Jakarta, Beritasatu.com – Sebuah riset mengidentifikasi potensi pengembangan proyek energi terbarukan yang bisa dikembangkan mencapai 333 GW. Energi ini dapat dipasok oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM).
Padahal, potensi teknis energi terbarukan Indonesia angkanya mencapai lebih dari 3.700 GW. Namun, dalam kajian terbaru Unlocking Indonesia’s Renewable Future, Institute for Essential Services Reform (IESR) menganalisa potensi proyek energi terbarukan berdasar regulasi tarif yang berlaku saat ini, seperti Perpres No 112/2022 serta ketersediaan infrastruktur jaringan listrik seperti gardu induk dan transmisi hanya ada 333 GW yang bisa dikembangkan.
“Melihat potensi ini, tentu saja ada kontradiksi dengan realitas pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa kita bisa bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan energi terbarukan ini, khususnya PLTS dan PLTB,” jelas Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo dalam diskusi Editorial Forum: Meningkatkan Optimisme PLTS dan PLTB sebagai Tulang Punggung Transisi Energi di Indonesia, dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (28/2/2025).
Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan IESR Pintoko Aji mengungkapkan bahwa dalam kajian tersebut, 333 GW potensi pengembangan energi terbarukan terdiri dari PLTB daratan (onshore) (167 GW), PLTS di daratan (ground-mounted) (165,9 GW), dan PLTM (0,7 GW). Angka tersebut didapatkan dari hasil simulasi finansial dan skema private-public partnership pada 1.500-an lokasi yang berpotensi secara teknis.
Dari jumlah tersebut, 205,9 GW atau sekitar 61% dari total potensi yang layak secara finansial diindikasikan memiliki tingkat pengembalian Equity Internal Rate of Return/EIRR di atas 10% yang menunjukkan potensi investasi yang menjanjikan.
“Misalnya saja sumber daya minihidro banyak di wilayah Sumatera, sementara potensi tenaga angin terbesar di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Di sisi lain, energi surya memiliki potensi menjanjikan di wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk mewujudkan potensi ini, pembangunan infrastruktur yang mendukung, terutama dalam hal transmisi dan distribusi energi, sangat diperlukan,” tegas Pintoko.
Sementara untuk mengakomodasi integrasi lokasi energi terbarukan dengan potensi keuntungan tinggi, PLN dapat menyusun perencanaan serta perluasan jaringan ke lokasi-lokasi yang teridentifikasi tersebut dan reformasi mekanisme pengadaan. Sedangkan untuk menentukan skala prioritas pengembangan energi terbarukan, IESR mendorong pengembang untuk memprioritaskan proyek dengan potensi keuntungan tinggi dan mengoptimalkan desain serta perencanaan keuangan.
