Industri Jasa Keuangan Jateng Stabil, Kredit Perbankan Tumbuh 5,11 Persen di November 2024

Industri Jasa Keuangan Jateng Stabil, Kredit Perbankan Tumbuh 5,11 Persen di November 2024

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Jawa Tengah menilai kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah sampai dengan posisi 30 November 2024 dalam kondisi stabil, dengan kinerja yang positif serta didukung dengan likuiditas yang memadai dan tingkat risiko yang terjaga.

Kepala OJK Provinsi Jawa Tengah, Sumarjono menjelaskan, kinerja penyaluran kredit perbankan di wilayah Jawa Tengah menunjukkan tren pertumbuhan positif pada November 2024 yang mencapai 5,11 persen yoy menjadi Rp426,35 triliun.

Kredit/Pembiayaan Bank Umum (termasuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) di Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,53 persen yoy menjadi sebesar Rp388,01 triliun, sementara kredit/pembiayaan BPR dan BPRS tumbuh 1,07 persen yoy menjadi sebesar Rp38,34 triliun.

“Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan di wilayah Jawa Tengah didominasi oleh pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 9,03 persen yoy dan 8,40 persen yoy,” ungkap Sumarjono dalam keterangannya, Jumat (31/1/2025).

Dukungan perbankan dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,82 persen yoy dengan total nominal penyaluran kredit/pembiayaan sebesar Rp208, 76 triliun dengan share terhadap total kredit/pembiayaan sebesar 49,03 persen.

Sektor ekonomi terbesar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di wilayah Jawa Tengah mayoritas pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran (29,93 persen), Industri Pengolahan (15,74 persen), Konsumtif (10,88 persen), Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (6,62 persen), serta Jasa (5,37 persen).

Kualitas kredit di wilayah Jawa Tengah tetap terjaga, dengan rasio NPL gross Bank Umum tercatat 4,61 persen, sedangkan rasio NPL gross BPR dan BPRS berada di angka 16,03 persen.

OJK memandang bahwa kondisi perbankan Indonesia saat ini berada dalam posisi yang kuat dan tangguh (resilient) untuk menghadapi berbagai dinamika perekonomian.

“Hal ini didukung oleh tingkat permodalan yang kokoh, likuiditas yang memadai, dan penerapan manajemen risiko yang baik,” lanjutnya.

Perkembangan Sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), di sektor Perusahaan Pembiayaan, piutang pembiayaan di wilayah Jawa Tengah tercatat tumbuh sebesar 3,07 persen yoy menjadi sebesar Rp33,59 triliun dengan jumlah kontrak sebanyak 8.938.826 unit pada posisi Oktober 2024.

Piutang pembiayaan didominasi oleh pembiayaan multi guna baik pada pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah yang masing-masing sebesar 59,03 persen dan 67,36 persen. Kualitas pembiayaan terjaga dengan rasio NPF sebesar 2,97 persen.

Selanjutnya, pada sektor Dana Pensiun di Jawa Tengah per Oktober 2024 menunjukkan pertumbuhan aset bersih sebesar 5,31 persen yoy menjadi sebesar Rp6,88 triliun.

Lebih lanjut pada sektor fintech lending, Jawa Tengah mencatat pertumbuhan outstanding pinjaman sebesar 34,66 persen yoy pada Oktober 2024, dengan tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman atau TWP 90 sebesar 2,69 persen.

Pada sektor Lembaga Keuangan Mikro posisi Agustus 2024 mencapai 112 entitas dengan pertumbuhan pinjaman yang diberikan sebesar 5,06 persen yoy menjadi sebesar Rp470 miliar dan total aset yang tumbuh sebesar 16,01 persen yoy menjadi sebesar Rp736 miliar.

Sementara itu, berdasarkan perkembangan sektor pasar modal, aktivitas investor pasar modal di wilayah Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan peningkatan nilai transaksi mencapai 20,27 persen yoy.

Jumlah investor meningkat pada November 2024 yang terdiri dari jumlah Single Investor Identification (SID) Saham tumbuh 21,54 persen yoy menjadi 738.125 SID, jumlah SID Reksadana tumbuh 15,44 persen yoy menjadi 1.539.217 SID, dan jumlah SID Surat Berharga Negara tumbuh 20,38 persen yoy menjadi 97.084 SID. (*)