Institusi: IPB

  • Wamentan dan Rektor IPB Luncurkan Benih Padi Varietas Unggul Baru

    Wamentan dan Rektor IPB Luncurkan Benih Padi Varietas Unggul Baru

    Bogor (beritajatim.com) – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, bersama Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, resmi meluncurkan varietas unggul baru (VUB) benih padi hasil riset IPB University. Tiga varietas yang dikenalkan yakni IPB 13S, IPB 14S, dan IPB 15S, masing-masing menunjukkan potensi hasil luar biasa hingga 11,6–12 ton per hektar, jauh melampaui rata-rata nasional.

    “Selain rasanya lebih enak, tapi juga produktivitas per hektarnya, profitasnya tinggi, 11,6 sampai dengan 12 ton per hektar, ini kan luar biasa ya,” ujar Sudaryono.

    Peluncuran varietas ini dinilai sebagai tonggak penting dalam mendorong modernisasi dan intensifikasi pertanian nasional. Sudaryono menegaskan, kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungannya bersama Rektor IPB ke Wageningen University and Research (WUR) di Belanda, dalam rangka memperkuat kolaborasi riset dan teknologi pertanian.

    “Dengan benih yang baik saja, kita bisa meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan. Ini bagian dari upaya intensifikasi pertanian yang modern dan berbasis riset,” katanya.

    Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, menambahkan bahwa IPB secara aktif mengembangkan varietas padi untuk berbagai jenis lahan, mulai dari sawah konvensional, lahan kering (padi gogo), hingga lahan pasang surut. IPB bahkan telah merilis varietas IPB 9G untuk lahan gogo yang juga efektif digunakan di sawah.

    “Kemudian kita juga ada varietas lahan pasang surut. Jadi kalau Pak Wamentan mencari benih untuk lahan tersebut, kita juga sudah ada, varietas untuk lahan tahan naungan juga sudah ada. Dan harapannya dengan potensi ini, IPB bisa memperbanyak dan memasarkan sehingga bisa dinikmati oleh publik dan oleh masyarakat Indonesia,” ujar Arif. [hen/beq]

  • Komisi IV DPR serap aspirasi tentang RUU Pangan dari akademisi IPB

    Komisi IV DPR serap aspirasi tentang RUU Pangan dari akademisi IPB

    Pemerintah, dinilai harus terbuka dan aktif membangun kerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset tentang pangan

    Jakarta (ANTARA) – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyerap aspirasi tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Pangan dari akademisi melalui kunjungan kerja ke Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat (8/5).

    Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan kunjungan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto. Adapun Komisi IV membidangi sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan.

    “Kunjungan ini bertujuan untuk berdiskusi dan mendengarkan pandangan para guru besar, dosen, serta mahasiswa IPB terkait pembahasan revisi UU Pangan yang saat ini sedang dibahas di Komisi IV DPR,” ujar Firman yang juga merupakan anggota Panitia Kerja RUU Pangan itu.

    Dia menuturkan pandangan dan saran yang telah disampaikan akan menjadi referensi penting bagi Panja dalam menyusun naskah akademik dan draf RUU.

    Harapannya, revisi tersebut menghasilkan undang-undang yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan ketahanan serta kedaulatan pangan nasional ke depan.

    Di sisi lain, dirinya juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara Pemerintah dan perguruan tinggi dalam bidang riset dan kebijakan pangan.

    Pemerintah, dinilai harus terbuka dan aktif membangun kerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset tentang pangan.

    “Hasil riset tersebut harus menjadi dasar dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan, khususnya terkait diversifikasi dan substitusi pangan,” ucap dia.

    Firman menyampaikan bahwa forum diskusi yang dibuka oleh Wakil Rektor IPB dan dihadiri delapan profesor, para dosen, serta mahasiswa itu berjalan dengan lancar dan penuh substansi.

    Selain RUU Pangan, kata dia, diskusi juga membahas sejumlah isu penting, seperti kedaulatan pangan, diversifikasi dan substitusi pangan, penormalan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam undang-undang dengan standar tertentu, transformasi peran Perum Bulog, serta dorongan dalam menjadikan ikan sebagai salah satu alternatif utama pemenuhan gizi dan protein pada program MBG.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

  • Brand Tas Lokal yang Mengusung Spirit Women Empowerment

    Brand Tas Lokal yang Mengusung Spirit Women Empowerment

    Jakarta: Brand tas lokal asal Bogor, Hody yang dibangun oleh seorang ibu rumah tangga, Mira Nur Gandaniati ini kental dengan spirit women empowerment atau pemberdayaan perempuan. Ini sudah terlihat sejak awal Mira merintis brang Hody.

    Ditemui di kantor operasional Hody yang berada di kompleks di kawasan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, sosok yang akrab disapa Teh Mira itu membagikan kisah suksesnya membagun Hody. Kisah Mira merintis usahanya dimulai jauh sebelum Hody.

    Lulusan manajemen IPB ini awalnya berbisnis untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga. Bisnis pertamanya adalah jualan jam tangan pada 2011, ia menggunakan sistem reseller melalui platform BBM.

    Hingga pada 2014 bisnis suaminya bangkrut dan menyisakan utang hingga Rp8 miliar. Tidak menyerah dengan keadaan, Mira dan suami mencoba bounce back dengan membuat produksi tas kulit sapi. 

    Tas kulit sapi dengan merek Zola Leather ini menjadi bisnis tas pertama Mira. Zola Leather
    pasar menengah atas.

    “Ini brand tas pertama saya sebelum Hody. Zola Leather ini bahan bakunya kulit sapi asli secara harga di atas 700 ribuan,” kata Mira saat ditemui di kantornya, Kamis 8 Mei 2025.

    Namun pandemi Covid-19 membuat niat Mira untuk recovery dari hutang tidak berjalan lancar. Bukannya menyerah dengan ketangguhannya dan kelincahannya ia kemudian membuat brand tas Hody pada 2019.

    Nama merek yang diambil itu diambil dari anak keempat Mira, Hodijah ini hadir sebagai tas fungsional dengan harga terjangkau. Tas Hody berbahan sintetis dan dijual dengan harga mulai dari Rp100 ribuan.

     

    Melalui Hody ini juga Mira kemudian mempunyai misi pemberdayaan perempuan. Ia mengajak ibu-ibu rumah tangga ikutan menjual produk Hody melalui sistem reseller agar tetap bisa mendapat penghasilan. 

    “Waktu itu kami bikin campaign Recovery Together, jadi yuk ibu-ibu yang ingin berpenghasilan dari rumah itu bisa jadi resellernya Hody,” ungkapnya.

    Mira mengungkapkan para ibu-ibu yang menjadi reseller ini kemudian berhasil membantu ekonomi keluarga. “Ternyata ada yang bisa jadi succes story di reseller ada yang hasilin omset lumayan dari hasil jualan Hody,” jelasnya.

    Mira menyebut Hody saat punya lebih dari 10 ribu reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan sekitar 10 persennya aktif. 
    Masuk ke Marketplace

    Saat penjualan Hody melalui sistem reseller mulai menurun pasca-pandemi, Mira mengambil langkah strategis dengan masuk ke marketplace. Pada 2023 Hody membuka toko resmi di Shopee.

    “Sebagai leader harus memikirkan strategi dong. Bagaimana caranya penjualan kami masih tetap bagus. Akhirnya kamu mulai bukan channel di marketplace. Channel pertama yang kami buka adalah Shopee, jadi 2023 kami officially store di Shopee,” bebernya.

    Pemilih Shopee sebagai marketplace yang dipilih setelah melakukan riset. Mira menyebut Shopee sesuai dengan target market Hody perempuan berusia 25–45 tahun, dominan Gen Z dan milenial. 

    “Kami riset kalau perempuan belanja di mana sih? Di marketplace mana? rata-rata Shopee,” ucapnya.
     

     
    Setelah membuka toko resmi di Shopee, Mira kemudian membangun tim digital marketing untuk meningkatkan penjualan Hody. Kini, ia mempekerjakan 60 orang, termasuk host live dan advertiser khusus Shopee. 

    Penjualan dari marketplace bahkan menyumbang sekitar 70 persen dari total omzet miliaran rupiah per bulan.
    Mengusung Spirit Women Empowerment
    Mira mengungkapkan kekuatan terbesar Hody bukan cuma pada penjualan, tetapi bagaimana bisa meng-empowering perempuan. Untuk itu ia membangun sebuah komunitas pelanggan bernama Hodyctiv.

    Hodyctiv memiliki berbagai kegiatan pegembangan diri. Termasuk juga belajar cara jualan di marketplace.

    Anggota Hodyctiv dibagi ke dalam level silver, gold, dan platinum. Menariknya selain bisa mengikuti kelas pengembangan sebulan sekali, para anggota program afiliasi, mendapatkan komisi, dan mengikuti kelas pengembangan diri sebulan sekali.

    “Kekuatan aku ke value brand untuk meng-empowering perempuan,” kata Teh Mira.
    100 Persen Lokal

    Di tengah maraknya merek yang mengklaim lokal padahal produksinya di luar Indonesia, Mira menegaskan produksi Hody 100 persen lokal. “Hody pabriknya di sini, pengerajin kami juga orang sini,” ucapnya.
    Masuk Pasar Ekspor
    Hody mulai merambah ke pasar ekspor seperti Malaysia, Brunei, dan Australia. Bahkan untuk Malaysia juga jualan di Shopee Malaysia.

    Jakarta: Brand tas lokal asal Bogor, Hody yang dibangun oleh seorang ibu rumah tangga, Mira Nur Gandaniati ini kental dengan spirit women empowerment atau pemberdayaan perempuan. Ini sudah terlihat sejak awal Mira merintis brang Hody.
     
    Ditemui di kantor operasional Hody yang berada di kompleks di kawasan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, sosok yang akrab disapa Teh Mira itu membagikan kisah suksesnya membagun Hody. Kisah Mira merintis usahanya dimulai jauh sebelum Hody.
     
    Lulusan manajemen IPB ini awalnya berbisnis untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga. Bisnis pertamanya adalah jualan jam tangan pada 2011, ia menggunakan sistem reseller melalui platform BBM.

    Hingga pada 2014 bisnis suaminya bangkrut dan menyisakan utang hingga Rp8 miliar. Tidak menyerah dengan keadaan, Mira dan suami mencoba bounce back dengan membuat produksi tas kulit sapi. 
     
    Tas kulit sapi dengan merek Zola Leather ini menjadi bisnis tas pertama Mira. Zola Leather
    pasar menengah atas.
     
    “Ini brand tas pertama saya sebelum Hody. Zola Leather ini bahan bakunya kulit sapi asli secara harga di atas 700 ribuan,” kata Mira saat ditemui di kantornya, Kamis 8 Mei 2025.
     
    Namun pandemi Covid-19 membuat niat Mira untuk recovery dari hutang tidak berjalan lancar. Bukannya menyerah dengan ketangguhannya dan kelincahannya ia kemudian membuat brand tas Hody pada 2019.
     
    Nama merek yang diambil itu diambil dari anak keempat Mira, Hodijah ini hadir sebagai tas fungsional dengan harga terjangkau. Tas Hody berbahan sintetis dan dijual dengan harga mulai dari Rp100 ribuan.
     
     

     

    Melalui Hody ini juga Mira kemudian mempunyai misi pemberdayaan perempuan. Ia mengajak ibu-ibu rumah tangga ikutan menjual produk Hody melalui sistem reseller agar tetap bisa mendapat penghasilan. 
     
    “Waktu itu kami bikin campaign Recovery Together, jadi yuk ibu-ibu yang ingin berpenghasilan dari rumah itu bisa jadi resellernya Hody,” ungkapnya.
     
    Mira mengungkapkan para ibu-ibu yang menjadi reseller ini kemudian berhasil membantu ekonomi keluarga. “Ternyata ada yang bisa jadi succes story di reseller ada yang hasilin omset lumayan dari hasil jualan Hody,” jelasnya.
     
    Mira menyebut Hody saat punya lebih dari 10 ribu reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan sekitar 10 persennya aktif. 
    Masuk ke Marketplace
     
    Saat penjualan Hody melalui sistem reseller mulai menurun pasca-pandemi, Mira mengambil langkah strategis dengan masuk ke marketplace. Pada 2023 Hody membuka toko resmi di Shopee.
     
    “Sebagai leader harus memikirkan strategi dong. Bagaimana caranya penjualan kami masih tetap bagus. Akhirnya kamu mulai bukan channel di marketplace. Channel pertama yang kami buka adalah Shopee, jadi 2023 kami officially store di Shopee,” bebernya.
     
    Pemilih Shopee sebagai marketplace yang dipilih setelah melakukan riset. Mira menyebut Shopee sesuai dengan target market Hody perempuan berusia 25–45 tahun, dominan Gen Z dan milenial. 
     
    “Kami riset kalau perempuan belanja di mana sih? Di marketplace mana? rata-rata Shopee,” ucapnya.
     

     
    Setelah membuka toko resmi di Shopee, Mira kemudian membangun tim digital marketing untuk meningkatkan penjualan Hody. Kini, ia mempekerjakan 60 orang, termasuk host live dan advertiser khusus Shopee. 
     
    Penjualan dari marketplace bahkan menyumbang sekitar 70 persen dari total omzet miliaran rupiah per bulan.
    Mengusung Spirit Women Empowerment
    Mira mengungkapkan kekuatan terbesar Hody bukan cuma pada penjualan, tetapi bagaimana bisa meng-empowering perempuan. Untuk itu ia membangun sebuah komunitas pelanggan bernama Hodyctiv.
     
    Hodyctiv memiliki berbagai kegiatan pegembangan diri. Termasuk juga belajar cara jualan di marketplace.
     
    Anggota Hodyctiv dibagi ke dalam level silver, gold, dan platinum. Menariknya selain bisa mengikuti kelas pengembangan sebulan sekali, para anggota program afiliasi, mendapatkan komisi, dan mengikuti kelas pengembangan diri sebulan sekali.
     
    “Kekuatan aku ke value brand untuk meng-empowering perempuan,” kata Teh Mira.
    100 Persen Lokal

    Di tengah maraknya merek yang mengklaim lokal padahal produksinya di luar Indonesia, Mira menegaskan produksi Hody 100 persen lokal. “Hody pabriknya di sini, pengerajin kami juga orang sini,” ucapnya.
    Masuk Pasar Ekspor
    Hody mulai merambah ke pasar ekspor seperti Malaysia, Brunei, dan Australia. Bahkan untuk Malaysia juga jualan di Shopee Malaysia.
     

     

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Fakultas Teknologi Pertanian USM Gelar Lokakarya Kurikulum OBE, Libatkan Akademisi dan Industri

    Fakultas Teknologi Pertanian USM Gelar Lokakarya Kurikulum OBE, Libatkan Akademisi dan Industri

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Semarang (USM) menggelar Lokakarya Peninjauan Kurikulum 2021 Menuju Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) secara hybrid di Ruang Teleconference Lantai 8 Gedung USM pada Rabu, 7 Mei 2025.

    Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dekan FTP USM, Prof Dr Ir Haslina MSi dan dihadiri oleh Perwakilan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal, Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, BBPOM Semarang dan Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri.

    Peserta lainnya berasal dari kalangan dunia pendidikan, seperti Kaprodi dari sejumlah Universitas, pimpinan SMK serta dari industri, seperti PT Perkebunan Teh Tambi Wonosobo, Yuasafood Wonosobo, Mie Ongklok Instan dan Sriboga Flour Mill Semarang.

    Dan dihadiri pula Ketua Badan Penjaminan Mutu USM beserta tim, Ketua Gugus Kendali Mutu FTP USM, dosen, tenaga kependidikan, alumni, dan perwakilan mahasiswa. Dan juga dihadiri peserta dari berbagai instansi, mitra industri, serta akademisi.

    Lokakarya ini menghadirkan dua narasumber dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Feri Kusnandar MSc dan Prof Dr Eko Hari Purnomo STP MSc, yang dipandu oleh Antonia Nani C MSi.

    Dalam sambutannya, Prof Haslina menjelaskan bahwa narasumber dari IPB dihadirkan untuk memberikan masukan konstruktif terhadap draft kurikulum OBE FTP USM.

    “Lokakarya ini sangat penting untuk mengevaluasi dan menyamakan persepsi dan makana dalam menyusun kurikulum berbasis OBE, agar selaras dengan kebutuhan industri dan menjadi acuan utama dalam akreditasi. Insya Allah, implementasi kurikulum OBE pada FTP USM akan mulai dilaksanakan pada semester gasal 2024/2025,” ungkapnya.

    Prof. Haslina berharap bahwa hasil dari kegiatan ini dapat menghasilkan kurikulum yang lebih baik, relevan, dan adaptif terhadap dinamika dunia kerja.

    Dalam wawancaranya Prof Feri Kusnandar menilai bahwa diskusi dalam lokakarya yang diselenggarakan FTP USM sangat menarik karena melibatkan berbagai pihak, mulai dari dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, hingga mitra industri.

    “Diskusi tentang bagaimana kurikulum dikembangkan, bagaimana proses pembelajaran harus dilakukan dan bagaimana prosesnya.

    Sangat menarik dan semua aktif, baik dari dosen maupun mahasiswa, lulusan, dan mitra. Semua aktif memberikan masukan, dan tentu saja masukan ini akan sangat penting bagi program studi untuk meningkatkan kualitas kurikulum dan proses penyelenggaraan pendidikan,” ujar Prof Feri.

    Prof Feri berharap bahwa Fakultas Teknologi Pertanian USM terus maju, dan saya berharap teman-teman dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa semakin bersemangat untuk menjadikan Prodi THP unggul dan kompetitif.

  • 4 Masukan PISPI di DPR soal Transformasi Pangan, Koperasi Merah Putih Garda Terdepan – Halaman all

    4 Masukan PISPI di DPR soal Transformasi Pangan, Koperasi Merah Putih Garda Terdepan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) mengapresiasi capaian pengadaan cadangan pangan pemerintah yang saat ini mencapai 3,5 juta ton beras.

    Ini adalah stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tertinggi sejak Bulog dibentuk pada 1969.

    “Keberhasilan ini menunjukan keberpihakan nyata Presiden Prabowo dan efektifitas kepemimpinan yang mewujud dalam kolaborasi dan sinergi dari seluruh elemen pemerintah, utamanya Kementerian Pertanian dan Bulog,” ujar Sekjen PISPI di gedung DPR RI Jakarta, Selasa (6/5/2025) usai rapat.

    Kamhar dimintai tanggapannya setelah menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)  dengan Panja Penyerapan Gabah dan Jagung Komisi IV  DPR.

    Seperti diketahui pengurus dan dewan pakar PISPI termasuk badan independen yang diundang pada pada RDPU ini.

    Kamhar mengatakan capaian yang diperoleh pemerintah in tentu saja diharapkan  bisa berkelanjutan, tak sekedar menjadi capaian sesaat. 

    “Oleh karena itu, PISPI berpandangan mesti ada transformasi tata kelola pengadaan beras,” ujar Kamhar yang juga Deputi Bidang Pangan DPP Partai Demokrat ini.

    Kamhar mengatakan dalam RDPU itu Dewan Pakar PISPI Prof Dr Edi Santosa menyampaikan empat permasalahan utama soal pangan nasional.

    Pertama, sistem data pangan bersifat fragmentaris dan sering berbeda antar institusi.

    Kedua, petani rugi dan tidak ada kepastian saat panen.

    Ketiga, pemerintah mengeluarkan biaya besar untuk intervensi pangan.

    Dan, keempat belum terbentuknya sistem ketahanan pangan yang resilien.

    Atas empat masalah itu, PISPI memiliki pandangan solutif yakni:

    Pertama, menata sistem data pangan. 

    Menurut  Prof Dr Edi Santosa, di negara maju sistem data pangan nasional berbasis data real time dan teknologi digital.

    “Bahkan di Korea Selatan telah terintegrasi sistem logistik pangan dari petani ke pasar dengan aplikasi berbasis blockchain dan pelacakan kualitas,” ujar Guru Besar IPB ini.

    kedua, dia mengatakan peran strategis Bulog dan koperasi dalam ekosistem baru.

    “Kami mengusulkan Koperasi Merah Putih nantinya (KMP) menjadi mitra utama penyerap hasil petani secara langsung di tingkat desa,” ujarnya.

    Selanjutnya Bulog atau swasta menjadi off taker nasional dari KMP.

    Konsekwensinya, harga pembelian Bulog perlu direformulasi.

    Ketiga, menata desa sebagai kekuatan pangan.

    “Kita bisa belajar dari China yang berhasil menjadikan desa sebagai pusat produksi dan manajemen berbasis kolektif yang fleksibel dan produktif,” ujarnya.

    Model ini berhasil menurunkan kemiskinan desa secara drastis, meningkatkan produktivitas pertanian dan menciptakan ekosistem pangan yang resilien.

    Keempat, transformasi sistem pangan memerlukan dukungan teknokratik yang kuat dan konsisten.

    Sehingga diperlukan kolaborasi dan sinergi dari para pihak, termasuk PISPI untuk berperan.

  • 2 Gubernur Sebut Dedi Mulyadi Kepala Daerah Teladan: Ikuti Program hingga Langsung Kerja Sama

    2 Gubernur Sebut Dedi Mulyadi Kepala Daerah Teladan: Ikuti Program hingga Langsung Kerja Sama

    TRIBUNJAKARTA.COM – Sosok Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tidak hanya mencuri perhatian warganya, tapi juga kepala daerah lain.

    Gebrakannya yang prorakyat dan dinilai solutif menjadi referensi bagi daerah lain dalam mengambil kebijakan.

    Bahkan, ada dua kepala daerah yang terang-terangan menyebut Dedi Mulyadi sebagai teladan.

    Mereka adalah Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan dan Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud.

    Gubernur Bengkulu

    Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, terang-terangan menyatakan kagum dengan Dedi Mulyadi.

    Helmi yang kerap dijuluki ‘Gubernur TikTok’ mirip seperti Dedi Mulyadi yang kini mendapat sebutan ‘Gubernur Konten’.

    Politikus PAN itu memang kerap membagikan aktivitas dan programnya sebagai orang nomor satu di Bengkulu di TikTok (@helmi_hasan).

    Helmi memiliki 230 ribu pengikut di TIkTok.

    Ia mengaku akan mengikuti sejumlah kebijakan Dedi, terutama di bidang pendidikan dan keselamatan pelajar.

    “Insya Allah, satu hal yang baik. Kita tidak akan hanya menduplikasi, tetapi juga menyesuaikan dengan kondisi daerah kita. Kita tahu bahwa Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi, adalah gubernur yang inovatif dengan banyak gagasan positif,” kata Helmi kepada wartawan, Kamis (1/5/2025), dikutip dari Kompas.com. 

    Salah satu kebijakan yang siap diadopsi Helmi adalah larangan siswa membawa sepeda motor ke sekolah.

    Ia menilai, langkah itu tidak hanya efektif mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, tapi juga membawa banyak dampak positif bagi perkembangan anak-anak.

    Pada unggahan TIkToknya tiga hari lalu, Helmi menjawab pernyataan yang menyebut dirinya disama-samakan dengan Dedi Mulyadi.

    Dengan rendah hati, Helmi menjawab dirinya masih jauh dari sosok Dedi Mulyadi, bak bumi dan langit.

    “Itu bagaikan bumi dan langit. Kang Dedi itu langitnya, Helmi Hasan itu di bawah bumi.”

    “Jauh, tidak sama, tidak seimbang. Kebaikan Kang Dedi, inovasi-inovasi Kang Dedi, kecerdasan Kang Dedi, jauh melampaui Helmi Hasan”

    “Helmi Hasan harus banyak belajar tentunya, dan kita tidak usah anti terhadap kebaikan orang. Kalau ada orang punya kebaikan banyak. Justru kebaikan itu harusnya menjadi amal kita juga.”

    Ketika ada kebaikan amalkan, ketika ada keburukan tinggalkan,” kata Helmi.

    Gubernur Kaltim

    Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud, juga menyatakan kekagumannya dengan Dedi Mulyadi.

    Sebagai informasi, pada rapat di DPR Selasa (29/4/2025), Rudy memberi julukan Dedi Mulyadi sebagia ‘Gubernur Konten’.

    Terkini, Rudy menyambangi langsung Dedi Mulyadi di kediamannya, di Jawa Barat, Senin (5/5/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, Rudy dan Dedi membahas potensi kerja sama di sektor pertanian.

    “Di Kaltim itu sawahnya luas, lautnya luas, kebunnya luas, tapi orang yang ngurusnya sedikit,” kata Dedi, dikutip dari Antara, Senin (5/5/2025), dikutip dari Kompas.com.

    Ia menyoroti kurangnya sumber daya manusia yang mengelola sektor-sektor tersebut, yang disebabkan oleh mayoritas masyarakat Kaltim yang bekerja di sektor pertambangan.

    Untuk mengatasi masalah ini, Dedi menawarkan solusi berupa penempatan warga Jawa Barat di desa-desa yang tersedia di Kaltim.

    Ia menyatakan kesiapan untuk mengirimkan petani dan nelayan guna mengelola sumber daya alam Kaltim yang kaya.

    Rudy Mas’ud menyambut baik tawaran kerja sama tersebut, memberikan apresiasi kepada Dedi Mulyadi, dan menegaskan kesiapan Kaltim untuk berkolaborasi.

    “Kami tunggu semuanya, Kang,” ungkap Rudy. 

    Lebih lanjut, Rudy Mas’ud menekankan komitmen Pemerintah Provinsi Kaltim dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian.

    Ia menyebutkan adanya program kelas khusus bidang pertanian yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), yang diperuntukkan bagi mahasiswa Kaltim dan akan dibiayai oleh Pemprov Kaltim.

    Rudy juga menyebut dirinya banyak belajar dari Dedi Mulyadi.

    Pada program Retret Kepala Daerah beberapa waktu lalu, Rudy mengaku banyak mendapat ilmu soal efisiensi dari eks Bupati Purwakarta itu.

    Rudy juga mengatakan, konten Dedi Mulyadi menginspirasi para kepala daerah, khususnya soal cara meningkatkan pendapatan asli daerah.

    “Jadi konten-kontennya Kang KDM itu memberikan inspirasi buat kita semuanya khususnya kepala-kepala daerah se-Indonesia ini bagaimana bisa mengelola sumber-sumber daya alam ini menjadi pendapatan asli daerah,” kata Rudy.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Pemerintah Ingin Terapkan AI untuk Sektor Pertanian, Tiru Belanda

    Pemerintah Ingin Terapkan AI untuk Sektor Pertanian, Tiru Belanda

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) berencana menerapkan kecerdasan buatan (AI) di sektor pertanian dengan  mengintegrasikan data. Teknologi terbaru itu telah digunakan di Belanda.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan Belanda yang merupakan negara eksportir produk pertanian terbesar kedua mampu mengelola pertanian melalui rumah kaca (green house) maupun metode pertanian vertikal (vertical farming) yang diolah ke dalam bentuk AI.

    “Bagaimana Belanda mengintegrasikan semua komponen data, BMKG, kontur tanah, kesuburan, dan seterusnya dikumpulkan, di-AI-kan sehingga rekomendasi-rekomendasi itu bisa langsung diterima oleh petani-petani mereka,” kata Sudaryono dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (5/5/2025).

    Sudaryono menjelaskan data yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga tingkat kesuburan pertanian nantinya bisa memprediksi kapan dan di mana petani harus menanam sayur maupun buah. Bahkan, dia menyebut integrasi data ke AI ini bisa mengukur tingkat nutrisi suatu tanaman.

    Untuk green house, misalnya, Sudaryono menjelaskan Belanda membuat iklim buatan (artificial climate) untuk menciptakan kelembapan suhu sehingga ongkos produksi tak membengkak.

    Namun, dia menekankan pemerintah tak akan serta-merta meniru 100% teknologi AI di sektor pertanian seperti Belanda, melainkan akan membuatnya jauh lebih sederhana.

    “Tentu saja kita tidak mungkin plek-plek [seperti Belanda] kita bikin di Indonesia, kita akan lebih sederhana, karena kita tidak perlu ada [green house], kita kan tidak ada musim dingin yang di mana green house butuh pemanas, tidak butuh pendingin atau AC pada saat musim panas, jadi kita kan relatif stabil,” terangnya.

    Lebih lanjut, Sudaryono menuturkan Universitas Wageningen yang berlokasi di Belanda dan merupakan universitas agrikultur terbaik di dunia itu telah bekerja sama dengan sejumlah universitas di Indonesia, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB).

    Dia juga mengeklaim IPB, Kementan melalui Pusat Data dan Informasi atau Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Pupuk Indonesia, hingga Perum Bulog tinggal selangkah lagi mengintegrasikan data di sektor pertanian ke AI.

    “Sesuai dengan rencana Pak Menteri [Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman], kami di Pusdatin sudah berusaha, karena memang membuat AI itu butuh waktu, karena kan harus belajar terus,” ujarnya.

    Dengan begitu, Sudaryono menyebut sistem pendataan itu akan digunakan untuk petani melalui penyuluh pertanian terkait masa tanam hingga volume pupuk.

    Lebih lanjut, Sudaryono juga menyatakan Kementan juga membawa delegasi Rektor IPB, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjajaran (Unpad).

    Selain itu, ungkap dia, Kementan juga membawa tiga Agro Industri Nasional (Agrinas) milik pelat merah, seperti Agrinas Palma, Agrinas Pangan, dan Agrinas Jaladri atau Agrinas Perikanan.

  • RI Mau Belajar dari Belanda, Pakai AI buat Sektor Pertanian

    RI Mau Belajar dari Belanda, Pakai AI buat Sektor Pertanian

    Jakarta

    Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) di sektor pertanian. Sejalan dengan itu, Kementerian Pertanian (Kementan) akan melakukan kunjungan ke Belanda untuk melihat sekaligus mengadopsi penerapan AI di sektor pertanian.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan dalam mewujudkan swasembada pangan, pihaknya bersama dengan Agrinas, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta delegasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Univeritas Hasanudin ke Wageningen University Belanda. Sudaryono menerangkan Belanda merupakan negara eksportir terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

    “Nah, padahal wilayahnya yang kecil, tidak lebih luas daripada, ya kecil lah ya, Anda sendiri bisa cek. Tapi di Belanda ekspor produk pertanian terbesar kedua. Makanya kita ingin belajar dari sana,” kata Sudaryono saat Konferensi Pers, di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2025).

    Beberapa hal yang akan dipelajari di Belanda, seperti pengelolaan serta teknologi di greenhouse, pertanian vertikal, hingga penerapan AI. Sudaryono menerangkan AI dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan petani, seperti cuaca, kontur, hingga kesuburan tanah.

    Terkait penerapan AI, pihaknya tengah mengupayakan untuk membentuk Pusat Data dan Informasi (Pusdatin). Melalui Pusdatin, petani melalui penyuluh pertanian mendapatkan rekomendasi-rekomendasi waktu hingga persentase pupuk yang dibutuhkan.

    “Nah, kemudian beruntungnya kita, Wageningen sudah bergerjasama dengan banyak universitas di Indonesia. Kami laporkan, termasuk dengan IPB, dan ini tinggal kita mengintegrasikan bagaimana IPB, kemudian juga Kementerian Pertanian dalam Hal ini Pusdatin, kemudian juga apakah Pupuk Indonesia, atau Bulog, dan yang lain itu kita integrasikan datanya,” jelas Sudaryono.

    Sementara itu, untuk pengelolaan buah dan sayur di Belanda menggunakan greenhouse. Sudaryono menerangkan greenhouse di Belanda menggunakan AI juga untuk membuat kelembaban udara.

    “Sehingga dia betul-betul ongkosnya mahal. Tentu saja kita tidak mungkin plek-plek kita bikin di Indonesia, kita akan lebih sederhana, karena kita tidak perlu ada, kita kan tidak ada musim dingin yang di mana greenhouse-nya butuh pemanas, tidak butuh pendingin atau AC pada saat musim panas, jadi kita kan relatif stabil, sehingga lebih simpel,” jelas Sudaryono.

    Meski begitu, Sudaryono menilai masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk menerapkan teknologi tersebut, yakni implementasi ke petani. Padahal produktivitas bisa meningkat lebih besar dibandingkan dengan teknik konvensional.

    “Riset membuktikan bahwa nanam di tanah sama nanam di greenhouse yang gak ketemu tanah, tanamannya itu ternyata produktivitasnya lebih besar di dalam greenhouse. Itu sesuai dengan hasil penelitiannya, termasuk input produksinya juga lebih rendah kalau pakai greenhouse,” imbuh Sudaryono.

    (acd/acd)

  • 10 Persen Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor Terancam Rusak Berat

    10 Persen Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor Terancam Rusak Berat

    JABAR EKSPRES – Bhumi Pasa Hijau (BPH) mencatat ada sekitar 10 persen pohon yang berada di jalur hijau Kota Bogor berada dalam kondisi tidak sehat dan tercancam mengalami kerusakan berat.

    Hal itu terungkap berdasarkan hasil kajian BPH Mahasiswa IPB yang tergabung dalam Tree Grower Community.

    Kajian dilakukan dengan pendekatan Forest Health Monitoring (FHM) dan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG), mencakup 772 pohon pada sembilan koridor jalur hijau.

    Peneliti dari BPH, Sheikha menuturkan, temuan ini mendorong perlunya tata kelola jalur hijau yang lebih adaptif dan melibatkan berbagai pihak.

    “Sebanyak 10 persen pohon di jalur hijau Kota Bogor dalam kondisi kurang sehat hingga tidak sehat. Beberapa jalur seperti Jalan Malabar Ujung dan Jalan Sancang menunjukkan tingkat kerusakan signifikan dan memerlukan penanganan cepat,” katanya dikutip Minggu (4/5).

    Menurutnya, hal itu tentu menjadi tantangan serius bagi seluruh pihak khususnya pemerintah dalam menyikapi perubahan iklim.

    “(Maka dari itu) Kajian ini juga merupakan bentuk mitigasi risiko dalam menghadapi ancaman lingkungan,” ucap Sheikha.

    Kepala Bidang Pengelola dan Keanekaragaman Hayati Disperumkim Kota Bogor, Devi Librianti Juvita mengatakan, hasil kajian tersebut sangat membantu pemerintah dalam menyusun prioritas pengelolaan jalur hijau.

    “Jalur hijau adalah bagian dari infrastruktur ekologi kota. Menjaganya bukan sekadar urusan estetika, tapi juga mitigasi risiko lingkungan dan adaptasi perubahan iklim,” tuturnya.

    Untuk itu, Devi menekankan pentingnya kolaborasi multipihak. Dalam hal ini, pihaknya juga mengapresiasi penggunaan aplikasi Inventree, inovasi BPH dalam memantau kesehatan pohon secara visual.

    Aplikasi itu diharapkan dapat mendukung Kota Bogor menjadi kota yang berketahanan iklim. (YUD)

  • Berawal dari Kapal Penjelajahan HMS Endeavor, Indonesia Kini Punya Kapal Penelitian di Papua – Page 3

    Berawal dari Kapal Penjelajahan HMS Endeavor, Indonesia Kini Punya Kapal Penelitian di Papua – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Di awali dengan penjelajahan HMS Endeavor, kapal penelitian pertama di dunia, yang berlayar pada 1768 untuk menelusuri Samudra Pasifik demi memecahkan Terra Australis Incognita atau “Tanah Selatan yang Tidak Dikenal”, kini kapal penelitian telah beroperasi di berbagai belahan dunia dan memperkaya ilmu pengetahuan.

    Di Provinsi Papua Selatan, perusahaan sawit nasional Tunas Sawa Erma (TSE) Group kini sedang membangun kapal penelitian yang bernama “Papua Lestari” untuk  mencari tahu kehidupan kura-kura moncong babi dan ekosistem sungai habitatnya. 

    Kapal tersebut mampu menampung 5 orang untuk beraktivitas di dalamnya. Selain ruangan untuk barang-barang perlengkapan penelitian, kapal ini juga dilengkapi sejumlah fasilitas untuk mempermudah pekerjaan para peneliti. 

    Kapal ini menjadi sebuah sarana penting dalam rangka melakukan penelitian biota air di Papua, terutama kura-kura moncong babi. Dengan adanya “Papua Lestari”, para peneliti bisa melakukan aktivitasnya dengan lebih baik sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas penelitian.

    Kapal penelitian “Papua Lestari” sejatinya merupakan fasilitas yang disediakan oleh TSE Group, tak hanya menjadi alat transportasi bagi para peneliti namun juga sebuah simbol untuk menyebarkan pesan pelestarian. 

    “Papua Lestari dibangun untuk meneliti ekosistem di sungai dan rawa di Papua, baik itu kura-kura moncong babi, ikan, ular dan lain sebagainya. Selain itu, kapal penelitian ini juga bisa menjadi simbol untuk membuka mata masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan,” ucap Direktur TSE Group Luwy Leunufna dikutip Selasa (30/4/2205).

    Perampungan kapal ini merupakan bagian dari komitmen program Papua Conservation yang dicanangkan TSE Group dan IPB University sejak tahun 2022. Program ini bertujuan untuk melindungi hak kehidupan dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hewan endemik.

    Program ini Tak hanya berfokus pada konservasi untuk kura-kura moncong babi saja, tapi juga hewan endemik Papua lainnya, yaitu cenderawasih kuning besar di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Papua Selatan.