Kontribusi program PAGE dengan kolaborasi berbagai institusi telah memiliki dampak positif terhadap perumusan kebijakan dan implementasi ekonomi hijau yang bersifat lebih transformatif,
Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard melaporkan bahwa Indonesia terpilih kembali untuk melanjutkan program Partnership for Actions on Green Economy (PAGE) Fase 2.
“Indonesia terpilih kembali untuk melanjutkan program PAGE Fase 2 dengan dua tema besar, yaitu ekonomi sirkular (ES) dan keuangan yang berkelanjutan,” ujarnya dalam acara Dialog Nasional Akselerasi Transformasi Ekonomi Hijau sekaligus peluncuran PAGE Indonesia Fase 2 yang dipantau secara virtual, Jakarta, Selasa.
PAGE merupakan program kemitraan/aliansi antar lima badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), delapan mitra pendanaan, dan 22 negara mitra yang bekerja sama untuk melakukan transformasi ekonomi menjadi katalis bagi keberlanjutan.
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia melalui Bappenas meluncurkan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon/PRK (Low Carbon Development Initiative) untuk mencapai pembangunan rendah karbon, tata kelola sumber daya berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan.
Sejalan dengan PRK/LCDI sebagai prioritas pembangunan nasional dan tulang punggung untuk transisi ekonomi hijau, Indonesia bergabung sebagai negara mitra PAGE di tahun 2018.
PAGE Indonesia yang telah berlangsung selama 2019-2024 berkomitmen untuk mendukung integrasi ekonomi hijau ke dalam perencanaan dan implementasi kebijakan pada sektor terpilih, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) inklusif.
“Kontribusi program PAGE dengan kolaborasi berbagai institusi telah memiliki dampak positif terhadap perumusan kebijakan dan implementasi ekonomi hijau yang bersifat lebih transformatif,” ungkap Wakil Menteri PPN.
Selama lima tahun pelaksanaan PAGE di Indonesia, topik utama yang dikerjakan mencakup ES, transisi energi, dekarbonisasi industri, serta peningkatan kapasitas SDM untuk mencapai target ekonomi hijau.
Hasilnya, telah diselesaikan 15 Laporan Kajian Utama Analisis Kebijakan dan empat Kajian Dokumen Strategis. Beberapa di antaranya ialah pengurangan dan pengelolaan susut dan sisa pangan, Indeks Ekonomi Hijau, transisi ke kendaraan listrik, model bisnis percepatan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap, serta pengembangan pekerjaan tenaga hijau.
Kemudian juga peluncuran Peta Jalan dan Rencana Aksi Ekonomi Sirkular, Rencana Pembangunan Rendah Karbon di daerah Jawa Barat, Rencana Umum Energi Nasional dengan pendekatan sistem dinamis, dan Rencana Aksi Susut dan Sisa Pangan di provinsi Bali.
“Saya sampaikan apresiasi kepada lima agensi dari United Nations (PBB), yaitu UNDP (United Nations Development Programme), ILO (International Labour Organization), UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), UNEP (United Nations Environment Programme), dan UNITAR (United Nations Institute for Training and Research) yang telah berkolaborasi dengan Kementerian PPN/Bappenas sejak tahun 2018 dalam melaksanakan program UN Partnership for Action on Green Economy (PAGE), untuk mendorong agenda ekonomi hijau dalam kebijakan nasional di Indonesia,” kata Febrian.
Lembaran UN PAGE Fase 2 di Indonesia bertujuan untuk mengimplementasikan Peta Jalan dan Rencana Aksi Ekonomi Sirkular Indonesia.
Pertama adalah memperkuat kebijakan dan mekanisme implementasi ES dengan mengoperasikan peta jalan dan rencana aksi ES, memodelkan aksi ES pada target Nationally Determined Contribution (NDC, komitmen negara mengurangi emisi gas rumah kaca) Indonesia, serta meningkatkan data baseline, target, dan indikator.
Kedua yaitu strategi pembiayaan dan investasi dengan fokus mengidentifikasi kebutuhan investasi maupun insentif, serta memobilisasi berbagai sumber pendanaan.
Terakhir ialah policy labs, sebuah platform praktis berbasis aksi untuk menguji dan menyempurnakan intervensi kebijakan ES.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024