubuh untuk melawan penyakit, termasuk infeksi dan kanker.

    Ketua Tim Dokter Kepresidenan RI periode 2009-2019 itu menjelaskan terapi tersebut dikembangkan menggunakan bahan-bahan yang ada di Indonesia. Meski menggunakan sumber daya terbatas, Immunotherapy Nusantara kini terus berkembang.

    “Hingga saat ini telah berkembang ke negara lain, Timor Leste,” ujar Terawan dalam kuliah tamu yang digelar di Armenise Modell 100 Atrium, Harvard Medical School Campus tersebut.

    Mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto itu menambahkan sejumlah negara lain telah menghubunginya guna menjalin kerja sama dalam pengembangan Immunotherapy Nusantara di negeri mereka. Pengembangannya pun dimungkinkan menggunakan bahan yang ada di negara setempat.

    “Bisa menggunakan tanaman obat dan mikroorganisme,” imbuh Terawan dalam paparannya yang menggunakan Bahasa Inggris.

    Dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu pun mengajak mengajak akademisi, peneliti, dan mahasiswa bergerak aktif dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis.

    “Penyakit makin berkembang maka ilmu pengetahuan juga harus terus berkembang,” ujar Terawan dalam kuliah yang juga disiarkan secara virtual melalui Zoom tersebut.

    Penerima gelar guru besar kehormatan bidang kedokteran militer dari Universitas Pertahanan itu menjelaskan pengembangan ⁠ilmu kesehatan menjadi tanggung jawab bersama. Terawan menegaskan siapa saja dan negara mana pun bisa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan.

    “Kampus bisa menjadi motor penggerak penelitian ilmu kesehatan,” imbuhnya.

    Namun, Terawan menekankan pentingnya semua pihak, termasuk negara lain, berkolaborasi dalam pengembangan ilmu kesehatan. Menurut dia, Indonesia mampu mengembangkan Immunotheraphy Nusantara dengan sumber daya yang tersedia.

    “Intinya ialah kolaborasi dan penelitian berkelanjutan. Sumber bisa berasal dari mana saja,” ucapnya.

     

  • Lebaran di Rempang, Mentrans Serahkan 1.000 Bingkisan dari Prabowo

    Lebaran di Rempang, Mentrans Serahkan 1.000 Bingkisan dari Prabowo

    Jakarta

    Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menghabiskan momen Idul Fitri di Pulau Rempang, Batam. Di sana dia berdialog dengan masyarakat sekaligus menyerahkan 1.000 bingkisan Lebaran dari Presiden Prabowo.

    Bingkisan tersebut diberikan baik kepada warga Rempang yang bersedia mengikuti transmigrasi lokal maupun yang masih menolak.

    Diketahui Iftitah mendarat di bandara Hang Nadim Batam Sabtu (29/3). Didampingi Walikota Batam Amsakar Ahmad, ia langsung menuju Pasar Kuliner Batam (Pakuba) untuk berdialog dengan puluhan warga Rempang yang sudah bersedia pindah ke kawasan permukiman Rempang Eco City di Tanjung Banon. Mereka ditempatkan sementara di Batam, menunggu selesainya rumah-rumah mereka.

    Kepada Iftitah warga minta agar disediakan fasilitas pendidikan. Mereka juga minta agar ganti rugi yang mereka terima, tidak dipotong lagi untuk rumah.

    “Kita menyiapkan beasiswa bagi anak-anak transmigran agar mereka bisa kuliah di kampus-kampus ternama seperti ITB, IPB, UGM, tapi tidak perlu jauh-jauh pergi ke Jawa. Saya sudah ketemu Rektor masing-masing untuk mengembangkan pola perkuliahan di kawasan transmigrasi,” kata Iftitah dalam keterangan tertulis, Rabu (2/4/2025).

    Sementara itu, Amsakar Ahmad memastikan fasilitas SD, SMP dan SMA bagi warga yang dipindahkan, akan rampung tahun ini. Ia juga berjanji akan meninjau aturan yang memotong ganti rugi yang diterima warga.

    “Program transmigrasi bersifat sukarela. Jika ada pemaksaan, saya bisa masuk penjara. Tapi di sisi lain, warga juga tidak boleh memaksa sesama warga. Jika ada yang mau pindah, jangan diintimidasi agar tidak pindah. Kita harus menghargai keinginan masing-masing,” jelasnya.

    Pada hari kedua kunjungannya di Rempang, Iftitah mengunjungi warga Pasir Panjang dan berdialog usai sholat Zuhur berjemaah. Selanjutnya di hari ketiga, ia melaksanakan salat Idul Fitri bersama masyarakat kelurahan Sembulang di Masjid Al Fajri.

    Dari berbagai dialog tersebut, dia menyimpulkan pada umumnya masyarakat Rempang tidak menolak program pembangunan pemerintah, tetapi meminta agar ruang hidup mereka dihargai. Selain itu, faktanya ada masyarakat yang setuju untuk mengikuti program transmigrasi lokal, dan ada yang masih menolak.

    (anl/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rizal Fadillah Ungkap 7 Kejanggalan Ijazah dan Skripsi Jokowi yang Membuatnya diduga Palsu

    Rizal Fadillah Ungkap 7 Kejanggalan Ijazah dan Skripsi Jokowi yang Membuatnya diduga Palsu

    GELORA.CO – Pemerhati Politik dan Kebangsaan M Rizal Fadillah mencatat ada tujuh kejanggalan pada ijazah dan skripsi Jokowi yang membuat dirinya meyakini bahwa ijazah S1 Jokowi yang diterbitkan Universitas Gajah Mada (UGM), juga skripsi Jokowi yang dibuat untuk mendapatkan gelar S1 itu, diduga palsu.

    “Bahwa foto copy ijazah S1 UGM Joko Widodo yang beredar di berbagai media memiliki kejanggalan pada foto diri yang berkacamata dan berkumis, benarkah foto tersebut sesuai dengan data dan fakta?” tanya Rizal melalui siaran tertulis, Selasa (1/4/2025).

    Kejanggalan kedua hingga ketujuh terkait skripsi Jokowi yang difoto oleh ahli digital forensik yang juga alumnus UGM, Dr. Rismon H. Sianipar, yang perlu dijelaskan.

    Skripsi itu difoto di Perpustakaan Fakultas Kehutanan UGM.

    Berikut kejanggalan-kejanggalan dimaksud”

    Pertama, font-face lembar pengesahan sistem operasi Windows yang berbeda dengan isi skripsi menggunakan mesin tik manual. Windows pertama keluar 20 September 1985 dan font-face sebagaimana dalam lembar pengesahan adalah model windows tahun 1992. Foto copy ijazah Jokowi sendiri tertulis 5 September 1985.

    Kedua, pengakuan Jokowi bahwa pembimbing.sktipsinya adalah Bapak Kasmudjo, tapi ternyata tidak terdapat dalam lembar manapun, baik lembar pengesahan, lembar khusus pembimbing/penguji, maupun pra-kata ucapan terimakasih. Dalam lembar pengesahan justru pembimbing utama adalah Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro. Siapa dan apa tugas Kasmudjo?

    Ketiga, mengapa dalam prakata ucapan terimakasih Ir. Achmad Soemitro masih bergelar Doktor, sedangkan pada lembar pengesahan sudah bergelar Professor? Sementara pengukuhan Guru Besar Prof Dr Ir Sumitro itu bulan Maret 1986 sedangkan pengesahan Skripsi Jokowi pada tahun 1985?

    Keempat, berdasarkan keterangan Dekan Fak Kehutanan Sigit Sunarta, lazim mahasiswa mencetak cover dan lembar pengesahan ke percetakan Prima dan Sanur yang berlokasi dekat kampus UGM. Berdasarkan telaahan ternyata CV Prima baru ada tahun 1986 dan itupun baru penjilidan dan foto copy. Lalu bagaimana lembar pengesahan skripsi Jokowi bisa dicetak tahun 1985. Pemalsuan terjadi tahun berapa dan dimana ?

    Kelima, mengapa dalam skripsi Joko Widodo tidak ada lembar tandatangan dan nama pembimbing dan atau penguji ? Berapa orangkah lazimnya tim pembimbing skripsi di Fakultas Kehutananan UGM ?

    Keenam, ada kiriman dan beredar di berbagai media sosial salinan ijazah Aida Greenbury puteri Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro yang juga alumnus Fak Kehutanan UGM. Dalam ijazahnya itu nama ayahnya “Achmad Sumitro” bukan “Achmad Soemitro” sebagaimana dalam lembar pengesahan skripsi Joko Widodo. Lalu secara kasat mata tandatangan Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro ternyata berbeda. Bagaimana hal ini dapat terjadi?

    “Sebagaimana tantangan Dr Rismon Sianipar, demi kebenaran saintifik atas ijazah dan skripsi Joko Widodo perlu uji tinta, uji usia kertas “Carbon-14 dating analysis” dan uji teknologi. Siapkah UGM untuk melakukan hal itu untuk obyektivitas tinggi di 5 negara? Tiga sampel untuk pengujian, yaitu ijazah, lembar pengesahan, dan konten skripsi, khususnya lembar prakata,” kata Rizal.

    Ia juga mempertanyakan, siapkah pimpinan UGM saat ini untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF)  yang melibatkan berbagai pihak? Atau UGM memberi keterangan sejujurnya di depan penyidik, jika hal ini sampai pada proses pemeriksaan oleh pihak Kepolisian. 

    “Apresiasi jika UGM secara itikad baik bersedia secara sukarela mengundang aparat penegak hukum agar memeriksa kesahihan dokumen Joko Widodo, lalu demi wibawa UGM sendiri segera mengumumkan hasilnya,” tantang Rizal.

    Aktivis Bandung ini mengingatkan, sebagai intitusi pendidikan tinggi ternama, UGM semestinya mendorong atau meminta secara resmi Joko Widodo untuk menunjukkan bukti ijazah asli kelulusan dari Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 ke hadapan publik.

    Penjelasan dari pihak UGM sangat diperlukan, demikian juga penting pembentukan Pansus DPR atau DPD untuk mengungkap kasus besar dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

    Bareskrim Mabes Polri dapat menjadikan pertanyaan di atas sebagai bahan strategis bagi penyelidikan.

    “Harapannya adalah bahwa masalah ini dapat terselesaikan dengan cepat dan para pelanggar hukum patut segera mendapat sanksi yang tegas dan keras. Jangan biarkan dugaan ijazah palsu Joko Widodo membusuk. Bongkar terus dengan serius,” pungkas Rizal. (*)

  • Sejak Kapan UGM Mengizinkan Foto Ijazah dengan Kacamata?

    Sejak Kapan UGM Mengizinkan Foto Ijazah dengan Kacamata?

    GELORA.CO – Pria berkacamata itu di sana, dalam sebuah foto dalam selembar ijazah. Apakah ini bukti sebuah perjalanan akademik Jokowi? Di balik selembar ijazah Jokowi, ada narasi panjang tentang keabsahan, kontroversi, dan tafsir publik yang terus berputar seperti bayangan di cermin yang retak.

    Pada Selasa, 1 April 2025, kanal YouTube Balige Academy merilis video berjudul “JOKOWI: FOTO IJAZAH BERKACA MATA dan WATERMARKS LOGO UGM WARNA KEEMASAN!” yang membahas isu mengenai ijazah mantan Presiden Joko Widodo.

    Dalam video tersebut, Rismon Hasiholan Sianipar kembali mengungkapkan keraguan tentang keaslian ijazah Jokowi, terutama terkait penggunaan kacamata dalam foto ijazahnya.

    Kejanggalan kacamata dalam foto ijazah

    Rismon memulai dengan mengucapkan selamat Idul Fitri dan berdoa untuk Jokowi dan keluarganya.

    “Semoga Pak Jokowi cepat mengakui apa yang sebenarnya terjadi, karena tidak ada alumni UGM yang malu-malu kucing mengaku sebagai alumni UGM. Justru bangga, karena masuknya susah, apalagi lulusnya,” ujar Rismon.

    Salah satu poin utama yang diangkat adalah tentang foto ijazah Jokowi yang memperlihatkan dirinya berkacamata.

    Rismon menegaskan bahwa secara ilmiah, penggunaan kacamata dalam foto identifikasi tidak diperbolehkan.

    Ia juga menunjukkan perbandingan antara ijazah Jokowi dan ijazah alumni UGM lainnya.

    “Lihatlah fontnya, jauh sekali dari apa namanya font Times New Roman. Ini adalah ijazah pada tahun 1986, sementara ijazah Jokowi sudah menggunakan font yang lebih modern,” ujarnya.

    Ia menambahkan, “Kalau memang bukan alumni Gajah Mada, sekaranglah saatnya untuk mengatakan yang sesungguhnya.”

    Rismon kemudian mengungkapkan keraguan tentang perubahan kebijakan di UGM terkait penggunaan kacamata dalam foto ijazah.

    “Saya bingung, sejak kapan UGM mengizinkan foto ijazah dengan kacamata? Karena di banyak universitas besar, seperti ITB dan UI, masih menerapkan aturan ketat,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya bukti ilmiah untuk mendukung argumennya.

    “Kita harus menggunakan objektivitas metode ilmiah untuk mengatakan bahwa itu adalah kacamata. Kita perlu mendapatkan dokumen resmi dari UGM yang membuktikan bahwa pada saat itu tidak dibolehkan penggunaan kacamata,” tegasnya.

    Rismon menutup dengan harapan agar UGM dapat memberikan penjelasan yang jelas mengenai isu ini.

    “Seharusnya UGM mengatakan apa adanya, etis tanpa intervensi politik apapun. Sudahlah, mengaku saja,” pungkasnya.

    Kontroversi ini masih berlanjut, dan banyak yang menunggu penjelasan resmi dari pihak UGM dan Jokowi sendiri. (*)

  • Dokter Terawan Berceramah di Harvard, Immunotherapy Nusantara Bisa Jadi Sumbangan Indonesia untuk Dunia

    Dokter Terawan Berceramah di Harvard, Immunotherapy Nusantara Bisa Jadi Sumbangan Indonesia untuk Dunia

    JAKARTA – Penasihat Khusus Bidang Kesehatan Presiden RI Terawan Agus Putranto menjadi pembicara kuliah tamu (guest lecture) di Harvard Medical School (Sekolah Kedokteran Harvard) di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS).

    Dalam kuliah tamu pada Senin, 31 Maret, waktu setempat atau Selasa 1 April, dini hari WIB tersebut, dr. Terawan menyampaikan makalah berjudul ‘Making Immunotherapy in Low Resources Settings (Indonesia and Timor Leste)’ yang menjadi spesialisasinya.

    Di hadapan puluhan peserta kuliah umum, mantan menteri kesehatan itu memaparkan tentang Immunotherapy Nusantara. Menurut Terawan, Immunotherapy Nusantara dikembangkan sebagai terapi yang menggunakan sistem imun tubuh untuk melawan penyakit, termasuk infeksi dan kanker.

    Ketua Tim Dokter Kepresidenan RI periode 2009-2019 itu menjelaskan terapi tersebut dikembangkan menggunakan bahan-bahan yang ada di Indonesia. Meski menggunakan sumber daya terbatas, Immunotherapy Nusantara kini terus berkembang.

    “Hingga saat ini telah berkembang ke negara lain, Timor Leste,” ujar Terawan dalam kuliah tamu yang digelar di Armenise Modell 100 Atrium, Harvard Medical School Campus tersebut.

    Mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto itu menambahkan sejumlah negara lain telah menghubunginya guna menjalin kerja sama dalam pengembangan Immunotherapy Nusantara di negeri mereka. Pengembangannya pun dimungkinkan menggunakan bahan yang ada di negara setempat.

    “Bisa menggunakan tanaman obat dan mikroorganisme,” imbuh Terawan dalam paparannya yang menggunakan Bahasa Inggris.

    Dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu pun mengajak mengajak akademisi, peneliti, dan mahasiswa bergerak aktif dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis.

    “Penyakit makin berkembang maka ilmu pengetahuan juga harus terus berkembang,” ujar Terawan dalam kuliah yang juga disiarkan secara virtual melalui Zoom tersebut.

    Penerima gelar guru besar kehormatan bidang kedokteran militer dari Universitas Pertahanan itu menjelaskan pengembangan ⁠ilmu kesehatan menjadi tanggung jawab bersama. Terawan menegaskan siapa saja dan negara mana pun bisa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan.

    “Kampus bisa menjadi motor penggerak penelitian ilmu kesehatan,” imbuhnya.

    Namun, Terawan menekankan pentingnya semua pihak, termasuk negara lain, berkolaborasi dalam pengembangan ilmu kesehatan. Menurut dia, Indonesia mampu mengembangkan Immunotheraphy Nusantara dengan sumber daya yang tersedia.

    “Intinya ialah kolaborasi dan penelitian berkelanjutan. Sumber bisa berasal dari mana saja,” ucapnya.

    Terawan meyakini Immunotheraphy Nusantara bisa menjadi sumbangan Indonesia untuk dunia.

    “Sistem Immunotheraphy Nusantara dihasilkan oleh para peneliti dari Indonesia agar perkembangan ilmu kesehatan bisa bermanfaat untuk dunia,” imbuhnya.

    Guru Besar Department of Global Health and Social Medicine, Harvard Medical School Prof. Byron J Good pun mengapresiasi kesediaan Terawan hadir di guest lecture itu. Antropolog medis itu berterima kasih kepada Terawan yang telah memaparkan soal Immunotheraphy Nusantara.

    Asisten II Penasihat Khusus Bidang Kesehatan Presiden Oktafiandi menyebut pengembangan Immunotherapy Nusantara merupakan upaya mewujudkan kedaulatan bangsa dan negara. Juru bicara bagi dr. Terawan itu mengatakan Presiden Prabowo menginginkan Indonesia juga berdaulat di bidang kesehatan.

    “Presiden Prabowo menekankan pentingnya memberikan akses kesehatan yang mudah dan murah kepada rakyat, serta mewujudkan kedaulatan di bidang kesehatan. Immunotherapy Nusantara adalah salah satu ikhtiar untuk mencapai kedaulatan kesehatan Indonesia,” ujar mantan staf khusus menteri kesehatan yang kini menjadi kandidat doktor ilmu komunikasi itu.

  • Menko PMK Pratikno Temui Jokowi di Solo pada Momen Lebaran, Ini yang Mereka Bicarakan – Halaman all

    Menko PMK Pratikno Temui Jokowi di Solo pada Momen Lebaran, Ini yang Mereka Bicarakan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Menteri Koordinator (Menko) Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menyambangi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jawa Tengah.

    Pratikno bertamu ke kediaman Jokowi setidaknya kurang lebih selama 30 menit pada momen Lebaran kali ini, Senin (31/3/2025) sore.

    Pratikno mengaku menyempatkan diri mampir ke rumah Jokowi karena sejalan dengan arah mudik dirinya ke kampung halaman di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim).

    “Saya ini kan dari Jakarta, tadi mau ke Bojonegoro sowan Ibu saya. Yang paling dekat kan lewat Solo. Cuma karena nggak ada tiket (pesawat) di Solo (dari Jakarta), jadi lewatnya Semarang,” ungkap Pratikno.

    Menurut Pratikno, rute yang dia tempuh adalah ke Semarang harus lewat Solo baru kemudian ke Bojonegoro.

    Dalam pertemuan singkat kali ini, Pratikno menerangkan bahwa dirinya hanya berbincang seputar kehidupan pribadi termasuk menceritakan kondisi ketiga Putri Pratikno.

    “Pak Jokowi kan jadi saksi pernikahan 3 putri saya, jadi (ngobrol) oh iya yang nomor satu itu sudah punya anak berapa. Nomor dua, nomor tiga. Ya begitu ajalah berkepanjangan (ngobrolnya),” pungkasnya.

    Di kesempatan yang sama, Pratikno menjelaskan bahwa dalam suasana Idulfitri atau Lebaran kali ini, baik dirinya maupun Jokowi tak menyinggung terkait kondisi pemerintahan saat ini.

    Eks Rektor UGM tersebut mengaku obrolan keduanya hanya seputar keluarga.

    “Nggaklah, kok pening-pening (pusing-pusing) wong Idulfitri kok, cuma urusan keluarga,” urainya.

    Bahkan saat disinggung apakah ada pesan khusus dari Prabowo untuk Jokowi yang dititipkan kepada dirinya, Pratikno dengan tegas membantah termasuk dugaan ada pembahasan mengenai kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Menurutnya, jika ada pesan penting atau khusus untuk orang nomor satu di Indonesia tersebut Jokowi akan langsung memberitahu secara pribadi kepada Prabowo.

    Hal itu tak lain karena menurut Pratikno, kedua tokoh tersebut memiliki kedekatan khusus dan saling berkomunikasi secara intensif.

    “Oh enggaklah ya, kan pak Presiden Jokowi kan juga sering bertemu dengan Pak Presiden Prabowo. Jadi kan nggak perlu lewat orang lain, bisa langsung,” kata dia.

    Bahkan menurut Pratikno, Jokowi memiliki akses pribadi yang langsung bisa menghubungi Prabowo.

    “Lho kan udah kontak-kontakan terus (Jokowi dan Prabowo),” pungkasnya. 

    Penulis: Andreas Chris Febrianto

  • Menteri Transmigrasi Bagikan Bingkisan Lebaran dari Prabowo di Rempang

    Menteri Transmigrasi Bagikan Bingkisan Lebaran dari Prabowo di Rempang

    Jakarta

    Menteri Transmigrasi (Mentrans) Iftitah Sulaiman Suryanagara menemui lebih dari 50 warga Rempang di Pasar Kuliner Batam (Pakuba), Kepulauan Riau, Sabtu (29/3). Sembari berdialog, ia turut menyerahkan bingkisan Lebaran dari Presiden Prabowo Subianto para warga.

    Dalam kesempatan itu, Iftitah juga mengatakan di lokasi pemukiman warga Rempang yang baru di Tanjung Banon, akan dilengkapi dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sebab menurutnya Kawasan Transmigrasi Barelang yang sedang dalam proses penetapan, sektor pendidikan dan kesehatan warga menjadi perhatian utama.

    “Kita menyiapkan beasiswa bagi anak-anak transmigran agar mereka bisa kuliah di kampus-kampus ternama, seperti ITB, IPB, UGM, tapi mereka tidak perlu jauh-jauh pergi ke sana. Saya sudah ketemu Rektor masing-masing, nanti kita kembangkan pola pembelajaran yang memungkinkan mereka kuliah di kawasan transmigrasi,” kata Iftitah dalam keterangan resminya, Sabtu (29/3/2025).

    “Batam, Rempang dan Galang adalah masa depan Indonesia,” tegasnya lagi.

    Dalam kesempatan itu juga, Walikota sekaligus Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Amsakar Ahmad, mengatakan bahwa fasilitas SD, SMP dan SMA akan dibangun pada tahun ini juga.

    Menanggapi pertanyaan warga Rempang terkait potongan dana ganti rugi untuk rumah, dirinya berjanji akan meninjau peraturan yang ada. Jika peraturan ini dibuat oleh Walikota sebelumnya, Amsakar berjanji akan melakukan revisi.

    (igo/eds)