Jakarta, Beritasatu.com – Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi hanya 2,8% yang diumumkan International Monetary Fund (IMF), membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia.
Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Januari 2025 yang sebesar 3,6%. Di balik penurunan ini, terdapat dampak jangka pendek yang akan mempengaruhi ekspor Indonesia dan konsumsi domestik.
Ekonom Universitas Andalas (Unand) Syafrudin Karimi menjelaskan, penyebab utama penurunan proyeksi ekonomi global adalah kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh negara besar seperti Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik global yang berlanjut.
Dampak Proteksionisme terhadap Ekonomi Indonesia
Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap mitra dagangnya, termasuk negara-negara besar seperti Tiongkok dan Eropa, telah menciptakan ketidakpastian pasar yang global. Dampaknya, Indonesia sebagai negara dengan ketergantungan pada ekspor, juga merasakan tekanan.
Syafrudin mengungkapkan penurunan proyeksi ekonomi global ini mengindikasikan Indonesia menghadapi beberapa tantangan, yaitu:
1. Perlambatan Ekonomi Mitra Dagang Utama
Negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok dan negara-negara Eropa, mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada permintaan barang dan jasa Indonesia.
2. Fluktuasi Harga Komoditas
Indonesia yang sangat bergantung pada ekspor komoditas, terutama energi dan bahan mentah, akan menghadapi dampak fluktuasi harga komoditas global yang lebih besar.
3. Pelemahan Daya Beli Domestik
Kebijakan proteksionis dan ketidakpastian pasar dapat memengaruhi daya beli masyarakat domestik, yang berujung pada penurunan konsumsi dalam negeri.
“Penurunan proyeksi ini menandakan Indonesia harus siap menghadapi tekanan dari ekonomi global yang lebih fluktuatif, dengan fokus pada penguatan ekonomi domestik,” ujar Syafrudin.
Langkah yang Harus Diambil Indonesia
Sebagai respons terhadap proyeksi ekonomi global yang lebih rendah, Indonesia perlu segera menyusun strategi yang lebih adaptif untuk menjaga ketahanan ekonominya, seperti:
1. Diversifikasi Ekonomi
Mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas dengan mengembangkan sektor lain, seperti industri manufaktur dan digital.
2. Reformasi Kebijakan Perdagangan
Menyusun ulang strategi perdagangan agar lebih fleksibel dalam menghadapi proteksionisme dan ketegangan geopolitik.
3. Meningkatkan Investasi Dalam Negeri
Memperkuat konsumsi domestik dengan kebijakan yang mendorong daya beli masyarakat, serta meningkatkan investasi dalam sektor-sektor strategis.
Proyeksi Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
Syafrudin juga menyoroti penurunan proyeksi ekonomi global dapat menjadi sinyal bagi Indonesia untuk menyesuaikan strategi ekonomi dalam jangka pendek dan panjang. IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia pada 2025 akan tumbuh di bawah 5%, yang mencerminkan tantangan besar di tengah penurunan ekonomi global.
“Sinyal dari IMF ini harus diterima dengan serius. Indonesia harus segera melakukan penyeimbangan kebijakan untuk memperkuat ekonomi domestik, serta menyusun ulang strategi perdagangan dan investasi luar negeri,” tambahnya.
Penurunan proyeksi ekonomi global 2025 oleh IMF menunjukkan adanya tantangan besar bagi Indonesia, terutama dalam hal ekspor dan konsumsi domestik.
Namun, dengan kebijakan yang tepat dan langkah-langkah adaptif, Indonesia masih memiliki peluang untuk mempertahankan ketahanan ekonomi dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian global seusai IMF menurunkan proyeksi ekonomi global 2025.
