Institusi: Oxford

  • SMA Kemala Taruna Bhayangkara Bekali Riset, Dorong Siswa Masuk Kampus Top Dunia

    SMA Kemala Taruna Bhayangkara Bekali Riset, Dorong Siswa Masuk Kampus Top Dunia

    Jakarta

    Karo Dalpers SSDM Polri Brigjen Pol Erthel Stephan mengatakan SMA Kemala Taruna Bhayangkara akan menekankan program riset kepada siswa. Erthel menyebut siswa juga didorong untuk bersaing di kancah internasional.

    Hal itu disampaikan Brigjen Erthel dalam program detikSore, Rabu (26/11/2025). Erthel mengatakan lulusan SMA Kemala Taruna Bhayangkara nantinya tak harus masuk ke Akademi Kepolisian.

    “Kalau untuk proyeksi, kami menyadari mereka ini adalah anak-anak yang tinggal kita asah, kemudian kalau kita tanya atau kita ukur potensi dia ini sebenarnya mau ke mana? Untuk mau ke Akademi Kepolisian atau ke mana, kita fasilitasi, karena memang programnya itu sudah disediain komplit,” ujar dia.

    Erthel mengatakan pihaknya mendorong agar para siswa berani bersaing di dunia internasional. Dia ingin lulusan SMA Kemala Taruna Bhayangkara nantinya melanjutkan ke kampus top dunia.

    “Justru belakangan kita diskusi sama pihak sekolah yang kita dorong itu mereka justru berani masuk ke kancah global. Dari 10 universitas top dunia, dari Oxford, kemudian Pak Kapolri itu menyasarnya peringkat 3 di Harvard dengan segala keistimewaan dan kelebihan masing-masing universitas, justru kita mendorongnya mereka maju ke level global,” jelasnya.

    Erthel berharap bibit-bibit yang ditemukan Polri ini bisa berkontribusi nantinya untuk bangsa. Baik itu menjadi bagian dari tubuh Polri, ataupun membantu dari luar tubuh Polri.

    “Jadi seperti di 10 universitas top dunia itu kami pelajarin, ternyata di universitas semua itu walaupun keunggulannya ada kesehatan, mungkin di MIT di teknologi, tapi semua 10 universitas top dunia itu yang ditekankan riset. Makanya kami diskusi, berarti SMA KTB harus memberikan materi bagaimana siswa di SMA itu dia sudah memahami atau sudah memiliki pola dasar riset,” jelas Erthel.

    “Kalau anak ini sudah kita bekali selama SMA, mereka melakukan riset tentang ekonomi, saham, bitcoin segala macam, sudah punya jurnal, mungkin mereka masukkan ke jurnal ilmiah internasional, sudah ada respons, mungkin salah satu profesor Harvard, begitu dia daftar Harvard, dilihat ada portofolio pernah jurnal internasional segala macam. Itulah yang ingin kita bangun,” katanya.

    (lir/knv)

  • Di Balik Reaksi Haru Peneliti RI Ketika Menemukan Spesies Bunga Bangkai Langka

    Di Balik Reaksi Haru Peneliti RI Ketika Menemukan Spesies Bunga Bangkai Langka

    Jauh di dalam hutan Sumatra, konservasionis Indonesia Septian Andriki duduk jatuh menangis setelah menemukan sesuatu yang langka.

    Hanya beberapa meter darinya, terdapat tanaman parasit yang luar biasa dan terlihat seperti dari dunia lain. Nama ilmiahnya adalah Rafflesia hasseltii.

    “Ketika saya melihatnya mulai berbunga, saya langsung terharu,” kata Septian, yang lebih suka dipanggil Deki.

    “Penjaga hutannya mengira saya kerasukan.”

    Deki adalah bagian dari tim peneliti yang sudah berjalan hampir seharian penuh menembus hutan lebat untuk mencari tanaman tersebut, setelah mendapat informasi dari seorang penjaga hutan setempat.

    “Setelah 13 tahun, perjalanan 23 jam, berisiko diserang harimau, baterai ponsel hampir habis, saya tidak bisa bicara. Saya hanya menangis,” kata Deki.

    Wakil direktur Kebun Raya Universitas Oxford, Chris Thorogood, merekam momen tersebut dan rekamannya menjadi viral.

    Spesies paling langka

    Tanaman itu belum pernah terlihat di alam liar oleh mata manusia selama lebih dari satu dekade.

    Di dunia ada puluhan spesies Rafflesia, yang juga dikenal sebagai bunga bangkai busuk.

    Bunga tersebut tumbuh hingga lebar 1 meter dan beratnya bisa lebih dari 6 kilogram.

    Rafflesia hasseltii adalah salah satu spesies paling langka.

    “Hampir tidak ada yang pernah melihatnya, dan menurut saya itu yang paling indah,” kata Dr Thorogood.

    “Warnanya agak putih dengan bintik-bintik merah besar dan kebalikannya pada kelopaknya, sungguh luar biasa.”

    Deki, yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk konservasi dan mencari bunga langka, mulai bekerja dengan Dr Thorogood selama pandemi COVID-19.

    Mereka berdua menemukan beberapa spesies Rafflesia pada tahun 2021 saat melakukan ekspedisi penelitian di hutan hujan Sumatra.

    Namun, spesies khusus Rafflesia hasseltii tidak mereka temukan.

    Penemuan yang mengejutkan

    Awal tahun ini, seorang penjaga hutan di Sumatra Barat mengirimkan foto tahapan awal dari tanaman tersebut.

    “Kuncup bunga ini membutuhkan waktu beberapa bulan, [bahkan bisa] hingga sembilan bulan, untuk mekar, kata Dr Thorogood.

    “Saat bunga mekar, ia hanya mekar selama beberapa hari, jadi kemungkinan bertemu dengan spesies ini sangat kecil.”

    Lokasi tanaman itu tidak hanya sulit dijangkau, tetapi juga berada di “tempat tinggal harimau dan badak”, kata Dr Thorogood.

    “Saya bayangkan lebih banyak harimau yang pernah melihat bunga ini daripada manusia,” tambahnya.

    Deki dan Dr Thorogood mendapatkan izin khusus untuk mencari di area tersebut dan kemudian berangkat bersama penjaga hutan Iswandi ke hutan hujan yang berbahaya.

    Mereka menemukan tanaman itu 23 jam kemudian, tapi belum mekar.

    “Saya merasa sangat sedih, kami telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan lama,” kata Deki.

    Malam hampir tiba dan Iswandi memperingatkan kalau area di mana mereka berada dikenal sebagai habitat harimau Sumatra.

    Namun Deki tidak mau menyerah setelah menempuh perjalanan sejauh itu.

    “Saya mendekati bunga itu dan berkata, ‘Kita perlu menunggu satu jam di sini,” katanya.

    Mereka pun menunggu sambil waspada terhadap kemungkinan serangan hewan buas, tetapi berharap dapat menggapai kesempatan sekali seumur hidup.

    Momen ‘ajaib’ menyaksikan bunga langka bermekaran

    Tak lama kemudian, bunga itu mulai mekar di bawah sinar rembulan.

    “Sungguh tak tertandingi,” kata Dr Thorogood.

    “Kami duduk di sana dan menyaksikan bunga itu mekar dengan mata kepala kami sendiri.”

    “Sungguh pengalaman yang ajaib dan akan selalu terkenang dalam ingatan saya seumur hidup.”

    Deki menyamakan pengalaman itu dengan kelahiran anaknya.

    “Siklus hidup Rafflesia itu sembilan bulan, seperti bayi di dalam kandungan,” ujarnya.

    “Rasanya melihatnya seperti melihat anak pertama saya.”

    Sebuah unggahan bunga tersebut disebarkan oleh University of Oxford di jejaring sosial, tetapi menuai kritik dari beberapa orang, yang geram karena tidak menyebutkan nama konservasionis dan pemandu asal Indonesia yang terlibat.

    “Unggahan ini kurang menghargai kolaborator Indonesia,” demikian bunyi catatan di bawah unggahan tersebut.

    University of Oxford mengatakan kepada ABC mereka “senang” dapat bekerja sama dengan rekan-rekan dari Indonesia.

    “Kemitraan ini telah berlangsung sejak 2022, dengan tujuan utama pengembangan kapasitas dan dukungan bagi para pahlawan konservasi lokal,” ujar seorang juru bicara universitas tersebut.

    “Kunjungan ke situs Rafflesia hasseltii dilakukan dalam konteks ini, dan kami sangat berterima kasih kepada Septian (Deki) Andriki yang telah bergabung dengan Chris Thorogood di lapangan, dan pemandu lokal mereka, Iswandi.”

    ‘Perlu mempromosikan ekowisata berkelanjutan’

    Deki berharap generasi mendatang dapat menikmati hutan tropis Sumatra seperti dirinya.

    “Saya berharap suatu hari nanti anak cucu kita dapat berkunjung dan melihat hutan ini beserta keanekaragamannya,” ujarnya.

    “Untuk itu, kita perlu mempromosikan ekowisata berkelanjutan.”

    Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia dan ekspansi perkebunan di Sumatra sudah mengancam keberadaan hutan tropis.

    “Yang terburuk adalah jika mereka mengubah hutan ini menjadi perkebunan kelapa sawit,” kata Deki.

    Dr Thorogood mengatakan berkat kerja keras orang-orang seperti Deki dan Iswandi, masyarakat menjadi lebih memahami hutan hujan Sumatra, yang kemudian meningkatkan semangat untuk melestarikannya.

    “Berkat para penjaga dan pengelola keanekaragaman hayati ini, ada harapan,” kata Dr Thorogood.

    “Meskipun masih ada hutan hujan yang subur seperti yang pernah saya kunjungi ini, ada orang-orang seperti ini yang ingin melindunginya.”

    Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

    Tonton juga video “Sudah Sejauh Mana Progres Riset Rafflesia di Indonesia?”

  • Anies Baswedan Pakai Istilah NPC Saat Sentil Oxford, Apa Artinya?

    Anies Baswedan Pakai Istilah NPC Saat Sentil Oxford, Apa Artinya?

    Jakarta: Anies Baswedan, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah melayangkan protes terbuka kepada akun resmi Universitas Oxford (@UniofOxford) di platform X (dulu Twitter).

    Protes itu muncul setelah Oxford merilis hasil riset kolaboratif yang melibatkan peneliti Indonesia, tetapi tidak mencantumkan nama mereka. Dalam unggahannya, Anies menggunakan istilah yang akrab di telinga warganet dan komunitas gim, yakni “NPC.”
    Protes Anies ke Oxford
    Anies menyoroti hilangnya kredit bagi para peneliti Indonesia dalam publikasi Oxford tentang penemuan Rafflesia Hasseltii setelah 13 tahun pencarian. Menurutnya, kontribusi mereka tidak boleh diperlakukan seolah tidak penting. Ia kemudian menulis protes langsung:

    “Dear @UniofOxford, our Indonesian researchers — Joko Witono, Septi Andriki, and Iswandi — are not NPCs. Name them too.”

    Istilah NPC yang digunakan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjadi sorotan karena jarang muncul dalam konteks akademik maupun diplomasi. Publik pun bertanya-tanya, sebenarnya apa arti NPC?
     

     

    Apa Itu NPC?
    Istilah NPC berasal dari dunia video game dan merupakan singkatan dari Non-Player Character. Dalam gim, NPC adalah karakter yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain manusia.

    Mereka digerakkan oleh skrip atau kecerdasan buatan dan biasanya hadir sebagai karakter pelengkap. Fungsinya bisa beragam, mulai dari penjaga toko, pemberi misi, hingga sekadar pengisi suasana dalam dunia permainan. NPC ada, tetapi tidak menentukan alur utama cerita.

    Lama-kelamaan, istilah ini keluar dari ranah gaming dan masuk ke budaya internet. Di media sosial, NPC menjadi metafora untuk menggambarkan seseorang yang dianggap pasif, mudah diprediksi, atau hanya “mengikuti skrip”.

    Dalam percakapan daring, label NPC sering digunakan untuk menyebut orang yang tidak dianggap punya peran penting atau terlihat seperti “figuran” dalam suatu peristiwa. Itulah mengapa istilah ini banyak muncul dalam meme dan komentar satir.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Anies Baswedan, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah melayangkan protes terbuka kepada akun resmi Universitas Oxford (@UniofOxford) di platform X (dulu Twitter).
     
    Protes itu muncul setelah Oxford merilis hasil riset kolaboratif yang melibatkan peneliti Indonesia, tetapi tidak mencantumkan nama mereka. Dalam unggahannya, Anies menggunakan istilah yang akrab di telinga warganet dan komunitas gim, yakni “NPC.”
    Protes Anies ke Oxford
    Anies menyoroti hilangnya kredit bagi para peneliti Indonesia dalam publikasi Oxford tentang penemuan Rafflesia Hasseltii setelah 13 tahun pencarian. Menurutnya, kontribusi mereka tidak boleh diperlakukan seolah tidak penting. Ia kemudian menulis protes langsung:
     
    “Dear @UniofOxford, our Indonesian researchers — Joko Witono, Septi Andriki, and Iswandi — are not NPCs. Name them too.”

    Istilah NPC yang digunakan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjadi sorotan karena jarang muncul dalam konteks akademik maupun diplomasi. Publik pun bertanya-tanya, sebenarnya apa arti NPC?
     

     

    Apa Itu NPC?
    Istilah NPC berasal dari dunia video game dan merupakan singkatan dari Non-Player Character. Dalam gim, NPC adalah karakter yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain manusia.
     
    Mereka digerakkan oleh skrip atau kecerdasan buatan dan biasanya hadir sebagai karakter pelengkap. Fungsinya bisa beragam, mulai dari penjaga toko, pemberi misi, hingga sekadar pengisi suasana dalam dunia permainan. NPC ada, tetapi tidak menentukan alur utama cerita.
     
    Lama-kelamaan, istilah ini keluar dari ranah gaming dan masuk ke budaya internet. Di media sosial, NPC menjadi metafora untuk menggambarkan seseorang yang dianggap pasif, mudah diprediksi, atau hanya “mengikuti skrip”.
     
    Dalam percakapan daring, label NPC sering digunakan untuk menyebut orang yang tidak dianggap punya peran penting atau terlihat seperti “figuran” dalam suatu peristiwa. Itulah mengapa istilah ini banyak muncul dalam meme dan komentar satir.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Lisensi Internet Satelit Amazon Digugat, Ambisi Kuiper Jeff Bezos Terancam

    Lisensi Internet Satelit Amazon Digugat, Ambisi Kuiper Jeff Bezos Terancam

    Bisnis.com, JAKARTA — Ambisi Amazon untuk menghadirkan internet satelit berkecepatan tinggi di Eropa sedang menghadapi rintangan besar.

    Di Prancis, sebuah serikat pekerja telekomunikasi resmi menggugat keputusan regulator nasional yang sebelumnya memberikan izin spektrum radio kepada raksasa teknologi tersebut.

    Gugatan itu diajukan pada Senin oleh serikat pekerja Telekomunikasi CFE-CGC, yang meminta pengadilan administrasi tertinggi Prancis membatalkan keputusan regulator Arcep pada Juli lalu. Keputusan tersebut memberikan Amazon hak penggunaan frekuensi selama 10 tahun bagi jaringan satelit orbit rendahnya (LEO), yang merupakan bagian dari proyek internet satelit Amazon dikenal sebagai Project Kuiper.

    Serikat pekerja menilai Arcep tidak melakukan proses yang memadai sebelum memberikan frekuensi yang dianggap sangat langka dan berharga itu. 

    Mereka menuduh regulator tidak melakukan analisis pasar, tidak berkonsultasi dengan otoritas persaingan usaha, dan tidak membuka proses penawaran kompetitif.

    Amazon maupun Arcep menolak memberikan komentar mengenai gugatan ini.

    Pertarungan hukum ini menjadi contoh terbaru bagaimana Prancis terhadap dominasi perusahaan teknologi besar asal Amerika Serikat, terutama saat kompetisi layanan internet satelit semakin memanas.

    Amazon berniat meluncurkan lebih dari 3.000 satelit LEO dalam beberapa tahun ke depan. Layanan awal ditargetkan mulai tersedia pada akhir 2025, dengan peluncuran penuh sekitar 2026. Saat ini, 27 satelit pertama Amazon telah berhasil diluncurkan pada April lalu.

    Selain isu prosedural, serikat pekerja juga menyoroti aspek keamanan. Mereka menilai Arcep tidak cukup meninjau risiko keamanan nasional, perlindungan data, serta keselamatan publik, terutama untuk operator non Eropa.

    Menurut mereka, akses yang diberikan kepada penyedia asing dapat menimbulkan ancaman terhadap komunikasi penting, termasuk layanan darurat.

    Dampak Ekonomi dan Persaingan Industri

    Sebuah studi dari Oxford Economics menyebutkan bahwa Prancis bisa menjadi salah satu negara yang paling diuntungkan dari kehadiran Project Kuiper, terutama melalui kerja sama dengan Arianespace, penyedia layanan peluncuran satelit.

    Namun Amazon bukan satu-satunya pemain di sektor ini. Pasar LEO global kini dipimpin oleh Starlink milik Elon Musk, dengan sekitar 8.000 satelit orbit rendah dan Eutelsat dari Prancis, yang mengoperasikan sekitar 648 satelit.

    Ketergantungan Eropa pada Starlink bahkan menjadi sorotan sejak muncul kekhawatiran bahwa akses layanan tersebut yang penting untuk komunikasi militer Ukraina dapat sewaktu-waktu diputus.

    Starlink sendiri telah memegang lisensi 10 tahun di Prancis sejak 2021, meski jumlah penggunanya di negara itu tidak pernah dipublikasikan secara resmi.

    “Kami bahkan tidak melihat kedatangannya (Starlink). Mereka diberi lisensi begitu saja dan sampai sekarang kami tidak tahu berapa banyak pelanggan yang mereka miliki,” ujar Sebastien Crozier, ketua serikat pekerja CFE-CGC di Orange. (Nur Amalina)

  • Mengenal Rafflesia Hasseltii, Bunga Langka Ditemukan di Sumatra Setelah 13 Tahun

    Mengenal Rafflesia Hasseltii, Bunga Langka Ditemukan di Sumatra Setelah 13 Tahun

    Jakarta

    Rabu (19/11/2025) malam menjadi momen istimewa sekaligus mengharukan bagi tim peneliti dari Oxford University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan aktivis lingkungan Indonesia yang sedang melakukan ekspedisi di hutan Sijunjung, Sumatra Barat. Mereka menemukan bunga langka Rafflesia hasseltii dan menyaksikan langsung bunga tersebut sedang mekar.

    Dalam video dokumentasi yang diposting akun @Ilustratingbotanist dan beredar luas, tampak para peneliti tak bisa menahan rasa haru, mengingat pencarian ini memakan waktu hingga 13 tahun. “Selama 13 tahun. Saya sangat beruntung,” ungkap Septian Andriki, salah satu anggota tim ekspedisi, dalam video tersebut.

    Berikut adalah sejumlah fakta tentang Rafflesia Hasseltii yang dirangkum detikINET dari berbagai sumber.

    ‘Jamur berwajah harimau’

    Rafflesia hasseltii punya nama lokal Cendawan Muca Rimau yang berarti jamur berwajah harimau. Meskipun Rafflesia memiliki serat mirip miselia yang menembus inangnya, mereka termasuk dikotil dan bukan jamur.

    Spesies ini dikenal sebagai bagian dari genus Rafflesia yang memiliki bunga berukuran besar dengan diameter bunga bisa mencapai 30-40 cm. Keindahannya berpadu dengan aroma menyengat yang menjadi ciri khas kelompok bunga ini. Rafflesia hasseltii memiliki variasi bentuk, warna, dan pola yang paling luas dibandingkan semua Rafflesia.

    Penemuan Rafflesia hasseltii. Foto: Dok. pribadi Septian AndrikiBunga langka

    Rafflesia hasseltii adalah jenis bunga Rafflesia yang langka dan dilindungi. Bunga ini hanya bisa ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Ciri khasnya adalah berwarna merah darah dengan bercak putih di kelopaknya. Bunga ini tidak memiliki akar, batang, maupun daun. Ia sangat sensitif dan seluruh proses hidupnya bergantung pada tumbuhan inang.

    Sedihnya, spesies cantik ini menghadapi ancaman serius akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Kerusakan habitat membuat tumbuhan inangnya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Karena itu, populasinya sangat rentan dan butuh habitat yang benar-benar terjaga.

    Habitat alami

    Rafflesia hasseltii tumbuh di hutan hujan tropis Sumatra yang lembap dan berada di area berkanopi lebat. Karena tumbuh di ‘lantai’ hutan, sulit menemukannya tanpa pengamatan intensif. Banyak peneliti harus menempuh perjalanan panjang untuk menemukan kuncup atau bunga yang sedang mekar.

    Kondisi tanah yang kaya humus menjadi faktor penting yang mendukung kehidupan inangnya. Lingkungan yang stabil juga memastikan siklus hidup Rafflesia dapat berlangsung tanpa gangguan.

    Peran ekologi

    Secara ekologis, bunga ini memberikan peran penting dalam menjaga keragaman serangga penyerbuk. Lalat yang datang akibat aroma khasnya menjadi bagian dari rantai interaksi di lantai hutan.

    Rafflesia hasseltii juga membantu peneliti memahami proses evolusi tumbuhan parasit. Pola hidupnya menjadi contoh bagaimana organisme beradaptasi secara ekstrem demi bertahan. Siklus hidup Rafflesia hasseltii memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya mekar hanya dalam beberapa hari. Hal ini membuat proses mekarnya menjadi momen langka yang sangat dinanti.

    Ketergantungannya pada Tetrastigma menunjukkan betapa eratnya hubungan antarspesies di dalam hutan. Hilangnya satu komponen ekosistem dapat mengancam keberadaan bunga parasit ini. Keberadaan Rafflesia hasseltii juga menjadi indikator bahwa hutan tersebut masih sehat. Para peneliti menjadikannya tolok ukur kualitas ekosistem di kawasan hutan Sumatra.

    (rns/rns)

  • Oxford United Semakin Buat Persib Bandung Sulit Datangkan Ole Romeny

    Oxford United Semakin Buat Persib Bandung Sulit Datangkan Ole Romeny

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Persib Bandung Belakangan ini memang dirumorkan punya ketertarikan dengan Ole Romeny.

    Kabar Persib meninginkan Ole Romeny untuk ketajaman lini depannya sangat kencang dikaitkan jika memang benar adanya.

    Mengingat kontrak Ole Romeny sampai tahun 2028 dengan Oxford United, opsi lain kabarnya bakal dicoba.

    Opsi lain sekaligus opsi terbaik dengan mencoba datangkan Ole dengan status pinjaman bisa jadi solusi.

    Tawaran dan jaminan bermain yang sulit didapatkan dengan Oxford United bisa jadi hal menggoda ke sang pemain.

    Dengan catatan Persib sebagai klub peminat juga berlaga di beberapa kompetisi termasuk kompetisi Asia tentunya.

    Namun, Oxford United seolah-olah memutuskan harapan Persib untuk sang pemain.

    Pasalnya penyerang Timnas Indonesia disebut masih sangat diperlukan untuk menambah kekuatan di tim.

    Ole Romeny bahkan disebut-sebut sebagai ‘percikan yang hilang’ yang bisa menjadi kunci kebangkitan tim yang kini terdampar di papan bawah Divisi Championship.

    Apalagi, Ole juga baru kembali dari cedera parahnya setelah absen selama tiga bulan.

    Meski baru tampil singkat, kehadirannya langsung mendapat sorotan positif dari media lokal, Oxford Mail.

    “Apakah kembalinya penyerang Oxford (Romeny) dari cedera adalah percikan yang hilang?” tulis Oxford Mail.

    Selain itu, media ini juga membantah kabar perekrutan Romeny tidak lepas dari koneksi dengan pemilik klub yang juga Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

    “Romeny datang ke Oxford Sports Park sebagai pemain yang banyak dibicarakan,” ungkap media tersebut.

  • Partisipasi Publik di Kebijakan Iklim, Masyarakat Adat dan Generasi Muda Masih Terpinggirkan?

    Partisipasi Publik di Kebijakan Iklim, Masyarakat Adat dan Generasi Muda Masih Terpinggirkan?

    Jakarta: Indonesia menegaskan kembali komitmen terhadap aksi iklim global di Conference of Parties ke-30 (COP30) di Belem, Brasil yang saat ini sedang berlangsung hingga 21 November. Pemerintah menyatakan kesiapan mempercepat transisi energi dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat.

    Namun, di tengah janji ambisius tersebut, kalangan masyarakat sipil menilai arah kebijakan Indonesia masih belum sepenuhnya menjawab tantangan keadilan iklim. Pemerintah Indonesia melalui Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo menyatakan dukungan penuh terhadap Perjanjian Paris, dengan menyanggupi pemenuhan target emisi nol bersih (net zero emission) paling lambat tahun 2060, disertai target pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sebesar 8 persen.

    “Strategi pertumbuhan hijau kami tercermin dan terukir dalam dokumen komitmen kontribusi nasional kedua (Second Nationally Determined Contribution atau SNDC), yaitu target 1,2 gigaton setara karbon dioksida pada skenario rendah dan 1,5 gigaton setara karbon dioksida pada skenario tinggi pada tahun 2035,” jelas Hashim yang menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia di COP30 dalam pidatonya pada Leader Summit.

    Seperti dilansir indonesiadicop.id, Hasyim juga menyatakan, tidak ada yang boleh tertinggal dalam transformasi menuju masa depan hijau. “Aksi iklim harus adil, inklusif, dan berpusat pada manusia,” jelasnya.

    Sebagai wujud komitmen nyata, lanjut Hashim, Presiden Prabowo salah satunya telah mengumumkan alokasi 1,4 juta hektar hutan adat bagi masyarakat adat dan lokal dalam empat tahun ke depan. “Hal ini merupakan langkah besar menuju keadilan sosial dan ekologis,” ungkapnya.

    GIS Analyst Trend Asia, ​Masagus Achmad Fathan Mubina yang turut hadir di COP30 menyoroti pernyataan pemerintah terkait dimensi keberpihakan dalam aksi iklim yang adil, inklusif, dan berpusat pada manusia yang masih bias kepentingan. “Keberpihakan masih dipertanyakan selama komoditas yang menimbulkan konflik seperti fosil dan nikel tidak dikeluarkan dalam skema transisi energi berkeadilan untuk mendukung aksi iklim,” ujar Fathan.

    Menurutnya, komitmen keadilan iklim yang digaungkan pemerintah hanya akan sebatas ucapan jika tidak dibarengi upaya perlindungan pada pihak yang terdampak seperti masyarakat adat. “Proyek-proyek bioenergi yang dijalankan tanpa Persetujuan Atas Dasar Informasi Sejak Awal Tanpa Paksaan menunjukkan belum adanya komitmen perlindungan masyarakat dan ruang hidupnya yang terancam karena kebijakan transisi energi pemerintah,” jelas Fathan.

    Ia berharap Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup seharusnya berperan lebih jauh dalam memperjuangan kepentingan ekologis dan sosial ketika berhadapan dengan institusi lain. Rosi Yow dari Greenpeace Indonesia yang menjadi perwakilan dari Papua mempertanyakan transparansi komitmen pemerintah Indonesia untuk aksi iklim di pertemuan akbar ini.

    “Indonesia menyampaikan target transisi energi di pembukaaan COP30 namun di sisi lain industri ekstraktif yang mengambil keuntungan dari eksploitasi mineral dan deforestasi masif menjadi sponsor Paviliun Indonesia selama kegiatan ini,” terangnya.

    Dirinya juga menyinggung prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat adat yang selama ini seringkali diabaikan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah untuk aksi iklim. Melihat langsung negosiasi delegasi Indonesia di COP30 Rosi berharap, “Semoga COP30 menghasilkan keputusan yang meyakinkan masyarakat adat untuk dilibatkan karena selama ini mereka tidak mengetahui apa rencana pemerintah.”

    Fadilla Miftahul perwakilan dari Climate Rangers menilai negosiasi Indonesia dalam aksi iklim global selama di COP30 masih terlalu berhati-hati dan belum mencerminkan urgensi krisis iklim khususnya bagi mereka yang terdampak. “Pembahasan masih berkutat di perdagangan karbon yang fokusnya hanya memindahkan emisi, bukan mengurangi emisi. Kalau tetap seperti ini, akan berpengaruh pada generasi yang akan datang,” jelas Fadilla.

    Dirinya mengungkapkan dialog-dialog dalam aksi iklim sejauh ini belum memberikan ruang partisipasi yang memadai bagi generasi muda.

    Di sela COP30, sebagai bentuk inisiatif partisipasi generasi muda untuk aksi iklim, dirinya menyerahkan secara langsung kepada Ketua Delegasi Republik Indonesia di COP30 sebuah dokumen hasil kesepakatan dari ribuan orang muda dari lebih dari 150 negara yang menyerukan perubahan arah kebijakan iklim global menuju transisi energi yang adil, pendanaan tanpa utang, dan keterlibatan bermakna bagi kelompok muda serta masyarakat rentan.

    Baca Juga :

    CEO Talks di COP30 Soroti Peran Korporasi Wujudkan Net Zero Indonesia

    Dari Indonesia, Climate Rangers menjadi satu-satunya organisasi yang hadir dan memastikan aspirasi orang muda Indonesia tertuang dalam National Children and Youth Statement (NYS) sehingga turut menjadi bagian dari mandat global tersebut. “Dokumen ini adalah pernyataan penolakan kami sebagai generasi yang mewarisi krisis,” tegas Fadilla yang juga penerima Training Program COP30 yang didukung Koalisi Orang Muda Global dan Smith School University of Oxford.

    Jakarta: Indonesia menegaskan kembali komitmen terhadap aksi iklim global di Conference of Parties ke-30 (COP30) di Belem, Brasil yang saat ini sedang berlangsung hingga 21 November. Pemerintah menyatakan kesiapan mempercepat transisi energi dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat.
     
    Namun, di tengah janji ambisius tersebut, kalangan masyarakat sipil menilai arah kebijakan Indonesia masih belum sepenuhnya menjawab tantangan keadilan iklim. Pemerintah Indonesia melalui Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo menyatakan dukungan penuh terhadap Perjanjian Paris, dengan menyanggupi pemenuhan target emisi nol bersih (net zero emission) paling lambat tahun 2060, disertai target pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sebesar 8 persen.
     
    “Strategi pertumbuhan hijau kami tercermin dan terukir dalam dokumen komitmen kontribusi nasional kedua (Second Nationally Determined Contribution atau SNDC), yaitu target 1,2 gigaton setara karbon dioksida pada skenario rendah dan 1,5 gigaton setara karbon dioksida pada skenario tinggi pada tahun 2035,” jelas Hashim yang menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia di COP30 dalam pidatonya pada Leader Summit.

    Seperti dilansir indonesiadicop.id, Hasyim juga menyatakan, tidak ada yang boleh tertinggal dalam transformasi menuju masa depan hijau. “Aksi iklim harus adil, inklusif, dan berpusat pada manusia,” jelasnya.
     
    Sebagai wujud komitmen nyata, lanjut Hashim, Presiden Prabowo salah satunya telah mengumumkan alokasi 1,4 juta hektar hutan adat bagi masyarakat adat dan lokal dalam empat tahun ke depan. “Hal ini merupakan langkah besar menuju keadilan sosial dan ekologis,” ungkapnya.
     
    GIS Analyst Trend Asia, ​Masagus Achmad Fathan Mubina yang turut hadir di COP30 menyoroti pernyataan pemerintah terkait dimensi keberpihakan dalam aksi iklim yang adil, inklusif, dan berpusat pada manusia yang masih bias kepentingan. “Keberpihakan masih dipertanyakan selama komoditas yang menimbulkan konflik seperti fosil dan nikel tidak dikeluarkan dalam skema transisi energi berkeadilan untuk mendukung aksi iklim,” ujar Fathan.
     
    Menurutnya, komitmen keadilan iklim yang digaungkan pemerintah hanya akan sebatas ucapan jika tidak dibarengi upaya perlindungan pada pihak yang terdampak seperti masyarakat adat. “Proyek-proyek bioenergi yang dijalankan tanpa Persetujuan Atas Dasar Informasi Sejak Awal Tanpa Paksaan menunjukkan belum adanya komitmen perlindungan masyarakat dan ruang hidupnya yang terancam karena kebijakan transisi energi pemerintah,” jelas Fathan.
     
    Ia berharap Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup seharusnya berperan lebih jauh dalam memperjuangan kepentingan ekologis dan sosial ketika berhadapan dengan institusi lain. Rosi Yow dari Greenpeace Indonesia yang menjadi perwakilan dari Papua mempertanyakan transparansi komitmen pemerintah Indonesia untuk aksi iklim di pertemuan akbar ini.
     
    “Indonesia menyampaikan target transisi energi di pembukaaan COP30 namun di sisi lain industri ekstraktif yang mengambil keuntungan dari eksploitasi mineral dan deforestasi masif menjadi sponsor Paviliun Indonesia selama kegiatan ini,” terangnya.
     
    Dirinya juga menyinggung prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat adat yang selama ini seringkali diabaikan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah untuk aksi iklim. Melihat langsung negosiasi delegasi Indonesia di COP30 Rosi berharap, “Semoga COP30 menghasilkan keputusan yang meyakinkan masyarakat adat untuk dilibatkan karena selama ini mereka tidak mengetahui apa rencana pemerintah.”
     
    Fadilla Miftahul perwakilan dari Climate Rangers menilai negosiasi Indonesia dalam aksi iklim global selama di COP30 masih terlalu berhati-hati dan belum mencerminkan urgensi krisis iklim khususnya bagi mereka yang terdampak. “Pembahasan masih berkutat di perdagangan karbon yang fokusnya hanya memindahkan emisi, bukan mengurangi emisi. Kalau tetap seperti ini, akan berpengaruh pada generasi yang akan datang,” jelas Fadilla.
     
    Dirinya mengungkapkan dialog-dialog dalam aksi iklim sejauh ini belum memberikan ruang partisipasi yang memadai bagi generasi muda.
     
    Di sela COP30, sebagai bentuk inisiatif partisipasi generasi muda untuk aksi iklim, dirinya menyerahkan secara langsung kepada Ketua Delegasi Republik Indonesia di COP30 sebuah dokumen hasil kesepakatan dari ribuan orang muda dari lebih dari 150 negara yang menyerukan perubahan arah kebijakan iklim global menuju transisi energi yang adil, pendanaan tanpa utang, dan keterlibatan bermakna bagi kelompok muda serta masyarakat rentan.

    Dari Indonesia, Climate Rangers menjadi satu-satunya organisasi yang hadir dan memastikan aspirasi orang muda Indonesia tertuang dalam National Children and Youth Statement (NYS) sehingga turut menjadi bagian dari mandat global tersebut. “Dokumen ini adalah pernyataan penolakan kami sebagai generasi yang mewarisi krisis,” tegas Fadilla yang juga penerima Training Program COP30 yang didukung Koalisi Orang Muda Global dan Smith School University of Oxford.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (CEU)

  • Oxford United Semakin Buat Persib Bandung Sulit Datangkan Ole Romeny

    Sesulit Itukah Persib Bandung Datangkan Ole Romeny?

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Rumor Ole Romeny yang jadi incaran Persib Bandung memang jadi perbahasan hangat.

    Persib Bandung disebut sangat menginginkan jasa sang pemain untuk bisa bergabung.

    Rencana proyek besar dari Persib bisa saja jadi alasan kuat mengapa mereka sangat menginginkan Ole Romeny.

    Berlaga di dua kompetisi Super League dan ACL 2 mungkin membuat mereka sangat berambisi.

    Namun, perlu diingat juga mendatangkan Ole Romeny untuk bisa berkompetisi Asia apalagi Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan.

    Tim berjuluk Maung Bandung itu bisa saja merayu karena mereka saat ini mentas di Asia. Tapi perlu diingat juga Ole saat berlaga di kasta kedua Liga Inggris.

    Kompetisi yang bisa dikatakan jauh lebih baik, meski ia masih kesulitan untuk mendapatkan menit bermain.

    Belum lagi, pemain keturunan Indonesia-Belanda itu masih terikat kontrak dengan klubnya Oxford United sampai tahun 2028.

    Satu yang bisa saja jadi kunci jika benar Ole Romeny bergabung ke Persib adalah bagaimana cara mereka merayu sang pemain abroad.

    Mengingat Persib sudah punya bukti nyata dengan mendatangkan dua pemain sekaligus di awal musim ini.

    Mereka adalah Thom Haye dan Eliano Reijnders. Jika Ole nantinya bergabung bisa saja rayuan atau formula yang sama digunakan Persib ke sang penyerang.

    (Erfyansyah/fajar)

  • Erick Thohir Disebut Bisa jadi Pemulus Ole Romeny Gabung Persib Bandung

    Erick Thohir Disebut Bisa jadi Pemulus Ole Romeny Gabung Persib Bandung

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Rumor bakal bergabung Ole Romeny ke tim Super League, Persib Bandung jadi perbincangan hangat di publik sepakbola.

    Kabar akan bergabungnya Ole, membuat Persib jadi tim yang selalu dikaitkan dengan pemain-pemain abroad Timnas Indonesia.

    Sebelum Ole Romeny, terlebih dahulu ada nama Joey Pelupessy yang dikabarkan akan bergabung.

    Rumor Persib mendatang pemain keturunan Indonesia ini bukan tanpa alasan, sebab di awal musim ini mereka berhasil mendatangkan dua pemain.

    Dua pemain yang dimaksud adalah Thom Haye dan Eliano Reijnders yang resmi berseragam tim berjuluk Maung Bandung itu.

    Terbaru, list belanja Persib Bandung dibongkar oleh akun seputar sepak bola Indonesia, @bola.lokal_.

    “RUMOR 
    Striker Oxford United dan juga Timnas Indonesia, Ole Romeny dikaitkan dengan Persib Bandung di putaran kedua nanti 
    Ole Romeny saat ini juga minim menit bermain di Oxford United. Kalau semisalnya sampai kejadian gak kebayang ngerinya Persib Bandung,” tulis @bola.lokal_

    Yang menarik dari kabar transfer ini adalah dikaitkannya nama Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

    Erick Thohir disebut bisa jadi pemulus untuk mendaratkan striker Timnas Indonesia ke Bandung.

    Erick Thohir bisa saja melakukan lobi terhadap para pemegang saham lain Oxford United.

    Namun yang jadi catatan penting adalah Ole Romeny masih terikat kontrak sampai 2028.

    Itu berarti, jika Persib benar-benar menginginkannya mereka perlu mengeluarkan budget lebih atau memilih opsi peminjaman.

    (Erfyansyah/fajar)

  • Rumor Ole Romeny Gabung ke Persib, Apa yang jadi Daya Tariknya?

    Rumor Ole Romeny Gabung ke Persib, Apa yang jadi Daya Tariknya?

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Rumor bakal bergabungnya Ole Romeny ke Persib Bandung memang jadi pembahasan hangat.

    Meski, sampai saat ini belum ada informasi resmi dari kedua belah pihak soal adanya rumor ini.

    Dengan kemunculan rumor Ole yang bakal bergabung ke Persib membuat semua pihak.

    Tak terkecuali untuk para fans Timnas Indonesia yang merasa bingung dengan muncilnya rumor ini.

    Banyak hal yang membuat rumor ini bisa dipastikan hanya sebatas rumor dan sulit terwujud.

    Alasanya jelas, karena Romeny masih terikat kontrak dengan Oxford United sampai dengan 30 Juni 2028  mendatang.

    Dan jika Persib benar-benar ingin mendatangkannya perlu mengeluarkan dana yang lebih besar.

    Market value oleh Romeny terbilang tinggi untuk klub Super League yang mancapai mencapai 20,86 miliar dolar USD.

    Di sisi lain, banyak yang merasa bingung dan mempertanyakan pilihan karir oleh Romeny jika ia benar-benar menerima tawaran ini.

    Mengapa seorang striker yang sedang berada di usia emas dan bermain di kompetisi sekeras Inggris ingin melanjutkan karier di sepakbola Indonesia.

    (Erfyansyah/fajar)