Institusi: MUI

  • Cara Mencicipi Masakan Agar Tidak Bikin Batal Puasa, Buya Yahya: Tertelan Dosa dan Batal Puasanya

    Cara Mencicipi Masakan Agar Tidak Bikin Batal Puasa, Buya Yahya: Tertelan Dosa dan Batal Puasanya

    TRIBUNJATIM.COM –  Hukum mencicipi masakan saat berpuasa, kerap menjadi pertanyaan di bulan Ramadan. 

    Pasalnya selama bulan Ramadan, umat Islam menjalani ibadah puasa. 

    Dalam menjalankan puasa, hendaknya dapat menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi pahala puasa.

    Salah satunya menahan makan dan minum dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.

    Namun saat memasak untuk persiapan buka puasa, beberapa orang merasa kurang lega jika tak mencicipi masakannya.

    Lantas apakah kegiatan mencicipi masakan ini sama dengan makan dan bisa membatalkan puasa? 

    Berikut penjelasan Buya Yahya. 

    Ditegaskan Buya Yahya, mencicipi masakan saat puasa hukumnya tidak membatalkan puasa.

    “Buya saya nyicipi sayur gimana hukumnya, Ibu nyicipi sayur biar satu timba tidak batal asal jangan ditelan,” jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

    Buya Yahya pun mengingatkan untuk tidak terlalu sulit dalam mempelajari dan menerapkan ilmu fiqih, termasuk halnya hukum mencicipi masakan.

    Mencicipi suatu makanan dengan cara dicicipi dibolehkan, asal setelah itu dimuntahkan atau dibuang dan tidak ditelan.

    “Kalau ditelan batal, hanya dirasakan di lidahnya setelah itu. Dilepeh atau dibuang jangan ditelan. Selesai,” ucap Buya Yahya.

    Sebab salah satu yang membatalkan adalah memasukkan sesuatu ke dalam mulut yang bermakna menelannya.

    Sama halnya dengan kumur-kumur sewaktu berwudhu, berwudhu adalah sunnah atau perbuatan yang dianjurkan.

    “Jika kumur-kumur saat wudhu airnya tertelan tidak dosa karena dianjurkan. Berbeda dengan makanan misalnya es krim, saat dimasukkan mulut tidak batal, namun makruh, begitu tertelan dosa dan batal puasanya,” papar Buya Yahya.

    Hal ini berlaku pula pada kasus sikat gigi, odolnya bersifat makruh jika tertelan maka akan batal puasa. 

    Namun selama tidak tertelan, menyikat gigi boleh saat puasa.

    MENCICIPI MASAKAN – Foto arsip untuk ilustrasi hukum mencicipi masakan sata puasa. Apakah ini membatalkan puasa? (freepik.com)

    Umat Islam kini tengah menjalani ibadah puasa Ramadan 1446 Hijriah/2025. 

    Rabu (5/3/2025) adalah hari ke-5 puasa Ramadan. 

    Saat menjalani ibadah puasa, penting mengetahui jadwal Imsak dan salat Magrib. 

    Sebab Imsak menandai waktu dimulainya puasa. Adzan Magrib menjadi pertanda waktu buka. 

    Melansir dari Kompas.com, berikut tersaji jadwal Imsak Surabaya, Sidoarjo, Gresik. 

    Yuk simak selengkapnya!

    SURABAYA 

    5 Ramadan 1446 H, Rabu (5/3/2025)

    IMSAK: 04:09
    SUBUH: 04:19
    ZUHUR: 11:44
    ASAR: 14:47
    MAGRIB: 17:50
    ISYA’: 18:59

    SIDOARJO 

    5 Ramadan 1446 H, Rabu (5/3/2025)

    IMSAK: 04:09
    SUBUH: 04:19
    ZUHUR: 11:44
    ASAR: 14:47
    MAGRIB: 17:50
    ISYA’: 18:59

    GRESIK 

    5 Ramadan 1446 H, Rabu (5/3/2025)

    IMSAK: 04:09
    SUBUH: 04:19
    ZUHUR: 11:45
    ASAR: 14:47
    MAGRIB: 17:50
    ISYA’: 19:00

    Bacaan niat puasa Ramadan sebulan penuh dalam bahasa Arab, latin dan artinya.

    نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى  

    Nawaitu shauma jami’i syahri Ramadani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta’ala

    Artinya, “Aku niat berpuasa di sepanjang Ramadan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.”

    Niat Puasa Ramadan Setiap Hari

    WAKTU NIAT PUASA – Ilustrasi sahur di bulan Ramadan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, waktu paling utama membaca niat puasa Ramadan adalah malam hari, Senin (24/2/2025). (CANVA)

    Niat puasa Ramadan setiap hari dalam bahasa Arab, latin dan artinya.

    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

    Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadana hadzihis sanati lillahi ta’ala.

    Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta’ala”

    Tata Cara Melaksanakan Puasa Ramadan 

    1. Niat sebelum fajar  

    Niat puasa dilakukan dalam hati atau diucapkan sebelum waktu subuh tiba.  

    2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa  

    Sejak terbit fajar hingga maghrib, umat Islam wajib menahan diri dari makan, minum, hubungan suami-istri, serta perbuatan yang dapat membatalkan puasa.  

    3. Memperbanyak ibadah  

    Selain menahan lapar dan haus, puasa Ramadan juga menjadi momen untuk meningkatkan ibadah seperti membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, dan bersedekah.  

    4. Berbuka puasa saat maghrib tiba  

    Ketika waktu maghrib tiba, dianjurkan untuk segera berbuka dengan makanan yang halal dan membaca doa berbuka puasa.  

    Sebagian artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost

    Berita tentang Ramadan 2025 lainnya

  • Menyudahi Polemik Tarawih/Witir 23/11 Rakaat Menuju Toleransi, Moderasi, dan Ukhuwah Islamiyah

    Menyudahi Polemik Tarawih/Witir 23/11 Rakaat Menuju Toleransi, Moderasi, dan Ukhuwah Islamiyah

    Oleh Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E
    Dosen FEBI UIN Saizu Purwokerto

    Polemik seputar jumlah rakaat shalat tarawih dan witir—apakah 23 atau 11 rakaat—sepertinya masih menjadi perdebatan yang tak kunjung usai di kalangan umat Muslim Indonesia.

    Padahal, di belahan dunia lain, mungkin saja perdebatan semacam ini sudah tidak lagi menjadi isu yang menguras energi. 

    Di Indonesia, polemik ini justru terus berulang, seolah tidak ada habisnya.

    Padahal, shalat tarawih dan witir adalah ibadah sunah, yang artinya tidak wajib dilaksanakan. 

    Namun, mengapa perbedaan pendapat tentang hal ini justru memicu ketegangan dan perpecahan?

    Ini menjadi pertanyaan besar yang perlu kita renungkan bersama.

    Polemik ini sebenarnya mencerminkan betapa umat Muslim di Indonesia masih sulit menerima perbedaan, bahkan dalam hal-hal yang sifatnya tidak fundamental dalam ajaran Islam.

    Padahal, Islam sendiri mengajarkan toleransi dan menghargai keragaman.

    Perbedaan pendapat dalam masalah furu’iyyah (cabang) seperti ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk saling menyalahkan atau merendahkan.

    Justru, perbedaan seharusnya menjadi kekuatan untuk saling melengkapi dan belajar.

    Namun, yang terjadi justru sebaliknya: perbedaan dijadikan alasan untuk memecah belah.

    Sudah saatnya umat Muslim Indonesia berpikir lebih maju dan mengalihkan energi untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

    Bagaimana mungkin kita bisa membangun peradaban yang gemilang jika masih sibuk berdebat tentang jumlah rakaat shalat sunah?

    Musuh kita bukanlah perbedaan ormas keagamaan atau perbedaan jumlah rakaat.

    Musuh kita adalah nafsu diri sendiri yang seringkali membuat kita egois dan tidak mau menerima pendapat orang lain.

    Lebih dari itu, masih banyak masalah besar yang harus kita hadapi bersama, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, kriminalitas, dan ketidakadilan sosial.

    Bukankah lebih baik energi kita dialihkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut?

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas keagamaan di Indonesia seharusnya lebih proaktif dalam mengurangi ketegangan di antara umat Muslim.

    Mereka bisa menjadi mediator yang membangun dialog antar kelompok yang berbeda pendapat.

    Umat Muslim, sebagai mayoritas di negeri ini, seharusnya bisa menjadi teladan dalam menjaga harmoni di tengah perbedaan.

    Perbedaan seharusnya menjadi anugerah, bukan musibah.

    Jika kita bisa menerima perbedaan dalam hal ibadah sunah, maka kita juga bisa lebih mudah menerima perbedaan dalam hal-hal lain yang lebih kompleks.

    Umat Muslim Indonesia juga perlu lebih dewasa dalam bersikap.

    Bulan Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), bukan malah menjadi ajang saling menyalahkan.

    Andai saja Allah tidak menganugerahkan bulan Ramadan, mungkin banyak masjid dan musala yang akan kosong dari jemaah.

    Ironisnya, di bulan Ramadan pun, jemaah shalat tarawih dan witir seringkali lebih banyak daripada jemaah shalat wajib seperti shubuh.

    Ini menunjukkan bahwa kita masih lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat sunah daripada yang wajib.

    Kita patut bersyukur kepada masjid-masjid yang telah berhasil mengoptimalkan manajemennya, tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi juga dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial umat.

    Contohnya, Masjid Jogokariyan di Yogyakarta, Masjid Al-Falah di Sragen, dan Masjid Sejuta Pemuda di Sukabumi.

    Mereka tidak hanya fokus pada kegiatan ibadah, tetapi juga pada penguatan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan umat.

    Ini adalah teladan yang patut kita tiru. Masjid seharusnya menjadi pusat peradaban, bukan sekadar tempat ibadah ritual.

    Sayangnya, masih banyak masjid dan musala di Indonesia yang hanya fokus pada kemegahan bangunan, tanpa memikirkan bagaimana memberdayakan umat.

    Banyak masjid yang megah, tetapi tidak terawat dan kotor.

    Di bulan Ramadan, masjid-masjid ini hanya ramai di minggu pertama, lalu sepi kembali di minggu-minggu berikutnya.

    Ini menunjukkan bahwa kita masih terjebak dalam rutinitas dan formalitas, tanpa memahami esensi dari keberadaan masjid sebagai pusat peradaban.

    Polemik tentang jumlah rakaat tarawih dan witir seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan yang menguras energi.

    Perdebatan ini hanya akan menjadi bahan tertawaan orang lain, karena menunjukkan ketidakdewasaan kita dalam beragama.

    Ajaran Islam tentang akhlak karimah (akhlak mulia) seolah tidak ada artinya jika kita masih sibuk berdebat tentang hal-hal yang sepele.

    Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dan sikap kita ke arah yang lebih positif dan memberdayakan.

    Masjid dan musala seharusnya menjadi pusat kegiatan umat Muslim yang komprehensif, tidak hanya terbatas pada ibadah ritual.

    Umat Muslim harus membuktikan bahwa masjid bisa menjadi tempat untuk penguatan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan bidang-bidang lainnya.

    Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat peradaban yang memajukan umat.

    Dalam konteks akademik, kita juga perlu mengedepankan pendekatan yang moderat dan toleran.

    Perbedaan pendapat dalam masalah furu’iyyah seperti jumlah rakaat tarawih dan witir seharusnya tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama dalam hal-hal yang lebih penting, seperti penguatan pendidikan dan pemberdayaan umat.

    Moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan harmoni di tengah perbedaan.

    Ukhuwah Islamiyah juga harus terus diperkuat.

    Persaudaraan sesama Muslim tidak boleh terganggu hanya karena perbedaan pendapat dalam hal-hal yang tidak prinsipil. 

    Kita harus belajar dari sejarah, di mana para ulama dahulu bisa berbeda pendapat tanpa harus saling memusuhi.

    Mereka justru saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut.

    Mari kita sudahi polemik tentang jumlah rakaat tarawih dan witir.

    Polemik ini tidak ada gunanya dan hanya akan memecah belah umat.

    Sudah saatnya kita fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan sosial. 

    Dengan demikian, kita bisa membangun peradaban yang lebih baik dan lebih bermartabat.

    Umat Muslim Indonesia harus menjadi teladan dalam menjaga toleransi, moderasi beragama, dan ukhuwah Islamiyah.

    Perbedaan seharusnya menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Dengan semangat ini, kita bisa mengakhiri polemik yang tidak produktif dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik untuk umat Muslim dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

    Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum untuk memperkuat toleransi, moderasi beragama, dan ukhuwah Islamiyah.

    Mari kita jadikan masjid sebagai pusat peradaban yang memajukan umat, bukan sekadar tempat ibadah ritual.

    Dengan demikian, kita bisa membawa Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam.

  • Mengapa Masyarakat Harus Jeli terhadap Ajakan Boikot? Berikut Penjelasan Akademisi – Halaman all

    Mengapa Masyarakat Harus Jeli terhadap Ajakan Boikot? Berikut Penjelasan Akademisi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA —  Dekan Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau, Dr. Mahyarni, SE, M.M mengatakan, dalam jangka pendek mungkin gerakan boikot terhadap produk-produk yang diduga terafiliasi Israel itu tidak bermasalah.

    Namun, jika isu boikot itu mengarah ke jangka panjang bisa menimbulkan masalah di masyarakat maupun pemerintah.

    “Apalagi ajakan boikot itu sudah ditunggangi pihak-pihak tertentu yang bersembunyi di balik isu kemanusian, tapi tujuan sebenarnya hanya untuk persaingan bisnis semata dengan berupaya melakukan framing baru di masyarakat,” ujarnya ditulis di Jakarta, Selasa(4/2/2025).

    Masyarakat harus jeli dan tidak begitu saja mengikuti ajakan boikot. Baiknya lebih selektif dalam menerima informasi yang beredar.

    “Masyarakat harus selektif dan berhati-hati menyikapi apakah ajakan boikot itu memang benar-benar murni untuk gerakan kemanusiaan atau hanya bersembunyi di balik isu kemanusiaan untuk menjatuhkan produk-produk pesaingnya,” ungkapnya.

    Jika salah dalam mengikuti ajakan boikot, maka masyarakat sendiri yang akan turut terdampak.

    Seperti banyak masyarakat yang terkena PHK karena perusahaan yang diboikot itu dalam jangka panjang bisa saja tutup karena sepinya penjualan mereka.  

    Jika perusahaan banyak yang tutup, itu kan akan berdampak pada perekonomian negara.

    Begitu juga jika banyak yang terkena PHK, pengangguran di Indonesia kan semakin banyak.

    Mahasiswa harus mengutamakan literasi dalam menyikapi sebuah isu boikot ini.

    Hal ini bertujuan agar para mahasiswa bisa menyaring informasi yang muncul di media-media sosial atau media apapun yang mengarah ke upaya untuk mendiskreditkan jenis atau kelompok tertentu.  

    “Informasi yang sampai ke masyarakat selama ini kan terlalu lebar, dalam arti kata bebas begitu, masyarakat nggak bisa menentukan. Peran dari Menkominfo barangkali penting untuk memberikan informasi yang benar terkait isu boikot ini,” ucapnya.

    Demikian juga sebaiknya di komunitas muslim atau lembaga-lembaga muslim Indonesia, sebaiknya juga memberikan informasi yang jelas dan berimbang.

    Hal senada juga disampaikan Dr. Ade Ria Nirmala, S.E, M.M, Dosen Program Studi Manajemen dari Universitas yang sama.

    Terkait dengan ajakan boikot terhadap produk-produk yang diduga terafiliasi Israel, masyarakat harus mencari informasi yang benar terlebih dahulu mana yang benar-benar harus diboikot. “Jangan ikut-ikutan. Jadi, jangan FOMO, kalau orang-orang ngelakuin kita pengen ngelakuin juga. Tapi kita enggak tahu sebenarnya seperti apa,” ungkap Ade..

    Menurutnya, jika produk itu mayoritas dikelola di dalam negeri, dan para pekerjanya juga mayoritas masyarakat Indonesia dan karyawannya ada yang muslim, kemudian juga memberikan sumbangan kepada Palestina, sebaiknya produknya jangan diboikot.

    “Jangan diboikotlah. Itu kan sama saja akan mematikan usaha saudara kita sendiri di sini,” katanya.

    Dia meminta pemerintah agar tidak membiarkan isu-isu hoaks terkait ajakan boikot itu terus terjadi.

    Dia juga meminta lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar ikut memberikan klarifikasi mengenai isu hoaks produk-produk terafiliasi Israel yang tersebar di masyarakat.

    “Sebagai sebuah lembaga memang harus melakukan sebuah klarifikasi, dan memberikan penjelasan ke masyarakat  apakah berita-berita itu ditunggangi atau ini gerakan murni. Jangan sampai ada pihak yang membawa-bawa nama mereka, tapi sebenarnya mereka nggak ngelakuin itu,” ucapnya. (Tribun/Rina Ayu)

  • Daftar Merek Kurma Israel yang Diharamkan MUI

    Daftar Merek Kurma Israel yang Diharamkan MUI

    PIKIRAN RAKYAT – Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram untuk membeli kurma yang berasal dari Israel. Fatwa ini dikeluarkan sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.

    Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Jakarta Islamic Centre, berikut adalah daftar merek kurma yang diharamkan oleh MUI dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Palestina:

    Star Dates
    Dates Medjoul

    Jordan River
    Bon Bon

    Carmel Agrexco
    Hadiklaim

    Shams
    Bomaja

    Desert Diamond
    Delilah

    Urban Platter
    Sincerely Nuts

    Edeka
    Anna & Sarah

    Ilustrasi kurma, 6 Manfaat Minum Air Rendaman Kurma, Diantaranya Dapat Menjaga Kesehatan Jantung dan Tulang.

    Galilee
    Ventura

    Nava Fresh
    Fancy Medjoul

    Food to Live
    Kalahari

    Karsten Farms
    Royal Treassure

    Tamara Barhi
    King of Dates

    La Palma
    Waitrose

    King Solomon
    Medjol Plus

    Alasan Dikeluarkannya Fatwa

    Fatwa haram ini dikeluarkan oleh MUI karena hasil penjualan kurma-kurma tersebut diduga digunakan untuk mendanai tindakan kekerasan terhadap warga Palestina.

    Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Internasional, Sudarmoto, menyampaikan hal ini pada 10 Maret 2024.

    Imbauan kepada Konsumen

    MUI mengimbau umat Islam di Indonesia untuk tidak membeli produk-produk yang terafiliasi dengan Israel, termasuk kurma.

    Masyarakat juga diimbau untuk teliti sebelum membeli kurma, terutama yang tidak memiliki keterangan perusahaan produsen dan asal negara produksi yang jelas.

    Informasi Tambahan

    Israel adalah salah satu produsen kurma Medjool terbesar di dunia. Selain Medjool, Israel juga memproduksi jenis kurma lain seperti Deglet Noor dan Barhi.

    Penting untuk dicatat bahwa tidak semua kurma Medjool berasal dari Israel. Kurma Medjool juga diproduksi di negara lain seperti Palestina, Yordania, dan beberapa negara Afrika Utara.

    Disclaimer: Informasi yang disajikan dalam artikel ini bersifat umum dan dapat berubah sewaktu-waktu. Konsumen disarankan untuk selalu melakukan pengecekan ulang sebelum membeli produk.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Paket Iftar, El Hotel Gelar Acara Buka Bersama dan Santunan untuk Anak Yatim

    Paket Iftar, El Hotel Gelar Acara Buka Bersama dan Santunan untuk Anak Yatim

    Jakarta, Beritasatu.com – Ramadan selalu menjadi momen penuh kebersamaan, seperti salat berjemaah, buka puasa bersama, dan berbagi dengan sesama. Menyambut bulan suci ini, El Hotel di Jakarta Utara menggelar acara Ramadhan Showcase bertajuk Gema Ramadhan Nusantara.

    Dalam rangka memperkenalkan paket iftar terbarunya, El Hotel mengundang anak-anak yatim piatu dari Yayasan Annisfasa, serta mitra-mitra setia El Hotel. 

    “Ramadhan Showcase ini adalah acara untuk menampilkan paket iftar Ramadan kami, baik untuk iftar pribadi maupun iftar di restoran, atau iftar yang dilakukan di ballroom area. Sekaligus kita selipkan acara pemberian santunan untuk panti asuhan,” ujar Mariana Soenhardy, Direktur Sales dan Marketing El Hotel, kepada Beritasatu.com pada Senin (3/3/2025).

    Paket iftar yang ditawarkan menonjolkan berbagai kuliner khas nusantara, lengkap dengan dekorasi bernuansa Arab. Walaupun makanannya adalah makanan nusantara, setiap hidangan pun disajikan dengan sentuhan rasa yang terinspirasi dari rasa masakan Timur Tengah.

    Selain itu, santunan juga diberikan kepada 40 anak yatim dari Yayasan Anisfasa. Ini merupakan bentuk kepedulian El Hotel terhadap masyarakat sekitar Jakarta Utara, khususnya di Kelapa Gading.

    “Ini adalah bentuk kepedulian El Hotel terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, memang momentumnya itu ada, karena Ramadan itu bagian daripada bulan yang penuh berkah,” ungkap Agus Muslim, Ketua Yayasan Anisfasa.

    Agus, yang juga menjabat sebagai ketua MUI Kelapa Gading, mengungkapkan acara seperti ini hampir selalu digelar setiap tahunnya bersama El Hotel. Harapannya, di masa depan, acara serupa dapat mengundang lebih banyak anak dari yayasan yang ia pimpin.

     

  • Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Surabaya Selasa 4 Maret 2025, Hari Ke-4 Ramadan 1446 Hijriah

    Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Surabaya Selasa 4 Maret 2025, Hari Ke-4 Ramadan 1446 Hijriah

    TRIBUNJATIM.COM – Inilah jadwal Imsakiyah dan buka puasa Surabaya, Selasa (4/3/2025).

    Selama bulan Ramadan, umat Islam wajib berpuasa satu bulan penuh.

    Selasa (4/3/2025) diketahui merupakan hari ke-4 Ramadan 1446 Hijriah/2025. 

    Berikut jadwal Imsakiyah Surabaya dan jadwal buka puasa untuk Selasa (4/3/2025), hari ke-4 Ramadan 1446 Hijriah, dikutip dari laman Bimas Islam Kemenag:

    4 Ramadan 1446 H / 4 Maret 2025

    4 Ramadan 1446 H

    IMSAK: 04:09
    SUBUH: 04:19
    TERBIT: 05:31
    DUHA: 05:58
    ZUHUR: 11:44
    ASAR: 14:46
    MAGRIB: 17:51
    ISYA’: 19:00

    Berikut bacaan niat puasa Ramadan sebulan penuh dalam bahasa Arab, latin dan artinya.

    نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى  

    Nawaitu shauma jami’i syahri Ramadani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta’ala

    Artinya, “Aku niat berpuasa di sepanjang Ramadan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.”

    Niat Puasa Ramadan Setiap Hari

    WAKTU NIAT PUASA – Ilustrasi sahur di bulan Ramadan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, waktu paling utama membaca niat puasa Ramadan adalah malam hari, Senin (24/2/2025). (CANVA)

    Niat puasa Ramadan setiap hari dalam bahasa Arab, latin dan artinya.

    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

    Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadana hadzihis sanati lillahi ta’ala.

    Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta’ala”

    Tata Cara Melaksanakan Puasa Ramadan 

    1. Niat sebelum fajar  

       Niat puasa dilakukan dalam hati atau diucapkan sebelum waktu subuh tiba.  

    2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa  

       Sejak terbit fajar hingga maghrib, umat Islam wajib menahan diri dari makan, minum, hubungan suami-istri, serta perbuatan yang dapat membatalkan puasa.  

    3. Memperbanyak ibadah  

       Selain menahan lapar dan haus, puasa Ramadan juga menjadi momen untuk meningkatkan ibadah seperti membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, dan bersedekah.  

    4. Berbuka puasa saat maghrib tiba  

       Ketika waktu maghrib tiba, dianjurkan untuk segera berbuka dengan makanan yang halal dan membaca doa berbuka puasa.  

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

    Berita tentang Ramadan 2025 lainnya

  • Syahrul Quran : Bulan Literasi

    Syahrul Quran : Bulan Literasi

    Oleh : Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, Ketua MUI Jatim

    TRIBUNJATIM.COM – Kehadiran bulan puasa selama sebulan dalam setiap tahun merupakan ranah “muhasabah” yang paling signifikan bagi setiap muslim untuk melakukan “dekonstruksi” atas penjara-penjara nafsu yang mengungkung dirinya selama ini. Setiap manusia selalu berhadapan dengan 4 penjara, yaitu sejarah, alam, masyarakat, dan egonya sendiri. 

    Dan fakta obyektif menunjukkan bahwa dari sekian penjara yang melingkupi, perjuangan melawan ego adalah yang paling berat bagi manusia. Padahal kesuksesan aspek ini sangat dibutuhkan dalam rangka mengkonstruksi dirinya menjadi manusia yang tercerahkan (well informed) sebagai insan yang bertaqwa (al-Baqarah 183).

    Jika kita analisis secara lebih konprehensif, maka makna dasar dari perintah puasa diatas adalah, (1) bahwa perintah puasa itu bukan merupakan ibadah baru dalam ajaran-ajaran agama samawi, tetapi adalah berlaku juga bagi umat-umat terdahulu; (2) bahwa puasa “ramadlan” diperintahkan oleh Allah karena ibadah ini mengandung tujuan luhur, yaitu la’allakum tattaqun. Dapatkah manusia mencapai derajat “muttaqin” tanpa mampu mengkonstruksi dan menjaga dirinya dari semua tindakan yang destruktif bagi nilai-nilai kemanusiaan? Ya, sudah barang tentu tergantung kemampuan masing-masing insan mendesain dirinya secara apik dan konsisten dalam perspektif Iman, Islam dan Ihsan. Hal inilah yang pernah dikonstatir oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: “Innamas shaumu junnah”, puasa adalah sebuah perisai.

    Lebih lanjut, konsep dasar hidup manusia di dunia ini dalam pandangan Islam mempunyai dua misi atau risalah yang pokok, yaitu, pertama, risalah ibadah seperti yang dijelaskan dalam surat al-Dzariyat 56; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” Kedua, risalah khilafah seperti dijelaskan dalam al-An’am 165: “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang telah diberikan-Nya kepadamu.”

    Manusia yang paling ideal menurut ukuran Islam adalah yang mampu melaksanakan kedua macam risalah tersebut. Tipologi manusia ideal yang seperti itu terwujud dalam pribadi Gusti Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu beliaulah yang ditunjuk oleh Al lah SWT sebagai manusia teladan (uswatun hasanah).

    Dalam perspektif yang universal kedua risalah tersebut akan mampu memberi solusi dari berbagai persoalan kemanusiaan. Problem kemanusiaan yang belum teratasi secara baik sampai saat ini adalah keterbelakangan “modal manusia” (human capital), yaitu berupa lemahnya life skill, pendidikan, gizi, kesehatan, dan kurangnya fasilitas sanitasi, serta lingkungan hidup yang semakin degradatif.

    Lebih dari itu, tekanan ekonomi yang semakin berat tanpa disertai dengan penguasaan asset produktif, seperti tanah yang cukup, dan masalah HIV/AIDS/NAPZA, serta Covid 19, di masa mendatang akan semakin sulit diatasi sendiri oleh masyarakat. Apalagi upaya peningkatan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah pada era otonomi daerah dan pengembangan civil society selama 22 tahun hasilnya masih jauh dari harapan.

    Dalam kehidupan masyarakat era 4.0 yang lebih didominasi oleh corak solidaritas organis. meminjam konsep Emile Durkheim dimana hubungan antara sesama lebih didasarkan pada serba kepentingan, merenggang, petembayan, impersonal, dan berjarak.

    Diharapkan dengan al-shaum kita bisa menarik kembali hubungan sosial yang kebablasan tersebut ke koridor yang harmoni dengan dasar ukhuwwah basyariyah, sikap toleran, welas-asih, empatik, senasib sepenanggungan, pemaaf, suka damai, dan berkeadilan secara equal (re- humanisasi). Namun, jika kita tidak mampu, maka manusia tidak lebih sekedar “makhluk” yang berkaki dua yang berjalan tegak, dan tidak berbeda sedikitpun dengan makhluk yang berkaki empat.

    Bahkan tindakan destruktif manusia akan lebih parah. Mengapa? Ini bisa terjadi karena manusia memiliki akal serta ditunjang dengan temuan teknologi 4.0 sebagai pendukung yang mampu menciptakan berbagai peralatan canggih, sehingga lebih merusak dari pada perilaku binatang yang paling buas sekalipun.

    Wa lakin, yang paling menarik adalah redaksi perintah puasa dalam al- Qur’an dengan menggunakan kosa kata “KUTIBA ‘ALAIKUM al-SHIYAM”.

    Dalam bahasa Arab asli makna kata “kataba – yaktubu – kitab “ adalah menulis yang bisa disimpulkan pentingnya “literasi” bagi setiap muslim. Lebih memprihatinkan lagi dari 200 negara di dunia ini terdapat 60 negara yang paling lemah literasinya dan Indonesia berada ke 59. Memang bangsa Indonesia tergolong senang membaca, tetapi yang dibaca adalah berita “medsos” yang penuh hoaks.

    Sudah jatuh tertimpa tangga pula, menurut Unesco – yang baru saja melalukan penelitian – bahwa dari 200 negara di dunia terdapat 31 negara yang tergolong tidak ber-etika (akhlaqul karimah) ketika berkomunikasi lewat medsos. Unesco menegaskan bahwa Indonesia termasuk ke 29 dari negara- negara yang tidak berakhlak yang mulia.

    Last but not least, tujuan luhur perintah puasa tidak akan berhasil secara optimal jika setiap muslim lemah dalam literasinya dan malas qiraa-atul Qur’an. . . . Fa aina tadzhabun ???. Na’udzu Billah – Nastaghfilullah.

  • Sosok Imam Salat Tarawih Sambil Live TikTok, Dapat Saweran Tuai Pro dan Kontra, MUI Buka Suara

    Sosok Imam Salat Tarawih Sambil Live TikTok, Dapat Saweran Tuai Pro dan Kontra, MUI Buka Suara

    TRIBUNJATIM.COM – Sosok imam salat tarawih menjadi perbincangan hangat belakangan ini.

    Dia adalah Mahmud Daud, memimpin salat sunnah itu sambil live TikTok.

    Tak ayal, aksi sang ustaz menuai pro dan kontra publik.

    Terlebih-lebih Mahmud Daud menerima saweran selama live streaming tersebut.

    Usut punya usut, hal ini tak sekali terjadi dan sempat dikomentari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

    Sebelumnya viral sebuah video yang memperlihatkan seorang ustaz menjadi imam salat tarawih sambil live TikTok.

    Video ini pun menuai beragam komentar warganet.

    Warganet mempertanyakan motif di balik aksi sang ustaz mengimami shalat tarawih sambil live TikTok, meski terlihat khusyuk dalam menjalankan tugasnya.

    Sebagai informasi, video ini viral dan dibagikan oleh akun Instagram @folkkonoha pada Jumat (28/2/2025) lalu.

    Dalam keterangan unggahan, disebutkan bahwa ustaz berbaju abu-abu dan berpeci putih tersebut menjadi imam shalat tarawih sambil live TikTok di hari pertama Ramadhan 2025.

    Dalam video, terlihat ia membawa surat panjang dengan merdu.

    Terlihat pula, video ini disiarkan langsung di TikTok dengan nama akun Nurul Alam.

    Video ustaz mengimami shalat tarawih sambil live TikTok tersebut ditonton lebih dari 6 ribu pengguna akun.

    TARAWIH LIVE TIKTOK – Tangkapan layar video aksi ustaz jadi imam salat tarawih sambil live TikTok itu viral dibagikan akun Instagram @folkkonoha,(1/3/2025). Tampak khusyuk meski diberi gift, menuai kontroversi. (TikTok Nurul Alam/Instagram @folkkonoha)

    Yang lebih jadi sorotan, saat sang imam membaca surat panjang, banyak penonton yang memberikan gift.

    Di Instagram @folkkonoha, banyak warganet yang mempertanyakan aksi sang ustaz ini.

    Ada yang berkomentar, si penonton bukannya beribadah, tetapi malah menonton live TikTok sang ustaz dan memberikan gift.

    Tak sedikit pula warganet yang memberikan kecaman karena menilai aksi ustaz itu tidak etis.

    Sebagian warganet menghujat aksi sang ustaz sama seperti riya dan bagaikan menjual agama karena mendapat saweran atau gift.

    Hingga artikel ini dimuat, belum diketahui klarifikasi dari ustaz yang viral jadi imam salat tarawih sambil live TikTok tersebut.

    Kasus serupa pernah disorot MUI

    Pada 2024 lalu, aksi serupa di mana seorang ustaz menjadi imam shalat tarawih sambil live TikTok juga pernah viral di media sosial.

    Bahkan, aksi ini sampai mendapat sorotan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Video viral 2024 itu dibagikan oleh akun Instagram @terangmedia.

    Dalam video, tampak sang ustaz khusyuk melaksanakan salat tarawih, serta fasih membaca surat Alquran.

    Lalu, tak sedikit warganet yang yang menduga, ustaz tersebut seperti mengharapkan gift atau saweran.

    Bahkan, ada warganet yang mengecamnya karena dinilai merusak citra Islam.

    Meski begitu, ada warganet yang membela dan mempermasalahkan aksi tersebut lantaran dinilai sebagai bentuk dakwah.

    Diketahui sosok ustaz live TikTok hingga viral itu adalah Gus Sholeh Pati.

    Dilansir Tribunstyle.com, Gus Sholeh Pati yang akrab disapa Kang Sholeh merupakan seorang ahli spiritual di Indonesia berasal dari Pati, Jawa Tengah.

    Selain sebagai ustaz, Gus Sholeh Pati juga dikenal sebagai ahli ruqyah dan aktif mengunggah kegiatannya di kanal YouTube Gus Sholeh Pati.

    Ia juga aktif di media sosial seperti TikTok untuk memperlihatkan kegiatannya.

    Dari beberapa postingannya, Gus Sholeh mengklaim memiliki keahlian melukis makhluk halus.

    Ketua Komisi Fatwa MUI KH Asrorun Niam Sholeh mempertanyakan tujuan dalam aksi live TikTok saat salat tersebut.

    Dikutip dari Tribunstyle.com, awalnya KH Asrorun Niam Sholeh menjelaskan prinsip ibadah.

    Ia menanggapi soal ustaz mengimami shalat sambil live TikTok, yakni jika pelaksanaan salat memenuhi syarat dan rukun, maka diperbolehkan.

    Namun, perlu dilihat kembali soal kondisi dan motivasi atau tujuan melakukan salat live TikTok.

    Menurutnya jika tujuan salat live TikTok untuk pamer maka tidak diperbolehkan karena menghapus pahalanya.

    “Kalau motivasinya untuk memberikan inspirasi bagi orang lain untuk salat, bagus. Tapi kalau motivasinya untuk pamer, bisa hilang pahalanya,” tutur dia.

    Lebih lanjut, Guru Besar Hukum Islam UIN Jakarta itu juga menyarankan agar sebaiknya live TikTok tersebut tidak meminta saweran atau gift.

    Ketua Komisi Fatwa MUI itu juga menyoroti sifat ibadah salat merupakan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.

    “Ya jangan (minta saweran/gift), salat itu merupakan kewajiban setiap individu muslim. Sifatnya personal, hubungan antara hamba dengan Allah SWT,” ujarnya.

    —– 

    Berita Jatim dan berita viral lainnya.

  • Ini Jam Operasional Tempat Hiburan Malam di Kendal, Tetap Boleh Buka Selama Ramadan

    Ini Jam Operasional Tempat Hiburan Malam di Kendal, Tetap Boleh Buka Selama Ramadan

    TRIBUNJATENG.COM, KENDAL – Pemkab Kendal menerapkan aturan operasional bagi pelaku usaha selama Ramadan.

    Aturan itu tertuang dalam surat edaran nomor 500.13/26/DISPORAPAR tentang imbauan usaha pariwisata di Kendal selama Ramadan dan Idulfitri 1446 H.

    Dimana isinya memperbolehkan tempat usaha buka mulai pukul 20.00 hingga pukul 00.00.

    Tak hanya pemilik kafe, billiard, dan karaoke, aturan juga berlaku bagi pemilik usaha warung makan di tempat wisata maupun hiburan malam.

    Pj Sekda Kendal, Agus Dwi Lestari mengatakan, terdapat pengecualian jam operasional untuk usaha warung makan maupun restoran, dengan catatan wajib menggunakan tirai penutup.

    “Tetap boleh membuka warung makan asalkan harus ada tirai.”

    “Kemudian untuk jam operasional tempat hiburan, sudah ada aturan jam buka dan tutupnya,” katanya, Senin (3/3/2025). 

    Agus menerangkan, nuansa Ramadan harus menjadi wadah toleransi beragama.

    Di sisi lain, pihaknya juga tetap memperhatikan aspek ekonomi agar kebutuhan warga tetap tercukupi.

    “Intinya, Ramadan ini harus saling menghormati.”

    “Dan juga sudah kami berikan edaran itu untuk pelaku usaha baik itu wisata, warung makan, maupun hiburan,” jelasnya.

    Agus pun mengajak seluruh umat beragama di Kabupaten Kendal saling menghargai dan menghormati, terhadap umat muslim yang saat ini tengah melaksanakan ibadah puasa.

    “Ibadah puasa ini setahun sekali, jadi harapannya semuanya untuk menghormati, toleransi terhadap warga yang sedang melaksanakan ibadah puasa,” paparnya.

    Terpisah, Ketua MUI Kabupaten Kendal, Asroi Tohir juga mengajak seluruh umat agar saling menghargai dan menjaga kerukunan antar umat beragama.

    Sehingga warga yang tengah menjalankan ibadah puasa, dapat menjalankannya dengan khusyuk.

    “Ramadan itu adalah bulan mulia, oleh karena itu kepada siapapun supaya bisa menghormati.”

    “Usaha apapun boleh, sepanjang muncul saling menghormati dan tetap toleransi,” tandasnya. (*)

  • Bau Mulut Saat Puasa, Tapi Ragu untuk Gosok Gigi? Ini Penjelasan dan Tipsnya!

    Bau Mulut Saat Puasa, Tapi Ragu untuk Gosok Gigi? Ini Penjelasan dan Tipsnya!

    JABAR EKSPRES – Bau mulut saat puasa menjadi salah satu hal yang memang sulit dihindari. Ada sejumlah faktor yang mengakibatkan mulut terasa bau, salah satunya ragu untuk menggosok gigi lantaran takut membatalkan puasa.

    Disadari atau tidak, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, saat berpuasa kita juga dianjurkan untuk menghindari berbagai material masuk dari luar ke dalam tubuh melalui bagian manapun. Misalnya berkumur atau menggosok gigi.

    Menurut beberapa Mazhab seperti dikisahkan Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali, hukum menggosok gigi saat puasa menjadi makruh apabila dilakukan setelah waktu zuhur.

    Mengutip laman NU, Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain, menjelaskan bahwa berkumur dan sikat gigi ketika puasa hukumnya makruh. “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,” (Lihat Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtadi’in, Cetakan Al-Maarif, Bandung, Halaman 195).

    BACA JUGA:Keistimewaan Bulan Ramadan Bagi Peningkatan Ketakwaan Umat Muslim

    Akan tetapi dari Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi, dalam At-Tadzhib fi Adillati Matn al-Ghayah wa al-Taqrib karya Musthafa Dib Al-Bugha, menyebut bahwa menggosok gigi saat berpuasa hukumnya mubah atau boleh dilakukan.

    Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis menjelaskan bahwa menggosok gigi tidak membatalkan puasa, terlebih jika dilakukan pada pagi hari.

    “Kalau dilakukan sebelum zuhur, hukumnya boleh, bahkan dianjurkan bagi yang ingin membersihkan mulutnya,” ujarnya beberapa waktu lalu, dikutip Senin (3/3/2025).

    Adapun, jika masih ada keraguan terkait apakah menggosok gigi dapat membatalkan puasa atau tidak, sebaiknya hal itu dilakukan 30 menit setelah makan sahur dan berbuka puasa.

    BACA JUGA:Jangan Lakukah Hal ini, Atau Puasamu Bisa batal

    Namun demikian, menggosok gigi bukanlah satu-satunya faktor penyebab bau mulut saat puasa. Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama menyebut bahwa merokok saat berpuasa juga mengakibatkan mulut beraroma tidak sedap.

    Kemudian, kekuarangan cairan juga menjadi faktor yang menyebabkan bau mulut, sehingga Ngabila menyampaikan bahwa masyarakat perlu memenuhi asupan cairan dengan minum air putih yang cukup saat sahur dan berbuka.