Dipolisikan karena Kasus Harvey Moeis, Guru Besar IPB Bambang Hero: Jangan Saya Terus yang Dikejar
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com
– Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB),
Bambang Hero Saharjo
, meminta pihak yang melaporkannya untuk mencari bukti sendiri mengenai perhitungan nilai
kerugian lingkungan
dalam
kasus korupsi timah
yang melibatkan Harvey Moeis dan Helena Lim dkk.
Seperti diketahui,
Guru Besar IPB
Bambang Hero Saharjo dilaporkan ke
Polda Bangka Belitung
oleh Andi Kusuma, seorang pengacara sekaligus Ketua DPD Putra Putri Tempatan (Perpat), organisasi masyarakat di Bangka Belitung.
“Dia (pelapor) harus bikin dong perhitungan sendiri. Buktikan, sampaikan di persidangan. Jangan saya terus yang dikejar. Saya kan hanya diminta penyidik,” kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/1/2025).
Bambang menerangkan penyidik Pidsus Kejaksaan Agung-lah yang meminta dirinya untuk menghitung kerugian lingkungan dari kasus korupsi timah tersebut.
Prosedur dan metode penghitungan yang ia gunakan pun mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) Nomor 7 Tahun 2014.
Adapun Permen LH tersebut masih berlaku hingga saat ini.
Mengenai hasil perhitungan senilai Rp 271 triliun itu, kata dia, adalah keputusan dari majelis hakim.
Bambang mengaku hanya sebagai saksi ahli yang diminta penyidik Kejaksaan Agung untuk menghitung kerugian lingkungan itu.
“Kan sudah lengkap semua, detail itu. Sudah kami sampaikan di persidangan, majelis punya bahan dan sebagainya dan itu memang tidak diberikan kepada pihak sebelah,” ujarnya.
“Jadi, semua itu ya haknya penyidik. Kan gitu. Kok saya yang disuruh bongkar segala macam. Enak benar,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Guru Besar IPB yang juga saksi ahli, Bambang Hero Saharjo, dilaporkan ke Polda Kepulauan Bangka Belitung terkait kasus Harvey Moeis.
Bambang dinilai tidak berkompeten dalam melakukan penghitungan kerugian lingkungan sebesar Rp 271 triliun dalam kasus tata niaga timah yang berujung vonis sejumlah terdakwa, salah satunya Harvey Moeis.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Institusi: IPB
-

Kadin Dukung Kemenhut Pemanfaatan Hutan untuk Ketahanan Pangan dan Energi
Jakarta: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan dukungan atas inisiatif Kementerian Kehutanan dalam mengidentifikasi potensi sektor kehutanan. hal itu guna mendukung kemandirian pangan dan energi, seperti yang disampaikan oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni beberapa waktu yang lalu.
Langkah itu dinilai sejalan dengan upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Hutan kita sering kali hanya dipandang sebagai sumber kayu, padahal di dalamnya terdapat potensi luar biasa untuk mendukung kemandirian pangan dan energi,” ujar Rumantara, Project Leader Kadin Regenerative Forest Business Hub (RFBH), dalam keterangannya.
Kadin RFBH, sebuah task force khusus yang dibentuk oleh Kadin Indonesia, bertujuan mendukung pengusaha dalam penerapan kebijakan Multiusaha Kehutanan (MUK) yang diatur berdasarkan UU Cipta Kerja. Kebijakan ini membuka peluang optimalisasi sumber daya kehutanan, tidak hanya terbatas pada kayu.
“Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid, meminta kami mengidentifikasi konsesi yang berpotensi mendukung kemandirian pangan, seperti kawasan sagu, padi ladang, dan tanaman lain yang telah dikelola masyarakat secara tradisional. Dengan pendekatan intensifikasi yang tepat, produktivitas tanaman ini dapat meningkat secara signifikan,” jelas Rumantara.
Metode intensifikasi, yang memanfaatkan teknologi berkelanjutan, diusulkan sebagai solusi utama untuk meningkatkan produktivitas lahan. Kadin RFBH juga mendorong pengusaha untuk mengadopsi model pengelolaan hutan berkelanjutan, seperti agroforestry, silvopastura, dan silvofisheri.
“Agroforestry memungkinkan penanaman tanaman kayu bersama tanaman energi, seperti aren dan pongamia, serta komoditas bernilai tinggi seperti kopi, kakao, vanili, dan tanaman penghasil minyak esensial. Pendekatan ini memperhatikan kecocokan lahan dan kelestarian lingkungan,” tambah Rumantara, lulusan Master Ekonomi Lingkungan Universitas Wageningen.
Silvopastura juga dianggap berpotensi mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan peternakan berbasis hutan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor daging Indonesia pada 2024 mencapai Rp5,87 triliun. “Dengan lahan yang tersedia untuk silvopastura, kita dapat mengurangi ketergantungan pada impor daging,” ungkapnya.
Kadin RFBH mencatat lebih dari 30 juta hektare kawasan hutan dikelola oleh sekitar 600 perusahaan pemegang izin Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH), serta 8 juta hektare perhutanan sosial yang melibatkan 1,3 juta kepala keluarga. Potensi ini, jika dapat teridentifikasi dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal, diyakini dapat memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional tanpa mengorbankan kelestarian hutan.
“Jika dikelola dengan baik sesuai arahan Kementerian Kehutanan, sektor kehutanan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengurangan impor, dan penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan,” ujar Rumantara, yang juga meraih gelar Doktor Lingkungan dari IPB University.
Langkah ini, tambahnya, relevan dengan komitmen Indonesia terhadap target Net Zero Emissions dan pembangunan hijau berkelanjutan. “Kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat adalah kunci untuk merealisasikan potensi besar sektor kehutanan,” tutupnya.
Jakarta: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan dukungan atas inisiatif Kementerian Kehutanan dalam mengidentifikasi potensi sektor kehutanan. hal itu guna mendukung kemandirian pangan dan energi, seperti yang disampaikan oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni beberapa waktu yang lalu.
Langkah itu dinilai sejalan dengan upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Hutan kita sering kali hanya dipandang sebagai sumber kayu, padahal di dalamnya terdapat potensi luar biasa untuk mendukung kemandirian pangan dan energi,” ujar Rumantara, Project Leader Kadin Regenerative Forest Business Hub (RFBH), dalam keterangannya.Kadin RFBH, sebuah task force khusus yang dibentuk oleh Kadin Indonesia, bertujuan mendukung pengusaha dalam penerapan kebijakan Multiusaha Kehutanan (MUK) yang diatur berdasarkan UU Cipta Kerja. Kebijakan ini membuka peluang optimalisasi sumber daya kehutanan, tidak hanya terbatas pada kayu.
“Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid, meminta kami mengidentifikasi konsesi yang berpotensi mendukung kemandirian pangan, seperti kawasan sagu, padi ladang, dan tanaman lain yang telah dikelola masyarakat secara tradisional. Dengan pendekatan intensifikasi yang tepat, produktivitas tanaman ini dapat meningkat secara signifikan,” jelas Rumantara.
Metode intensifikasi, yang memanfaatkan teknologi berkelanjutan, diusulkan sebagai solusi utama untuk meningkatkan produktivitas lahan. Kadin RFBH juga mendorong pengusaha untuk mengadopsi model pengelolaan hutan berkelanjutan, seperti agroforestry, silvopastura, dan silvofisheri.
“Agroforestry memungkinkan penanaman tanaman kayu bersama tanaman energi, seperti aren dan pongamia, serta komoditas bernilai tinggi seperti kopi, kakao, vanili, dan tanaman penghasil minyak esensial. Pendekatan ini memperhatikan kecocokan lahan dan kelestarian lingkungan,” tambah Rumantara, lulusan Master Ekonomi Lingkungan Universitas Wageningen.
Silvopastura juga dianggap berpotensi mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan peternakan berbasis hutan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor daging Indonesia pada 2024 mencapai Rp5,87 triliun. “Dengan lahan yang tersedia untuk silvopastura, kita dapat mengurangi ketergantungan pada impor daging,” ungkapnya.
Kadin RFBH mencatat lebih dari 30 juta hektare kawasan hutan dikelola oleh sekitar 600 perusahaan pemegang izin Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH), serta 8 juta hektare perhutanan sosial yang melibatkan 1,3 juta kepala keluarga. Potensi ini, jika dapat teridentifikasi dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal, diyakini dapat memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional tanpa mengorbankan kelestarian hutan.
“Jika dikelola dengan baik sesuai arahan Kementerian Kehutanan, sektor kehutanan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengurangan impor, dan penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan,” ujar Rumantara, yang juga meraih gelar Doktor Lingkungan dari IPB University.
Langkah ini, tambahnya, relevan dengan komitmen Indonesia terhadap target Net Zero Emissions dan pembangunan hijau berkelanjutan. “Kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat adalah kunci untuk merealisasikan potensi besar sektor kehutanan,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id(ALB)
-

Kompas Gramedia dan IPB University Berkolaborasi untuk Mendorong Pembangunan Berkelanjutan
TRIBUNJAKARTA.COM – Kompas Gramedia menggelar Sustainable Performance Leadership Program Kompas Gramedia (SPLP-KG).
Pasalnya, Kompas Gramedia berkomitmen untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs) melalui berbagai inisiatif di bawah payung KG Semesta.
Program ini berlangsung selama empat bulan, mulai 23 Agustus hingga 19 Desember 2024, dan dilaksanakan secara hybrid dengan melibatkan akademisi serta praktisi sustainability. Sebanyak 14 peserta dari pimpinan KG setara level General Manager dan Manager mengikuti program ini.
Program SPLP-KG merupakan hasil kolaborasi antara Kompas Gramedia Learning & Insights (Kognisi) dan Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif (LKPE) IPB University. LKPE IPB bertindak sebagai penyedia modul pembelajaran, narasumber ahli di bidang keberlanjutan, serta coach untuk proyek-proyek yang dihasilkan peserta.
“ESG adalah suatu hal yang signifikan dan penting bagi perusahaan. Manfaat dari melaksanakan ESG dapat membuat perusahaan lebih dipercaya dan memperkuat relasi dengan pelanggan, masyarakat, investor, dan stakeholder lainnya. Selain itu, juga meningkatkan keuntungan kompetitif dalam berinovasi dan pengelolaan risiko. Hal ini juga menjadi bahan refleksi dari kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan,” ungkap Kepala LKPE IPB University, Dr. Ir. Naufal Mahfudz, M.M.
Corporate Human Resources Director Kompas Gramedia, B. Sigit Suryanto menjelaskan, sustainability kini menjadi isu penting di Kompas Gramedia, baik dalam produk, layanan, maupun operasional perusahaan. Untuk menerapkan prinsip ini, kita memerlukan pemimpin yang kompeten dalam membawa bisnis menuju keberlanjutan. “Program SPLP hadir untuk mengembangkan leadership yang mendukung bisnis berkelanjutan. Harapannya, peserta SPLP dan pimpinan di Kompas Gramedia dapat menjadi penggerak transformasi dan inspirasi keberlanjutan di tiap unit,” katanya.
Selama program, 14 peserta mengikuti delapan modul pembelajaran berbasis model 10:20:70 yang dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai teori, regulasi, dan praktik keberlanjutan masa kini. Wawasan ini tidak hanya disajikan dari sudut pandang teoretis, tetapi juga melalui studi kasus bisnis dan praktik terbaik di lapangan.
SPLP-KG bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan berfokus pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Program ini membantu peserta memahami integrasi ESG dalam strategi bisnis, meningkatkan daya saing perusahaan melalui praktik bisnis berkelanjutan, serta mengelola risiko dan peluang terkait isu ESG. Peserta juga mempelajari tren dan regulasi global, standar pelaporan ESG seperti GRI, SASB, dan TCFD, serta meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan strategis.
“Pelatihan ESG yang digalang oleh CHR mengajak kita semua untuk menyadari berbagai masalah yang berada di planet bumi ini dan untuk bersama-sama mengantisipasinya sehingga bumi tetap lestari, semesta ini tetap sehat dan aman, dengan program-program perusahaan yang berfokus kepada lingkungan, sosial, dan tata Kelola yang baik,” kata Ilham Khoiri, General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia, yang juga menjadi salah satu peserta dari SPLP.
Sebagai hasil dari program SPLP-KG, Kompas Gramedia menghasilkan tiga rintisan proyek inovasi yang akan dijalankan di tahun 2025. Pertama, ESG Product Business Driven yang mencakup Lestari Impact Creator Academy dan Akademi Sekolah Lestari (ASRI) sebagai wadah edukasi keberlanjutan bagi siswa SMA, mahasiswa, dan tenaga pendidik. Kedua, Sustainability Report Kompas Gramedia sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam memetakan inisiatif keberlanjutan. Ketiga, Sustainable Development Journey Group of Manufacture yang mengukur emisi gas rumah kaca sebagai langkah awal efisiensi energi di area Palmerah, yang nantinya akan diperluas ke seluruh pabrik manufaktur Kompas Gramedia.
Program SPLP-KG menjadi langkah penting bagi Kompas Gramedia dalam memperkuat perannya sebagai perusahaan yang peduli terhadap isu keberlanjutan. Dengan strategi yang terintegrasi, KG terus berupaya menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, serta meningkatkan daya saing bisnis dalam jangka panjang.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
/data/photo/2025/01/10/6780ffc2cb989.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


/data/photo/2020/02/26/5e562ec36e79b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/11/15/6736df631bbb8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


