Institusi: MUI

  • Hukum Suntik KB saat Berpuasa, Bikin Batal atau Tidak?

    Hukum Suntik KB saat Berpuasa, Bikin Batal atau Tidak?

    Jakarta – Suntik KB termasuk jenis kontrasepsi guna menunda kehamilan atau mencegah kehamilan yang tak direncanakan. Kontrasepsi ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan injeksi mengandung hormon progestin dalam jangka waktu dan pada bagian tubuh tertentu.

    Efektivitas suntik KB optimal tapi perlahan menurun hingga mendapatkan suntikan berikutnya. Karena itu, jadwal penyuntikannya mesti teratur agar kegunaannya diperoleh maksimal.

    Namun, bagaimana jika suntik KB dilakukan saat berpuasa, apakah membatalkannya? Mengingat memasukkan sesuatu ke dalam tubuh dapat membatalkan puasa.

    Apakah Suntik KB Membatalkan Puasa?

    Suntik KB tidak membatalkan puasa menurut Ustadzah Lailatis Syarifah, mengutip dari HaiBunda. Sebab suntik KB dihukumi sama dengan cairan obat yang memberikan efek penyembuhan dari suatu penyakit. Injeksi obat diketahui tidak membatalkan puasa.

    Suntikan KB juga tidak dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut atau saluran pencernaan. Melainkan disuntikkan ke kulit pada bagian tubuh seperti paha, lengan atas, bokong, atau bawah perut.

    Menurut pendapat Imam Nawawi yang dinukil oleh Fatwa MUI Nomor 13 Tahun 2021, obat yang masuk ke dalam daging tidak membatalkan puasa.

    Sebaliknya, puasa menjadi batal apabila sesuatu yang masuk ke perut melalui rongga badan alamiah dan terbuka seperti mulut, hidung, telinga, alat kemaluan, dan bokong, menurut pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan Ibnu al-Hammam al-Hanafi yang dinukil oleh Fatwa MUI yang sama.

    Suntik KB sendiri dimasukkan ke dalam tubuh melalui pori-pori di bawah kulit atau pembuluh darah. Mengenai ini, Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Nawawi berpandangan bahwa sesuatu yang terserap melalui pori-pori tak membatalkan puasa karena tidak masuk tubuh melalui jalur rongga badan yang terbuka. Sebagaimana air mandi yang masuk lewat pori-pori tidak membuat puasa batal.

    Suntik KB Bukan Suntik Nutrisi

    Suntikan KB yang mengandung cairan sejenis obat juga tidak menghilangkan rasa lapar dan haus. Karena itu, suntik KB tidak membatalkan puasa.

    Suntik KB bukan sejenis suntik nutrisi sebagai pengganti makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh atau suntik infus yang membuat tubuh bugar meski tidak makan dan minum. Namun termasuk suntikan obat untuk suatu penyakit.

    Terkait infus dan dan suntik nutrisi terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian menyebut keduanya dapat membatalkan puasa karena terasa bermanfaat sebagai nutrisi karena membuat tubuh segar meski tidak dimasukkan melalui lubang alamiah. Pandangan ini salah satunya dikemukakan oleh Imam al-Ramli.

    Ulama lainnya menyebut infus dan suntik nutrisi tidak membuat puasa batal dengan sandaran bahwa Nabi Muhammad SAW pernah membasahi kepalanya dengan tujuan menghilangkan panas dan dahaganya. Hadits ini pun diqiyaskan dengan infus yang sama-sama bertujuan penyegaran.

    (azn/fds)

  • Jangan Lakukah Hal ini, Atau Puasamu Bisa batal

    Jangan Lakukah Hal ini, Atau Puasamu Bisa batal

    JABAR EKSPRES – Puasa Ramadan merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh umat Islam selama satu bulan penuh. Sebagaimana ibadah wajib, tentu ada aturan ketat yang mengikat di dalamnya.

    Jika dilaksanakan sudah pasti akan mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan ada dosa sudah menanti.

    Ada beberapa hal yang bisa membatalkan puasa Ramadan, bukan hanya mambatalkan pahala puasanya saja, bahkan bisa membatalkan puasa kita.

    Baca juga :  Naskah Khutbah Jumat Tentang Berburu Surga di Bulan Ramadhan

    Ada banyak pandangan tentang hal-hal yang membatalkan puasa, ada yang menyebut hanya 3 hal, ada juga yang merincinya hingga puluhan macam perbuatan yang bisa membatalkan puasa.

    Namun kita akan membahasnya berdasarkan pandangan MUI, yang didasarkan pada Alquran, tepatnya yang tertuang di dalam surat Al Baqarah ayat 187.

    أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

    Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.”

    Baca juga : Berbagai Tradisi Unik Sambut Bulan Suci Ramadhan di Berbagai Wilayah di Indonesia

    Berdasarkan ayat di atas, terdapat tiga indikasi yang membatalkan puasa yaitu:

    1. Makan
    2. Minum
    3. Bersenggama

    Ada  Hadits yang juga memperkuat pernyataan tersebut, yakni Hadits yang di riwayatkan An Nasai yang berbunyi:

    “Tidak ada kebaikan yang dikerjakan anak Adam kecuali akan ditulis untuknya sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Allah -Azza wa Jalla- berfirman: ‘Kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makanannya hanya karena Aku….”

    Selain itu, ulama terkenal Syekh Yusuf al-Qardhawi juga mempertegas  larangan yang ditetapkan dalam Al Quran bagi orang berpuasa,.

  • Puasa Ramadhan: Sebuah Proses Transformasi Spiritual dalam Meningkatkan Iman dan Kualitas Hidup

    Puasa Ramadhan: Sebuah Proses Transformasi Spiritual dalam Meningkatkan Iman dan Kualitas Hidup

    Oleh: Achmad Fatony
    Wakil ketua, Badan Arbitrase Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Jawa Timur

    TRIBUNJATIM.COM – Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai kewajiban agama, puasa memiliki makna yang lebih mendalam, yaitu sebagai refleksi spiritual yang mampu meningkatkan iman dan kualitas hidup individu secara signifikan.

    Dalam bulan yang penuh berkah ini, banyak umat Islam yang merasakan transformasi positif dalam diri mereka, baik secara spiritual maupun sosial.

    Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek puasa Ramadhan, termasuk manfaat spiritual, dampak terhadap peningkatan iman, serta bagaimana puasa dapat berkontribusi dalam memperbaiki kualitas hidup secara menyeluruh.

    Melalui pemahaman ini, diharapkan umat dapat lebih menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur dari puasa dalam kehidupan sehari- hari.

    Peningkatan kesadaran diri selama puasa Ramadhan merupakan salah satu aspek penting yang dapat membawa perubahan signifikan dalam kehidupan spiritual seseorang.

    Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai bagaimana puasa mendorong individu untuk merenung dan memahami diri sendiri:

    Refleksi Diri: Islam mulai mendidik orang-orang tentang makna, kegiatan, dan tujuan hidup selama Ramadhan, memungkinkan mereka untuk menilai hubungan mereka dengan Tuhan dan orang lain serta memahami kehidupan mereka sendiri.

    Selama bulan Ramadhan, umat Islam didorong untuk melakukan introspeksi.

    Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan waktu untuk merenungkan tindakan, perilaku, dan tujuan hidup. 

    Dengan menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, individu memiliki kesempatan untuk merenungkan makna hidup dan mengevaluasi hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama.

    Kesadaran Spiritual: Puasa membantu meningkatkan kesadaran spiritual dengan mengajak individu untuk lebih dekat kepada Allah.

    Dalam keadaan berpuasa, umat Islam lebih cenderung melakukan ibadah tambahan seperti shalat, dzikir, dan membaca Al- Quran. 

    Aktivitas ini tidak hanya memperkuat hubungan spiritual, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

    Pengendalian Hawa Nafsu: Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, individu belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan keinginan duniawi. Proses ini melatih disiplin dan kesabaran, yang pada gilirannya membantu individu untuk lebih memahami diri

    Almajed, A. H. (2018). Spiritual Dimensions of Fasting. Journal of Spirituality, mereka sendiri dan apa yang benar-benar penting dalam hidup. Pengendalian diri ini juga menciptakan ruang untuk merenungkan nilai-nilai moral dan etika yang dipegang

    Hubungan dengan Orang Lain: Puasa juga mendorong individu untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain.

    Dengan merasakan lapar dan haus, umat Islam diingatkan akan pentingnya berbagi dan berbuat baik kepada sesama.

    Hal ini dapat meningkatkan empati dan memperkuat hubungan sosial, yang merupakan bagian penting dari kesadaran diri 

    Tujuan Hidup: Melalui proses refleksi dan pengendalian diri, individu dapat menemukan kembali tujuan hidup mereka.

    Puasa memberikan kesempatan untuk merenungkan apa yang ingin dicapai dalam hidup dan bagaimana cara mencapainya.

    Kesadaran ini dapat memotivasi individu untuk berusaha lebih keras dalam mencapai tujuan spiritual dan pribadi mereka.

    Dengan demikian, puasa Ramadhan tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri yang mendalam, yang dapat membawa perubahan positif dalam iman dan kualitas hidup seseorang.

    Kedekatan dengan Tuhan dalam Ibadah Puasa

    Kedekatan dengan Tuhan selama ibadah puasa Ramadhan merupakan fenomena yang memiliki dimensi spiritual yang mendalam.

    Proses ini dapat dijelaskan melalui beberapa aspek berikut:

    Dimensi Spiritual dalam Puasa: Puasa Ramadhan bukan sekadar kewajiban ritual; ia merupakan bentuk pengabdian yang mendalam yang menuntut individu untuk menahan diri dari kebutuhan fisik seperti makanan dan minuman.

    Dalam konteks ini, puasa berfungsi sebagai sarana untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Menurut psikolog dan ahli spiritual, Dr. A. H. Almajed, puasa dapat membangkitkan rasa kedekatan dengan Tuhan melalui pengorbanan dan pengabdian yang tulus (Almajed, 2018).

    Ibadah dan Penghayatan. Selama Ramadhan, umat Islam didorong untuk meningkatkan ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, dan berdoa. Aktivitas ini tidak hanya berfungsi sebagai ritual, tetapi juga sebagai mekanisme untuk mendalami iman. Penelitian menunjukkan bahwa praktik ibadah yang konsisten dapat memperkuat hubungan spiritual dan meningkatkan rasa kedekatan individu dengan Tuhan (Hussain, 2020).

    Refleksi dan Kesadaran: Puasa memberikan ruang bagi individu untuk merenung dan berintrospeksi. Dalam keadaan berpuasa, individu lebih cenderung untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan, tujuan, dan hubungan mereka dengan Tuhan. Proses refleksi ini meningkatkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada gilirannya memperkuat rasa kedekatan.

    Dr. M. Ali dalam penelitiannya mengemukakan bahwa refleksi spiritual yang dilakukan selama puasa dapat meningkatkan koneksi emosional dengan Tuhan (Ali, 2021).

    Rasa Syukur: Salah satu tujuan puasa adalah untuk meningkatkan rasa syukur. Dengan merasakan lapar dan haus, individu diingatkan akan nikmat yang sering kali dianggap remeh. Kesadaran ini dapat membangkitkan rasa syukur yang lebih mendalam terhadap

    2 Hussain, M. (2020). The Role of Worship in Strengthening Faith. Islamic Studies Review.

    3 Ali, M. (2021). Reflection and Spiritual Connection during Ramadan. Journal of Religion and Health.

    4 Ibid, Segala karunia yang diberikan Tuhan. Rasa syukur ini, menurut penelitian oleh Dr. M. S. Khan, berhubungan langsung dengan peningkatan kebahagiaan dan kepuasan hidup (Khan, 2019).

    Transformasi Spiritual: Proses kedekatan dengan Tuhan melalui puasa dapat memicu transformasi spiritual yang signifikan. Ini termasuk peningkatan nilai-nilai moral, etika, dan komitmen terhadap praktek agama.

    Menurut teori spiritualitas oleh Dr. J. P. Smith, individu yang mengalami kedekatan spiritual cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain (Smith, 2017).

    Merujuk pada pengalaman pribadi, selama bulan Ramadhan dengan kewajiban ibadah puasa, umat Islam tidak hanya menjalankan kewajiban agama, tetapi juga mengalami transformasi spiritual yang mendalam.

    Kedekatan dengan Tuhan yang dihasilkan dari pengalaman puasa ini memberikan kesempatan untuk mendalami iman dan memperkuat rasa syukur atas nikmat yang diberikan.

    Dengan demikian, puasa Ramadhan berfungsi sebagai sarana yang efektif untuk memperkuat hubungan spiritual antara hamba dan pencipta.

    Setiap individu mengerjakan amalan-amalan yang menurut keyakinan ber dampak mendapatkan pahala yang ganda. Pahala amalan dilipatkan. Sebagai contoh

    Pengendalian Diri dalam Puasa

    Pengendalian diri merupakan salah satu aspek penting dalam ibadah puasa Ramadhan.

    Menahan diri dari makan dan minum selama bulan suci ini tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai latihan untuk mengembangkan disiplin dan pengendalian hawa nafsu.

    Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai pengendalian diri dalam konteks puasa:

    Latihan Disiplin:

    Puasa mengajarkan individu untuk menahan diri dari kebutuhan fisik yang mendasar, seperti makan dan minum. Proses ini melatih disiplin, karena seseorang harus mengatur waktu dan kebiasaan makannya. Disiplin yang dibangun selama puasa dapat diterapkan dalam aspek lain kehidupan, seperti pekerjaan, studi, dan hubungan sosial. Dalam Al- Qur’an, Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183). Ayat ini menunjukkan bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai ketakwaan, yang merupakan hasil dari pengendalian diri.

    Pengendalian Hawa Nafsu:

    Puasa juga berfungsi untuk mengendalikan hawa nafsu. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, individu belajar untuk tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa “Pernahkah kamu memperhatikan orang yang memilih hawa nafsunya sebagai tuannya?” (QS. Al-Jathiyah: 23). Ayat ini mengingatkan kita bahwa mengikuti hawa nafsu dapat menyesatkan, dan puasa membantu kita untuk tidak menjadi budak dari keinginan tersebut.

    Meningkatkan Kesabaran:

    Proses menahan diri selama puasa juga melatih kesabaran. Ketika seseorang merasa lapar atau haus, mereka diajarkan untuk bersabar dan tidak langsung memenuhi keinginan tersebut. Kesabaran ini sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Ayat ini menunjukkan bahwa kesabaran adalah kunci untuk mendapatkan pertolongan dari Allah.

    Kebijaksanaan dalam Menghadapi Tantangan:

    Dengan melatih pengendalian diri dan kesabaran, individu menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Mereka belajar untuk tidak bereaksi secara impulsif terhadap situasi sulit dan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat. Dalam konteks ini, puasa berfungsi sebagai pelatihan mental dan spiritual yang memperkuat karakter seseorang.

    Pengendalian diri yang dilatih melalui puasa Ramadhan memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan spiritual dan sosial individu. Dengan menahan diri dari makan dan minum, umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga mengembangkan disiplin, kesabaran, dan kebijaksanaan yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup. hal ini juga berkontribusi pada peningkatan mindfulness dan empati dalam interaksi sosial, serta menguatkan ikatan komunitas yang saling mendukung.

    Kekuatan Doa

    Ramadhan adalah waktu yang istimewa untuk memperbanyak doa dan permohonan kepada Allah. Dalam bulan suci ini, umat Islam diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui komunikasi yang intensif. Doa dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah yang paling kuat, di mana seorang hamba dapat mengungkapkan harapan, rasa syukur, dan permohonan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu’” (QS. Ghafir: 60). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah sangat menginginkan hamba-Nya untuk meminta dan berdoa, terutama di bulan Ramadhan ketika pahala amal dilipatgandakan.

    Kegiatan Ibadah

    Selama Ramadhan, aktivitas ibadah seperti shalat tarawih dan membaca Al-Qur’an meningkat secara signifikan. Shalat tarawih, yang dilakukan setelah shalat Isya, merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan. Selain itu, membaca Al-Qur’an juga menjadi lebih intensif, karena bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia” (QS. Al-Baqarah: 185). Dengan meningkatkan ibadah selama Ramadhan, individu tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Islam.

    Refleksi dan Introspeksi

    Ramadhan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk melakukan refleksi dan introspeksi terhadap perjalanan iman mereka. Bulan suci ini mendorong individu untuk merenungkan tindakan, perilaku, dan hubungan mereka dengan Allah serta sesama. Melalui introspeksi, mereka dapat menilai apakah mereka telah menjalankan kewajiban agama dengan baik dan apakah ada aspek yang perlu diperbaiki. Proses ini penting untuk pertumbuhan spiritual dan untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan, “Dan apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, niscaya mereka akan menemukan perbedaan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa: 82). Ayat ini menekankan pentingnya merenungkan dan memahami ajaran Al-Qur’an sebagai bagian dari perjalanan iman.

    Kesehatan Fisik

    Puasa Ramadhan memiliki dampak positif pada kesehatan fisik. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama waktu tertentu, sistem pencernaan diberikan kesempatan untuk beristirahat. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko gangguan pencernaan dan meningkatkan fungsi organ-organ tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi berat badan, meningkatkan metabolisme, dan menurunkan kadar gula darah. Selain itu, puasa juga dapat memperbaiki profil lipid dalam darah, yang berkontribusi pada kesehatan jantung. Dengan pola makan yang lebih teratur dan terkontrol selama bulan Ramadhan, individu cenderung mengadopsi kebiasaan makan yang lebih sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi saat berbuka puasa. Bahkan di penelitian yang lain, puasa mempunyai impact positif bisa awet muda.

    Tidak jauh berbeda denga napa yang disampaikan Ibnu Khaldun dalam kitabnya ”Mukaddimah” menjelaskan bahwa, berbagai penyakit yang menyerang manusia bersumber dari dari makanan yang di konsumsi. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw., dalam hadis yang memuat tentang kedokteran, ”Lambung merupakan lumbung ( sumber ) berbagai penyakit. Kelaparan adalah sumber obat, dan sumber semua penyakit adalah Bardah.” Kata Al-Himyah dalam hadis ini berarti lapar, yang mengandung pengertian melakukan diet dari makanan. Maksudnya, bahwa lapar merupakan obat mujarab yang merupakan sumber obat. Sabda Rasulullah Saw.” Sumber semua penyakit adalah Bardah,” mengandung pengertian bahwa Al-Bardah berarti memasukkan makanan atas makanan yang masih ada dalam lambung sebelum terjadi proses pencernaan makanan secara maksimal pada makanan pertama.5
    Cukup beralasan apa yang disampaikan Ibnu Khaldun dalam kitabnya, yang mengutip hadis Rasulullah Saw. Menurut penulis bahwa Al-Bardah itu sejenis dengan ketamakan dan keserakahan, perilaku seperti ini banyak dilakukan oleh orang yang kurang faham terhadap kesehatan. Senada dengan apa yang disampaikan Imam Syafi’i : Perut kenyang akan mempersulit gerak badan, mengeraskan hati, mengikis kecerdasan, memudahkan tidur dan memalaskan tubuh untuk beribadah.6 Luar biasa, Islam menganggap kelalaian menjaga kesehatan sebagai tipe pelanggaran, Allah Swt. berfirman :

    5 Ibnu Khaldun, Mukaddimah (Jakarta, Maret: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 759.
    6 Shalih Ahmad Asy-Syami, Tenangkan Pikiranmu & Hatimu Setiap Saat, vol. 2 (Jakarta Selatan: PT.Rene Turos Indonesia, 2021), 10.

    ٓاٰيَي›ُّ َها الَّ ِذيْ َن ٓاَمُن›ْاوا اَْ ُوف›ْوا ِِبلْعُُقْو ِِۗد اُ ِحلَّ  ْت لَ ُك ْم ََبِيْ َمةُ اْ َْْلن› َعاِم اَِّْل َما ي›ُتْ› ٓلى عَلَْي ُك ْم غَ َْْي ُُِملِٰى ال  َّصْي ِد َ َْوان›تُ ْم  ُحُر ِۗ˚م اِ َّن ا ّٰٓللَ ََْي ُك ُم َما يُِريْ ُد
    “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji- janji!. Dihalalkan bagimu hewan ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu (keharamannya) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.” (Q.S.5:1)7

    Menurut Ibnu Katsir, “ Janganlah kamu melampaui batas” berarti janganlah berlebihan dan menyulitkan diri dengan mengharamkan yang diperbolehkan, janganlah melewati batas dengan terlalu banyak menikmati hal-hal yang diperbolehkan, gunakan seperlunya untuk memenuhi kebutuhan, dan jangan ber mewah-mewah8

    Sejalan dengan apa yang disampikan oleh para ulama, tidak berseberangan dengan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Yoshinori Ohsumi, seorang ahli biologi sel asal Jepang, yang telah dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2016 atas penemuannya mengenai mekanisme autofagi.

    Autofagi adalah proses di mana sel-sel tubuh mendaur ulang komponen yang rusak atau tidak diperlukan, yang berkontribusi pada peremajaan sel dan pemeliharaan kesehatan seluler.

    Puasa dapat membantu memperlambat penuaan dan membuat seseorang terlihat lebih awet muda. Ini didukung oleh beberapa mekanisme biologis yang terjadi saat tubuh dalam keadaan puasa:

    Pertama, Autophagy: Pembersihan seluler saat berpuasa, tubuh masuk ke mode autophagy, yaitu proses pembersihan sel di mana sel-sel yang rusak dan tidak berfungsi dihancurkan dan didaur ulang.

    Proses ini membantu mencegah penuaan dini dengan mengurangi penumpukan sel rusak yang bisa menyebabkan peradangan dan penyakit degeneratif.

    Kedua mengurangi Stres Oksidatif. Stres oksidatif terjadi akibat radikal bebas yang merusak sel dan mempercepat penuaan. Puasa terbukti meningkatkan produksi antioksidan alami, yang melindungi sel dari kerusakan dan membantu menjaga elastisitas kulit.

    Ketiga, meningkatkan Produksi Hormon Pertumbuhan (HGH) Hormon pertumbuhan manusia (HGH) meningkat drastis saat berpuasa, hingga 5 kali lipat lebih tinggi. HGH membantu regenerasi sel, meningkatkan elastisitas kulit, serta mempercepat penyembuhan luka, yang berkontribusi pada penampilan lebih muda.

    Keempat, mengurangi peradangan kronis, Peradangan kronis adalah salah satu faktor utama penuaan dan berbagai penyakit degeneratif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, puasa terbukti menurunkan kadar protein inflamasi (seperti CRP dan IL-6) yang menyebabkan penuaan kulit dan kerusakan organ.

    Kelima puasa, mampu meningkatkan kesehatan mitokondria, Mitokondria adalah “pembangkit energi” dalam sel, dan fungsinya menurun seiring bertambahnya usia. Puasa dapat meningkatkan efisiensi mitokondria, memperbaiki metabolisme energi, dan memperlambat proses penuaan secara keseluruhan.

    Pelaksanaan Puasa Ramadhan dapat dipahami sebagai suatu proses latihan yang bertujuan untuk mengendalikan nafsu hewani, kerakusan, dan keserakahan. Melalui praktik puasa ini, diharapkan individu dapat mengelola dan menata berbagai nafsu tersebut dengan

    7 Departemen Agama, Qur’an Terjemah, Juz 6,p.156.
    8 Ibid,55.p-648

    lebih baik selama sebelas bulan ke depan. Selain memberikan kesempatan untuk meraih pahala, puasa juga berperan penting dalam peningkatan ketakwaan dan kedisiplinan spiritual individu.

    Kesehatan Mental

    Puasa juga berkontribusi pada kesehatan mental. Selama bulan Ramadhan, banyak individu mengalami penurunan tingkat stres dan peningkatan kebahagiaan.

    Proses refleksi yang dilakukan selama puasa memungkinkan individu untuk mengevaluasi kehidupan mereka dan mengatasi permasalahan yang mungkin mengganggu pikiran.

    Selain itu, kegiatan ibadah yang dilakukan secara kolektif, seperti shalat tarawih dan berbuka puasa bersama, meningkatkan rasa kebersamaan dan dukungan sosial.

    Penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial yang positif dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kesejahteraan umum.

    Dalam konteks ini, Ramadhan menjadi waktu yang ideal untuk memperkuat hubungan sosial dan mendukung kesehatan mental.

    Keharmonisan Sosial

    Puasa Ramadhan juga mendorong keharmonisan sosial melalui tindakan berbagi dan beramal.

    Selama bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memberi sedekah, membantu orang yang kurang mampu, dan berkontribusi dalam kegiatan sosial. 

    Tindakan berbagi ini meningkatkan rasa empati dan solidaritas di antara anggota masyarakat. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga dekat haknya, dan kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan” (QS. Al-Isra: 26).

    Aktivitas amal yang meningkat selama Ramadhan tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara individu dan komunitas.

    Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling mendukung.

    Sebagai kesimpulan, puasa Ramadhan memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup secara holistik, mencakup aspek fisik, mental, dan sosial.

    Praktik puasa tidak hanya berfungsi sebagai ritual spiritual, tetapi juga sebagai sarana untuk menginternalisasikan nilai-nilai kedisiplinan, empati, dan solidaritas sosial.

    Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, individu dapat mencapai transformasi pribadi yang mendalam, yang tidak hanya memperkaya pengalaman spiritual, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.

    Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadikan semangat Ramadhan sebagai pendorong untuk terus berinovasi dan berkontribusi secara positif di lingkungan sekitar, sehingga nilai-nilai yang diperoleh selama bulan suci ini dapat terinternalisasi dan diimplementasikan sepanjang tahun.

     

  • Mengenal Metode Hisab dan Rukiyatul Hisab dalam Menentukan 1 Ramadan

    Mengenal Metode Hisab dan Rukiyatul Hisab dalam Menentukan 1 Ramadan

    JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar memutuskan puasa Ramadan 1446 Hijriah di Indonesia dimulai pada Sabtu (1/3/2025), meski hilal tidak terlihat di mayoritas wilayah Indonesia pada Sidang Isbat, Jumat (28/2) petang.

    “Diputuskan malam ini dalam sidang bahwa 1 Ramadan ditetapkan besok, insya Allah, tanggal 1 Maret 2025,” ujar Nasaruddin Umar dalam konferensi pers usai sidang isbat.

    “Mohon maaf kami terlambat. Harus menunggu bagian paling barat dari Indonesia, Aceh.”

    Umat Muslim di Indonesia memang harus menunggu lebih lama untuk mengetahui hari pertama Ramdan tahun ini. Cuaca mendung di beberapa wilayah di Indonesia menjadi kendala utama yang menyebabkan hilal tidak bisa terpantau secara langsung.

    Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi`i, Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang, Ketua MUI Abdullah Jaidi, dan Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad menyampaikan hasil sidang isbat di Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat (28/2/2025). (ANTARA/Asprilla Dwi Adha/tom)

    Sementara itu Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, sejak 11 Februari 2025 telah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025. Hal ini dipaparkan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti.

    Muhammadiyah juga mengumumkan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada 31 Maret 2025.

    Dilakukan Sejak 1950-an

    Sidang Isbat memiliki sejarah yang signifikan dalam kehidupan keagamaan dan sosial di Indonesia. Sidang ini diselenggarakan untuk menetapkan awal bulan dalem kalender Hijriah, terutama yang berkaitan dengan ibadah penting umat Islam seperti Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.

    Sidang Isbat bertujuan memberikan kepastian hukum dan keagamaan kepada masyarakat serta mengurangi perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan. Perlu ada kerja sama antara pemerintah dan ulama untuk menciptakan kesatuan dan integrase di tengah masyarakat.

    Seperti sidang Isbat tahun ini yang dilakukan secara tertutup, dihadiri pewakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), DPR, dan Mahkamah Agung (MA).

    Agenda sidang mencakup pemaparan posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi dan verifikasi hasil pengamatan hilal dari berbagai lokasi pantauan di seluruh Indonesia.

    Sidang Isbat sendiri sudah dilakukan sejak era 1950-an, meski di beberapa sumber menyebut pertama kali pelaksanaannya pada 1962. Untuk menentukan awal Ramadan, sidang Isbat biasanya dilakukan pada 29 Syaban.

    Umat Islam melaksanakan shalat tarawih pertama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (28/2/2025). (ANTARA/Sulthony Hasanuddin/tom)

    Mengutip laman Kementerian Agama, sidang isbat penting dilakukan karena Indonesia bukan negara agama, juga bukan negara sekuler. Indonesia tidak bisa menyerahkan urusan agama sepenuhnya kepada orang per orang atau golongan.

    Sidang isbat penting dilakukan karena ada banyak organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam di Indonesia yang juga memiliki metode dan standar masing-masing dalam penetapan awal bulan Hijriyah. Tidak jarang pandangan satu dengan lainnya berbeda, seiring dengan adanya perbedaan mazhab serta metode yang digunakan. Sidang isbat menjadi forum, wadah, sekaligus mekanisme pengambilan keputusan.

    “Inilah yang menjadi nilai lebih bahwa keputusan diambil bersama, nilai-nilai demokrasi sangat tampak dengan kehadiran seluruh ormas yang hadir pada saat sidang isbat,” tegas Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais-Binsyar) Ditjen Bimas Islam, Adib.

    Perbedaan Metode Dua Ormas 

    Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, sering berbeda dalam menetapkan awal bulan Hijriyah, terutama Ramadan, Syawal, Zulhijah.

    Peneliti dari Kementerian Agama RI, Suhanah, menjelaskan penyebab perbedaan penetapan awal Ramadhan dapat ditinjau dari aspek metodenya. Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan) dalam penentuan 1 Ramadan, sementara NU menggunakan metode rukyat (mengamati hilal secara langsung).

    “Kedua kelompok ini sulit disatukan karena mempunyai alasan fikih masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Bagi masyarakat yang ada di wilayah Kota Semarang, perbedaan tersebut banyak menimbulkan keresahan bagi kalangan masyarakat awam,” katanya dikutip dari Jurnal Harmoni.

    Mengutip laman MUI, hisab secara bahasa berarti menghitung. Seperti namanya, penentuan awal bulan menggunakan metode hisab mengandalkan hitungan falak atau ilmu astronomi.

    Hasil dari perhitungan ini nantinya akan digunakan untuk memastikan wujud dari hilal. Dengan kata lain, penetapan awal bulan dengan metode hisab tidak perlu dilakukan dengan melihat hilal secara langsung, melainkan cukup menggunakan perhitungan sistematis.

    Alasan Muhammadiyah menggunakan metode ini karena salah satunya mengacu pada Surah Ar-Rahman ayat 5 yang artinya “matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”.

    Sementara itu, hilal untuk menentukan awal bulan baru meliputi lengkungan bulan sabit paling tipis yang ada pada ketinggian rendah. Posisi hilal berada di atas ufuk barat setelah matahari terbenam dan harus bisa diamati.

    Dalam mengamati hilal menggunakan metode rukyat, ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu mengamati dengan mata telanjang, bantuan alat optik atau teleskop, hingga alat optik termutakhir yang terhubung dengan sensor atau kamera.

    Metode rukyat untuk menetapkan awal bulan tercermin dalam sabda Rasululllah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

    Meski seringkali terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan melalui metode hisab dan rukyat, MUI menegaskan tidak ada yang salah dari dua metode tersebut karena keduanya berasal dari ijtihad para ulama.

    Selain itu, MUI juga telah mengeluarkan Fatwa Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Fatwa tersebut mewajibkan warga negara Indonesia menaati ketetapan pemerintah ketika terjadi perbedaan pendapat soal awal Ramadan.

    Ramadan 1446 H Berbeda dengan Negara Tetangga

    Dalam konferensi pers setelah sidang isbat, Menag Nasaruddin Umar mengatakan hilal akhirnya ditemukan di provinsi paling barat di Aceh. Itu setelah kondisi objektif hilal dari Indonesia bagian timur, tengah, sampai bagian barat, di ekor pulau Jawa tidak dimungkinkan untuk menyaksikan hilal.

    “Ternyata ditemukan hilal di provinsi paling barat di Aceh, sudah disumpah juga oleh hakim, dengan demikian 2 orang yang menyaksikan hilal itu, ditambah dengan pengukuhan, oleh hakim agama setempat,” jelas Nassaruddin.

    Untuk Ramadan 1446 H, baik Indonesia maupun Arab Saudi memulai puasa di tanggal yang sama, yaitu 1 Maret 2025. Namun demikian, sebelumnya dalam penentuan awal Ramadan atau Idulfitri di Indonesia seringkali berbeda dengan di Arab Saudi. Contohnya pada Ramadan tahun lalu, ketika pemerintah Arab Saudi menetapkan puasa pertama jatuh pada Senin, 11 Maret 2024, sedangkan pemerintah Indonesia melalui menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Selasa, 12 Maret.

    Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menuturkan, perbedaan penentuan tersebut bukan disebabkan oleh kriteria yang berbeda, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan keputusan antara pemerintah kedua negara.

    “Prinsipnya semakin ke barat, negara-negara yang lebih barat itu lebih bisa melihat posisi bulan yang lebih tinggi dan jarak bulan yang lebih jauh dari posisi matahari,” kata Thomas dikutip dari Antara, Selasa (25/2/2025).

    Siswa TK menjadi peserta Pawai Tarhib menyambut Ramadhan di Kota Palangka Raya, Selasa (21/3/2023). (ANTARA/Rendhik Andika)

    Secara teori, kata Thomas, wilayah barat berpotensi melihat hilal lebih besar dibandingkan dengan wilayah timur.

    “Jadi sebenarnya wajar ketika di Arab Saudi itu sudah terlihat hilal, padahal di Indonesia belum (terlihat), itu wajar,” ujarnya.

    Untuk tahun ini, baik Indonesia maupun Arab Saudi menetapkan 1 Maret 2025 sebagai 1 Ramadan 1446 Hijriah. Tetapi, awal puasa Ramadan di Indonesia berbeda dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam yang jatuh pada Minggu, 2 Maret.

    Perbedaan tanggal awal puasa antara Indonesia dan negara-negara tetangga karena di tiga negara tersebut tidak terlihat hilal, serta tidak terpenuhinya kriteria rukyat (pengamatan hilal) yang berpedoman pada Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Dalam MABIMS, dijelaskan kriteria hilal minimum ialah berada di ketinggian tiga derajat dan elongasi 6,4 derajat.

  • MAJT Semarang Ingin Tradisi Dugderan Terus Dilakukan, Prof Noor Achmad Sampaikan 3 Alasan

    MAJT Semarang Ingin Tradisi Dugderan Terus Dilakukan, Prof Noor Achmad Sampaikan 3 Alasan

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Tradisi tahunan Dugderan telah terlaksana dengan lancar dan meriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang, pada Jumat (28/2/2025) sore dengan disaksikan oleh ribuan masyarakat.

    Dugderan adalah tradisi di Kota Semarang yang menandai datangnya bulan suci Ramadan.

    Tradisi yang sudah ada sejak tahun 1881 bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa Ramadan sudah dekat.

    Sebagai puncak dari tradisi ini adalah pemukulan Bedug Ijo Mangunsari beberapa kali di halaman MAJT Semarang, yang diiringi dengan dentuman meriam.

    Kata dugder berasal dari suara yang bersumber dari tabuhan bedug dan dentuman meriam itu, yang kemudian oleh masyarakat disebut Dugderan.

    Pemukulan Bedug Ijo Mangunsari pada dugderan kali dilakukan sekitar pukul 17.50 WIB oleh Sekda Jateng Sumarno, yang berperan sebagai Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja.

    Menyaksikan pemulukan bedug antara lain Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum, dan Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin.

    Ketua PP MAJT Semarang sekaligus Ketua Baznas Pusat, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng yang juga Ketua Baznas Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, pengurus MAJT, jajaran Forkopimda Jateng, serta ribuan warga juga turut meramaikan perayaan tersebut.

    Rombongan Wali Kota Semarang tiba di MAJT Semarang sekitar pukul 16.30 WIB. 

    Mereka berangkat dari Balai Kota Semarang.

    Sebelum ke MAJT Semarang, mereka singgah terlebih dahulu di Masjid Besar Kauman Semarang.

    Kedatangan Wali Kota Semarang sudah ditunggu ribuan masyarakat di halaman masjid. 

    Rombongan disambut di pintu masjid oleh Sekda Jateng Sumarno, yang mewakili Gubernur Jateng, serta oleh Ketua PP MAJT Semarang, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, dan para pengurus MAJT.

    Begitu tiba di masjid, rombongan Wali Kota langsung masuk ke ruang utama masjid. 

    Pada kesempatan itu digelar acara penyerahan Suhuf Halaqah dari Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum (Wali Kota Semarang) kepada Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja (Sekda Jateng).

    Selanjutnya, Suhuf Halaqah dibacakan oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja sebelum pemukulan Bedug Ijo Mangunsari.

    Isi Suhuf Halaqah adalah memberikan kabar bahwa bulan suci Ramadan segera tiba, serta mengajak umat Islam untuk mengisi Ramadan dengan ibadah, memperbanyak amal, serta melakukan hal-hal bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa.

    Tiga Alasan Tradisi Dugderan Harus Terus Dilestarikan

    Prof. Dr. KH Noor Achmad mengatakan bahwa Dugderan adalah tradisi yang baik karena tujuannya adalah menyampaikan kabar datangnya bulan suci Ramadan.

    Selain itu, tradisi ini juga telah berlangsung selama bertahun-tahun.

    “Kami, dalam hal ini, MAJT Semarang, akan terus melestarikan tradisi ini agar tetap terjaga keberlangsungannya,” kata Prof. Noor Achmad usai acara.

    Menurutnya, ada tiga alasan utama mengapa Dugderan layak dipertahankan.

    Pertama tradisi dugderan ini memperkuat kerukunan dan persatuan.  

    “Dugderan menunjukkan bahwa kekuatan budaya mampu merukunkan berbagai perbedaan di Kota Semarang khususnya, serta Jawa Tengah secara umum. Artinya, tradisi ini dapat memperkuat elemen-elemen sosial dalam masyarakat,” ujarnya.

    Adapun yang kedua, tambahnya, tradisi dugderan ini adalah menjadi tradisi khas dan unik bagi warga Semarang menyambut Ramadan.

    “Tradisi ini adalah cara warga Semarang menyambut bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan. Harapannya, semua masyarakat dapat ikut bergembira dengan datangnya bulan puasa,” lanjutnya.

    Selain itu, ia juga menegaskan bahwa semua masyarakat harus saling menghormati selama bulan Ramadan.

    “Bagi umat Islam, ini adalah momen untuk beribadah, sedangkan bagi mereka yang tidak berpuasa, diharapkan dapat ikut menjaga keharmonisan dengan saling menghormati,” tambahnya.

    Sedang ketiga, antusiasme masyarakat yang tinggi untuk datang dan menyaksikan langsung dugderan ini. Setiap tahun, jumlah warga yang hadir dan menyaksikan Dugderan selalu tinggi.

    “Ini membuktikan bahwa tradisi ini dinanti-nantikan oleh masyarakat.  Pengunjungnya begitu banyak. Itu terlihat sejak dari Balai Kota Semarang dan Masjid Besar Kauman hingga tiba di sini (MAJT),” tuturnya.

    Dugderan Berdampak Positif bagi Ekonomi Warga

    Sementara itu, Sekda Jateng Sumarno menambahkan bahwa Dugderan bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi positif, terutama bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

    “Kami berharap tradisi ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat, tidak hanya dari Semarang tetapi juga dari luar Jawa Tengah. Dengan begitu, acara ini bisa mendorong perekonomian dan menjadi salah satu event wisata unggulan,” ujar Sumarno.

    Di sisi lain, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, berharap agar Dugderan dapat semakin mempererat persatuan warga Kota Semarang, terutama setelah melewati masa pesta demokrasi.

    “Semoga momentum ini bisa menyatukan seluruh warga Kota Semarang agar bersama-sama membangun Semarang tanpa adanya sekat-sekat perbedaan,” pungkasnya. (Rad)

  • Dompet Dhuafa Kirim Tim Kemanusiaan dan 300 Dai ke Palestina dan Wilayah 3T

    Dompet Dhuafa Kirim Tim Kemanusiaan dan 300 Dai ke Palestina dan Wilayah 3T

    Dompet Dhuafa Kirim Tim Kemanusiaan dan 300 Dai ke Palestina dan Wilayah 3T
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –
    Usai mendeklarasikan kampanye “Indonesia untuk
    Palestina
    ” bersama Kementerian Luar Negeri (
    Kemenlu
    ) pada Rabu (26/2/2025),
    Dompet Dhuafa
    mengambil langkah konkret dalam memperkuat diplomasi kemanusiaan global.
    Lembaga filantropi itu resmi mengirimkan Tim Kemanusiaan untuk Palestina serta melepas 300 dai dalam acara di Sasana Budaya Dompet Dhuafa, Jakarta Selatan, Kamis (27/2/2025).
    Ratusan dai yang tergabung dalam program Dakwah Melintas Batas itu akan berdakwah di 11 negara serta wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia. Program ini bertujuan meningkatkan literasi Islam serta memberikan penguatan dakwah kepada masyarakat yang masih minim akses terhadap edukasi keislaman.
    Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian program Ramadan Dompet Dhuafa yang berfokus pada menyalurkan
    bantuan kemanusiaan
    dan memperkuat syiar Islam di berbagai belahan dunia.
    Acara pelepasan itu dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya adalah Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Parni Hadi, Ketua Pengurus Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini, serta Wakil Menteri Luar Negeri Muhammad Anis Matta.
    Turut hadir pula Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Waryono Abdul Ghafur, perwakilan Majelis Ulama Indonesia (
    MUI
    ), serta berbagai lembaga terkait.
    Ahmad Juwaini menegaskan bahwa kehadiran tim kemanusiaan di Palestina dan dai di berbagai negara merupakan upaya nyata dalam menyebarkan kebaikan serta mendukung masyarakat yang membutuhkan.
    “Dompet Dhuafa selalu berkomitmen menyalurkan bantuan ke wilayah yang mengalami krisis kemanusiaan, baik di Palestina maupun negara lain. Pengiriman dai juga menjadi bagian dari upaya syiar Islam yang damai dan inklusif,” kata Ahmad dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (1/3/2025).
    Dompet Dhuafa, lanjutnya, menyalurkan bantuan ke Palestina melalui tiga skema.
    Pertama
    , melalui pemerintah Indonesia.
    Kedua
    , bekerja sama dengan mitra kemanusiaan di dalam Palestina.
    Ketiga
    , dengan mengirimkan langsung tim kemanusiaan.
    Ahmad menilai, kondisi di Palestina semakin memprihatinkan akibat agresi yang berlarut-larut. Blokade berkepanjangan menyebabkan krisis pangan, kesehatan, serta meningkatnya jumlah warga yang kehilangan tempat tinggal.
    “Momentum Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat aksi kemanusiaan. Dompet Dhuafa mengirimkan tim kemanusiaan guna memberikan bantuan langsung kepada masyarakat terdampak,” ucapnya.
    Hal senada juga disampaikan Pendiri Dompet Dhuafa, Parni Hadi. Ia menekankan bahwa bantuan bagi Palestina saat ini perlu difokuskan pada sektor pendidikan.
    Bersama pemerintah, Dompet Dhuafa ingin memulai program pendidikan yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi negara lain.
    “Kita harus mendukung Palestina karena sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,” ujar Parni.
    Parni juga mendorong Dompet Dhuafa dan pemerintah Indonesia untuk menginisiasi gerakan diplomasi sipil (
    civil diplomacy
    ) dan diplomasi Islam (
    Islamic diplomacy
    ) di kancah internasional.
    Sementara itu, Anis Matta mengatakan bahwa aksi kemanusiaan ini bukan sekadar pengiriman bantuan material, melainkan juga bagian dari diplomasi kemanusiaan.
    Hal tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa kepedulian bangsa Indonesia terhadap penderitaan rakyat Palestina sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan dunia.
    “Memimpin itu memberi. Jadi, salah satu instrumen diplomasi yang akan kami pakai di Kemenlu adalah diplomasi kemanusiaan. Kami mulai mengoordinasikan seluruh lembaga kemanusiaan sebagai pasukan diplomasi kemanusiaan,” jelas Anis.
    Anis juga menegaskan bahwa dakwah Islam telah menyebar luas ke berbagai penjuru dunia berkat pengiriman dai sejak zaman Rasulullah. Ia pun berharap, Dompet Dhuafa dapat mengambil peran lebih besar dalam memperkuat syiar Islam secara global.
    Sebagai bentuk dukungan, Anis juga menitipkan harapan agar Dompet Dhuafa mampu memimpin kampanye bersama “Indonesia untuk Palestina” sebagai sekretariatnya.
    Pelepasan tim kemanusiaan dan dai ditandai dengan prosesi simbolis oleh Anis Matta bersama pimpinan Dompet Dhuafa. Acara dilanjutkan dengan sesi dialog bertajuk “Respon Kemanusiaan untuk Palestina dan Dai Melintas Batas, Manfaat Tersebar Luas” yang menghadirkan sejumlah narasumber kompeten di bidangnya.
    Diskusi tersebut membahas berbagai tantangan dan solusi dalam pengiriman bantuan ke daerah terdampak konflik.
    Para pembicara menekankan bahwa selain bantuan logistik, dukungan psikososial bagi warga Palestina juga sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, Dompet Dhuafa turut menginisiasi berbagai program pendampingan guna membantu pemulihan masyarakat yang mengalami trauma akibat konflik berkepanjangan.
    Sebagai bagian dari program Ramadan 1446 H, Dompet Dhuafa juga menggulirkan berbagai inisiatif kemanusiaan lain, seperti “Muliakan Anak Yatim”, “Sadar Kebersihan Makam (SEKAR)”, “Pasar Berkah”, dan “Pos Mudik Ramah Keluarga”.
    Ahmad berharap, program-program itu dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat Indonesia ataupun komunitas Muslim di berbagai negara.
    “Program ‘Ramadan di Palestina’ juga menjadi bagian dari komitmen Dompet Dhuafa untuk memastikan masyarakat Palestina mendapatkan kebutuhan dasar mereka, khususnya di bulan suci Ramadhan. Bantuan yang dikirimkan mencakup paket makanan, layanan kesehatan, serta program sosial lainnya guna meringankan beban masyarakat Palestina yang mengalami kesulitan,” jelas dia.
    Dengan pengiriman tim kemanusiaan dan dai ini, Dompet Dhuafa berharap dapat terus memperkuat solidaritas umat Muslim serta membangun jembatan kebaikan antarbangsa.
    “Ramadhan tahun ini dapat menjadi momentum penting untuk semakin memperkuat semangat kepedulian dan berbagi terhadap sesama,” imbuh Ahmad.
    Untuk diketahui, masyarakat dapat berpartisipasi dalam program kemanusiaan Dompet Dhuafa dengan berdonasi melalui
    digital.dompetdhuafa.org/donasi/jagapalestina
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hasil Sidang Isbat Awal 1 Ramadhan 2025, Cek Updatenya di Sini

    Hasil Sidang Isbat Awal 1 Ramadhan 2025, Cek Updatenya di Sini

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengumumkan hasil sidang Isbat 1 Ramadhan 1446 H atau 1 Ramadhan 2025 pada 28 Februari 2025. Sidang Isbat digelar di Auditorium H.M. Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

    Nasaruddin Umar menetapkan bahwa 1 Ramadhan 2025 jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 berdasarkan keputusan hasil sidang Isbat.

    “Maka pada malam ini diputuskan dalam sidang (Isbat) bahwa 1 Ramadhan 1446 H ditetapkan besok, Sabtu, 1 Maret 2025” Kata Nasaruddin Umar pada 28 Februari 2025.

    Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1446 Hijriah pada Jumat, 28 Februari 2025. Sidang ini akan menentukan tanggal resmi dimulainya bulan suci Ramadan bagi umat Islam di Indonesia dan dijadwalkan dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, menyampaikan bahwa sidang isbat akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan organisasi Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung.

    Tahapan Sidang Isbat

    Sidang isbat akan dilakukan melalui tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah pemaparan mengenai posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Selanjutnya, tahap kedua melibatkan verifikasi hasil pemantauan hilal (rukyatul hilal) dari berbagai titik di Indonesia. Tahap terakhir adalah musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan kepada publik.

    Abu Rokhmad mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil resmi sidang isbat dan mengikuti pengumuman pemerintah mengenai awal Ramadan 1446 H. Penetapan ini sejalan dengan fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

    “Kita berharap umat Islam di Indonesia dapat mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama,” ujar Abu Rokhmad pada Senin 10 Februari 2025.

    Perhitungan Hisab dan Pemantauan Hilal

    Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) Kemenag, Arsad Hidayat, menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan hisab, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk, berkisar antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

    “Secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat. Namun, keputusan akhirnya akan diumumkan setelah hasil sidang isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama,” ungkap Arsad.

    Untuk memastikan ketepatan hasil, Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik pemantauan di seluruh Indonesia. Hasil perhitungan astronomi dan laporan rukyat akan menjadi dasar dalam keputusan sidang isbat.

    Pentingnya Sidang Isbat

    Sidang isbat merupakan agenda rutin yang diselenggarakan pemerintah setiap menjelang Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah. Proses ini melibatkan berbagai organisasi Islam, pejabat pemerintah, dan pakar astronomi guna memastikan keputusan yang akurat dan dapat diterima oleh seluruh umat Islam di Indonesia.

    Mengacu pada buku Hisab Rukyat Indonesia: Diversitas Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah karya Muhammad Awaludin, sidang isbat bertujuan untuk menetapkan awal bulan hijriah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Dalam sidang ini, turut hadir tamu undangan seperti duta besar negara sahabat, anggota DPR RI, serta perwakilan Mahkamah Agung dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Sidang isbat menjadi momen krusial bagi umat Islam, karena hasil yang diumumkan akan menjadi pedoman dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan secara serempak. Dengan adanya sidang ini, pemerintah memastikan bahwa proses penentuan awal bulan Hijriyah dilakukan secara transparan dan berdasarkan kajian ilmiah yang matang.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hasil Sidang Isbat Awal Puasa 1 Ramadan 2025 Cek di Sini

    Hasil Sidang Isbat Awal Puasa 1 Ramadan 2025 Cek di Sini

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) tengah menggelar sidang isbat untuk menentukan awal puasa Ramadan 2025.

    Berdasarkan pantauan Bisnis di lokasi, sidang isbat mulai digelar pada Jumat (28/2/2025) sejak pukul 18:30 WIB. 

    Kementerian Agama (Kemenag) menyebut sidang ini akan menentukan awal bulan puasa bagi umat Islam di Indonesia. Sidang dijadwalkan akan dipimpin Menteri Agama Nasaruddin Umar.

    Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad menjelaskan, sidang isbat akan dilaksanakan di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

    “Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung,” ujarnya.

    Menurut Abu Rokhmad, ada tiga rangkaian yang akan dilakukan dalam sidang isbat. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

    “Ketiga, musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan kepada publik,” jelasnya.

    Adapun, pengumuman hasil sidang Isbat Idulfitri dapat dipantau secara live streaming melalui link berikut ini:

    rtmp://stream.kemenag.go.id:1935/live/konpres

  • Hilal Awal Ramadan 1446 Hijriah Tidak Terlihat di Masjid Basmol Jakarta Barat, Terkendala Cuaca – Halaman all

    Hilal Awal Ramadan 1446 Hijriah Tidak Terlihat di Masjid Basmol Jakarta Barat, Terkendala Cuaca – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemantauan hilal untuk penentuan 1 Ramadhan 1446 Hijriah di Masjid Jami Al Musariin, Basmol, Kembangan Utara, Jakarta Barat pada Jumat (28/2/2025) disimpulkan hilal tidak terlihat. 

    Hal ini karena sejak pukul 17.00 WIB sampai pukul 18.32 WIB cuaca tidak berubah di mana jalur pantau tertutup awan.

    “Hasil dari pelaksanaan rukyatul hilal, pemantauan hilal di Masjid Al Musariin, Basmol ini bulan tidak dapat terlihat,” kata Ketua Bidang Rukyat Masjid Al Musariin, Mawardi Syatiri dalam konferensi pers selepas pemantauan.

    “Jadi sekali lagi kami sampaikan di Basmol ini hilal tidak dapat terlihat, dengan alasan cuaca agak gelap dan mendung. Sehingga bulan tidak dapat terlihat,” ucapnya. 

    Mawardi menjelaskan, ketinggian bulan berdasarkan pemantauan berada pada 4 derajat lebih sedikit dengan umur hampir 20 menit.

    Meski terus dipantau sampai langit gelap, bulan baru tetap tidak terlihat.

    “Ketinggian bulan saat ini sekitar 4 derajat lebih sedikit, umur bulan sekitar hampir 20 menit. Terakhir tadi sekitar jam 18.32 kita tetap pantau, walaupun dalam kondisi yang gelap seperti ini bulan tetap tidak terlihat,” katanya. 

    Berdasarkan pemantauan ini, tim pemantau hilal Masjid Basmol akan melaporkannya kepada Kementerian Agama (Kemenag) untuk dibahas dalam penentuan awal Ramadan.

    “Tetap kita menunggu keputusan dari pemerintah karena Insya Allah pemerintah 1 jam ke depan akan mengadakan sidang isbat apakah besok atau ke hari minggu,” ucap Mawardi.

    Adapun berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat

    Hilal adalah bulan sabit pertama yang menjadi tanda awalnya bulan baru dalam penanggalan kalender Hijriah.

    Penentuan awal puasa sendiri masih akan menunggu hasil sidang isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar pada malam ini. 

    Rencananya sidang isbat akan dihadiri Komisi VIII DPR, pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kemenag.

  • Hilal Awal Ramadan, Provinsi Aceh Jadi Poros Penentu Mulainya Puasa – Halaman all

    Hilal Awal Ramadan, Provinsi Aceh Jadi Poros Penentu Mulainya Puasa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail, mengatakan keberhasilan atau kegagalan rukyah hilal di Aceh sangat berpengaruh pada penetapan awal Ramadan 1446 H di Indonesia.

    “Jadi keberhasilan atau kegagalan rukyah hilal di Aceh sangat berpengaruh pada penetapan awal Ramadan 1446 H di Indonesia,” kata dia, kepada Serambinews pada Kamis (28/2/2025).

    Menurut dia, apabila hilal tak berhasil diamati di lokasi yang sudah ditetapkan di Provinsi Aceh, maka besar kemungkinan hasil sidang isbat awal Ramadan 1446 H berpotensi pada Minggu, 2 Maret 2025, dengan menggenapkan jumlah bilangan bulan Sya’ban 1446 H menjadi 30 hari.

    “Namun apabila hilal berhasil diamati dan diterima kesaksiannya, maka awal Ramadan 1446 H pada Sabtu, 1 Maret 2025,” kata dia.

    Dia menjelaskan penetapan awal Ramadan 1446 H, Kementerian Agama telah menetapkan 125 lokasi rukyah hilal dari Sabang sampai Merauke, di mana 6 titik di antaranya berada di Provinsi Aceh.

    “Aceh memiliki 6 titik pengamatan resmi yang akan menyumbang informasi kepada tim sidang isbat terhadap terlihat atau tidak terlihat hilal saat pengamatan hilal pada hari Jumat, 28 Februari 2025,” kata Tgk Ismail.

    Lebih lanjut dijelaskannya, data hilal di Indonesia untuk penentuan awal Ramadan 1446 H saat Matahari terbenam pada Jumat, 28 Februari 2025 atau 29 Sya’ban 1446 H adalah sebagai berikut:

    Pertama, konjungsi geosentrik atau ijtima’, yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nilai ekliptika Matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat Bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 pukul 07.44.38 WIB.

    Kedua, tinggi hilal di atas ufuk barat pada hari Jumat, 28 Februari 2025 M atau 29 Sya’ban 1446 H saat Matahari terbenam di seluruh Indonesia berkisar antara 04 derajat 40 menit 25 detik busur (tertinggi) di Sabang, sampai dengan 03 derajat 00 menit 21 detik busur (terendah) di Merauke.

    Ketiga, sudut elongasi Bulan adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dengan pusat piringan Matahari yang terbentuk saat Matahari terbenam di tempat pengamatan.

    Nilai sudut elongasi Bulan saat Matahari terbenam pada hari Jumat, 28 Februari 2025 atau 29 Sya’ban 1446 H di seluruh Indonesia berkisar antara 06 derajat 24 menit 37 detik busur (paling besar) di Lhoknga, Aceh, sampai 04 derajat 47 menit 19 detik busur (paling kecil) di Waris, Papua.

    Dari data tersebut, ujar Tgk Ismail, dapat disimpulkan bahwa kondisi hilal di seluruh Indonesia sudah wujud di atas ufuk saat Matahari terbenam pada Jumat, 28 Februari 2025 atau 29 Sya’ban 1446 H.

    Namun perlu diketahui bahwa kondisi hilal di Indonesia yang sudah terpenuhi kriteria MABIMS saat Matahari terbenam pada Jumat, 28 Februari 2025 atau 29 Sya’ban 1446 H hanya di sebagian daratan Provinsi Aceh, yaitu di seputaran Banda Aceh, Calang, Lhoknga, dan Sabang. Selain daerah tersebut, seluruh Indonesia kondisi hilal belum terpenuhi kriteria MABIMS.

    Ditambahkannya, apabila dilihat dari segi kesiapan rukyah hilal di Aceh, kegagalan rukyah hilal biasanya disebabkan oleh cuaca yang kurang mendukung.

    “Cuaca mendung bahkan sering disertai hujan saat waktu rukyah hilal di Aceh, hal ini sangat wajar mengingat Aceh termasuk salah satu daerah yang beriklim ekuatorial dengan kondisi cuaca dua kali puncak musim hujan dan dua kali puncak musim kemarau dalam setahun,” tambahnya.

    Sidang Isbat

    Untuk diketahui, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar akan memimpin Sidang Isbat penentuan awal Ramadan 1446 Hijriah.

    Sidang Isbat akan digelar di Auditorium H.M. Rashida, Kementerian Agama, Jakarta Pusat pada 28 Februari 2025.

    Sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung.